• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan untuk menganalisis aspek-aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis ini untuk mengetahui kondisi gambaran umum lokasi penelitian, data kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia pada kawasan Nusa Penida. Kondisi dan potensi sumberdaya yang ada dilakukan dengan analisis deskriptif dari hasil pengamatan lapangan dan data hasil penelitian sebelumnya yang masih relevan.

3.3.2 Persen Tutupan Komunitas Karang

Kondisi terumbu karang terutama persen tutupan komunitas karang, dihitung dengan persentasi karang hidup (life form) dan berdasarkan kategori. Data persen tutupan komunitas karang yang didapatkan dengan menggunakan metode LIT dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana : Ni = Persen penutupan komunitas karang li = Panjang total life form l jenis ke-i L = Panjang Transek (m)

Dari hasil perhitungan diatas akan dianalisis dengan menggunakan kategori persen tutupan karang dimana persen tutupan komunitas karang merupakan penjumlahan dari persentase tutupan karang keras, persentase tutupan karang lunak, dan tutupan kategori others (OT) (Yulianda, 2007). Kriteria tersebut menggunakan 4 kategori, yaitu :

a) Kategori rusak : 0 – 24,9% b) Kategori sedang/kritis : 25 – 50% c) Kategori baik : 50,1 – 75% d) Kategori sangat baik : 75,1 – 100%

3.3.3 Indeks Kematian Karang (Mortalitas Karang)

Penilaian suatu kondisi atau kesehatan karang tidak hanya berpatokan pada persentase tutupan karang, karena bisa terjadi bahwa dua daerah memiliki persentase tutupan karang hidupnya sama namun mempunyai tingkat kerusakan yang berbeda. Tingkat kerusakan ini terkait dengan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati. Rasio kematian karang dapat diketahui melalui perhitungan indeks kematian karang (mortalitas karang) berdasarkan perhitungan yang telah ditetapkan oleh English et al. 1997 :

IM =

20

Nilai indeks kematian karang yang mendekati nol menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berarti bagi karang hidup, sedangkan nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi karang mati.

3.3.4 Kelimpahan Ikan Karang

Kelimpahan ikan karang akan dihitung dengan menggunakan rumus :

Kelimpahan suatu ikan karang =

3.3.5 Indeks Kesesuaian Ekowisata Bahari

Penentuan suatu kegiatan pemanfaatan yang dilakukan pada suatu kawasan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukkannya. Demikian halnya jika kawasan tersebut akan dijadikan sebagai kawasan ekowisata bahari maka perlu dianalisis dengan menggunakan rumus Indeks kesesuaian ekowisata bahari yang mengacu pada Yulianda et al. (2010), sebagai berikut :

∑ [

] Dimana :

IKW = Indeks Kesesuaian wisata

Ni = nilai parameter ke-i (bobot x skor)

Nmaks = nilai maksimum dari suatu kategori wisata.

Dalam menentukan kesesuaian ekowisata bahari ini tidak terlepas dari bantuan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan acuan kriteria kesesuaian setiap peruntukkan. Adapun matriks kesesuaian yang digunakan secara lengkap disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 berikut :

Tabel 3. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata kategori wisata selam

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Kecerahan Peraian (%) 5 >80 3 50-80 2 20-< 50 1 < 20 0 Tutupan Komunitas Karang (%) 5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 < 25 0 Jenis life form 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 < 4 0 Jenis Ikan Karang 3 >100 3 50-100 2 20-< 50 1 < 20 0 Kecepatan Arus

(cm/det) 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 > 50 0 Kedalaman

terumbu karang 1 6-15 3 >15-20 2 >20-30 1 < 30 0 Sumber : Yulianda et al. (2010)

Keterangan :

Nilai Maksimum : 54

Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100% Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - < 75%

Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW < 50%

Tabel 4. Matriks kesesuaian area untuk ekowisata kategori wisata snorkling

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Kecerahan Peraian (%) 5 100 3 80-<100 2 20-< 80 1 < 20 0 Tutupan Komunitas Karang (%) 5 > 75 3 >50-75 2 25-50 1 < 25 0 Jenis life form 3 > 12 3 <7-12 2 4-7 1 < 4 0 Jenis Ikan Karang 3 > 50 3 30-50 2 10-< 30 1 < 10 0 Kecepatan Arus (cm/det) 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 > 50 0 Kedalaman terumbu karang 1 1-3 3 >3-6 2 >6-10 1 < 10; <1 0 Lebar Hamparan dasar karang (m) 1 >500 3 >100- 500 2 20-100 1 <20 0 Sumber : Yulianda et al. (2010)

Keterangan :

Nilai Maksimum : 57

Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100% Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - < 75%

Kategori TS (S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW < 50% Tabel 5. Matriks kesesuaian area untuk wisata pantai kategori rekreasi

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Kedalaman

Perairan (m) 5 0-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10 0

Tipe Pantai 5 Pasir putih 3 Pasir putih, sedikit karang 2 Pasir hitam, berkarang, sedikit terjal 1 Lumpur, berbatu, terjal 0 Lebar Pantai (m) 5 > 15 3 10-15 2 3-<10 1 < 3 0 Material

dasar perairan 3 Pasir 3

Karang berpasir 2 Pasir berlumpur 1 Lumpur 0 Kecepatan Arus (m/det) 3 0-0,17 3 0,17- 0,34 2 0,34-0,51 1 >0,51 0

22

Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor Kemiringan pantai (0) 3 <10 3 10-25 2 >25-45 1 >45 0 Kecerahan Perairan 1 >10 3 >5-10 2 3-5 1 <2 0 Penutupan lahan pantai 1 Kelap a, lahan terbuk a 3 Semak belukar, rendah, savanna 2 Belukar tinggi 1 Hutan bakau, pemuki man, pelabuh an 0 Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 Bulu babi 2 Bulu babi ikan pari 1 Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu 0 Keterse diaan air tawar 1 < 0,5 3 >0,5 -1 2 >1-2 1 >2 0 Sumber : Yulianda et al. (2010)

Keterangan :

Nilai Maksimum : 90

Kategori S1 : Sangat Sesuai, dengan nilai IKW : 75 – 100% Kategori S2 : Sesuai, dengan nilai IKW : 50 - < 75%

Kategori TS ((S3 & N) : Tidak Sesuai, dengan nilai IKW < 50%

3.3.6 Analisis Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari

Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil (PPK) secara lestari. Mengingat pengembangan ekowisata bahari tidak bersifat mass tourism , mudah rusak dan ruang untuk pengunjung terbatas, maka perlu daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK) (Yulianda et.al., 2010). Selanjutnya dikatakan bahwa konsep daya dukung ekowisata bahari mempertimbangkan dua hal, yaitu (1) kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia, dan (2) keaslian sumberdaya alamnya.

Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata bahari yaitu menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK) dimana Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Secara matematis DDK diformulasikan sebagai berikut (Yulianda et.al., 2010).

DDK = K x x Dimana :

DDK = Daya dukung kawasan (orang)

K = Potensi Ekologis pengunjung per unit area (orang) Lp = Luas area yang dapat dimanfaatkan (m2)

Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2)

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata

dalam satu hari (jam/hari)

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap

kegiatan tertentu (jam/hari).

Potensi ekologis pengunjung (K) sangat ditentukan oleh kondisi sumberdaya alam dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan dan luas area yang dapat digunakan oleh pengunjung/ wisatawan (Lt) harus mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolerir pengunjung/wisatawan sehingga keaslian alam tetap terjaga (Tabel 6). Setiap melakukan kegiatan ekowisata, seperti snorkling, diving dan wisata pantai para pengunjung/wisatawan membutuhkan ruang gerak yang nyaman untuk beraktivitas dalam menikmati keindahan dan keaslian alam yang tersedia. Dalam melakukan aktivitas tersebut maka setiap kategori aktivitas ekowisata dibatasi oleh waktu (Tabel 7).

Tabel 6. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan Jenis Kegiatan

K

(∑ pengunjung)

Unit area

(Lt) Keterangan

Selam (Diving) 2 2000 m2 Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m Snorkling 1 500 m2 Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m Rekreasi Pantai 1 50 m 1 orang tiap 50 m panjang pantai Sumber : Yulianda et al. (2010)

Tabel 7. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata Jenis Kegiatan Waktu yang dibutuhkan (Wp)

(Jam)

Total Waktu satu hari (Wt)

(Jam)

Selam (Diving) 2 8

Snorkling 3 6

Rekreasi Pantai 3 6

24

3.3.7 Evaluasi Kegiatan Kawasan Konservasi Perairan Terhadap

Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir yang Berada Pada Kawasan Nusa Penida

Tingkat kesejahteraan masyarakat pada penelitian ini dibedakan atas 3 (tiga) kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Indikator ini diadopsi dari indikator kesejahteraan Badan Pusat Statistik (BPS, 2011). Tingkat kesejahteraan masyarakat lokal/masyarakat setempat dilihat berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan, yang meliputi: tingkat pendapatan/penghasilan keluarga, tingkat konsumsi/pengeluaran keluarga, pendidikan keluarga, kondisi perumahan, dan fasilitas perumahan. Indikator-indikator tersebut dianalisis secara deskriptif dengan sistem skor yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori tertentu. Indikator kesejahteraan ini dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Indikator tingkat kesejahteraan masyarakat

No Indikator Kesejahteraan Skor Bobot

1 Tingkat Pendapatan / penghasilan Keluarga :

Diukur dari besarnya pendapatan RT perkapita dalam sebulan di bagi

kedalam tiga kategori interval yang sama dalam satuan rupiah.

- > Rp. 433.333 - Tinggi 3 6 - Rp. 216.666 – Rp. 433.333 - Sedang 2 - < Rp.216.666 - Rendah 1 2 Tingkat Konsumsi/pengeluaran Keluarga :

Diukur dari besarnya

pengeluaran RT perkapita dalam sebulan berpedoman pada data

Susenas 2011 yang digunakan BPS dalam penentuan Desa tertinggal di Indonesia

- > Rp. 1.000.000 - Tinggi 3

5 - Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 - Sedang 2

- Rp 100.000 - Rp. 500.000,- - Rendah 1 3 Pendidikan Keluarga :

- > 60 % jumlah anggota keluarga tamat SD - Tinggi 3 4 - 30 % - 60 % jumlah anggota keluarga tamat SD - Sedang 2

- < 30 % jumlah anggota keluarga tamat SD

- Rendah 1

4 Kesehatan Keluarga :

-. < 25 % Jumlah anggota keluarga sering sakit

- Tinggi 3

3 -. 25% - 50% jumlah anggota keluarga

sering sakit

- Sedang 2

-. > 50 % jumlah anggota keluarga sering sakit

Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik), 2011

Penentuan klasifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat tesebut dilakukan dengan cara mengalikan bobot dengan skor, nilai tertinggi kemudian dikurangi dengan hasil kali bobot dengan skor terendah yang kemudian hasilnya dibagi tiga untuk membentuk tiga kategori dengan interval yang sama secara statistik dengan pembagian kelas sebagai berikut :

1. Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor 51 - 63 2. Tingkat kesejahteraan sedang jika skor 36 - 50 3. Tingkat kesejahteraan rendah jika skor 21 – 35

No Indikator Kesejahteraan Skor Bobot

5 Kondisi Perumahan :

-. Atap : daun (1)/ sirep (2)/ seng (3)/ asbes (4)/ genteng (5)

2 -. Dinding : banbu (1)/ bambu kayu (2)/

kayu (3)/ setengah tembok (4)/ Tembok (5)

- Permanen (Skor 15-21) 3 -. Status Kepemilikan : numpang (1)/

sewa (2)/ milik sendiri (3) - Semi permanen (skor 10-14) 2 -. Jenis lantai : tanah (1)/ papan (2)/

plester (3)/ ubin (4)/ porselin (5) - Tidak permanen (skor 5-9) 1 -. Luas lantai : sempit (50 m2) (1)/

sedang ( 50 - 100 m2) (2)/ luas (> 100 m2) (3) 6 Fasilitas Perumahan :

-. Pekarangan : luas (50 m2) (1)/ sedang ( 50 - 100 m2) (2)/ sempit ( > 100 m2) (3)

1 -. Hiburan : radio (1)/ tape recorder (2)/

TV (3)/ video (4)

-. Pendingin : alam (1)/ kipas angin (2)/

lemari es (3)/ AC (4) - Lengkap (Skor 21-27) 3 -. Sumber penerangan : lampu tempel (1)/

petromak (2)/ listrik (3) - Semi Lengkap (skor 14-20) 2 -. Bahan Bakar : kayu (1)/ minyak tanah (2)/

gas (3) - Tidak Lengkap (skor 7-13) 1

-. Sumber air : sungai (1)/ air hujan (2)/ mata air (3)/ sumur gali(4)/ PAM (5) -. MCK : kebun (1)/ sungai/laut (2)/ kamar

mandi umum (3)/ kamar mandi sendiri (4)

26

4

PROFIL KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN