• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis Subjective Workload Assesment Technique (SWAT)

Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap penskalaan dan tahap penilaian. Tahap penskalaan diperoleh nilai koefisien Kendall sebesar 26,5327. Menurut Gary, B. Reid, jika nilai koefisien Kendall lebih besar 0,75 maka skala yang digunakan dalam penelitian merupakan penskalaan data kelompok. Langkah berikutnya merupakan pengujian prototipe dari kombinasi 3 faktor Time (T), Effort (E), dan Stress (S) yaitu TES, TSE, ETS, EST, SET, dan STE. Hasil pengujian prototipe dapat diketahui faktor beban kerja yang paling berpengaruh terhadap masing-masing pekerja, dilihat dari nilai terbesar yang ditunjukkan 6 kombinasi ketiga faktor tersebut. Kategori beban kerja pekerja dan prototipe yang paling berpengaruh menurut persepsi masing-masing pekerja dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Kategori Prototipe dan Beban Kerja Masing-masing Pekerja

Stasiun Pekerja

Prototipe Nilai Beban

Kategori

Tabel 6.1. Kategori Prototipe dan Beban Kerja Masing-masing Pekerja (Lanjutan)

Stasiun Pekerja

Prototipe Nilai Beban

Kategori

Pembuatan Adonan

Sumber: Pengolahan Data

Kategori beban kerja pekerja dan faktor yang paling berpengaruh menurut masing-masing pekerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor Time Load (T) dalam kategori tinggi memiliki faktor yang paling besar dalam pekerjaan pada stasiun pembelahan kelapa (pekerja 1, 2, dan 3), pemarutan kelapa (pekerja 4,5,6, dan 7), pemecahan es balok (pekerja 3), dan pengadukan adonan dengan es (pekerja 4 dan 5). Faktor Time Load (T) dalam kategori tinggi disebabkan oleh hampir tidak adanya waktu luang sehingga sering terjadi penumpukan jumlah aktivitas pada setiap waktu.

2. Faktor Time Load (T) dalam kategori sedang memiliki pengaruh besar dalam pekerjaan pada stasiun pemerasan kelapa (pekerja 1), perebusan air dan pembuatan adonan (pekerja 2), dan pengemasan (pekerja 6 dan 7). Faktor Time Load (T) dalam kategori sedang, pekerja kadang-kadang memiliki waktu luang sehingga penumpukan aktivitas tidak selalu terjadi setiap waktu.

Analisis Work Load Analysis (WLA)

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa persentase waktu produktif yang paling besar dimiliki oleh stasiun pemecahan es balok (pekerja 3) sebesar 96,3563% dan yang paling rendah dimiliki oleh stasiun pemerasan kelapa (pekerja 1) sebesar 74,6895%.

Jika dibandingkan waktu produktif aktual dengan waktu produktif seharusnya, maka dapat diketahui bahwa pekerja masih memiliki waktu non produktif (idle) dengan persentase bereda-beda. Rekapitulasi waktu produktif, idle, dan allowance dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Rekapitulasi Waktu Produktif, Idle, Allowance

Persentase Selisih

ke- Pr

Stasiun Pekerja

Waktu Idle Allowance Idle dengan

Tabel 6.2. Rekapitulasi Waktu Produktif, Idle, Allowance (Lanjutan)

Persentase Selisih

ke- Pr

Adonan

Sumber: Pengolahan Data

Selisih idle dan allowance yang bernilai positif menunjukkan bahwa pekerja memiliki waktu yang tidak produktif yaitu memiliki waktu luang yang lebih besar dari allowance yang diberikan. Tabel 6.2. menunjukkan bahwa hanya stasiun pemerasan kelapa, perebusan air dan pembuatan adonan, dan stasiun pengemasan saja yang memiliki waktu luang yang lebih besar dibanding stasiun yang lain.

Pengolahan data dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 10%. Perhitungan uji keseragaman dan kecukupan data yang dikumpulkan dinyatakan telah seragam dan cukup berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 5 hari dengan jumlah pengamatan sebanyak 205 kali per hari. Tingkat akurasi menunjukkan tidak melampaui tingkat ketelitian yang telah ditentukan peneliti sebesar 10% maka akurasi dari penelitian dapat diterima.

Beban kerja berdasarkan Work Load Analysis dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Stasiun Pekerja

Waktu Idle Allowance Idle dengan

oduktif(%) Allowance

Pemerasan Kelapa 1 74,6895 25,3105 14,5 10,8105

Perebusan Air dan Pembuatan

2 78,2616 21,7384 14,5 7,2384

Pemecahan Es Balok 3 96,3563 3,6437 19 -15,3563

Pengadukan Adonan dengan Es 4

87,6007 12,3993 19 -6,6007

5 90,4872 9,5128 19 -9,4872

Pengemasan 6

76,2030 23,7970 19 4,7970

7 75,6006 24,3994 19 5,3994

Tabel 6.3. Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja Work Load Analysis

Sumber : Pengolahan Data

Tabel 6.3. menunjukkan bahwa hanya stasiun pemerasan kelapa, perebusan air dan pembuatan adonan, dan pengemasan yang memiliki nilai rata- rata dibawah 100%. Sesuai dengan standar beban kerja yaitu apabila nilai beban kerja diatas 100 maka beban kerja tergolong tinggi. Nilai beban kerja pada stasiun pembelahan kelapa, pemarutan kelapa, pemecahan es balok, dan pengadukan adonan dengan es diatas 100 sehingga diperlukan tindakan perbaikan yaitu penambahan jumlah pekerja.

Produktif(%) Kerja (%)

Perebusan Air dan Pembuatan

2 78,26 96,77

Pemecahan Es Balok 3 96,35 128,42

Pengadukan Adonan dengan Es 4

87,60 110,49

5 90,48 113,06

Pengemasan 6

76,20 98,84

7 75,60 97,16

Perbandingan Beban Kerja antara Metode SWAT dengan Work Load Analysis

Metode SWAT digunakan untuk menganalisis beban kerja mental secara subjektif berdasarkan persepsi pekerja sedangkan Work Load Analysis digunakan untuk menganalisis beban kerja kerja mental secara objektif berdasarkan hasil pengamatan kepada pekerja. Perbandingan beban kerja antara SWAT dan WLA dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Perbandingan Beban Kerja antara SWAT dengan WLA

Stasiun Pekerja Hasil Beban Kerja SWAT Hasil Beban

Pembuatan Adonan

Sumber : Pengolahan Data

Perhitungan berdasarkan SWAT didapatkan bahwa beban kerja yang paling tinggi dialami stasiun pemecahan es balok (pekerja 3) dengan faktor Time Load (T) sebesar 88,8889 %. Beban kerja yang paling rendah dialami stasiun pengemasan (pekerja 7) sebesar 44,4444 %. Sedangkan berdasarkan WLA

ke- Prototipe Beban Kerja (%) Kerja WLA (%)

didapatkan bahwa beban kerja yang paling tinggi dialami stasiun pemecahan es balok (pekerja 3) sebesar 128,42 % dan yang paling rendah dialami stasiun pemerasan kelapa (pekerja 1) sebesar 93,21 %. Tabel 6.4. menunjukkan bahwa terdapat persamaan antara beban kerja persepsi pekerja dan beban kerja hasil pengamatan kepada pekerja.

Penentuan jumlah pekerja dilakukan dengan menjumlahkan nilai beban kerja seluruh pekerja yang berada pada setiap stasiun kerja, sehingga diperoleh beban kerja per stasiun kerja. Maka jumlah pekerja pada setiap stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Hasil Perhitungan Pekerja pada setiap Stasiun Kerja

Stasiun

Sumber : Pengolahan Data

(%)

dan Pembuatan 96,77 Adonan

Beban kerja pada pekerja dipengaruhi faktor T, E, dan S. Penentuan jumlah pekerja optimal dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah kelebihan atau ketidakseimbangan beban kerja. Rata-rata beban kerja pekerja (rill) pada stasiun pembelahan kelapa tergolong tinggi sebesar 115,77 % yang dipengaruhi faktor T karena melebihi 100% dan beban kerja diatas normal. Pekerja membutuhkan konsentrasi tinggi saat membelah kelapa untuk menghindari terkenanya jari atau tangan saat proses pembelahan kelapa. Keterbatasan waktu dan banyaknya jumlah kelapa yang akan dibelah mengakibatkan keterlambatan waktu saat bekerja. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah menambah jumlah pekerja dari 3 orang (riil) bertambah menjadi 4 orang (usulan) sehingga menurunkan rata-rata beban kerja menjadi 86,82% (usulan). Keadaan tersebut membuat pekerja dapat mengatasi pekerjaan dengan lebih tenang tanpa mengurangi ketepatan waktu dan ketelitian dalam bekerja.

Rata-rata beban kerja pekerja (rill) pada stasiun pemarutan kelapa tergolong tinggi sebesar 115,84 % yang dipengaruhi faktor T karena melebihi 100% dan beban kerja diatas normal. Pekerja membutuhkan konsentrasi tinggi saat memarut kelapa untuk menghindari terkenanya jari atau tangan saat proses pemarutan kelapa. Selain itu juga pekerja harus melakukan pengecekan ulang terhadap kelapa yang diparut agar tidak menyisakan kelapa pada batok.

Keterbatasan waktu dan banyaknya jumlah kelapa yang akan diparut mengakibatkan keterlambatan waktu saat bekerja. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah menambah jumlah pekerja dari 4 orang (riil) bertambah menjadi 5 orang (usulan) sehingga menurunkan rata-rata beban kerja menjadi

92,67 % (usulan). Keadaan tersebut membuat pekerja dapat mengatasi pekerjaan dengan lebih tenang tanpa mengurangi ketepatan waktu dan ketelitian dalam bekerja.

Rata-rata beban kerja pekerja (rill) pada stasiun pemecahan es balok tergolong sangat tinggi sebesar 128,42 % yang dipengaruhi faktor T karena melebihi 100% dan beban kerja diatas normal. Keterbatasan waktu dan banyaknya jumlah es balok yang akan dipecahkan mengakibatkan keterlambatan waktu saat bekerja. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah menambah jumlah pekerja dari 1 orang (riil) bertambah menjadi 2 orang (usulan) sehingga menurunkan rata-rata beban kerja menjadi 64,21 % (usulan). Keadaan tersebut membuat pekerja dapat mengatasi pekerjaan dengan lebih cepat tanpa mengurangi ketepatan waktu dan ketelitian dalam bekerja.

Rata-rata beban kerja pekerja (rill) pada stasiun pengadukan adonan dengan es tergolong tinggi sebesar 111,78 % yang dipengaruhi faktor T karena melebihi 100% dan beban kerja diatas normal. Pekerja membutuhkan konsentrasi tinggi saat pengadukan karena pekerja selalu melakukan pengecekan terhadap mesin dompleng. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah menambah jumlah pekerja dari 2 orang (riil) bertambah menjadi 3 orang (usulan) sehingga menurunkan rata-rata beban kerja menjadi 74,52 % (usulan).

Keadaan tersebut membuat pekerja dapat mengatasi pekerjaan dengan lebih tenang tanpa mengurangi ketepatan waktu dan ketelitian dalam bekerja.

BAB VII

Dokumen terkait