PENENTUAN JUMLAH PEKERJA BERDASARKAN ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN METODE SWAT (SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESMENT TECHNIQUE) DAN WORK LOAD ANALYSIS PADA BAGIAN PRODUKSI UKM DENY ES KRIM
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
RIDHO ARIF AKBAR SH NIM. 090403019
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 1 8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.
Penulisan Tugas Sarjana ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini juga merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di UKM. Tugas Sarjana ini berjudul “Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja dengan Metode SWAT (Subjective Workload Assesment Technique) dan Work Load Analysis pada Bagian Produksi UKM Deny Es Krim”
Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini berguna bagi kita semua.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS
Oktober, 2018
UCAPAN TERIMA KASIH
Tugas Sarjana yang ditulis ini telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah memberi izin dan kesempatan serta telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam pelaksanaan Tugas Sarjana ini
2. Bapak Buchari, ST, M.Kes. selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah memberi izin dalam pelaksanaan Tugas Sarjana ini
3. Ibu Ir. Anizar, M.Kes. selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, arahan, masukan, semangat, serta tidak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
4. Kedua orangtua penulis Ibu Kartini dan Bapak Serwindo tercinta yang tiada henti-hentinya mendukung penulis secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis mempersembahkan karya ini untuk kedua orangtua penulis.
5. Kakak-Kakak dan Abang-abang penulis Kak Uci, Kak Epi, Kak Dewi, Bang Edwin, dan Bang Ipul yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan, motivasi, dan semangat kepada penulis.
6. Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T. selaku Kepala Laboratorium Sistem Produksi yang sudah memberikan izin, dukungan dan motivasi kepada penulis dalam pelaksanaan Tugas Sarjana ini.
7. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
8. Staf pegawai Teknik Industri Bang Mijo, Kak Rahma, Bang Nurmansyah, Bang Edi, dan Kak Ester atas bantuannya dalam hal penyelesaian administrasi dalam pelaksanaan Tugas Sarjana ini.
9. Sahabat-sahabat Partai Jenggot Alfin, Oi, Ozi, Hafizh, Yoan, Arsyad, Mustofa, Rozi yang selalu setia memberikan saran, masukan, dan motivasi kepada penulis.
10. Adik tersayang Yusra Julia Maha yang sudah memberikan semangat, dukungan, motivasi, dan masukan kepada penulis.
11. Sahabat-Sahabat IE-KLAN angkatan 2009 Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
12. Sahabat-sahabat SMANSAKA Doly, Roni, Rezki, Christy, Imran, Suci yang sudah memberikan motivasi dan masukan kepada penulis.
13. Sahabat-sahabat Gundaling Crew Septo, Riston, Prihatno, Mario, Noa, Dany, Febriaman, Dapot, Mora, Adam, David, Asih yang sudah memberikan dukungan kepada penulis.
ABSTRAK
Tenaga kerja merupakan faktor yang paling penting dalam menjamin kelancaran proses produksi. Ketersediaan tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang memadai dan jumlah yang tepat selalu menjadi tujuan dari pelaksanaan produksi itu sendiri, meskipun tidak melupakan faktor penting lainnya yang berpengaruh dalam proses produksi seperti mesin, peralatan dan lain sebagainya. Pembebanan kerja yang tidak merata dan ketidaksesuaian jumlah pekerja pada UKM Deny Es Krim berdampak pada produktivitas UKM.
Tindakan perlu dilakukan dengan pengaturan jumlah pekerja berdasarkan beban kerja. Penelitian menggunakan metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental secara subjektif berdasarkan persepsi pekerja dan Work Load Analysis yang digunakan untuk menganalisis beban kerja secara objektif berdasarkan pengamatan terhadap pekerja agar didapatkan jumlah pekerja yang optimal. Kelebihan beban kerja terjadi di stasiun pembelahan kelapa (115,77%) dengan faktor Time Load, stasiun pemarutan kelapa (115,84%) dengan faktor Time Load, stasiun pemecahan es balok (128,42%) dengan faktor Time Load, dan stasiun pengadukan adonan dengan es (111,78%) dengan faktor Time Load. Jumlah pekerja yang optimal berdasarkan analisis beban kerja pada bagian produksi sebesar 9 orang yang awalnya 7 orang pekerja.
Kata kunci: Tenaga Kerja, Beban Kerja Mental, SWAT, Work Load Analysis
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
I PENDAHULUAN ...
1.1. Latar Belakang ...
I-1 I-1 1.2. Perumusan Masalah... I-5 1.3. Tujuan dan Manfaat... I-5 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-6 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-7 II PENDAHULUAN ...
2.1. Sejarah Perusahaan ...
II-1 II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Lingkungan... II-3
BAB HALAMAN 2.5. Bahan-bahan yang Digunakan ... II-4 2.5.1. Bahan Baku ... II-4 2.5.2. Bahan Penolong ... II-4 2.5.3. Bahan Tambahan ... II-4 2.6. Mesin dan Peralatan... II-5 2.7. Tahapan Proses Produksi ... II-11 2.8. Limbah ... II-13 2.9. Struktur Organisasi ... II-13 2.10. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-14 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-15 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-16
III TINJAUAN PUSTAKA... III-1 3.1. Ergonomi ... III-1 3.2. Tenaga Kerja / Sumber Daya Manusia ... III-1 3.3. Beban Kerja ... III-2 3.4. Work Sampling ... III-3 3.4.1. Sampling Pendahuluan... III-4 3.4.2. Uji Kecukupan Data ... III-5 3.4.3. Uji Keseragaman Data... III-6
BAB HALAMAN Pengukuran Akurasi Work Sampling ... III-7 Rating Factor dan Allowance ... III-7 3.5. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan... III-14 3.6. Waktu Standar... III-15
Metode Subjective Workload Assement Technique
(SWAT) ... III-15 3.7.1. Beban Waktu (Time Load)... III-16 Beban Usaha Mental (Mental Effort Load) ... III-17 Beban Tekanan Psikologis (Psychological
Stress Load) ... III-18 3.8. Metode Work Load Analysis (WLA)... III-24
IV METODOLOGI PENELITIAN... IV-1 4.1. Tempat danWaktuPenelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-1 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.6. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-4
BAB HALAMAN Metode Pengumpulan Data Subjective
Workload Assesment Technique (SWAT) ... IV-4 Metode Pengumpulan Data Work Load
Analysis (WLA) ... IV-5 4.8. Metode Pengolahan Data ... IV-7 4.8.1. Metode Pengolahan Data SWAT... IV-7 4.8.2. Metode Pengolahan Data WLA ... IV-8 4.9. Analisa Data ... IV-10 4.10. Prosedur Penelitian ... IV-11
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.1.1. Alokasi Pekerja ... V-1 Data Subjective Workload Assesment
Technique (SWAT)... V-2 Rekapitulasi Penyusunan Kartu SWAT...
V-2
Rekapitulasi Angket Beban Kerja ... V-4 5.1.3. Data WLA ... V-5
BAB HALAMAN Defenisi Masalah dengan Work
Sampling ... V-5 Tingkat Kepercayaan dan Tingkat
Ketelitian ... V-5 5.1.3.3. Jenis Pekerjaan ... V-5 5.1.3.4. Penentuan Waktu Pengamatan ... V-9 5.1.3.5. Kegiatan Work Sampling ... V-12 5.1.3.6. Allowance... V-13 5.1.3.7. Rating Factor ... V-17 5.2. Pengolahan Data... V-18 5.2.1. Pengolahan Data SWAT... V-18 5.2.1.1. Tahap Penskalaan ... V-18 5.2.1.2. Tahap Penilaian ... V-23 5.2.2. Pengolahan Data WLA... V-25 5.2.2.1. Pengolahan Proporsi Aktivitas ... V-25 5.2.2.2. Uji Keseragaman Data ... V-27 5.2.2.3. Uji Kecukupan Data ... V-29 Perhitungan Tingkat Akurasi ... V-31 Perhitungan Beban Kerja WLA ... V-32
BAB HALAMAN Perhitungan Jumlah Pekerja
dengan Work Load Analysis... V-33
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis SWAT ... VI-1 6.2. Analisis WLA... VI-3 6.3. Perbandingan Beban Kerja antara Metode SWAT
Dengan WLA ... VI-6
VII ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VII-1 7.1. Analisis SWAT ... VII-1 7.2. Analisis WLA... VII-3
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Produk UKM Deny Es Krim... II-2 2.2. Lokasi UKM Deny Es Krim Berdasarkan Google Maps . II-3 2.3. Mesin Dong Feng ... II-5 2.4. Mesin Blender ... II-5 2.5. Mesin Press ... II-6 2.6. Mesin Parut Kelapa ... II-6 2.7. Freezer ... II-7 2.8. Kompor Gas ... II-7 2.9. Gas LPG... II-8 2.10. Gergaji Es Balok ... II-8 2.11. Pemukul Es Balok ... II-9 2.12. Parang ... II-9 2.13. Ember... II-10 2.14. Kaleng Tabung ... II-10 2.15. Saringan Santan... II-11 2.16. Blok Diagram Uraian Proses Produksi UKM Deny
Es Krim ... II-12 2.17. Struktur Organisasi UKM Deny Es rim... II-13 3.1. Kartu SWAT ... III-19 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
4.2. Blok Diagram SWAT ... IV-5 4.3. Blok Diagram WLA dengan Cara Work Sampling ... IV-7 4.4. Blok Diagram Pengolahan SWAT ... IV-8 4.5. Blok Diagram WLA dengan Cara Work Sampling ... IV-10 4.6. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-11 5.1. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data Stasiun
Pembelahan Kelapa Pekerja 1 ... V-28
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Pembagian Tenaga Kerja dan Wkatu Kerja ... II-15 2.2. Pembagian Tugas Kerja ... II-16 3.1. Nilai Westinghouse Factor ... III-8 3.2. Tabel Nilai Allowance ... III-12 3.3. Contoh Perhitungan Allowance ... III-14 3.4. Kombinasi Beban Waktu (T), Beban Usaha
Mental (E), Beban Tekanan Psikologis (S) ... III-23 5.1. Alokasi Pekerja pada UKM Deny Es Krim ... V-1 5.2. Kombinasi Kartu SWAT ... V-2 5.3. Rekapitulasi Urutan Kartu SWAT Menurut Persepsi
Pekerja ... V-3 5.4. Rekapitulasi Angket Beban Kerja ... V-4 5.5. Waktu Pengamatan Work Sampling ... V-11 Rekapitulasi Pengamatan Work Sampling ... V-12 Nilai Allowance pada Stasiun Pembelahan Kelapa ... V-13 Nilai Allowance pada Stasiun Pemarutan Kelapa... V-14 Nilai Allowance pada Stasiun Pemerasan Kelapa... V-14 Nilai Allowance pada Stasiun Perebusan Air dan
Pembuatan Adonan ... V-15 Nilai Allowance pada Stasiun Pemecahan Es Balok... V-15
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
Nilai Allowance pada Stasiun Pengadukan Adonan
Dengan Es ... V-16 Nilai Allowance pada Stasiun Pengemasan ... V-16 5.14. Rating Factor pada Setiap Pekerja ... V-17 Parameter Perhitungan Koefisien Kendall ... V-19 Perhitungan Koefisien Korelasi Spearman Responden 1 V-21 Prototipe untuk Masing-masing Responden ... V-23 Kategori Beban Kerja Masing-masing Responden ... V-24 5.19. Rekapitulasi Waktu Produktif ... V-25 5.20. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data... V-29 5.21. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data ... V-30 Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja WLA ... V-32 Rekapitulasi Perhitungan Pekerja Berdasarkan WLA... V-35 Kategori Prototipe dan Beban Kerja Masing-masing
Pekerja ... VI-1 Rekapitulasi Waktu Produktif, Idle, Allowance ... VI-3 Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja WLA... VI-5 Perbandingan Beban Kerja antara SWAT dengan WLA VI-6 Hasil Perhitungan Pekerja pada setiap Stasiun Kerja ... VI-7
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan faktor yang paling penting dalam menjamin kelancaran proses produksi. Ketersediaan tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang memadai dan jumlah yang tepat selalu menjadi tujuan dari pelaksanaan produksi itu sendiri, meskipun tidak melupakan faktor penting lainnya yang berpengaruh dalam proses produksi seperti mesin, peralatan dan lain sebagainya. Kurangnya jumlah tenaga kerja sangat berakibat fatal bagi proses produksi, tidak tercapainya target produksi dan pesanan para konsumen, serta meningkatnya beban kerja yang dialami oleh pekerja sehingga berdampak penurunan terhadap produktivitas pekerja, selain dari dampak tersebut dampak lain yang ditimbulkan yaitu kehilangan kepercayaan dari para konsumen dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi perusahaan menurun. (Tardi, 2016).
Beban kerja merupakan salah satu faktor penting dalam pekerjaan. Beban kerja dapat berupa beban fisik dan mental. Pembebanan terhadap seorang pekerja harus memperhatikan pada kemampuan dan keterbatasan pekerja tersebut. Hal itu dibutuhkan untuk menghindari pembebanan pekerjaan yang berlebihan pada pekerja. (Etika Muslimah dkk, 2014).
Pengukuran beban fisik diukur dari pendekatan work sampling. Metode work sampling merupakan salah satu metode pendekatan yang bisa digunakan untuk mengukur produktivitas dengan mudah. Work sampling juga dapat
digunakan untuk mengetahui aktivitas produktif dan tidak produktif operator.
Work Load Analysis (WLA) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya beban kerja yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Metode ini dapat menganalisis beberapa penyebab besarnya beban kerja serta menentukan solusi perbaikan untuk menurunkan beban kerja yang tinggi. Selain itu, beban kerja yang diterima oleh pekerja juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah pekerja yang perlu dimiliki oleh perusahaan.
UKM Deny Es Krim merupakan salah satu UKM yang memproduksi es krim di kota Medan. UKM ini beralamat di Jl.Karya Wisata No.7 Medan Johor, Sumatera Utara. UKM Deny Es Krim memproduksi berbagai varian rasa es krim seperti coklat, durian, stroberi, pandan, dan vanila. Semua varian rasa ini di produksi dengan proses yang sama tetapi dengan bahan perasa yang berbeda sesuai dengan varian rasa yang diinginkan. Es krim yang dihasilkan UKM ini adalah es krim dengan berat 10 kg per kemasan yang akan di packing dengan menggunakan kemasan plastik. Es krim yang diproduksi mencapai 800-1000 kg setiap harinya.
UKM ini memiliki 7 stasiun kerja pada bagian produksi yaitu stasiun pembelahan kelapa, pemarutan kelapa, pemerasan kelapa, perebusan air dan pembuatan adonan, pemecahan es, pengadukan adonan dengan es, dan pengemasan. Dalam melakukan produksi es krim melibatkan 7 orang pekerja yang bekerja selama 7 jam kerja.
Proses pembelahan kelapa dan pemarutan kelapa dilakukan sekitar pukul 06.30-09.30 WIB. Selanjutnya proses pemerasan kelapa hingga pengemasan dilakukan sekitar pukul 11.00-15.00 WIB.
Stasiun pembelahan kelapa memiliki 3 orang pekerja yang bertugas membelah kelapa dengan menggunakan parang. Pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang karena bahan baku kelapa yang dibelah per harinya sekitar 400- 500 buah kelapa. Pekerjaan ini juga membutuhkan konsentrasi yang cukup agar menghindari melesetnya ayunan parang pada saat membelah kelapa.
Stasiun pemarutan kelapa memiliki 4 orang pekerja yang bertugas memarut kelapa dan menginspeksi setiap batok. Sifat pekerjaan yang monoton dan repetitif mengakibatkan turunnya konsentrasi pekerja. Jika dibandingkan dengan proses pembelahan kelapa, pemarutan kelapa memiliki waktu siklus yang lebih lama dibandingkan dengan pemarutan kelapa. Hal ini mengakibatkan pekerja di stasiun pemarutan kelapa terburu-buru dalam memarut kelapa sehingga pekerja sering menyisakan kelapa pada batok kelapa saat proses pemarutan. Hal ini dilakukan karena terjadi penumpukan kelapa dari stasiun pembelahan kelapa yang nantinya akan diparut.
Hal yang sama terjadi pada stasiun pemecahan es yang hanya memiliki 1 orang pekerja, dimana pekerja terburu-buru dalam memotong dan menghancurkan es balok sehingga es balok yang dihancurkan tidak semua menjadi potongan- potongan kecil yang sama. Hal ini dilakukan karena mesin dong feng memiliki kapasitas 9 tong pengadukan adonan dengan es, dimana setiap tong mampu menampung sampai 5 kg potongan-potongan es. Jadi pekerja di stasiun
pemecahan es balok harus menghancurkan es balok sebanyak 45 kg setiap siklusnya, sedangkan kemampuan pekerja untuk menghancurkan es balok tiap siklusnya hanya 35-40 kg. Hal ini menyebabkan 1-2 tong pengaduk pada mesin dong feng tidak digunakan secara maksimal dan terjadi penundaan pekerjaan.
Berdasarkan permasalahan diatas terdapat beberapa masalah seperti penumpukan belahan kelapa pada stasiun pemarutan kelapa yang dikarenakan kurangnya pekerja untuk mengimbangi banyaknya belahan kelapa. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengaturan jumlah pekerja di setiap stasiun kerja berdasarkan beban kerja. Salah satunya dengan menganalisis beban kerja mental pekerja agar tidak terjadi kesenjangan beban kerja.
Tardi (2016) melakukan penelitian pada pekerja di UD. Batu Bata Press Dua Setangke Kabupaten Nagan Raya dengan pengaturan jumlah pekerja berdasarkan beban kerja. SWAT digunakan untuk menganalisis beban kerja mental secara subjektif berdasarkan persepsi pekerja dan secara objektif berdasarkan hasil pengamatan terhadap pekerja dengan Work Load Analysis. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelebihan beban kerja terjadi di stasiun Penggalian Tanah Liat dengan tingkat persentase sebesar (63.51%) dengan kategori tinggi.
Sedangkan beban kerja stasiun menggangkat bahan baku ke dalam mesin pencetakan dengan tingkat persentase sebesar (65.32%) dan menyusun hasil cetakan ke dalam kereta sorong untuk dibawa ketempat penjemuran dengan tingkat persentase sebesar (61.24%) dengan kategori tergolong tinggi. Data tersebut dilakukan perhitungan jumlah pekerja optimal ada setiap stasiun kerja.
Jumlah pekerja yang optimal berdasarkan analisis beban kerja pada bagian
produksi pembuatan batu bata press dengan banyaknya pekerja sebesar 3 orang.
Jumlah pekerja pada tiap stasiun yang berubah adalah stasiun penggalian tanah liat, stasiun menggangkat bahan baku ke dalam mesin pencetakan dari 3 orang bertambah menjadi 5 orang, dan stasiun menyusun hasil cetakan ke dalam kereta sorong untuk dibawa ketempat penjemuran batu bata press bertambah menjadi 3 orang.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka penentuan jumlah pekerja di UKM Deny Es Krim untuk mencari solusi pemecahan masalah yang terjadi juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dan Work Load Analysis.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi oleh UKM Deny Es Krim adalah adanya penumpukan bahan pada beberapa stasiun yang mengakibatkan tidak lancarnya proses produksi. Keadaan tersebut diakibatkan pembebanan kerja yang tidak merata sehingga terjadi ketidaksesuaian jumlah pekerja dan berdampak pada produktivitas UKM sehingga perlu dilakukan analisis beban kerja untuk menentukan jumlah pekerja optimal.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk menentukan jumlah pekerja berdasarkan analisis beban kerja pekerja bagian produksi pada UKM deny Es
Krim dengan menggunakan metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dan Work Load Analysis (WLA).
Tujuan khusus dari penelitian adalah:
1. Mengetahui persentase waktu produktif pekerja pada bagian produksi 2. Mengetahui tingkatan beban kerja yang dialami oleh pekerja.
3. Mengetahui jumlah pekerja yang optimal.
4. Membandingkan kondisi beban kerja aktual dan usulan setelah perubahan jumlah tenaga kerja.
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas sarjana dan mampu menerapkan keilmuan teknik industri yang diperoleh selama perkuliahan.
2. UKM Deny Es Krim memperoleh acuan untuk mengetahui cara menentukan jumlah tenaga kerja melalui perhitungan waktu dan beban kerja.
3. Laporan hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Batasan dan Asumsi Penelitian
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan pada pekerja tetap di bagian produksi.
2. Penelitian tidak memperhitungkan cost untuk penambahan pekerja dan peralatan kerja.
3. Pengamatan work dan idle dilakukan 5 hari dari pukul 06.30-09.30 WIB dan 11.00-15.00 WIB.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kondisi kerja pekerja dalam keadaan normal.
2. Tidak terjadi penambahan jumlah sumber daya selama penelitian berlangsung.
3. Pekerja dianggap sudah mengetahui dan paham terhadap prosedur kerja yang dilakukan.
Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan tugas sarjana adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan tugas sarjana.
Bab II Gambaran Umum, menguraikan gambaran umum perusahaan, ruang lingkup perusahaan, lokasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan jam kerja karyawan, dan sistem pengupahan,
Bab III Landasan Teori, berisi teori mengenai konsep pengukuran beban kerja sebagai landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan masalah penulisan.
Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka berpikir, defenisi operasional, identifikasi variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, populasi, teknik
sampling, sumber data, metode pengolahan data, blok diagram prosedur penelitian dan pengolahan data dengan metode.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisikan data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI Analisis Pemecahan Masalah, berisikan hasil pengolahan data yang digunakan sebagai dasar dalam pemecahan masalah.
BAB VII Kesimpulan dan Saran, berisikan intisari yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
UKM Deny Es Krim beralamat di Jl. Karya Wisata No.7 Medan Johor, Sumatera Utara. Lokasinya sangat mudah diakses karena terletak di pinggir jalan sehingga memudahkan konsumen untuk datang langsung ke UKM ini. Pemilik UKM ini adalah Bapak Wardi yang didirikan pada tahun 2000.
Alasan berdirinya UKM ini dikarenakan peluang permintaan konsumen terhadap es krim yang cukup baik dan banyak selain itu UKM ini didirikan juga dengan alasan ingin memulai sebuah usaha yang menghasilkan keuntungan. UKM ini memiliki 7 orang pekerja.
Ruang Lingkup Bidang Usaha
UKM Deny Es Krim memproduksi berbagai varian rasa es krim seperti coklat, durian, stroberi, pandan, dan vanila. Semua varian rasa ini di produksi dengan proses yang sama tetapi dengan bahan perasa yang berbeda sesuai dengan varian rasa yang diinginkan. Es krim yang dihasilkan UKM ini adalah es krim dengan berat 10 kg per kemasan yang akan di packing dengan menggunakan kemasan plastik. Es krim yang diproduksi mencapai 800-1000 kg setiap harinya..
Es krim ini dipasarkan di sekitar Medan hingga Lhoksmawe. UKM ini membeli es balok yang digunakan dalam pembuatan es krim yang disuplai dari PT. PEM
pemasok es balok yang berlokasi di KIM, Medan. Produk UKM Deny Es Krim dapat lihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Produk UKM Deny Es Krim
UKM Deny Es Krim memproduksi es krim dengan varian rasa yang berbeda dengan harga Rp 100.000,- per 10 kg untuk pedagang eceran dan Rp 200.000,- per 10 kg untuk konsumen langsung. UKM ini juga melayani penjualan garam, kelapa parut, cone es krim, dan kebutuhan es krim lainnya untuk dijual para pedagang eceran.
Lokasi Perusahaan
Lokasi UKM Deny Es Krim beralamat di Jl. Karya Wisata No.7 Medan Johor, Sumatera Utara. Lokasi UKM Deny Es Krim dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Lokasi UKM Deny Es Krim Berdasarkan Aplikasi Google Maps
Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Lingkungan
Bila ditinjau dari aspek sosial, dampak positif bagi masyarakat secara umum adalah:
1. Pengurangan tingkat pengangguran karena dalam pembuatan UKM tersebut membutuhkan tenaga kerja yang secara langsung diambil dari lingkungan sekitar.
2. Perubahan budaya yang dapat berdampak pada perubahan sikap masyarakat yaitu mendapatkan gambaran tentang bagaimana cara bekerja yang baik dan benar serta mendapatkan disiplin.
Sedangkan dampak negatif bagi masyarakat adalah ributnya mesin yang digunakan pada proses produksi yang dapat mengganggu kenyamanan di sekitar UKM.
Bila ditinjau dari aspek ekonomi, dampak positif bagi masyarakat secara umum adalah:
1. Dapat meningkatkan ekonomi di lingkungan sekitar UKM.
UKM DENY ES KRIM
2. Meningkatkan perekonomian pemerintah, dengan adanya UKM tersebut dapat membantu pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Bahan-bahan yang Digunakan Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan utama di dalam proses produksi yang sifat dan bentuknya akan diubah. Bahan ini diolah langsung di dalam proses produksi dan memiliki komposisi terbesar dalam produk jadi. Bahan baku yang digunakan adalah tepung tapioka, kelapa, gula, perisa makanan, dan air.
Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses dimana bahan tersebut tidak terdapat pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah garam dan es balok yang keduanya berguna untuk mendinginkan suhu adonan es pada saat proses pengadukan di mesin dong feng.
Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan atau dipakai sebagai pelengkap dalam produk akhir untuk meningkatkan mutu produk. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi adalah plastik untuk kemasan es krim dan karet untuk pengikat plastik kemasan
Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah sebagai berikut :
1. Mesin Dong Feng
Mesin Dong Feng digunakan untuk mengaduk adonan dengan es dan garam agar menjadi es krim. Mesin ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Mesin Dong Feng 2. Mesin Blender
Mesin Blender digunakan sebagai pengaduk tepung tapioka, santan, gula, perisa, dan air. Mesin Blender dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Mesin Blender
3. Mesin Press Kelapa
Mesin press digunakan sebagai alat press kelapa agar menghasilkan santan.
Mesin press dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Mesin Press
4. Mesin Parut Kelapa
Mesin parut kelapa berfungsi untuk memarut kelapa. Mesin parut kelapa dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Mesin Parut Kelapa
5. Freezer
Freezer berfungsi untuk pendingin es krim yang sudah jadi dan sebagai tempat penyimpanan. Freezer dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Freezer 6. Kompor Gas
Kompor gas berfungsi untuk merebus air yang nantinya berguna sebagai campuran adonan. Kompor gas dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Kompor Gas
7. Gas LPG
Gas LPG berfungsi sebagai sumber gas pada kompor. Gas LPG dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Gas LPG
8. Gergaji Es Balok
Gergaji es balok berfungsi sebagai alat untuk memotong es balok menjadi potongan yang lebih kecil sehingga memudahkan untuk dihancurkan dengan menggunakan pemukul es balok. Gergaji es balok dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Gergaji Es Balok
9. Pemukul Es Balok
Pemukul es balok berfungsi sebagai penghancur es balok. Pemukul es balok dapat dilihat pada Gambar 2.11.
10. Parang
Parang berfungsi sebagai alat untuk membelah kelapa. Parang dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Parang
11. Ember
Ember berfungsi sebagai tempat bahan-bahan sementara. Ember dapat dilihat pada Gambar 2.13.
12. Kaleng Tabung
Kaleng tabung berfungsi sebagai wadah adonan. Kaleng tabung dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14. Kaleng Tabung
13. Saringan Santan
Saringan santan berfungsi sebagai alat untuk menyaring santan. Saringan santan dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15. Saringan Santan
Tahapan Proses Produksi
Pembuatan es krim pada UKM Deny Es Krim melalui tahapan proses sebagai berikut :
1. Dibelah kelapa menggunakan parang
2. Diparut kelapa menggunakan mesin parut kelapa
3. Diperas kelapa menggunakan mesin press dan disaring dengan saringan santan 4. Direbus air menggunakan kompor gas dan dicampurkan air yang sudah direbus
dengan semua bahan menggunakan mesin blender
5. Dihancurkan es balok menjadi potongan-potongan kecil menggunakan gergaji dan pemukul es balok
6. Diaduk adonan menggunakan mesin dong feng dan dimasukkan potongan-potongan es dan garam untuk menurunkan suhu adonan
7. Dikemas es krim yang sudah jadi menggunakan plastik dengan ukuran 10 kg kemudian disimpan ke dalam freezer
Blok diagram proses produksi es krim pada UKM Deny Es Krim dapat dilihat pada Gambar 2.16.
Pemarutan Kelapa
Pemerasan Kelapa
Perebusan Air dan Pembuatan
Adonan
Pemecahan Es Balok
Pengadukan Adonan dengan Es
Pengemasan
Gambar 2.16. Blok Diagram Uraian Proses Produksi UKM Deny Es Krim
Limbah
UKM Deny Es Krim menghasilkan jenis sisa hasil produksi berupa limbah cair dan padat. Limbah cair dihasilkan dari sisa penggunaan air pada setiap proses produksi es krim. Limbah padat berasal dari ampas dan batok kelapa sisa
Pembelahan Kelapa
Pimpinan UKM Deny Es Krim
Pekerja
dari proses pemarutan dan pemerasan kelapa. UKM ini memiliki beberapa jenis pengelolaan terhadap limbah-limbah tersebut yaitu:
1. Pengelolaan Limbah Cair
a. Limbah cair berupa air sisa proses produksi langsung dibuang ke saluran pembuangan
2. Pengelolaan Limbah Padat
a. Ampas dan batok kelapa dijual kembali kepada masyarakat sekitar.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang digunakan UKM Deny Es Krim ini adalah lini dimana pelimpahan wewenang langsung dan sepenuhnya dari pimpinan terhadap bawahannya. Pada struktur organisasi ini pimpinan secara langsung memberi perintah tugas, mengawasi maupun membayar gaji karyawan.
Gambar 2.17. Struktur Organisasi UKM Deny Es Krim Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Uraian pembagian tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap jabatan pada struktur organisasi UKM Deny Es Krim adalah sebagai berikut :
1. Pemilik UKM Deny Es Krim
Tugas dan tanggung jawab pemilik UKM Deny Es Krim adalah : a. Memimpin dan menjadi motivator bagi pekerjanya.
b. Mengelola operasional harian UKM.
c. Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan menganalisis semua aktivitas bisnis UKM.
d. Merencanakan, mengelola dan mengawasi proses penganggaran di UKM.
e. Mengelola anggaran keuangan UKM.
f. Memutuskan dan membuat kebijakan untuk kemajuan UKM.
g. Membuat prosedur dan standar.
h. Menjual produk.
2. Pekerja
Tugas dan tanggung jawab pekerja UKM Deny Es Krim adalah : a. Melaksanakan semua pekerjaan yang sudah ditentukan.
b. Menjaga dan merawat semua mesin dan peralatan yang ada.
c. Menjaga kebersihan UKM.
Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Saat ini jumlah tenaga kerja pada UKM Deny Es Krim sebanyak 7 orang.
Seluruh tenaga kerja tersebut memiliki hubungan kerja PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu), status ini juga sering disebut sebagai pekerja tetap.
Hari Kerja pada UKM Deny Es Krim adalah Senin sampai dengan Sabtu, sedangkan jam kerjanya adalah 7 jam yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja dan Waktu Kerja
Jam Kerja (WIB) Status Pekerja
Pekerja 1, Pekerja 2, dan 06.30-09.30 Kerja
Pembelahan Kelapa
Pemarutan Kelapa
Pekerja 3 Pekerja 4, Pekerja 5, Pekerja 6, dan Pekerja 7
09.31-10.59 Istirahat
Pemerasan Kelapa Pekerja 1 Perebusan Air dan
Pembuatan Adonan Pekerja 2 11.00-15.00 Kerja Pemecahan Es Balok Pekerja 3
Pengadukan Adonan
dengan Es Pekerja 4 dan Pekerja 5
Sumber: Pengumpulan Data
Pengemasan Pekerja 6 dan Pekerja 7
Pembagian Tugas untuk masing-masing pekerja di UKM Deny Es Krim dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Pembagian Tugas Pekerja
No. Pekerja ke- Tugas
1 Pekerja 1 Pembelahan Kelapa dan Pemerasan Kelapa
2 Pekerja 2 Pembelahan Kelapa dan Perebusan Air dan Pembuatan Adonan 3 Pekerja 3 Pembelahan Kelapa dan Pemecahan Es Balok
4 Pekerja 4 Pemarutan Kelapa dan Pengadukan Adnonan dengan Es 5 Pekerja 5 Pemarutan Kelapa dan Pengadukan Adonan dengan Es 6 Pekerja 6 Pemarutan Kelapa dan Pengemasan
7 Pekerja 7 Pemarutan Kelapa dan Pengemasan
Sumber: Pengumpulan Data
Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
UKM Deny Es Krim memberikan kompensasi dan jaminan sosial kepada semua pekerja. Pekerja menerima gaji sebulan sekali tepatnya pada akhir bulan.
Seluruh pekerja diberikan tempat tinggal selama pekerja tersebut bekerja di UKM Deny Es Krim.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.1
Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas- batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (mesin, peralatan kerja) dan/ atau perangkat lunak (metode kerja, sistem dan prosedur). Dengan demikian, terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisiplin karena mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan (sosiologi).
Tenaga Kerja / Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam organisasi perusahaan merupakan kunci keberhasilan perusahaan, karena pada dasarnya sumber daya manusia
1 Sritomo Wignjosoebroto. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Jurusan Teknik Industri ITS.
(Surabaya : Guna Widya, 2006). h. 54
yang merancang, memasang, mengoperasikan dan memelihara sistem integral dari perusahaan. Kepentingan sumber daya manusia terhadap organisasi tidak dapat diabaikan, mutlak diperlukan karena manusialah yang mengelola sumber daya yang ada.2
Agar daur hidup organisasi dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, maka salah satu fokus utama di dalam organisasi adalah bagaimana mengelola SDM mulai dari tahapan rekrutmen, seleksi, penempatan, pengembangan, sampai dengan tahapan pensiun. Dapat diasumsikan pengelolaan sumberdaya manusia di dalam organisasi tak ubahnya seperti mengelola industri dimana bahan baku diterima, kemudian diproses sampai kepada produk di tangan konsumen.
Beban Kerja
Beban kerja adalah banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara fisiologis dalam ergonomi ada 3 jenis beban kerja, yaitu beban kerja fisik energetis yaitu beban kerja yang ditimbulkan oleh kerja fisik atau otot, beban kerja fisik energetis dibedakan menjadi beban kerja statis dan beban kerja dinamis. Kedua, beban kerja perseptif yaitu beban kerja yang ditimbulkan oleh kerja mental (otak) dan kerja panca indera terutama penglihatan dan pendengaran, keterlibatan kontraksi otot dan dengan sendirinya sumber energi atau kalor yang mendukungnya relatif kecil. Ketiga, beban kerja biomekanik yaitu beban kerja yang disebabkan terutama oleh kerja statis dan
2 Harmein Nasution. Proses Pengelolaan Sumber Daya Manusia. (Medan: USU Press, 2008)
kerja dinamis yang berhubungan dengan sikap tubuh atau bagian tubuh serta berat badan pada waktu kerja yang kurang tepat.3
Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Namun sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang lebih. Beban kerja yang dibebankan kepada karyawan dapat dikategorikan kedalam tiga kondisi, yaitu beban kerja yang sesuai standar, beban kerja yang terlalu tinggi (over capacity) dan beban kerja yang terlalu rendah (under capacity).
Work Sampling
Work sampling merupakan suatu alat untuk mengetahui kegiatan-kegiatan kerja yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang interaksi antara manusia dan mesin dengan waktu yang lebih sedikit dan meminimalkan biaya produksi.4
Work sampling dilakukan berdasarkan hukum probabilitas. Sampel yang diambil dari kelompok data cenderung memiliki pola distribusi yang sama dari pola distribusi populasinya. Untuk mengambil sampel maka dilakukan sampling.
Langkah-langkah work sampling adalah sebagai berikut:
1. Mendefenisikan masalah.
3 Radhy Anggarak. Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Beban Kerja. (Bogor, 2012)
4 Ralph M. Barnes. Motion and Time Study Design and Measurement of Work. Seventh Edition.
(New York: John Wiley & Sons, 1980), h. 406
2. Menetapkan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian.
3. Menetapkan jenis pekerjaan yang termasuk work dan idle.
4. Penentuan waktu pengamatan.
5. Kegiatan pengamatan work sampling dilakukan dengan menggunakan worksheet dan alat tulis untuk mengamati aktivitas operator, serta jam henti untuk melihat waktu yang telah disesuaikan pada worksheet. Selama pengamatan dicatat apapun aktivitas yang dilakukan operator.
6. Menghitung waktu kerja produktif dilakukan untuk mengetahui persentase produktivitas operator selama jam kerja berlangsung.
7. Perhitungan akurasi dilakukan untuk membandingkannya dengan tingkat ketelitian yang telah ditentukan terlebih dahulu agar dapat diketahui apakah data akurat atau tidak.
Sampling Pendahuluan
Cara melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan juga tidak berbeda dengan dilakukan untuk cara jam henti yaitu yang terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, menguji keseragaman data, dan menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan. Langkah-langkah ini dilakukan terus sampai jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang ditetapkan.5
Pengambilan sampel harus melebihi banyaknya variabel yang akan diukur pada populasi tersebut. Menurut Slovin, ukuran sampel yang dapat diambil adalah:
n = N 1 + Ne2 dimana:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.6
Persentase produktif dari kejadian yang diamati biasanya dinyatakan dalam bentuk desimal. Rumus persentase produktif dirumuskan dengan:
%P = x 100%
Uji Kecukupan Data
Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan dari hasil pengamatan.
Dengan asumsi bahwa terjadinya kejadian seorang operator akan bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal, maka untuk mendapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan dapat dicari berdasarkan rumus7:
N' = k 2 (1- P ) s2 P
6 Rosnani Ginting. Perancangan Produk. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009). h. 79-80.
7 Sritomo Wignjosoebroto, op.cit, h. 211
dimana:
N = jumlah pengamatan yang perlu dilakukan P = persentase produktif
s = tingkat ketelitian
k = harga indeks dari tingkat kepercayaan yang diambil
Uji Keseragaman Data
Peta kontrol atau control chart yang secara umum telah banyak digunakan dalam Statistical Quality Control dapat pula dipergunakan dalam pelaksanaan sampling kerja8. Dengan menggunakan peta kontrol ini maka secara tegas akan dapat melihat dengan segera kondisi-kondisi kerja yang terasa tidak wajar, misalnya kondisi disaat mana baru saja terjadi kecelakaan pada lokasi yang berdekatan yang mana secara psikologis hal ini akan dapat mempengaruhi aktivitas kerja dari operator yang sedang diamati. Data yang diperoleh untuk kondisi yang dianggap tidak wajar ini seharusnya tidak usah dimasukkan dalam proses analisa nantinya.
Dalam penggunaan peta kontrol ini data yang diharapkan dari hasil pengamatan akan ditetapkan dalam sebuah peta kontrol yang mempunyai batas- batas kontrol sebagai berikut:
BKA = P + k dan BKB = P - k
dimana:
P = persentase produktif P (1- P )
n
P (1- P ) n
n = jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja k = harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan k = 2 (tingkat keyakinan 95%)
Pengukuran Akurasi Work Sampling
Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam sampling kerja akan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tingkat ketelitian (akurasi) dan tingkat kepercayaan dari pengamatan. 9 Rumus yang digunakan untuk menghitung akurasi dari observasi work sampling adalah sebagai berikut:
S =
dimana:
S = tingkat akurasi
k = indeks yang besarnya tergantung dari tingkat kepercayaan yang diambil N = jumlah pengamatan
p = proporsi aktivitas (work atau idle) sebagai persentase N
Rating Factor dan Allowance
Rating factor (faktor penyesuaian) merupakan perbandingan performansi seorang operator dengan konsep normalnya. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga rating factor-nya akan lebih besar dari satu (rf>1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga rating factor-nya akan lebih kecil dari satu (rf<1). Seandainya
9 Sritomo Wignjosoebroto., op.cit, h. 210
k p ( 1- p )
p N
pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga rating factor-nya sama dengan satu (rf=1).10
Cara menentukan rating factor dengan Westinghouse mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan (skill), usaha (effort), kondisi kerja dan konsistensi atau disebut juga westinghouse factor. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Skill dan effort masing- masing terbagi ke dalam 6 kelas dengan kriteria tiap kelas bebeda-beda seperti ditunjukkan pada Lampiran 2.
Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor-faktor di atas disebut westinghouse faktor, yang nilainya tertera pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Nilai Westinghouse Factor
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Keterampilan
Superskill A1 A2
Excellent B1
B2
Good C1
C2
Average D
Fair E1
E2
Poor F1
F2
+ 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 + 0,00
− 0,05
− 0,10
− 0,16
− 0,22
Tabel 3.1. Nilai Westinghouse Factor (Lanjutan)
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Usaha Excessive A1 + 0,13
A2 + 0,12
Excellent B1 + 0,10
B2 + 0,08
Good C1 + 0,05
C2 + 0,02
Average Fair Poor
D E1 E2 F1 F2
+ 0,00
− 0,04
− 0,08
− 0,12
− 0,17
Kondisi Kerja Ideal A + 0,06
Excellent B + 0,04
Good C + 0,02
Konsistensi
Average Fair Poor Perfect
D E F A
+ 0,00
− 0,03
− 0,07 + 0,04
Excellent B + 0,03
Good C + 0,01
Average Fair
Poo r
D E F
+ 0,00
− 0,02
− 0,04
Sebagai contoh, dari hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh nilai westinghouse factor adalah sebagai berikut:
-Exellent Skill (B2) : + 0,08 -Good Effort (C2) : + 0,02 -Good Condition (C) : + 0,02 -Good Consistency (C) : + 0,01
+
Total : + 0,13
Maka rating factor-nya dapat ditentukan sebagai berikut:
Rating Factor = 1 + Westinghouse Factor Rating Factor = 1 + 0,13 = 1,13
Allowance (kelonggaran) diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan.
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kebutuhan pribadi yang dimaksud di sini adalah hal-hal seperti minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekadar untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita, misalnya untuk pekerjaan- pekerjaan ringan pada kondisi-kondisi kerja normal, pria membutuhkan 2- 2.5% dan wanita 5% untuk kebutuhan pribasi (persentase ini adalah dari waktu normal).
2. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique
Rasa lelah tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Jika rasa lelah
telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah lelah. Bila hal ini terus berlangsung maka anggota tubuh yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan kerja sama sekali walaupun diinginkan Adapun hal-hal yang diperlukan pekerja untuk menghilangkan lelah adalah melakukan peregangan otot, pergi keluar ruangan untuk menghilangkan lelah, dan lain sebagainya.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan.
Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Adapula hambatan yang tak dapat dihindarkan karena berada di luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya.
Perhitungan kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan dilakukan dengan suatu teknik sampling tersendiri karena besarnya hambatan untuk kejadian semacam ini sangat bervariasi dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain karena banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat, bahan, dan sebagainya.11
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kelonggaran untuk ketiga hal tersebut kedalam angka adalah seperti pada Tabel 2.2.
11 Ibid., hlm. 149
Tabel 3.2. Tabel Nilai Allowance
Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran (%)
A. Tempat yang
dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita
1. Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk
2. Sangat ringan Bekerja dimeja, berdiri
tanpa beban 0,00 – 6,0 0,00 – 6,0 0,02 – 2,25 kg 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5 3. Ringan
Menyekop, ringan 2,25 – 9,00 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0 4. Sedang
Mencangkul 9,00 – 18,00 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0
5. Berat Mengayun palu
yang berat
19,00 – 27,00 19,0 – 30,0 6. Sangat berat
Memanggul beban 27,00 – 50,00 30,0 – 50,0 7. Luar biasa berat Memanggul kalung
berat
diatas 50 kg B. Sikap kerja
1. Duduk Bekerja duduk,
ringan
0,00 – 1,0 2. Berdiri diatas dua
kaki
3. Berdiri diatas satu kaki
Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol
1,0 – 2,5 2,5 – 4,0
4. Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan
5. Membungkuk Badan
dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki
2,5 – 4,0
4,0 – 10
C. Gerakan kerja
1. Normal Ayunan bebas dari
palu
2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu
3. Sulit Membawa beban
berat dengan satu tangan
0 0 – 5 0 – 5
4. Pada anggota- anggota badan terbatas 5. Seluruh anggota
badan terbatas
Bekerja dengan tangan diatas kepala Bekerja dilorong pertambangan yang sempit
5 – 10
10 – 15
Tabel 3.2. Tabel Nilai Allowance (Lanjutan)
Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran (%)
D. Kelelahan mata *) Pencahayaan baik Buruk
1. Pandangan yang terputus- Putus
Membawa alat ukur 0,0 – 6,0 0,0 – 6,0 2. Pandangan yang hampir
terus menerus
3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah
4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap
Pekerjaan-pekerjaan yang teliti
Memeriksa cacat-cacat pada kain
Pemeriksaan yang sangat teliti
6,0 – 7,5 6,0 – 7,5 7,5 – 12,0 7,5 –
16,0 12,0 – 19,0 16,0 –
30,0 30,0 – 50,0
E. Keadaan temperatur tempat kerja **)
Temperatur (°C)
Kelemahan normal Berlebihan
1. Beku Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12
2. Randah 0 – 13 10 – 0 12 – 5
3. Sedang 13 – 22 5 – 0 8 – 0
4. Normal 22 – 28 0 – 5 0 – 8
5. Tinggi 28 – 38 5 – 40 8 – 100
6. Sangat tinggi Diatas 38 Diatas 40 Diatas 100
F. Keadaan atmosfer ***)
1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0
Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak
2. Cukup berbahaya) 0 – 5
Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun
3. Kurang baik tetapi banyak 5 – 10
Adanya bau-bauan berbahaya yang 4. Buruk
mengharuskan menggunakan alat-alat
pernapasan 10 – 20
G. Keadaan lingkungan yang baik 1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan
Rendah 0
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 –
10 detik 0 – 1
3. Siklus kerja berulanh-ulang antara 0 - 5
Detik 1 – 3
4. Sangat bising 0 – 5
5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh
dapat menurunkan kwalitas 0 – 5
6. Terasa adanya getaran lantai 5 – 10
7. Keadaan-keadaan yang luar biasa
(bunyi, kebersihan, dll.) 5 – 15
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 0-2,5 %
Wanita = 2-5 %
Contoh penentuan Allowance untuk pekerja dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 3.3. Contoh Perhitungan Allowance
Allowance % Allowance
Kebutuhan Pribadi (Pria) 2
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
a. Tenaga yang dikeluarkan (Sangat Ringan) 6 b. Sikap kerja (berdiri di atas 2 kaki) 1
c. Gerakan kerja (normal) 0
d. Kelelahan mata pandangan yang terputus-putus 3 e. Keadaan temperatur tempat kerja (tinggi) 5
f. Keadaan atmosfer (kurang baik) 5
g. Keadaan lingkungan (sangat bising) 1
Total 23
Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan
Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpanganmaksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.
Tingkat ketelitian biasanya dinyatakan dalam persen. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian yang juga dinyatakan dalam persen. Jika tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata- rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%.12
Waktu Standar
Penentuan waktu baku dengan sampling kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain periode waktu kerja, persentase kerja, rating factor, jumlah produk yang dihasilkan dalam periode waktu kerja dan kelonggaran. Penentuan waktu baku dengan sampling kerja dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Barnes, 1968) :
Waktu Siklus
=
Waktu Normal
=
Waktu Siklus x Rating FactorWaktu Standar
=
Waktu Normal xMetode Subjective Workload Assement Technique (SWAT)
Metode Subjective Workload Assement Technique (SWAT) digunakan menganalisa beban kerja yang dihadapi oleh seseorang yang harus melakukan aktivitas (baik yang merupakan beban kerja fisik maupun mental) yang bermacam-macam13.
Fase pengembangan skala adalah aspek yang membedakan S, E, T dari subjektif pendekatan lain beban kerja. Biasanya diberikan deskripsi dalam rangka beberapa untuk mendefinisikan jumlah tingkat beban, dan subjek yang
_
13Gary B Reid. Subjective Workload Assement Technique (SWAT):A User’s Guide (U).
(Virginia: Amstrong Aerospace Medical Research Laboratory , 1989)h.9-13
diujikan adalah menyusunnya dengan hati-hati dan sangat berlatih untuk mengetahui apa yang diwakili oleh setiap tingkat skala. Persyaratan pertama dalam pengembangan skala ini adalah pendekatan defenisi operasional mental beban kerja. Sementara terdapat banyak perjanjian kombinasi beban kerja mental dari beberapa faktor terkait dengan tuntutan tugas dan faktor waktu.
Karena itu, beban kerja telah ditetapkan untuk SWAT terdiri dari beban waktu, beban usaha mental, dan beban tekanan psikologis. Kelebihan SWAT antara lain 1. Pengukuran dilakukan berdasarkan teori pengukuran formal, yaitu teori
pengukuran conjoint.
2. Dapat digunakan pada data tunggal maupun kelompok 3. Teruji validitasnya
4. Dapat digunakan untuk penilaian secara global yang diaplikasikan pada ruang lingkup yang lebih luas.
Beban Waktu (Time Load)
Dimensi beban waktu tergantung dari ketersediaan waktu dan kemampuan melangkah dalam suatu aktifitas. Hal ini berkaitan erat dengan analisis batas waktu yang merupakan metode primer untuk mengetahui apakah subyek dapat menyelesaikan tugasnya dalam rentang waktu yang telah diberikan. Tingkatan deskriptor beban waktu dalam SWAT adalah:
1. Selalu mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas tidak terjadi atau jarang terjadi.
2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi.
3. Tidak mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap diantara aktivitas sering terjadi atau selalu terjadi.
Beban Usaha Mental (Mental Effort Load)
Beban usaha mental merupakan indikator besarnya kebutuhan mental dan perhatian yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas, independen terhadap jumlah sub pekerjaan atau batasan waktu. Dengan beban usaha mental rendah, konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas rendah dan performansi cenderung otomatis rendah. Sejalan dengan meningkatnya beban, maka konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan meningkat pula.
Tingkatan deskriptor beban usaha mental dalam SWAT adalah:
1. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat kecil. Aktivitas yang dilakukan hampir otomatis dan tidak membutuhkan perhatian.
2. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sedang. Kerumitan aktivitas sedang hingga tinggi sejalan dengan ketidakpastian, ketidakmampuan prediksi dan ketidakkenalan. Perhatian tambahan diperlukan.
3. Kebutuhan konsentrasi dan usaha mental sadar sangat besar dan diperlukan sekali. Aktivitas yang kompleks dan membutuhkan perhatian total.
Beban Tekanan Psikologis (Psychological Stress Load)
Beban tekanan psikologis berkaitan dengan kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi dan ketakutan selama melaksanakan pekerjaan dengan demikian menyebabkan penyelesaian pekerjaan tampak lebih sulit dilakukan daripada sebenarnya.
Pada tingkat stres rendah, orang cenderung rileks. Seiring dengan meningkatnya stres terjadi kekacauan konsentrasi terhadap aspek yang relevan dari suatu pekerjaan yang lebih disebabkan oleh faktor subjek individual. Faktor ini antara lain motivasi kelelahan, ketakutan, tingkat keahlian, suhu, kebisingan, getaran, dan kenyamanan. Tingkatan deskriptor beban tekanan psikologis dalam SWAT adalah:
1. Kebingungan, risiko, frustasi atau kegelisahan dapat diatasi dengan mudah.
2. Stres yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan, frustasi, dan kegelisahan menambah beban kerja yang dialami. Kompensasi tambahan perlu dilakukan untuk menjaga performansi subjek.
3. Stres yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi, dan kegelisahan. Membutuhkan pengendalian diri yang sangat besar.
Prosedur penerapan metode SWAT terdiri dari 2 tahapan yaitu, tahap penskalaan (Scale Development) dan tahap penilaian (Event Scoring). Tahap penskalaan dilakukan 27 kombinasi kartu berisi tingkatan beban kerja mental diurutkan dari urutan beban kerja terendah sampai tertinggi menurut persepsi masing-masing pekerja. 27 kombinasi kartu SWAT dari 3 dimensi
yaitu, beban waktu (T), beban usaha mental (E), beban tekanan psikologis (S) dapat dilihat pada Tabel 3.4. Kartu SWAT dapat dilihat di Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Kartu SWAT
Gambar 3.1. Kartu SWAT (Lanjutan)
Gambar 3.1. Kartu SWAT (Lanjutan)
Gambar 3.1. Kartu SWAT (Lanjutan)
Tabel 3.4. Kombinasi Beban Waktu (T), Beban Usaha Mental (E), Beban Tekanan Psikologis (S)
No Huruf Kombinasi Beban Kerja
Sumber: Gary B Reid (SWAT): A User’s Guide
Time Effort Stress
1 N 1 1 1
2 B 1 1 2
3 W 1 1 3
4 F 1 2 1
5 J 1 2 2
6 C 1 2 3
7 X 1 3 1
8 S 1 3 2
9 M 1 3 3
10 U 2 1 1
11 G 2 1 2
12 Z 2 1 3
13 V 2 2 1
14 Q 2 2 2
15 ZZ 2 2 3
16 K 2 3 1
17 E 2 3 2
18 R 2 3 3
19 H 3 1 1
20 P 3 1 2
21 D 3 1 3
22 Y 3 2 1
23 A 3 2 2
24 O 3 2 3
25 L 3 3 1
26 T 3 3 2
27 I 3 3 3
3.8. Metode Work Load Analysis (WLA)
Work Load Analysis adalah suatu analisis mengenai banyaknya pekerja yang harus dipekerjakan untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan tertentu.
Dengan diketahuinya beban kerja maka akan dapat diketahui seberapa besar beban yang harus ditanggung oleh pekerja, dan apakah terjadi kelebihan tenaga kerja atau sebaliknya adanya kekurangan tenaga kerja. Data rata-rata waktu operasi yang diperoleh dari pengukuran waktu kerja pada setiap stasiun kerja untuk operator yang di cermati digunakan sebagai data untuk menentukan waktu baku per unit output dari tiap tahapan proses.13
Menurut Arif (2014) Metode Work Load Analysis (WLA) dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi kerja berdasarkan total persentase beban kerja yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Metode WLA dapat menentukan jumlah karyawan yang sebenarnya diperlukan dalam bagian produksi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengetahui struktur organisasi dan job description tiap jabatan
b. Menentukan aktivitas dan waktu penyelesaian aktivitas tiap posisi jabatan.
Aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan pada job description yang dilakukan oleh aktivitas terkait
c. Melakukan pengamatan untuk menghitung besarnya prosentase produktif dan non produktif
d. Menentukan jumlah menit pengamatan
e. Penentuan Allowance dan Performance Rating
f. Perhitungan besarnya beban kerja
g. Penentuan jumlah pegawai yang optimal tiap posisi jabatan, diperoleh dengan pembulatan keatas dari hasil perhitungan besarnya beban kerja h. Melakukan perbandingan jumlah pegawai awal dan jumlah pegawai
rekomendasi.
Perhitungan jumlah karyawan dapat dilakukan setelah mengetahui beban kerja karyawan melalui waktu produktif karyawan. Adapun rumus untuk menilai beban kerja melalui persen produktif adalah sebagai berikut.14
Perhitungan beban kerja merupakan rasio antara Total Waktu Pengerjaan (TWP) dengan Total Waktu Tersedia (TWT) yang dirumuskan sebagai berikut:
Beban Kerja = TWP / TWT
Tiga kondisi beban kerja yang terjadi yaitu beban kerja diatas normal jika beban kerja >1, normal jika beban kerja = 1 dan beban kerja dibawah normal jika beban kerja < 1.
Jumlah tenaga kerja didapat dari total beban kerja yang diperoleh.
Penentuan jumlah tenaga kerja dapat dicari dari rumus: 15
Total beban kerja = Beban Kerja Pekerja A + Beban Kerja Pekerja B
Rata-rata beban kerja =
Besarnya beban kerja yang diterima operator dipengaruhi oleh besarnya persentase produktif.
14 Hari Purnomo. Penentuan Beban Kerja pada Front Office Dan Back Office Perusahaan
Perbankan Menggunakan Uji Petik Pekerjaan. (Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta, 2015)
15 Raisa Putri. Analisis Beban Kerja Dengan Metode Workload Analysis Sebagai Pertimbangan Pemberian Insentif Pekerja. (Universitas Brawijaya: Malang, 2014)