• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Pengolahan Bahan Pustaka

2.3.7. Analisis Subjek

Klasifikasi yang umum digunakan pada perpustakaan sekarang ini adalah menggunakan klasifikasi fundamental. Artinya, klasifikasi dilakukan berdasarkan isi fundamental suatu buku, sehingga perubahan fisik buku, baik warna, tinggi, maupun lebar buku, tidak memengaruhi subjek atau isi suatu buku.

Menurut Suwarno (2010 : 119) “Analisis subjek merupakan hal sangat penting dan memerlukan kemampuan intelektual, di sinilah bahan pustaka ditentukan tempatnya dalam golongannya, jadi setiap dokumen harus dianalisis isinya”.

Sedangkan Siregar (2014 : 30) Analisis subjek tidak berarti analisis bidang pengetahuan dalam arti luas. Analisis subjek yang diperlukan dalam pengindeksan adalah analisis subjek sebagaimana subjek tersebut diungkapkan dalam dokumen (literary warrant).

Untuk melakukan analisis subjek, penganalisis perlu mengetahui prinsip-prinsip dasar analisis subjek. Prinsip-prinsip analisis subjek dibagi menjadi tiga bagian besar, yang kemudian diperinci kembali dalam bagian-bagian yang lebih kecil, hal tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut:

Gambar 2.1 Bagan Prinsip Dasar Analisis Subjek

Sumber : Buku Pengetahuan Dasar Kepustakaan, (2010 : 120)

Menurut suwarno (2010 : 120) tiga bagian besar analisis subjek adalah

1. Disiplin ilmu yaitu buku yang dianalisis harus masuk ke dalam disiplin ilmu tertentu;

2. Objek bahasan atau fenomena yaitu setelah ditemukan disiplin ilmu tertentu buku harus jelas membahas tentang suatu kajian atau fenomena tertentu dalam disiplin ilmu;

3. Bentuk yaitu setelah ditemukan bentuk objek kajian atau fenomenanya buku harus disajikan dalam suatu bentuk tertentu.

1. Disiplin Ilmu

Disiplin ilmu adalah istilah yang digunakan untuk satu bidang atau satu cabang keilmuan. Misalnya Hukum, Kimia, atau Sosiologi. Disiplin ilmu merupakan bidang atau cabang keilmuan.

Dalam analisis subjek, pertama kali yang harus ditentukan adalah disiplin ilmu atau bidang ilmu pengetahuan yang dicakup oleh bahan pustaka yang dianalis. Contoh buku berjudul “Perkembangan Koperasi Sepuluh Tahun Terakhir”. Maka dapat ditentukan bahwa disiplin ilmu untuk judul buku adalah “ekonomi”. Kemudian dapat ditentukan pula objek pembahasannya yang juga sebagai fasetnya adalah “koperasi”. Dan pada konsep ketiga, yang harus ada adalah bentuk, maka bentuk penyajian buku adalah sejarah, mengingat unsur waktu atau perkembangan dari waktu ke waktu sangat dominan.

Disiplin ilmu dapat dibedakan 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Disiplin fundamental merupakan bagian utama ilmu pengetahuan. Bidang- bidang pengetahuan dasar yaitu ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu alamiah, dan ilmu-ilmu kemanusiaan.

2. Sub-Disiplin merupakan bidang spesialisasi dalam satu disiplin fundamental. Misalnya dalam disiplin fundamental ilmu-ilmu alamiah, sub-disiplin yang merupakan spesialisasi atau cabangnya adalah fisika, biologi, sosiologi, ekonomi, dan politik.

Disiplin ilmu/ sub disiplin ilmu

Disiplin Ilmu/ sub disiplin ilmu ilmu 2

Intelektual

Objek Bahasa (Fenomena) Bentuk

Penyajian Fisik

2. Objek pembahasan atau fenomenatau objek

Objek pembahasan atau fenomena ialah benda atau wujud yang menjadi titik kajian dari suatu disiplin ilmu. Misalnya dalam buku berjudul “pendidikan wanita”, pendidikan merupakan disiplin ilmu dan wanita merupakan objek atau titik kajiannya dari disiplin ilmu pendidikan. Objek kajian merupakan bagian dari disiplin ilmu, atau dengan kata lain fenomena atau objek kajian dapat ditentukan setelah disiplin ilmu dalam suatu bahan pustaka sudah ditentukan. Fenomena berperan sebagai konsep subjek dalam analisis subjek. Konsep subjek menunjukkan tema suatu bahan pustaka.

Fenomena yang sama dapat dikaji oleh disiplin ilmu yang berbeda, tetapi penentu golongan utama adalah disiplin ilmu yang membawahi fenomena tersebut. Dengan kata lain, fenomena berperan sebagai konsep subjek dalam analisis subjek. Konsep subjek menunjukkan tema suatu bahan pustaka.

Fenomena yang dikaji oleh berbagai disiplin ilmu dapat dibedakan atas dua kategori yaitu:

1. Objek konkret, misalnya gedung, meja, buku.

2. objek abstrak misalnya moral, hukum, adat, pintar, nakal.

Fenomena dapat dikaji dari satu atau beberapa disiplin ilmu. Fenomena yang dikaji tersebut dikelompokkan berdasarkan suatu ciri yang dimiliki bersama. Ciri pembagian itu disebut dengan “faset”.

Suatu disiplin ilmu pengetahuan dapat ditinjau menurut sejumlah faset misalnya bidang sosial dapat ditinjau antara lain menurut demokrasi, yang akan diperoleh : lingkungan, kependudukan, dan lain-lain. Atau, jika ditinjau dari interaksi social akan diperoleh: komunikasi, psikologi sosial, dan lain-lain.

Menurut Ranganathan, seorang ilmuan dan pustakawan dari india yang pernah menciptakan sistem klasifikasi yang disebut ”colom classification”, untuk membantu para pengklasifikasi bahan pustaka dalam melakukan analisis subjek, suatu fenomen atau faset dapat dianalisis dengan memberikan urutan factor-faktornya, yang disingkat PMEST, yaitu (P) personality, (M) matter, (E) energy, (S) space, dan (T) time.

− (P) = Personality (wujud, meliputi jenis, produk, atau tujuan) − (M) = Matter (bahan atau material)

− (E) = Energi (kegiatan atau masalah) − (S) = Space (tempat geografis) − (T) = Time (waktu)

Sebagai contoh buku yang berjudul “ Pendekatan dalam penyusunan organisasi sekolah tahun 2005 di Indonesia”, urutannya dapat ditentukan sebagai berikut:

− (P) Personality : Sekolah − (M) Matter : Organisasi − (E) Energi : Penyusunan − (S) Space : Indonesia − (T) Time : Tahun 2005

Secara lengkap susunan analisis subjek adalah − DISIPLIN/PMEST/BENTUK

3. Bentuk

Pembahasan mengenai “bentuk” berbeda dengan konsep subjek yang menunjukkan mengenai tema atau isi suatu bahan pustaka. Konsep bentuk lebih merujuk pada penyajian suatu kajian dari bahan pustaka.

Bentuk ialah cara bagaimana suatu subjek disajikan. Ada tiga jenis konsep bentuk, yaitu :

1. Bentuk fisik, yaitu media atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu subjek. Bahan pustaka disajikan dalam bentuk buku, majalah, pita rekaman, mikrofis, CD-ROM. Bentuk fisik tidak mempengaruhi pada isi bahan pustaka. Sebagai contoh buku dengan subjek bahasa, meskipun disajikan dalam berbagai jenis media, misalnya kaset video, buku, atau majalah, maka subjeknya tetap pada bahasa.

2. Bentuk penyajian, yaitu bentuk yang ditekankan pada pengaturan atau organisasi isi bahan pustaka. Ada tiga macam bentuk penyajian yaitu: a. Yang menggunakan lambing-lambang dalam penyajiannya, seperti

bahasa (dalam bahasa Indonesia, Inggris, Arab dan sebagainya), gambar dan sebagainya.

b. Yang memperlihatkan untuk kelompok tertentu, misalnya abjad, kronologis, sistematik, dan sebagainya

c. Yang penyajiannya untuk kelompok tertentu, misalnya bahasa inggris untuk pemula, Psikologi untuk ibu rumah tangga. Kedua buku tersebut adalah mengenai bahasa Inggris dan psikologi, bukan mengenai pemula atau ibu rumah tangga.

3. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu subjek. Misalnya filsafat sejarah, disini yang menjadi subjeknya adalah sejarah, sedangkan filsafat, yang menjadi subjeknya adalah filsafat, sedangkan sejarah adalah bentuk penyajian intelektualnya.

Selain uraian di atas Purwono (2010: 110) mengemukan bahwa subjek suatu dokumen dengan analisis subjek dapat mengikuti langkah-langkah praktis berikut:

1. Melalui judul, seringkali melalui judul saja suatu dokumen sudah dapat ditentukan subjeknya, hal ini kebanyakan untuk buku-buku ilmiah.

2. Melalui daftar isi, adakalanya dengan melihat daftar isi suatu dokumen sudah diketahui subjeknya.

3. Melalui daftar pustaka atau bibliogafi yang digunakan oleh pengarang untuk menyusun karya tersebut.

4. Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan dari bahan pustaka tersebut.

5. Apabila langkah-langkah di atas masih belum dapat membantu, hendaklah dengan memaca sebagian atau keseluruhan dari isi karya tersebut.

6. Menggunakan sumber lain seperti: bibliografi, katalog, kamus, biografi, ensiklopedia, tinjauan buku.

7. Seandainya cara-cara terdahulu masih belum juga dapat membantu menentukan subjek bahan pustaka, hendaknya menanyakan kepada yang ahli dalam subjek tersebut.

Dari uraian di atas dapat dikemukan bahwa analisis subjek adalah merupakan kegiatan sebelum menentukan nomor kelas suatu bahan pustaka. Selain itu, analisis subjek merupakan langkah awal dalam kegiatan klasifikasi yaitu proses meneliti, mengkaji dan menyimpulkan isi yang dibahas dalam bahan pustaka. Suatu bahan pustaka yang sedang diproses.

Dokumen terkait