• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Tesaurus

Tesaurus merupakan salah satu metode populer menata susun bahasa dokumenter kombinasi. Tesaurus terdiri dari sejumlah himpunan kata yang terkendali dikaitkan dengan hubungan hierarkis atau asosiatif yang menandai hubungan ekuivalen yang diperlukan (sinonim) dengan istilah dari bahasa sehari-hari dan terpusat pada salah satu bidang ilmu pengetahuan.

Menurut Philipps (1992 : 60) “Tesaurus adalah kumpulan deskriptor umumnya dari bidang tertentu yang tidak hanya mendaftar istilah menurut abjad tetapi juga memperlihatkan hubungan antar deskriptor”.

Sedangkan Purwono (2010 : 98) “Tesaurus adalah alat pengawasan kosakata yang bersifat dinamis yang disusun secara sistematik ataupun abjad yang digunakan untuk penyimpanan dan penemuan kembali informasi dan biasanya mengkhususkan pada bidang ilmu tertentu”.

Selain pendapat di atas Siregar (2014 : 16) Tesaurus dimaksudkan sebagai suatu metode pengendalian bahasa alami atau konsep-konsep Tauber. Perlu dicatat bahwa timbulnya tesaurus, beberapa daftar tajuk subjek dan daftar “kata kunci” secara salah sering disebut tesaurus

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa tesaurus tersedia untuk hampir semua bidang, misalnya pertanian, lingkungan, tenaga kerja, pembangunan industri, kimia, dan teknik.

2.5 Pengertian Klasifikasi

Dalam kehidupan sehari-hari sesungguhnya pekerjaan klasifikasi secara alamiah telah dilakukan dalam perpustakaan. Salah satunya perpustakaan perguruan tinggi. Kegiatan klasifikasi dapat di lihat di pasar buah. Masing-masing buah tertata rapi,

dikelompokkan buah yang sama dan dipisahkan buah dari jenis lainnya. Untuk satu jenis buah masih dikelompokkan lagi, yang besar dengan yang besar dan yang lebih dikelompokkan tersendiri. Hal yang sama dapat dilihat berbelanja di toko swalayan dan pengelompokan dari berbagai macam dagangan. Semua itu bertujuan untuk memudahkan para pembeli dalam memilih dan mendapatkan apa yang dibutuhkan secara cepat.

Dalam buku Panduan Klasifikasi Di Perpustakaan Nasional RI (2007: 2) ”secara harfiah arti klasifikasi adalah penggolongan, pengelompokan”. Kata selanjutnya, pengertian secara umum bahwa klasifikasi ialah suatu kegiatan yang mengelompokkan benda yang memiliki beberapa ciri yang sama dan memisahkan benda yang tidak sama.

Dalam kaitannya di dunia perpustakaan klasifikasi diartikan sebagai kegiatan pengelompokan bahan perpustakaan berdasarkan ciri-ciri yang sama, misalnya pengarang, fisik, dan isi.

Suatu bahan pustaka dapat memiliki beberapa ciri, diantarana adalah ciri kepengarangan, ciri bentuk fisik, dan ciri subjek. Setiap bahan pustaka dapat dikelompokkan pada setiap ciri tersebut.

Selanjutnya dalam buku Panduan Klasifikasi Di Perpustakaan Nasional RI (2007 : 3) pada dasarnya di perpustakaan dikenal ada 2 (dua) jenis kegiatan klasifikasi yaitu :

1. Klasifikasi Fundamental (Fundamental Classification) yaitu klasifikasi bahan perpustakaan berdasarkan subjek/isi buku, sebab pada dasarnya pemakai perpustakaan lebih banyak mencari informasi tentang subjek tertentu.

2. Klasifikasi Artifisial (Artificial Classification) yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan ciri-ciri yang ada pada bahan pustaka.

Sedangkan dalam buku Membina Perpustakaan Sekolah (1994: 81) ”Klasifikasi dimaksudkan pengelompokan buku atau bahan pustaka menurut isinya”.

Menurut Suwarno (2010 : 117) “klasifikasi di perpustakaan juga dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat pemakai dalam memilih dan mendapatkan buku atau gahan pustaka yang diperlukan secara cepat dan tepat”.

Selanjutnya, Suwarno (2010 : 117) dalam Buku Pengetahuan Dasar Kepustakaan menyatakan bahwa secara umum, klasifikasi terbagi dalam dua jenis yaitu:

1. Klasifikasi Artifisial (Artificial Classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka.

2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan isi atau subjek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan pustaka, sekali pun kulitnya berganti-ganti atau formatna diubah.

Berdasarkan uraian di atas klasifikasi adalah untuk memudahkan pengguna/ pemakai dalam memilih dan mendapatkan buku atau bahan pustaka yang diperlukan secara tepat dan cepat.

2.5.1. Tujuan Klasifikasi

Klasifikasi merupakan kegiatan pemisahan benda-benda atau objek bahan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan berdasarkan klasifikasi. Untuk mempermudahkan pengguna dalam penelusuran bahan pustaka yang tersedia. Disamping itu juga klasifikasi memiliki tujuan.

Dalam buku Panduan Klasifikasi Di Perpustakaan Nasional RI (2007 : 3) menyatakan bahwa sistem pengaturan bahan pustaka pada rak, klasifikasi perpustakaan bertujuan :

1. Dapat menentukan lokasi bahan perpustakaan didalam jajaran koleksi perpustakaan sehingga memudahkan temu kembali informasi.

2. Mengumpulkan semua bahan perpustakaan yang memiliki subjek yang sama dalam satu jajaran koleksi.

3. Memudahkan penelusuran atau menemukan kembali dokumen/bahan perpustakaan yang dimiliki dengan tidak memandang besar kecilnya koleksi perpustakaan.

Selanjutnya Suwarno (2010 : 117) “tujuan klasifikasi ialah agar semua jenis bahan pustaka itu dapat didayagunakan semaksimal mungkin oleh pemakai atau pengguna”.

Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (1992 : 88) tujuan klasifikasi ialah

1. Memudahkan kelancaran penyimpanan dokumen primer di rak secara sistematik;

2. Penjajaran jajaran bibliografis dalam jajaran sistematik;

3. Penyertaan cantuman atau acuan bibliografis dalam katalog tercetak atau produk documenter (bulletin bibliografi, bulletin abstrak)

Berdasarkan uraian di atas tujuan klasifikasi adalah agar semua jenis bahan pustaka dapat didayagunakan semaksimal mungkin oleh pemakai atau pengguna. Untuk itu, kegiatan klasifikasi menjadi kebutuhan bagi perpustakaan.

2.5.2. Manfaat Klasifikasi

Selain mempunyai tujuan, klasifikasi juga memiliki manfaat tentunya. Begitu juga dalam perpustakaan.

Menurut Sulistyo-Basuki (1992 : 88) manfaat klasifikasi ialah

1. Penyimpanan dokumen di rak, sehingga memudahkan penggunaan koleksi, khususnya untuk akses langsung;

2. Informasi dapat dipecah-pecah menjadi kategori yang relatif tidak banyak, masing-masing kategori berkaitan dengan minat sekelompok pemakai, misalnya kelas “plant production” berisi subkelas “cereals”, “vegetables”, dan “fruits” sehingga pemakai yang mengkhususkan diri dalam bidang dapat menemukan informasi yang relevan;

3. Informasi dapat digolongkan sebelumnya berdasarkan kelas utama menjadi seri kategori yang tersusun logis.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa manfaat klasifikasi adalah untuk menyususun buku-buku/ dokumen-dokumen dalam penyimpanannya di rak. Buku diberi label yang berisi tanda buku yang salah satu unsurnya adalah notasi klasifikasi. Untuk memudahkan pustakawan dalam menyusun katalog berdasarkan nomor klasifikasi.

2.5.3. Prosedur Klasifikasi

Selain manfaat klasifikasi, prosedur klasifikasi juga memiliki langkah-langkah untuk menentukan subjek utama sebuah dokumen. Prosedur klasifikasi sama dengan pola umum deskripsi isi.

Menurut Sulistyo-Basuki (1992 : 89) Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi subjek utama dokumen.

2. Penggolongan kelas sesuai dengan subjek dokumen.

3. Identifikasi kararteristik sekunder (ruang, waktu, bentuk bahasa) bilamana system penomoran klasifikasi menyertakan informasi.

5. Pemilihan atau pencantuman nomor berkaitan sesuai dengan peraturan sistem klasifikasi.

6. Penambahan nomor panggil (call number). Pada beberapa sistem klasifikasi nomor panggil terdiri dari nomor klasifikasi, tiga huruf pertama nama pengarang, dan tahun terbit. Misalnya sebuah dokumen oleh R. Duchemin tentang penggunaan conifer bagi penghijauan hutan di Perancis berdasarkan UDC (Universal Decimal Classification) memiliki nomor panggil sebagai berikut:

Kehutanan digolongkan pada 634.0

di Perancis (subdivisi tempat) digolongkan pada (44) Duchermin, R digolongkan pada DUC sehingga hasilnya ialah 634.0 (44) DUC

7. Penempelan nomor panggil pada dokumen.

8. Penandaan nomor klasifikasi pada lembaran masukan atau cantuman bibliografis pada ruang yang telah disediakan.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa prosedur klasifikasi adalah melakukan identifikasi subjek dokumen, penggolongan kelas subjek dokumen, identifikasi karakteristik penomoran klasifikasi, penelusuran nomor, pemilihan atau pencantuman nomor, penambahan nomor panggil, penempelan nomor panggil, penandaan nomor klasifikasi.

2.5.4. Sistem Klasifikasi

Dalam menentukan sistem klasifikasi yang akan digunakan di perpustakaan, maka perlu dilihat terlebih dahulu sistem klasifikasi tersebut.

Dalam buku Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan (2007: 75) Kaelani (1993), mengutip pendapatnya Berwick Sayers dalam buku An Introduction to Library Classification, menyatakan bahwa sistem klasifikasi dikatakan baik jika memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

a. Bersifat universal

Maksudnya, suatu klasifikasi baik jika hasilnya meliputi bidang pengetahuan. Dengan demikian, berbagai pihak dari berbagai disiplin keilmuan dapat menggunakan sistem klasifikasi tersebut.

b. Teperinci

Di samping universal, suatu bagan klasifikasi yang baik adalah teperinci dalam membagi bidang-bidang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, setiap subjek dapat memperoleh tempat secara sesuai aturan dalam system klasifikasi tersebut

c. Sistematis

Susunan bagan klasifikasi yang baik menggunakan sistem tertentu agar memudahkan bagi pemakainya. Sistematis berarti direkayasa dengan cara sedemikian rupa sehingga aturan itu menjadi mudah untuk digunakan. Misalnya, notasi yang bernomor kecil secara urut berjajar ke nomor yang lebih besar

d. Fleksibel

Susunan bagan hendaknya fleksibel, karena ilmu pengetahuan itu senantiasa berkembang dinamis, tidak statis. Dengan demikian, jika di dalam perkembangannya diketemukan subjek-subjek baru, hal itu dapat ditampung di dalam bagan tanpa merusak struktur bagan yang sudah ada e. Mempunyai notasi yang sederhana

Notasi merupakan suatu symbol yang mewakili suatu subjek. Dalam bagan klasifikasi setiap subjek mempunyai symbol tertentu. Bagan klasifikasi yang baik menggunakan notasi yang sederhana dan mudah diingat. Di antara notasi yang mudah diingat adalah angka Arab dan huruf Latin. f. Mempunyai indeks

Indeks merupakan suatu daftar kata atau istilah yang disusun secara sistematis, yang mengacu kepada suatu tempat. Dalam indeks bagan klasifikasi yang dijadikan pedoman adalah notasi. Misalnya: Pendidikan 370. Indeks merupakan salah satu sarana dalam penelusuran notasi pada waktu melakukan proses klasifikasi.

g. Mempunyai badan pengawas

Suatu sistem klasifikasi yang baik mempunyai satu badan yang bertugas memantau dan mengawasi perkembangan bagan klasifikasi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, bagan klasifikasi tersebut selalu mutakhir dan tidak ketinggalan zaman.

Sedangkan Soeatminah (1992: 89) sistem klasifikasi ada tiga yaitu: 1. Dewey Decimal Classification (DDC)

2. Universal Decimal Classification (UDC) 3. Library of Congress Classification (LCC)

Banyak sistem klasifikasi yang pernah berkembang dan digunakan di perpustkaan. Di antara beberapa bagan klasifikasi yang baik ada tiga macam yaitu:

1. Library Congress Classification (LCC)

LCC mulai dikembangkan tahun 1899 dan mulai terbit pertama kali pada tahun 1901. Adanya sistem klasifikasi terutama karena kepentingan perpustakaan Congress Amerika yang begitu besar koleksinya dan dirasa kurang sesuai jika menggunakan sistem klasifikasi lain. Sistem klasifikasi LCC tidak secara tegas membagi bidang-bidang ilmu pengetahuan secara ilmiah, melainkan hanya bersifat mengelompokkan dengan menggunakan symbol-simbol yang merupakan kombinasi huruf latin dan angka Arab. Setiap kelas utama dalam sistem klasifikasi menggunakan notasi berupa inisal (A-Z) kecuali huruf i, O, W, X, dan Y yang tidak digunakan.

Tabel 2.1 Gambaran Contoh Tampilan Notasi Klasifikasi LCC

Notasi Subjek Notasi Subjek

A Karya umum L Pendidikan

B Filsafat M Musik

C Sejarah N Seni

D Sejarah dan topografi P Bahasa dan Kesusasteraan E-F Sejarah Amerika R Ilmu Kedokteran

G Geografis S Pertanian

H Ilmu-ilmu sosial, Ekonomi T Teknologi

J Ilmu politik Z Bibliografi dan Ilmu perpustakaan

K Hukum R

Sumber :

Notasi di atas hanya contoh saja, masih ada kelas utama yang tidak disajikan. Di sampint itu untuk sub-subdivisinya terdiri atas kombinasi huruf-huruf tersebut. Bagan klasifikasi hanya digunakan oleh Perpustakaan Congres di Amerika, beberapa perpustakaan universitas yang besar di Amerika dan beberapa perpustakaan di luar Amerika Serikat.

2. Dewey Decimal Classification (DDC)

Sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) dikembangkan sejak tahun 1873 oleh seorang pustakawan di Amherst College, Massachusetts Negara bagian di Amerika Serikat, yang bernama Melvin Dewey. DDC merupakan sistem klasifikasi yang paling populer dan paling banyak pemakainya. Pada garis besarnya sistem klasifikasi menyediakan bagan yang meliputi seluruh bidang ilmu pengetahuan yang dibagi menjadi sepuluh bidang.

3. Universal Decimal Classification (UDC)

Universal Decimal Classification (UDC) merupakan adaptasi dari Dewey Decimal Classification (DDC). UDC terbit pertama kali pada tahun 1905 dalam bahasa Perancis. UDC dirancang untuk menyusun indeks berkelas dari bibliografi universal perintis mengembangkan UDC ialah Paul Otlet dan Henri La Fontaine dari Belgia. DDC sudah lama dikenal serta merupakan sistem klasifikasi paling umum. Kini pengembangan UDC dilakukan oleh FID (Federation International de Documentation) yang berpusat di Den Haag. FID berusaha UDC dapat digunakan untuk menyimpan informasi berbagai computer.

Pembagian kelas utama UDC tidak jauh berbeda dengan DDC. UDC merupakan skema klasifikasi umum yang mencakup semua cabang ilmu pengetahuan. Dalam subdivisi subjek, perincian dimulai dari umum ke khusus. Sebagai contoh untuk subjek pertanian, yaitu:

63 pertanian 633 tanaman keras

633.1 cereal, corn, grain

Jadi perinciannya terlihat dari umum ke khusus, yaitu makin khusus suatu subjek, semakin panjang notasinya. Pembagian klas utama sistem klasifikasi UDC dapat dilihat pada:

Tabel 2.2 Klas Utama Bagian UDC

Notasi UDC Subjek

0 Karya-karya Umum

1 Filsafat, Metafisika, Psikologi, Logika, Etika 2 Agama, Theologi

3 Ilmu-ilmu Sosial

4 (tidak digunakan lagi). Dahulu untuk linguistik, Filologi 5 Matematika dan Ilmu-ilmu Alam

6 Ilmu-ilmu Terapan, Kedokteran, Teknologi 7 Seni, Rekreasi, Hiburan, Olahraga

8 Linguistik, Filologi, Sastra 9 Geografi, Biografi, Sejarah

Sumber :

Pada UDC rincian yang mengarah ke pengembangan subjek jauh lebih banyak dari pada DDC. Kini UDC merupakan klasifikasi berfaset sehingga mampu mengombinasikan berbagai subjek dan melakukan sintesis dan konsep dengan berbagai tanda tambahan.

UDC menggunakan notasi angka Arab dan abjad serta simbol-simbol tanda baca sehingga bersifat sederhana, namun mampu diperluas tanpa batas berkat prinsip desimalnya. UDC hanya menggunakan satu angka Arab untuk subjek utamanya tanpa tambahan 0 seperti halnya dengan DDC. Sebagai contoh DDC adalah 300. UDC lebih mampu memberi hubungan subjek dari pada DDC. Kemampuan ini diperoleh dari penggunaan indicator faset atau symbol yang menandai bagian komponen sebuah nomor kelas. Faset ini berupa tanda numeric (nonverbal) dan nonnumerik.

Sebagai gambaran penampilan DDC dan UDC dapat dilihat pada Tabel 2.4 sebagai berikut:

Table 2.3 Gambaran Contoh Penampilan Notasi DDC dan UDC

Notasi DDC Subjek Notasi UDC

100 Filsafat 1

110 Metafisika 11

370 Pendidikan 37

375 Kurikulum 375

Dalam uraian di atas dapat diketahui bahwa sistem klasifikasi adalah Library Congress Classification (LCC), Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC)

BAB III

PENGINDEKSAN SUBJEK BUKU PERPUSTAKAAN UPT UNIMED

Dokumen terkait