• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transek / Plot Garis Transek

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Analisis SWOT

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, pengunjung, dan aparat desa di desa kunkun serta pengamatan yang dilakukan di lapangan maka di dapatkan faktor internakl dan eksternal. Perumusan strategi SWOT dapat di lihat pada tabel berikut 13.

Tabel 13. Perumusan Strategi SWOT

Internal 2. Jarak tempu menuju lokasi

dari pusat kota Panyabungan

3. Kondisi jalan cukup baik 4. Kearifan lokal mngenai

aturan syariat islam

Kelemahan (Weakness)

1. Aspek pengelolaan kawasan hutan lindung belum tercipta 2. Belum ada sistem

kelembagaan wisata

3. Sarana, prasarana, serta jasa wisata tidak memadai

4. Lemahnya sistem penegakan hukum terhadap keberadaan hutan mangrove

Peluang (Opportuniny)

1. Pelaku kegiatan wisata masih sedikit

2. Menambah pendapatan masyarakat sekitar

3. Minat pengunjung untuk melakukan wisata tinggi 4. Merupakan satu-satunya

wisata berbasis alam di kabupaten mandailing natal yang berpotensi untuk dikembangkan

Strategi SO

1. Menjadikan jarak dan kondisi jalan sebagai langkah awal dalam pengembangan kawasan 2. Membentuk koperasi

untuk membantu

pengembangan kegiatan 3. Menjadikan status

kawasan sebagai landasan yang dipatuhi dalam usaha 2. Meningkatkan sarana, prasarana,

dan jasa dalam meningkatkan minat pengunjung

3. Peran partisipatif masyarakat dan pengunjung dalam pelestarian hutan mangrove

Ancaman (Threats)

1. Kesadaran pengunjung masih rendah dalam menjaga kebersihan lokasi 2. Penebangan liar serta

perambahan hutan mangrove masih sering terjadi

3. Tidak adanya izin dalam usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam, penyedia jasa wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam, dan penyedia sarana wisata alam

Strategi ST

1. Membuat himbauan kepada masyarakat dan pengunjung dalam menjaga kelestarian hutan mangrove

2. Mematuhi peraturan menteri kehutanan tentang pedoman kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam, penyedia jasa wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam, dan penyedia sarana alam pada hutan lindung

3. Membentuk konsep wisata yang informatif dan partisipatifsebagai usaha wisata mangrove yang berkelanjutan

4. Membentuk zona khusus untuk kegiatan wisata alam di kawasan hutan lindung mangrove Desa Kunkun

Pembahasan

Kondisi Ekosistem Mangrove

Dari hasil pengamatan ekosistem mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal, ditemukan sembilan jenis mangrove diantaranya adalah Acrostichum aureum, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Gymnanthera paludosa, Nypa fruticans, Pandanus odoratissima, Rhizophora mucronata, Scaevola taccada.

Pada stasiun 1 ditemukan 4 jenis mangrove yaitu Acrostichum aureum dengan jumlah 4 individu, Bruguiera gymnorrhiza 15 individu, Bruguiera parviflora 5 individu, Nypa fruticans 10 individu. Pada stasiun 2 ditemukan 4 jenis mangrove, yaitu Acrostichum aureum dengan jumlah 4 individu, Rhizophora mucronata dengan jumlah 20 individu, Bruguiera gymnorrhiza dengan jumlah 10 individu, Gymnanthera paludosa dengan jumlah 5 individu. Pada stasiun 3 ditemukan 4 jenis

mangrove yaitu Bruguiera gymnorrhiza berjumlah 5 individu, Bruguiera parviflora berjumlah 4 individu, Pandanus odoratissima berjumlah 8 individu, Scaevola taccada 4 individu.

Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizopora sp), tancang (Bruguiera sp), dan pedada (Sonneratia sp) merupakan tumbuhan mangrove utama yang paling banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan, dan menstabilkan tanah habitatnya (Muhaerin, 2008).

Nilai kerapatan paling tinggi yaitu 400 Ind/Ha dari jenis Rhizophora mucronata yang terdapat di stasiun 2 Tingginya kerapatan mangrove menunjukkan banyaknya pohon dalam stasiun ini. Kawasan mangrove memiliki tempat yang cukup tinggi bagi pengembangan wisata atau rekreasi pantai. Hal ini didasarkan pada keunikan karakteristik dari tumbuhan (flora) penyusun ekosistem mangrove, terutama sistem pembuangannya, diversitas bentuk buah dan sistem perakarannya. Daya tarik utama ekosistem mangrove adalah potensi keragaman kehidupan liarnya (wildlife), terutama burung air, burung migrasi, reptil, mamalia, primata, dan ikan. Berdasarkan pengamatan dilapangan ditemukan beberapa jenis fauna dari kelas burung, crustacea, mollusca dan gastropoda.

Nybakken (1992) menyatakan komunitas mangal bersifat unik, disebabkan luas vertikal pohon, dimana organisme daratan menempati bagian atas sedangkan hewan lautan menempati bagian bawah. Hutan-hutan bakau, membentuk percampuran yang aneh antara organisme lautan dan daratan dan menggambarkan suatu rangkaian dari darat ke laut dan sebaliknya.

Selain itu dengan adanya komposisi jenis yang beragam dari pohon mangrove dengan bentuknya yang melengkung kesana-kemari, batang dengan tekstur yang tidak merata dan kuat (yang bisa dipanjati), dedaunan yang lebat, rindang, bunga dan buah yang khas pada ekosistem mangrove memberikan daya yang cukup atraktif.

Satu hal yang spesial dari mangrove, akarnya selain fungsi lazimnya sebagai penopang dan menyerap makanan, juga berfungsi sebagai “akar nafas” yang digunakan untuk bernafas oleh mangrove yang merupakan atraksi yang paling menonjol (Alfira, 2014).

Indeks Kesesuaian Wilayah

Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, vegetasi, dan benda-benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk penggunaan lahan tertentu (Alfira, 2014). Kesesuaian lahan diartikan sebagai hal sesuai dan tidak sesuainya tanah untuk pemanfaatan tertentu.

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Indeks kesesuaian ekologis dapat mengidentifikasikan apakah suatu ekosistem sesuai (S), sesuai bersyarat (SB), atau tidak sesuai (N) untuk suatu kegiatan wisata. Kesesuaian wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter-parameter tersebut adalah, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut dan obyek biota.

Indeks Kesesuaian Wilayah untuk wisata mangrove di Desa Kunkun termasuk kedalam kategori tingkat Sesuai Bersyarat (SB). Kategori sesuai bersyarat

menunjukan bahwa untuk menjadikan lokasi ini sebagai lokasi wisata, maka lokasi ini perlu dikelolah terlebih dahulu sebelum dijadikan sebagai tempat wisata. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut agar potensi yang ada pada ekosistem mangrove di kawasan ini dapat terus dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata berbasis lingkungan.

Daya Dukung Kawasan 1. Perairan

Pada ekosistem hutan mangrove di desa kunkun ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada ekosistem tersebut dimana di antaranya menikmati keindahan mangrove sambil menyusuri sungai, juga dapat dilakukan kegiatan memancing, fotografi dan berjalan santai menyusuri hutan yang terdapat di kawasan mangrove di desa kunkun. Kegiatan yang dilakukan pada kawasan ini dalam pelaksanaannya harus memperhatikan daya dukung kawasan.

2. Daratan

Ekosistem mangrove merupakan salah satu potensi wisata di kawasan Di Desa Kunkun Salah satu cara untuk menikmatinya adalah dengan berjalan menyusuri hutan mangrove. Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman, seperti pengalaman berjalan di tengah hutan mangrove, memberikan pengetahuan mengenai jenis-jenis mangrove dan ciri-ciri khasnya juga mengamati jenis-jenis fauna yang terdapat di sekitar ekosistem mangrove seperti burung air dan biota lainnya. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan kesadaran akan pentingnya ekosistem mangrove.

Beberapa jenis wisata di hutan mangrove antara lain dapat dilakukan pembuatan jalan berupa jembatan diantara tanaman pengisi hutan mangrove. Sarana prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah boardwalk. Track daratan dibuat dengan pertimbangan dibuat pada daerah yang memenuhi kriteria sesuai pada indeks kesesuaian wisata atau kategori sesuai bersyarat. Kegiatan yang dilakukan pada kawasan ini dalam pelaksanaannya harus memperhatikan daya dukung kawasan.

Gambar 18. Contoh Boardwalk

Jumlah maksimal ekowisatawan yang dapat berkunjung ke track daratan ini berjumlah 150 orang per harinya. Waktu yang dapat diberikan oleh kawasan pada kegiatan track daratan ini adalah sebanyak 8 jam, sesuai dengan rata-rata lama jam kerja (Yulianda, 2007). Track-track ini tidak begitu dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, asalkan tinggi boardwalk yang dibuat disesuaikan dengan kondisi pasang tertinggi. Sedangkan untuk track perairan, menyusuri mangrove dengan berperahu

menyusuri sungai, wisatawan yang dapat berkunjung sebanyak 85 orang per harinya.

Waktu yang dapat diberikan untuk track ini adalah 4 jam.

Rekomendasi yang dapat dilakukan dalam pembangunan ekowisata mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal antara lain :

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat di Kecamatan Natal khususnya Desa Kunkun dengan cara memberikan penyuluhan dan membuat kelompok-kelompok sadar wisata dan sadar lingkungan.

2. Memberikan pengetahuan dalam pengelolaan ekowisata untuk masyarakat di Desa Kunkun.

3. Meningkatkan keterampilan pada masyarakat di Desa Kunkun.

4. Pemantauan dilakukan oleh pemerintah setempat.

Kesesuaian Ekologis untuk Kegiatan Ekowisata

Berdasarkan analisis kesesuaian ekologis, ada beberapa jalur yang di analisis, semua termasuk dalam kategori sesuai bersyarat. Kategori sesuai bersyarat tersebut menyatakan bahwa banyak faktor yang harus dipenuhi. Hubungan faktor pembatas dengan kesesuaian ekologis untuk kegiatan ekowisata diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Ketebalan mangrove

Berdasarkan hasil pengukuran tebal mangrove yang dimulai dari garis terluar kea rah laut tegak lurus ke arah darat hingga vegetasi mangrove terakhir, hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa ketebalan mangrove di desa kunkun kecil.

Ketebalan mangrove mempengaruhi luas cakupan dalam kegiatan wisata alam mangrove pada jalur tracking mangrove.

2. Kerapatan mangrove

Nilai kerapatan mangrove yang didapat dari hasil vegetasi mangrove manunjukkan bahwa kondisi mangrove termasuk kriteria mangrove yang baik.

3. Jenis mangrove

Jenis mangrove yang di dapat terdiri dari 9 jenis mangrove yaitu Acrostichum aureum, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Gymnanthera paludosa, Nypa fruticans, Pandanus odoratissima, Rhizophora mucronata, Scaevola taccada. Banyak jenis mangrove berpengaruh terhadap pemandangan dan kenyamanan pengunjung wisata.

4. Pasang surut

Ketinggian air dan frekuensi pasang air laut mempengaruhi kenyamanan wisata.

Dari hasil yang didapat, kisaran pasang surut disekitar mangrove di desa kunkun berkisar antara pasang tertinggi 105 cm sampai surut terendah 15 cm dari batas normal air.

5. Obyek biota

Keragaman biota yang terdapat di hutan mangrove di desa kunkun adalah burung, monyet, biawak, ikan, molluska, udang, dan kepiting.

Analisi SWOT

Pendekatan kualitiatif pada analisis swot merupakan strategi keterkaitan antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan kekuatan dan

kelemahan dari kawasan dan faktor eksternal adalah peluang yang ada ancaman yang mempengaruhi keberadaan kawasan hutan mangrove desa kunkun. Kedua faktor tersebut dianlisis berdasarkan potensi yang terdapat di kawasan hutan mangrove desa kunkun sehingga dapat dilakukan upaya untuk mengidentifikasi potensi yang kemungkinan dimiliki. Penjelasan mengenai perumusan strategi dapat dilihat sebagai beeikut :

1. Strategi SO

Strategi yang yang bisa diciptakan adalah strategi yang memakai kekuatan yang ada untuk dimanfaatkan peluang-peluang yang ada. Rumusan analisis adalah sebagai berikut :

i. Akses merupakan hal yang penting dalam usaha pengembangan lokasi wisata. Akses yang baik akan mudah menjangkau daerah wisata alam.

Pengelolaan dapat memanfaatkan kondisi jalan yang baik dan tranfortasi yang memadai untuk menarik minat wisatawan mengunjungi kawasan terutama wisatawan yang berkunjung bersama keluarga.

ii. Membentuk KUR bagi masyarakat yang ingin terlibat dalam kegiatan wisata sehingga terdapat barang dan jasa yang diperdagangkan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

iii. Sistem perundang-undangan yang harus dipatuhi sebagai legalitas hukum sehingga keberadaan wisata mangrove dapat berlangsung secara berkelanjutan.

iv. Menjadikan kawasan hutan mangrove Desa Kunkun sebagai kawasan wisata yang lebih mengutamakan kepada wisata berbasis kekeluargaan agar tidak melanggar kearifan lokal yang berlaku di daerah tersebut.

2. Strategi WO

Strategi ini adalah strategi dengan cara meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang yang ada. Setelah dianalisis dapat rumusan strategi sebagai berikut:

i. Meningkatkan sarana, prasarana dan jasa penting dilakukan sebagai daya tarik bagi pengunjung kawasan sehingga terjadi hubungan interaksi dengan masyarakat sekitar yang kemudian menambah nilai ekonomi.

ii. Dilakukan agenda rutin dalam kegiatan konservasi hutan mangrove seperti kegiatan reboisasi mangrove.

iii. Dibentuk suatu badan pengelola wisata sehingga segala aktifitas di sekitar kawasan wisata keseluruhannya kategori legal.

3. Strategi ST

Strategi ini diperoleh dengan cara menggunakan kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman yang ada. Rumusan strateginya sebagai berikut:

i. Pihak pemerintah harus tegas dalam setiap tindakan yang merugikan dan merusak tatanan hutan mangrove di Desa Kunkun.

ii. Menyampaikan himbauan terhadap masyarakat untuk melestarikankawasan wisata yang bisa dilakukan bersama dengan kegiatan promosi wisata mangrove Desa Kunkun.

iii. Melakukan kegiatan blok pemanfaatan yaitu menjadikan salah satu atau beberapa bagian dari kawasan hutan lindung yang dijadikan tempat kegiatan wisata alam dan kunjungan wisata.

4. Strategi WT

Strategi ini diperoleh dengan meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman yang datangnya dari luar kawasan. Rumusan strategi dapat dilihat sebagai berikut.

i. Pemerintah dan masyarakat harus memiliki satu visi dalam tujuan mencapai ekowisata

ii. Melengkapi segala dokumen persyarakatn untuk menjadikan hutan lindung Desa Kunkun wilayah pemanfaatan wisata alam.

iii. Menyediakan pemandu wisata sehingga tersampaikan pesan-pesan yang bersifat edukatif sehingga menanamkan nilai konservasi terhadap pengunjung.

iv. Membuat suatu areal khusus atau zonasi dalam pemanfaatan kawasan hutan mangrove tersebut untuk dijadikan kawasan wisata.

Dokumen terkait