• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE UNTUK EKOWISATA BERBASIS WISATA MASYARAKAT DI DESA KUNKUN KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE UNTUK EKOWISATA BERBASIS WISATA MASYARAKAT DI DESA KUNKUN KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE UNTUK EKOWISATA BERBASIS WISATA MASYARAKAT DI DESA KUNKUN KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL. WINNA SAHLENI 150302017. PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021. Universitas Sumatera Utara.

(2) KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE UNTUK EKOWISATA BERBASIS WISATA MASYARAKAT DI DESA KUNKUN KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL. SKRIPSI WINNA SAHLENI 150302017. PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021. Universitas Sumatera Utara.

(3) KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE UNTUK EKOWISATA BERBASIS WISATA MASYARAKAT DI DESA KUNKUN KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL. SKRIPSI WINNA SAHLENI 150302017 Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021. Universitas Sumatera Utara.

(4) Universitas Sumatera Utara.

(5) PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Winna Sahleni NIM. : 150302017. Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Pengembangan Potensi Hutan Mangrove Untuk Ekowisata Mangrove Berbasis Wisata Masyarakat Di Desa Kunkun Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.. Medan, Juni 2021. Winna Sahleni NIM. 150302017. Universitas Sumatera Utara.

(6) ABSTRAK. WINNA SAHLENI, Kajian Pengembangan Potensi Hutan mangrove Untuk Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Desa Kunkun Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal. Dibawah bimbingan Bapak Zulham Apandy Harahap, Darma Bakti, dan Rusdi Leidonald. Ekosistem mangrove di Desa Kunkun telah dimanfaatkan sebagai salah satu kawasan wisata untuk lebih dekat dengan alam. Di lokasi ini tempat telah dibangun warung-warung di tengah hutan mangrove. Selain itu terddapat juga sungai yang dijadikan sebagai wisata pancing, serta hutan mangrove yang masih dihuni oleh kera yang menjadi salah satu kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata mangrove. Ekosistem mangrove desa kunkun terdapat 9 jenis Acrostichum aureum, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Gymnanthera paludosa, Nypa fruticans, Pandanus odoratissima, Rhizophora mucronata, Scaevola taccada. Indeks kesesuaian untuk wisata mangrove termasuk termasuk kategori sesuai bersyarat dengan nilai persentasi 50 % sampai 80 %. Masyarakat secara umum bekerja sebagai nelayan dan petani sekitar kawasan wisata. Berdasarkan persepsi masyarakat dan pengunjung wisata setuju untuk dikembangkan kawasan mangrove desa kunkun sebagai kawasan ekowisata. Berdasarkan hasil analisis diagram SWOT di Desa Kunkun bersifat Agresif. Dimana Desa Kunkun memiliki beberapa spot wisata yang dapat meningkatkan peluang investasi bagi pengusaha. Namun pengolaan daerah ekowisata tersebut masi kurang dalam hal promosi spot-spot wisata yang ada. infrastruktur di daerah ekowisata Desa Kunkun masih kurang menunjang dan fasilitas lainnya belum tersedia.. Kata Kunci : Ekowisata, Mangrove, Desa Kunkun Kecamatan Natal. Universitas Sumatera Utara.

(7) ABSTRACT WINNA SAHLENI, Study of the Potential Development of Mangrove Forests for Community-Based Mangrove Ecotourism in Kunkun Village, Natal District, Mandailing Natal Regency, Under academic supervision by Zulham Apandy Harahap, Darma Bakti, dan Rusdi Leidonald. The mangrove ecosystem in Kunkun Village has been used as a tourist area to be closer to nature. At this location, stalls have been built in the middle of the mangrove forest. In addition, there are also rivers that are used as fishing tours, as well as mangrove forests that are still inhabited by monkeys which are one of the areas that have the potential to be developed as mangrove ecotourism areas. There are 9 species of mangrove ecosystem in Kunkun Village, Acrostichum aureum, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Gymnanthera paludosa, Nypa fruticans, Pandanus odoratissima, Rhizophora mucronata, Scaevola taccada. The suitability index for mangrove tourism is included in the conditionally appropriate category with a percentage value of 50% to 80%. People in general work as fishermen and farmers around tourist areas. Based on the perception of the community and tourist visitors agree to develop the mangrove area of Kunkun Village as an ecotourism area. Based on the results of the SWOT diagram analysis in Kunkun Village is Aggressive. Where Kunkun Village has several tourist spots that can increase investment opportunities for entrepreneurs. However, the management of the ecotourism area is still lacking in terms of promotion of existing tourist spots. infrastructure in the ecotourism area of Kunkun Village is still not supportive and other facilities are not yet available.. Keywords: Ecotourism, Mangrove, Desa Kunkun, Mandailing Natal. Universitas Sumatera Utara.

(8) RIWAYAT HIDUP. Winna Sahleni, dilahirkan di Tombang Bustak 7 November 1996 dari Bapak Mhd. Sahlan, S.Pd dan Ibu Asmeni, S.Pd. Penulis merupakan anak ke empat dari enam bersaudara. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SD Negeri. 142650. KOTANOPAN.. Penulis. kemudian. melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 KOTANOPAN. Pada tahun 2015 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 KOTANOPAN. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Undangan (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Asisten Laboratorium Sumberdaya Hayati Perairan (tahun 2018). Penulis juga aktif dalam keorganisasian yaitu pengurus Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) periode 2018-2019. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Brohol, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara pada tahun 2019 dan penulis juga melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di CV. Horizon Group, Jl. Gatot Subroto No. 108 Pondok Batu Sarudik, Sibolga, Sumatera Utara pada Tahun 2019.. KATA PENGANTAR. Universitas Sumatera Utara.

(9) Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan mengangkat judul “Kajian Pengembangan Potensi Hutan mangrove Untuk Ekowisata Mangrove Berbasis Wisata Masyarakat Di Desa Kunkun Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dibimbing serta dibantu dari berbagai pihak, baik moril maupun materi. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada orang tua tercinta yaitu Ayahanda Mhd. Sahlan, S.Pd dan Ibunda Asmeni, S.Pd yang selalu memberikan kasih sayang, serta doa kepada penulis selama mengikuti pendidikan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel, M.Si. sebagai Ketua Komisi Pembimbing, bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku penguji 1 dan bapak Rusdi Leidonald, SP, M.Sc selaku penguji 2. 2. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, dan Bapak Rizky Febriansyah Siregar, S.Pi., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan seluruh staf pengajar serta pegawai Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.. Universitas Sumatera Utara.

(10) 3. Kakanda Nisa Hidayati, S.Pi, Rizka Fadilah, SKM, Wanni Sahalan, S.AK, Mirzal Lubis dan Thiflah Hayati yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi. 4. Bapak Zaharuddin selaku Kepala Desa di Desa Kunkun dan masyarakat setempat yang ikut serta membantu selama melakukan penelitian di lapangan. 5. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini, Sutan Ali Hasan S.Pd, Taufik Wahyudi, Afdariman Pratama, Mona Maharani Parinduri, Muhammad Lhauri. 6. Teman-teman angkatan 2015 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. 7. Teman-teman KKN 2018 di Desa Brohol kecamatan Sei Suka Kabupaten Batubara. Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan masukan untuk skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perairan. Medan, Juni 2021. Penulis. Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR ISI Halaman. ABSTRAK. ............................................................................................ i. RIWAYAT HIDUP ................................................................................ ii. KATA PENGANTAR ............................................................................. iii. DAFTAR ISI ............................................................................................ v. DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi. DAFTAR TABEL ................................................................................... ix. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1. Latar Belakang .......................................................................................... 1. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 6. TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove......................................................................................... 8. Struktur Vegetasi Mangrove .......................................................... 9. Fungsi Mangrove............................................................................ 11. Peranan Ekosistem Hutan Mangrove ............................................. 12. Ekowisata ................................................................................................. 14. Konsep Dasar Ekowisata ............................................................... 16. Karakteristik Ekowisatawan ........................................................... 17. Universitas Sumatera Utara.

(12) Ekowisata Mangrove .................................................................................. 17. Potensi Ekowisata Mangrove ......................................................... 18. Pariwisata Berbasis Masyarakat ..................................................... 19. Pembangunan Wisata Berbasis Ekowisata ..................................... 20. Kondisi Fisik Desa Kunkun ........................................................... 20. Partisipasi Masyarakat Sekitar Mangrove ...................................... 21. Persepsi Masyarakat ...................................................................... 22. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Peneltia ....................................................................... 23. Alat dan Bahan ........................................................................................... 23. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 24. Analisis Data ............................................................................................. 30. Analisis Potensi Ekosistem Mangrove ........................................... 30. Kerapatan Spesies .......................................................................... 30. Kerapatan Total .............................................................................. 30. Analisis Kesesuaian Wisata ........................................................... 30. Indeks Kesesuaian Wisata .............................................................. 31. Daya Dukung Kawasa .................................................................... 32. Analisis Atraksi Kegiatan Ekowisata ............................................. 33. Analisis SWOT .............................................................................. 37. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ....................................................................................................... Kondisi Sosial Ekonomi Desa Kunkun ............................................ 38. Karakteristik Masyarakat Pemanfaatan Wisata ................................ 38. Kegiatan Pemanfaatan Kawasan....................................................... 39. Pemahaman dan Persepsi Masyarakat .............................................. 40. Ekosistem Mangrove ........................................................................ 43. Universitas Sumatera Utara.

(13) Keberadaan Fauna ........................................................................... 46. Kesesuaian Ekoligis Wisata .............................................................. 47. Daya Dukung Kawasan ................................................................... 48. Analisis SWOT ................................................................................. 50. Pembahasan Konsisi Ekosistem Mangrove ........................................................... 52. Indeks Kesesuaian Wilayah .............................................................. 53. Daya Dukung Kawasan .................................................................... 54. Kesesuaian Ekologis Wisata ............................................................. 57. Analisis SWOT ................................................................................. 58. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan Saran ............................................................................... DAFTAR PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara.

(14) DAFTAR GAMBAR. No. 1. Kerangka pemikiran. Teks. Halaman. ....................................................................... 7. 2. Zona penyebaran mangrove ................................................................ 10. 3. Lokasi penelitian. ....................................................................... 23. 4. Ilustrasi transek mangrove .................................................................. 26. 5. Stasiun I. ....................................................................... 27. 6. Stasiun II. ....................................................................... 28. 7. Stasiun III. ....................................................................... 28. 8. Gambar pasang surut. ....................................................................... 47. 9. Gambar track perairan ....................................................................... 49. 10. Contoh boardwalk. 56. ....................................................................... Universitas Sumatera Utara.

(15) DAFTAR TABEL. No.. Teks. Halaman. 1. Data Sekunder ..................................................................................... 24. 2. Komposisi dan Jenis Data ................................................................... 25. 3. Parameter Kesesuaian Ekologis .......................................................... 32. 4. Potensi Ekologis ................................................................................. 33. 5. Prediksi Waktu Wisata ........................................................................ 33. 6. Tabel Penilaian Daya Tarik Wisata .................................................... 34. 7. Matriks Instrument Penelitian ............................................................. 35. 8. Komposisi Jenis Mangrove ................................................................. 44. 9. Nilai Kerapatan ................................................................................... 45. 10. Fauna Mangrove ............................................................................... 46. 11. Indek Kesesuaian Wisata .................................................................. 48. 12. Daya Dukung Kawasan .................................................................... 48. 13. Analisis SWOT ................................................................................. 51. Universitas Sumatera Utara.

(16) DAFTAR LAMPIRAN. No.. Teks. Halaman. 1.. Lokasi Penelitia ......................................................................................... 67. 2.. Biota Perairan ............................................................................................ 68. 3.. Alat Dan Bahan ......................................................................................... 69. 4.. Kegiatan Observasi Dan Wawancara ........................................................ 70. 5.. Kuisioner Masyarakat ............................................................................... 71. 6.. Jumlah Responden Masyarakat ................................................................. 79. 7.. Foto Jenis Mangrove ................................................................................. 80. 8.. Nilai Kerapatan ......................................................................................... 83. 9.. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata ................................................................ 84. 10.. Perhitungan Daya Dukung Kawasan ........................................................ 86. 11.. Foto Wisatawan ........................................................................................ 88. Universitas Sumatera Utara.

(17) PENDAHULUAN. Latar Belakang Wilayah Kabupaten Mandailing Natal memiliki luas 6.134,00 merupakan ibukota. Kabupaten Mandailing Natal salah satu Kabupaten yang memilki wilayah pesisir dan lautan. Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari 22 kecamatan, 27 kelurahan, dan 377 desa. Desa Kunkun merupakan Desa pemekaran dari Desa Sundutan Tigo yang berada di Kecamatan Natal. Desa Kunkun yang memiliki kawasan hutan mangrove yang masih alami (natural based). Hal inilah yang mendasari diperlukannya kajian mengenai potensi hutan mangrove yang berbasis pendekatan masyarakat yang ada di desa tersebut. Dengan pendekatan ini, harapannya dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan di hutan mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal. Pengembangan hutan mangrove sangat diperlukan untuk meningkatkan baik pendapatan ekonomi maupun kondisi sosial masyarakat, untuk menyadari pentingnya kawasan hutan mangrove ini, di perluhkan penelitian untuk mengetahui seberapa besar peluang dan kekuatan dari hutan mangrove di Desa Kunkun. Hasilnya di harapkan bisa dijadikan informasi bagi masyarakat maupun pemerintah dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, serta pemanfaatan yang tepat untuk kawasan hutan mangrove yang ada di Desa Kunkun.. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity),. Universitas Sumatera Utara.

(18) ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding ground), tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai juvenile dan larva ikan serta kerang (shellfish) dari predator. Habitat mangrove juga merupakan tempat hidup berbagai macam hewan buas/ predator. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, maka kebutuhan hidup manusia akan semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan ini akan menimbulkan tekanan terhadap sumberdaya alam, dimana pemanfaatan belum banyak memperhitungkan kerugian yang berdampak ekologis (Muhaerin, 2008). Pariwisata merupakan salah satu dari 5 (lima) sektor prioritas pembangunan 2017,yaitu pangan, energi, maritim, pariwisata, kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK), begitu juga yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 207 (RPJMN, 205-2019). Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah pusat. Kegiatan pariwisata dapat menjadi besar disebabkan tiga hal. Pertama, penampilan yang eksotis dari pariwisata, kedua, adanya keinginan dan kebutuhan orang modern yang disebut hiburan waktu senggang dan ketiga, memenuhi kepentingan politis hak yang berkuasa daei negara yang dijadikan daerah tujuan pariwisat (Suwena dan Nugrah, 2017).. Universitas Sumatera Utara.

(19) Pengembangan periwisata berkelanjutan yang berbasis pada alam, budaya, sosial dan ekonomi sarat dengan kompleksitas yang melibatkan wisatawan maupun masyarakat lokal yang bertindak sebagai tuan rumah. Konsekuensinya, pelestarian perlindungan terhadap lingkungan menjadi tanggung jawab kita semua, khususnya pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata sebagai industri. Pertumbuhan pariwisata sebagai suatu industri harus mempertimbangkan adanya adanya jaminan sumber daya pariwisata tetap terpelihara dan masih dinikmati generasi penerus dimasa yang akan yang datang. Untuk mencapai ekowisata, perlu dikembangkan prinsip-prinsip okowisata agar tercapai keberlanjutan. Melalui prinsip berbasis ekowisata, dapat dijembatani hubungan yang baik antara pengelola dengan masyarakat. Selain itu melalui pengembangan berbasis ekowisata, tidak hanya sebagai elestarian lingkungan tetapi juga sebagai perjalanan wisata dan juga wadah edukasi yang baik serta masyarakat lokal juga turut berkontibusi di dalam kegiatan wisata berbasis ekowisata. Pengembangan pariwisata berbasis ekowisata memiliki arti bahwa aktivitas pariwisata yang akan dikembangkan harus melibatkan pelestarian alam dan lingkungan, budaya masyarakat setempat, ekonomi masyarakat lokal dan pendidikan, salah satu ekowisata yang sering kita degar adalah ekowisata mangrove. Berdasarkan kondisi fisiknya, kawasan hutan mangrove yang berada di desa kunkun ini masih belum terkelola dengan optimal untuk menunjang kegiata ekowisata tersebut. Hal ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana perlengkapan atau pendukung dari kegiatan ekowisata tersebut yang masih belum optimal, misalnya dilihat dari kondisi lapangan masih banyak masalah seperti akses jalan menuju. Universitas Sumatera Utara.

(20) kawasan mangrove yang masih tidak bagus. Memperhatikan konsi dan potensi yang dimiliki hutan mangrove di kawasan desa kunkun sbagaimana digambarkan di atas maka dilakukan penelitian mengenai pengembangan objek wisata hutan mangrove berbasis ekowisata di Desa Kunkun, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal.. Perumusan Masalah Pentingnya pariwisata. sebagai. sarana. untuk. mendukung konservasi. lingkungan yang sesuai dengan dimana wisatawan saat ini cukup peka terhadap masalah lingkungan. Salah satu basis pariwisata yang banyak berkembang saat ini adalah ekowisata. Hutan mangrove sebagai sumber daya alam hayati mempunyai keragaman potensi yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat yang disarankan berupa berbagai produk jasa ekowisata. Pegembangan objek wisata kawasan hutan mangrove berbasik ekowisata tidak hanya dilihat dari lingkungan fisik saja tetapi terkait aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Permasalahan dalam studi ini adalah bagamana mengembangkan kawasan hutan mangrove di Kabupaten Mandailing Natal khususnya di Desa Kunkun menjadi suatu objek wisata yang berbasi ekowisata dengan melihat potensi yang ada di kawasan tersebut. Oleh karena itu perlu pengembangan kawasan hutan mangrove berbasis ekowisata menjadi salah satu alternatif pengembangan kawasan hutan mangrove Desa Kunkun agar kawasan tersebut bisa dikelola dengan baik dan menambah minat wisatawan untuk datang berkunjung dikawasan tersebut dan menjadi peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.. Universitas Sumatera Utara.

(21) Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.. Mengetahui nilai sumberdaya yang ada di kawasan wisata mangrove Desa Kunkun Kecamatan Natal.. 2.. Mengetahui karakteristik serta sosial masyarakat pada sekitar kawasan wisata mangrove meliputi umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,pemanfaatan kawasan, pemahaman tentang mangrove, pemahan tentang ekowisata, persepsi tentang kondisi mangrove, tanggapan responden, dan partisipasi responden.. 3.. Mengetahui strategi pengembangan ekowisata yang berkelanjutan di hutan mangrove Desa Kunkun Kecematan Natal.. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dilakukan hendaknya memberikan manfaat kepada pihakpihak terkait seperti : 1. Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal a. Menjadikan masukan bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan ekowisata mangrove di Kabupaten Mandailing Natal. b. Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal sebagai pembuat keputusan kebijakan pengelolaan hutan mangrove dapat melakukan tindakan tepat dalam mengantisipasi perkembangan pembangunan yang dapat merusak ekosistem yang ada sehingga kondisi alam dan lingkungan terutama hutan mangrove tidak rusak .. Universitas Sumatera Utara.

(22) 2. Masyarakat Setempat a. Dapat. menumbuh. pembangunan. kembangkan. ekowisata. partisipasi. mangrove. di. masyarakat. Desa. Kunkun. dalam maupun. masyarakat kecamatan dan masyarakat kabupaten . b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola ekowisata mangrove untuk kepentingan ekonomi, sosial, dan alainnya. c. Sebagai akses promosi memperkenalkan kampong ke wilayah luar sehingga orang lebih mengenal kampong dan masyarakat dapat membuka lapangan usaha seperyi menjual hasil kerajinan dan hasil kebun atau hasil tangkapan nelayan kepada pengunjung. 3. Peneliti Penelitian ini akan menjadi rujukan bagi penulis untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan pengembangan kawasan ekowisata mangrove sehingga nantinya akan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.. Kerangka Pemikiran Ekosisem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang banyak di manfaatkan oleh manusia. Sebagaimana kita ketahui ekosistem mangrove memiliki potensi seperti. keanekaragaman jenis mangrove dan jenis satwa lainnya. Pada. penelitian ini memfokuskan pada kajian potensi hutan mangrove untuk pembangunan ekowisata berbasis ekowisata masyarakat di Desa Kunkun Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal. Berikut ini adalah kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.. Universitas Sumatera Utara.

(23) Kawasan Mangrove Desa Kunkun. Masyarakat Lokal/ Pariwisata. Ekonomi Sosial Budaya Masyarakat. Karakteristik (umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,pemanfaatan kawasan, pemahaman tentang mangrove, pemahan tentang ekowisata, persepsi tentang kondisi mangrove, tanggapan responden, dan partisipasi). Analisis Kesesuaian Pengembangan Kawasan : Potensi Kawasan Objek Daya Dukung Kawasan Indeks Kesesuaian Wisata Analisis SWOT. Strategi Pengembangan Wisata Berkelanjutan Gambar 1. Kerangka Pemikiran. Universitas Sumatera Utara.

(24) TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat di sepanjang garis pantai perairan tropis dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sangat unik. Hutan ini meskipun termasuk dalam golongan besar hutan hujan tropis namun mungkin karena letaknya di daerah pantai/wilayah intertidal sehingga tanaman mangrove digolongkan sebagai Halophyt (saline plants). Hutan ini merupakan peralihan habitat lingkungan darat dan lingkungan laut, maka sifat-sifat yang dimiliki tidak persis sama seperti sifat-sifat yang dimiliki hutan hujan tropis di daratan (Wibisono, 2010). Mangrove merupakan jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di pantai-pantai landai berlumpur dan muara–muara sungai. Ekosistem mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem pesisir yang unik, karena di kawasan tersebut terpadu unsur fisik, kimia dan biologis daratan dan lautan. Perpaduan ini menciptakan suatu keterikatan ekosistem yang kompleks antara ekosistem laut dan darat. Selain unik, mangrove juga memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat bermanfaat di lingkungan pesisir (Kusmana, 1997). Berbagai jenis mangrove yang tumbuh di bibir pantai dan merambah tumbuh menjorok ke zona berair laut merupakan suatu ekosistem yang khas. Khas karena bertahan hidup di dua zona transisi antara daratan dan lautan, sementara tanaman lain tidak mampu bertahan. Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah delta dan. Universitas Sumatera Utara.

(25) aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar. Hutan mangrove mempunyai toleransi besar terhadap kadar garam dan dapat berkembang di daratan bersalinitas tinggi di mana tanaman biasa tidak dapat tumbuh (Irwanto, 2006). Mangrove hidup di daerah antara level pasang naik tertinggi (maximum spring tide) sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Komunitas (tumbuhan) hutan mangrove hidup di daerah pantai terlindung di daerah tropis dan subtropis. Hampir 75% tumbuhan mangrove hidup diantara 35%LU35%LS, dan terbanyak terdapat di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Sumatera dan beberapa daerah di Kalimantan yang mempunyai curah hujan tinggi dan bukan musiman. Di Indonesia tercatat ada sekitar 3,75 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di Sumatera Utara tercatat ada 36 ribu ha dan di wilayah kabupaten mandailing natal berkisar kurang lebih 400 ha.. Struktur Vegetasi Mangrove Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis. Hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting/dominan yang termasuk ke dalam empat famili: Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, dan Ceriops), Sonneratiaceae (Sonneratia), Avicenniaceae (Avicennia), dan Meliaceae (Xylocarpus) (Wibisono, 2010).. Universitas Sumatera Utara.

(26) Menurut Wonatorei (2013), menyatakan bahwa hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasizonasi berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut: a. Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang ada memiliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen. b. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang. c. Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora dan memiliki substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan. d. Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan dataran.. Gambar 2. Zonasi Penyebaran Jenis Pohon Mangrove (Irwanto, 2006). Universitas Sumatera Utara.

(27) Asriyana dan Yuliana (2012), menjelaskan bahwa komunitas fauna hutan mangrove membentuk percampuran antara dua kelompok, yaitu: 1. Kelompok fauna daratan/terrestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas: insekta, ular, primate, dan burung. Kelompok ini tidak mempunyai sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya di luar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi, meskipun mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan laut pada saat air surut. 2. Kelompok fauna perairan/akuatik, terdiri atas dua tipe, yaitu: yang hidup di kolom air, terutama berbagai jenis ikan, dan udang; yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur), terutama kepiting, kerang, dan berbagai jenis invertebrata lainnya.. Fungsi Mangrove Nilai penting mangrove lainnya adalah dalam bentuk fungsi ekologisnya sebagai stabilisator tepian sungai dan pesisir dan memberikan dinamika pertumbuhan di kawasan pesisir, seperti pengendalian erosi pantai, menjaga stabilitas sedimen dan bahkan turut berperan dalam menambah perluasan lahan daratan (land building) dan perlindungan garis pantai (protected agent).Bahkan dapat juga berperan penting dalam memfungsikan ekosistem sekitarnya, termasuk tanah-tanah basah berpasir, terumbu karang, dan lamun (Kordi, 2012). Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis.. Universitas Sumatera Utara.

(28) Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat, tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (Wiyanto dan Faiqoh, 2014). Hutan bakau mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Fungsi fisik hutan bakau yaitu menjaga keseimbangan ekosistem perairan pantai, melindungi pantai dan tebing sungai terhadap pengikisan atau erosi pantai, menahan dan mengendapkan lumpur serta menyaring bahan tercemar. Fungsi lainnya adalah sebagai penghasil bahan organik yang merupakan sumber makanan biota, tempat berlindung dan memijah berbagai jenis udang, ikan, dan berbagai biota lainnya (Waas dan Nababan, 2010).. Peranan Ekosistem Hutan Mangrove Menurut (Bengen, 2001) mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuari sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Dengan demikian, daerah mangrove merupakan daerah yang subur baik daratannya maupun perairannya karena selalu terjadi transportasi nutrien akibat adanya pasang surut. Mangrove mempunyai berbagai fungsi, antara lain :. Universitas Sumatera Utara.

(29) 1.. Peran Bio-ekologis Mangrove Berdasarkkan karakteristik ekologis maupun biologis ekosistem mangrove. memiliki fungsi yang sangat penting antara lain : a. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan penahan sedimen (sediment trap) yang diangkut oleh aliran air permukaan. b. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang berasal dari serasah daun dan ranting pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi organisme pemakan detritus (detritivore) dan sebagian lagi didekomposisi oleh bakteri decomposer menjadi bahan-bahan anorganik (nutrien) yang berperan dalam menyuburkan perairan dan tentu saja kesuburan mangrove itu sendiri. c. Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground). Bermacam macam biota perairan baik yang hidup diperairan pantai maupun di lepas pantai. Disamping itu ada beberapa organisme perairan yang menjadikan ekosistem mangrove sebagai habitat utamanya. Fungsi ini memungkinkan ekosistem mangrove berperan dalam memberi energi bagi revitalisasi sumberdaya perikanan di laut. Selain organisme perairan beberapa hewan dari jenis reptil, burung dan primata juga menjadikan mangrove manjadi habitatnya. 2.. Peran Mangrove Dalam Produktivitas Perikanan Mangrove merupakan kawasan yang memiliki produktivitas yang tinggi. Pada. ekosistem laut proses produksi berlangsung melalui pemanfaatan energi matahari. Universitas Sumatera Utara.

(30) oleh organisme autotrop baik mikro maupunmakro. Organisme autotrop mampu merubah bahan anorganik menjadi bahan organic dengan melibatkan cahaya matahari. Sumber-sumber bahan anorganik dalam ekosistem laut banyak berasal dari kawasan pantai (Bratamihardja, 1991). Ekosistem mangrove sebagai tempat habitat berbagai macam ikan, crustacea, mollusca, dan burung serta mendukung kehidupan reptil dan mamalia. Masyarakat percaya bahwa akar mangrove dapat berperan dalam melindungi dari pemangsa. dari produksi udang dan beberapa jenis pelagis kecil yang ditangkap dengan alat tangkap dan pukat pantai. Hasil menunjukan bahwa ada interaksi pasitif antara keberadaaan hutan mangrove dengan produksi udang dan pelagis besar sebesar 27,21%. Artinya 27,21% produksi udang dan pelagis kecil dikontribusikan oleh adanya ekosistem mangrove. Hal ini menunjukan bahwa peran ekosistem mangrove cukup penting dalam menentukan tinggi rendahnya produksi perikanan tangkap. Produksi perikanan laut tergantung pada eksistensi hutan mangrove., karena mangrove menjadi tempat perkembangbiakan berbagai biota laut, termasuk bebrapa jenis ikan tertentu (Alfira, 2014) Semakin meningkatnya luasan kawasan mangrove maka produksi perikanan pun turut meningkat dengan membentuk persamaan Y = 0,06 + 0,15 X; Y merupakan produksi tangkapan dalam ton/th, sedangkan X merupakan luasan mangrove dalam ha. Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan ekonomi menunjukkan bahwa pembuatan 1 ha tambak ikan pada hutan mangrove akan menghasilkan ikan/udang sebayak 287 kg/tahun, namun dengan hilangnya setiap 1 ha hutan mangrove akan mengakibatkan kerugian 480 kg ikan dan udang di lepas pantai per tahunnya. Universitas Sumatera Utara.

(31) Pengurangan hutan mangrove terutama di areal green belt sudah barang tentu akan menurunkan produktivitas perikanan (Turner, 1977).. Ekowisata Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah (UU No 10 Tahun, 2009 Tentang Ekowisata). Ekowisata merupakan salah satu bentuk perluasan dari pariwisata alternatif yang timbul sebagai konsekuensi dari ketidakpuasan terhadap bentuk pariwisata yang kurang memperhatikan dampak sosial dan ekologis, dan lebih mementingkan keuntungan ekonomi dan kenyamanan manusia semata. Istilah ekowisata dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam (WWF Indonesia, 2009). Rahardjo (2005) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang bisa menjadi elemen penting dalam pencapaian sukses dari sebuah gagasan tentang ekoturisme, dimana ekoturisme semestinya: 1.. Berdampak rendah terhadap kawasan lindung dan sumberdaya alam.. Universitas Sumatera Utara.

(32) 2.. Melibatkan. para. pihak. yang. berkepentingan. (perorangan,. masyarakat,. wisatawan, bisnis wisata, dan lembaga-lembaga pemerintahan) dalam proses perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan monitoring. 3.. Menghargai budaya dan tradisi-tradisi lokal.. 4.. Meningkatkan keberlanjutan dan kesetaraan pendapatan untuk masyarakat lokal sebagai mana bagi para pihak lainnya, termasuk operator wisata dari kalangan swasta.. 5.. Meningkatkan pendapatan untuk konservasi kawasan lindung.. 6.. Mendidik semua pihak tentang peran mereka masing-masing dalam konservas.. Konsep Dasar Ekowisata Wiharyanto dan Dhimas mengatakan bahwa suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung. Pertama, something to see adalah wisata tersebut diharuskan mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau daya tarik oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus untuk dilihat yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut. Kedua, something to do adalah wisatawan yang berpariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang dan bahagia yang bersumber dari fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk berlamalama di sana. Ketiga, Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja biasanya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.. Universitas Sumatera Utara.

(33) Pengembangan ekowisata pesisir dan laut harus mempertimbangkan dua aspek, yaitu aspek tujuan wisata dan aspek pasar. Pengembangan ekowisata pesisir dan laut lebih dekat kepada aspek pelestarian karena di dalamnya sudah terkandung aspek keberlanjutan. Dalam pelaksanaannya ekowisata pesisir dan laut hampir tidak dilakukan eksploitasi sumberdaya alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahun, fisik, dan psikologis wisatawan. Ekowisata dikembangkan sejak era tahun delapan puluhan sebagai upaya untuk meminimalkan dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan atau keanekaragaman hayati (Demartoto, 2009).. Karakteristik Ekowisatawan Secara khusus, pengunjung ekowisata mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Menyukai lingkungan dengan daya tarik utama adalah alam dan budaya masyarakat lokal serta mereka juga biasanya mencari pemandu informasi yang berkualitas. 2. Kurang memerlukan tata krama formal (amenities) dan juga lebih siap menghadapi ketidaknyamanan, meski mereka masih membutuhkan pelayanan yang sopan dan wajar, sarana akomodasi dan makanan yang bersih. 3. Sangat menghargai nilai-nilai (high value) dan berani membayar mahal untuk suatu daya tarik yang mempesona dan berkualitas. 4. Menyukai daya tarik wisata yang mudah dicapai dengan batasan waktu tertentu dan mereka tahu bahwa daya tarik alami terletak di daerah terpencil (Wiharyanto, 2007).. Universitas Sumatera Utara.

(34) Ekowisata Mangrove Ekosistem mangrove dengan tumbuhan yang rimbun dan mempunyai berbagai biota merupakan salah satu tempat rekreasi atau wisata yang nyaman. Pada ekosistem mangrove dapat dipilih sebagai salah satu tempat untuk olahraga petualangan, memancing, berperahu, tracking, dan berburu. Namun untuk menjadikan ekosistem mangrove sebagai lingkungan yang nyaman dan menarik bagi wisatawan, maka harus dilindungi dan direhabilitasi agar terlihat asli dengan berbagai flora dan faunanya (Kordi 2012). Menurut Wiharyanto (2007), alternatif pemanfaatan hutan mangrove yang paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem hutan mangrove meliputi: penelitian ilmiah (scientific research), pendidikan (education), dan rekreasi terbatas/ekowisata (limited recreation/ecotourism). Minimal 20% dari total area dari suatu zona pesisir harus disediakan sebagai zona preservasi.. Potensi Ekowisata Mangrove Menurut Dahuri (2004), alternative pemanfaatan ekosistem mangrove yang paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem ini meliputi: penelitian ilmiah (scientific research), pendidikan (education), dan rekreasi terbatas/ ekoturisme (limited recreation/ecoturism). Potensi rekreasi dalam ekosistem mangrove antara lain :. Universitas Sumatera Utara.

(35) a. Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada beberapa jenis vegetasi mangrove seperti akar tunjang (Rhizophora spp.), akar lutut (Bruguiera spp.), akar pasak (Sonneratia spp., Avicenia spp.), akar papan (Heritiera spp.). b. Buah yang bersifat viviparious (buah berkecambah semasa masih menempel pada pohon) yang terlihat oleh beberapa jenis vegetasi mangrove seperti Rhizophora spp. dan Ceriops spp.. c. Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman (transisi zonasi). d. Berbagai jenis fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove seperti beraneka ragam jenis burung, serangga dan primata yang hidup di tajuk pohon serta berbagai jenis fauna yang hidup di dasar mangrove seperti babi hutan, biawak, buaya, ular, udang, ikan, kerang-kerangan, keong, kepiting dan sebagainya. e. Atraksi adat istiadat masyarakat setempat yang berkaitan dengan sumberdaya mangrove. f. Hutan-hutan mangrove yang dikelola secara rasional untuk pertambakan tumpang sari dan pembuatan garam, bisa menarik wisatawan. Potensi ini dapat dikembangkan untuk kegiatan lintas alam, memancing, berlayar, berenang, pengamatan jenis burung dan atraksi satwa liar, fotografi, pendidikan, piknik dan berkemah, serta adat istiadat penduduk lokal yang hidupnya bergantung pada keberadaan hutan mangrove. Pariwisata Berbasis Masyarakat Menurut (Asker et al, 2010), Pariwisata berbasis masyarakat merupakan kepariwisataan yang pada umumnya diselenggarakan dalam skala kecil dimana. Universitas Sumatera Utara.

(36) didalamnya terjadi interaksi antara pengunjung dan masyarakat tuan rumah. Pariwisata berbasis masyarakat adalah sejenis kepariwisataan yang perkembangan dan pengelolaannya dikontrol oleh masyarakat lokal, dimana bagian terbesar dari manfaat yang dihasilkan kepariwisataan tersebut dinikmati oleh masyarakat lokal baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kepariwisataan tersebut. Pariwisata berbasis masyarakat memiliki beberapa karakteristik sebagai pendidikan dan interpretasi sebagai bagian dari produk wisata, meningkatkan kesadaran masyarakat lokal dan pengunjung terhadap konservasi, umunya diperuntukkan bagi wisatawan dalam jumlah kecil oleh usaha jasa yang dimiliki masyarakat local, meminimalisir dampak negatif terhadap dan lingkungan sosial budaya mendukung upaya perlindungan daerah alam (Hausler dan Strasdas, 2002).. Pembangunan Wisata Berbasis Ekowisata Pengembangan pariwisata alam adalah kegiatan memanfaatkan ruang melalui serangkaian program kegiatan pembangunan untuk pariwisata yang meliputi pengelolaan pemanfaatan lahan sesuai dengan azas pemanfaatan ruang dengan mengakomodasi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, berhasil guna, serasi,seimbang, dan berkelanjutan (Menhut-II/2012 ). Ekowisata merupakan salah satu jenis pariwisata alam yang baru di kembangkan. Pengembangan objek wisata harus selalu berpedoman pada prinsip prinsip ekowisata dan pariwisata berkelanjutan agar tercapai tujuan pengembangan ekowisata yang berkelanjutan (damanik dan weber 2006).. Universitas Sumatera Utara.

(37) Kondisi Geofisik Desa Kunkun Kecamatan Natal Desa Kunkun merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Natal. Jarak Desa Kunkun ke Kecamatan Kota Natal sekitar 5 Km dengan waktu tempuh sekitar 40 menit menggunakan alat transportasi yang digunakan masyarakat umum di Desa Kunkun yaitu kendaraan roda dua, sedangkan ke Kota Natal sekitar 30 Km dengan waktu tempuh sekitar satu jam menggunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Desa Kunkun yaitu kendaraan roda dua. Sebelah Utara. :. berbatas dengan wilayah desa sundutan tigo. Sebelah Timur. :. berbatas dengan wilayah desa kecamatan lingga bayu. Sebelah Selatan :. berbatas dengan wilayah desa bintuas. Sebelah Barat. berbatas dengab wilayah lautan Indonesia. :. Luas wilayah desa kunkun adalah kurang lebih 6.882,81 Ha. Secara topografi, Iklim di wilayah Kelurahan Sicanang termasuk tropis dengan musim hujan antara November-April dan musim kemarau antara bulan Mei-Oktober. Curah hujan ratarata 0,10 mm per hari. Temperatur suhu udara sekitar 32°C. Penduduk desa kunkun mencapai. 267. jiwa,. yang. terdiri. dari. 106. kepala. keluarga.. (Profil Desa Kunkun. 2020).. Partisipasi Masyarakat Sekitar Mangrove Partisipasi masyarakat (social participation) adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang menjadi perhatian dan bahan kajian sosiologi dan beberapa disiplin ilmu lain. Menurut beberapa ahli partisipasi diartikan sebagai upaya peran serta. Universitas Sumatera Utara.

(38) masyarakat dalam suatu kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka akan merupakan upaya peran serta dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya pembangunan (Setyastuti, 2002). Untuk meningkatkan pengelolaan ekosistem mangrove, perlu dilibatkan masyarakat dalam penyusun proses perencanaan dan pengelolaan ekosistem ini secara lestari. Pengelolaan ekosistem mangrove secara lestari dapat dikembangkan melalui metode-metode sosial budaya masyarakat setempat yang bersahabat dengan ekosistem mangrove, dalam bentuk penyuluhan penerangan dan membangkitkan kepedulian masyarakat dalam mengelola ekosistem mangrove (Muhaerin, 2008). Strategi pelestarian yang melibatkan masyarakat local dipandang oleh efektif dibandingkan dengan pelestarian satu arah yang hanya melibatkan pemerintah. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi pelestarian dalam suatu kawasan, akan dapat memelihara fungsi keseimbangan ekosistem dan fungsi ekonomi kawasan tersebut bagi masyarakat setempat. Sehingga dengan adanya keseimbangan ekosistem lingkungan tersebut diharapkan tercapai optimalisasi dan keberlanjutan pengelolaan wilayah tersebut (Erwiantono, 2006).. Persepsi Masyarakat Terhadap Mangrove Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap mangrove yaitu : pelaku persepsi, bila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik. pribadi. dari. pelaku. persepsi,. antara. lain. sikap,. motif/kebutuhan hidup, suasana hati, pengalaman masa lalu, prestasi belajar. Universitas Sumatera Utara.

(39) sebelumnya dan pengharapan, target yang akan diminati, karakteristik dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan, situasi, yaitu unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi persepsi (Saptorini, 2003). Persepsi masyarakat yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan pemikiran dan pendapat masyarakat tentang isu dan situasi tindakan yang berkaitan dengan upaya pelestarian dan pemanfaatan hutan mangrove (Gumilar, 2012).. Universitas Sumatera Utara.

(40) METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 Kunkun Kecamatan Natal. Identifikasi jenis mangrove dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Adapun titik lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Kondisi lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1.. Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian. Universitas Sumatera Utara.

(41) Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, parang, tali rafia, kantong plastik, gunting, Global Positioning System (GPS), alat tulis, kamera, penggaris meteran. Bahan yang digunakan yaitu tumbuhan mangrove dan kuisioner. Gambar alat dan bahan disajikan pada Lampiran 2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal sebagian atau seliruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.dalam upaya pengumpulan data yang relevan dengan objek studi, maka teknik yang digunakan adalah :. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung dengan cara kegiatan wawancara atau pemberian kuisioner, observasi dan dokumentasi sebagai suatu pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat local dan pihak terkait.. Data Sekunder Dalam melakukan pengumpulan data sekunder, dilakukan survei sekunder meliputi studi pustaka dan survei instansi.. Universitas Sumatera Utara.

(42) Tabel 1. Data Sekunder No. Data dan Informasi. Sumber Daya. Instansi. 1. Kondisi fisik kawasan kecamatan natal : a. Iklim b. Letak Geografis c. Morfologi. a. BPS b. Profil Kecamatan Natal. Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal. 2. Data Kawasan Wisata Hutan Mangrove. a. Dokumentasi profil kawasan wisata hutan mangrove. a. Dinas Pariwisata b. Kantor Pengelolaan Kawasan Wisata Mangrove. 3. Peta Lokasi Penelitian. Tabel 2. Komposisi dan jenis data No. 1. Kelompok Jenis Data Faktor Fisik. Masyarakat 2. Faktor Sosial. Pengunjung. 3. Faktor biologi. Aspek-Aspek Pasang Surut Identitas (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan) Persepsi, pemahaman dan harapan Persepsi, pemahaman dan keinginan Vegetasi mangrove (kerapatan) Objek mangrove. biota. Jenis Data Primer Sekunder √ √. √ √ √. √. √. √. Sumber : Muhaerin, (2008) a. Metode Pengamatan Ekosistem Mangrove Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus dapat mewakili setiap zona mangrove yang terdapat di wilayah kajian.Data vegetasi. Universitas Sumatera Utara.

(43) mangrove yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Metode pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun. Stasiun pengamatan ditetapkan sebanyak 3 stasiun yang berbeda tingkatan kondisi kerapatan mangrovenya. Pada masing  masing stasiun ditentukan 3 transek/plot. Metode transek garis ini dapat dilihat pada gambar 3.. Transek / Plot Garis Transek. Gambar 4. Ilustrasi Transek Pengukuran Mangrove di Lokasi Pengamatan Pada. setiap. lokasi. pengamatan,. letakan. petak-petak. contoh (plot). berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 x 10 m untuk tingkat pohon (diameter batang > 4 cm), 5 x 5 m untuk tingkat pancang (diameter batang < 4 cm dan tinggi > 1 m), 1 x 1 m untuk semai dan tumbuhan bawah (tinggi < 1 m). Data yang diambil pada pengamatan ekosistem mangrove adalah jenis mangrove yang berada di dalam stasiun pengamatan, kemudian dilakukan pengukuran diameter setiap pohon. Universitas Sumatera Utara.

(44) setinggi dada (1.3 meter) yang berada di dalam stasiun serta pengamatan visual biota-biota yang berada di stasiun tersebut. (Bengen, 2001).. Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel Stasiun I. : Stasiun ini secara geografis terletak pada titik koordinat 99,059139 E dan 0,742556 N. Merupakan area hutan mangrove yang berada di muara sungai dapat dilihat pada Gambar 5.. Gambar 5. Foto Lokasi Stasiun I Stasiun II. : Stasiun ini secara geografis terletak pada titik koordinat 99,061583 E dan 0,742472 N. Merupakan area hutan mangrove yang dekat dengan area pertambakan salah satu warga. Pada lokasi ini kondisi tumbuhnya mangrove tergolong baik yaitu mangrove memiliki ukuran tinggi yang sama.. Universitas Sumatera Utara.

(45) Gambar 6. Foto Lokasi Stasiun II Stasiun III. : Stasiun ini secara geografis terletak pada titik Koordinat 99,061139 E dan 0,739861 N. Merupakan area hutan mangrove yang dekat dengan bibir pantai.. Gambar 7. Foto Lokasi Stasiun III. Universitas Sumatera Utara.

(46) b. Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :. Keterangan: n. = ukuran sampel. N. = ukuran populasi. e. = galat pendugaan (10 %). Metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan. tertentu. atau. sengaja.. Pertimbangannya. adalah. bahwa. sampel/responden tersebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara sengaja (purposive). Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah responden (masyarakat) yang memanfaatkan ekosistem mangrove dan bersedia untuk diwawancarai. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik responden seperti umur, pendidikan formal, pekerjaan, kegiatan pemanfaatan di kawasan ekosistem mangrove serta pemahaman atau persepsi masyarakat tentang mangrove yang ada di Desa Kunkun Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal. Kuisoner persepsi masyarakat dan jumlah responden disajikan pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.. Universitas Sumatera Utara.

(47) Data Sekunder Data sekunder didapatkan dari kegiatan dokumentasi, data-data dari instansi yang terkait, peraturan perundang-undangan dan kajian pustaka yang berhubungan dengan topik penelitian. Analisis Data 1. Analisis Potensi Ekosistem Mangrove Data yang dikumpulkan meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah individu, dan diameter pohon. a.. Kerapatan Spesies Kerapatan spesies adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut: Kerapatan Spesies = ni / A. b.. Kerapatan Total Kerapatan Total adalah jumlah semua individu mangrove dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut: Kerapatan Total = ∑n / A Keterangan: ni : Jumlah total individu dari spesies i ∑n : Jumlah total individu seluruh spesies A : Luas area pengambilan contoh. 2. Analisis Kesesuaian Wisata Indeks kesesuaian wisata berdasarkan matriks kesesuaian untuk kategori ekowisata ekosistem mangrove dari setiap parameter yang di ukur di lapangan maka Desa Kunkun Baru tergolong sangat sesuai untuk dijadikan ekowisata mangrove.. Universitas Sumatera Utara.

(48) Perlu adanya perhatian pemerintah dalam pengembangan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pengembangan kegiatan ekowisata mangrove dan perlu adanya keterlibatan masyarakat di dalam mengelola, menjaga dan melindungi ekosistem mangrove yang ada agar terjaga kelestarian ekosistem mangrove sehingga masyarakat dapat hidup dengan sejatera. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan. Rumus yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari adalah (Yulianda, 2007):. IKW = ∑(. )x 100%. Keterangan: IKW. :. Ni Nmaks. : :. Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove (Sesuai: >83%, Sesuai Bersyarat: 50%-<83%, Tidak Sesuai : <50). Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor). Nilai maksimum dari kategori wisata mangrove. Kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove antara lain: ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut, dan obyek biota disajikan pada Tabel 3 berikut.. Universitas Sumatera Utara.

(49) Tabel 3. Parameter kesesuaian ekologis kategori wisata mangrove No. Parameter. Bobo t. Kategori Baik. Skor. Kategori Cukup Baik. Skor. Kategor i Cukup Buruk. Skor. Kategor i Buruk. 01.. Ketebalan mangrove (m) Kerapata n mangrove (Ind/Ha) Jenis Mangrov e Pasang surut Objek biota. 5. >500. 3. >200500. 2. 50-200. 1. >50. S k o r 0. 3. >15-25. 3. >10-15. 2. 5-10. 1. <5. 0. 3. >5. 3. 3-5. 2. 1-2. 1. 0. 0. 1. 0-1. 3. >1-2. 2. >2-5. 1. >5. 0. 1. Ikan, udang, kepiting, moluska , reptil, burung. 3. Ikan, udang, kepiting , moluska. 2. Ikan, moluska. 1. Salah satu biota air. 0. 2.. 3.. 4. 5.. 3. Analisis Daya Dukung Analisa daya dukung ditujukan untuk pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mastourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007).. Universitas Sumatera Utara.

(50) Keterangan : DDK K Lp Lt Wt Wp. = Daya Dukung Kawasan (orang/hari). = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang). = Panjang area yang dapat dimanfaatkan (m). = Unit area untuk kategori tertentu (m). = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari). = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam/hari). Potensi ekologis pengunjung per luas area kegiatan dalam hal ini untuk. kegiatan wisata mangrove dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 4. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis K (∑ pengunjung) Unit area (Lt) Keterangan kegiatan Dihitung panjang track, Wisata 1 50 m setiap orang sepanjang 50 mangrove m Sumber : Yulianda (2007) Waktu kegiatan pengunjung. (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu. yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (Tabel 5). Tabel 5. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata mangrove Waktu yang Total waktu No. Kegiatan dibutuhkan (Wp) 1 hari (Wt) (jam/hari) (jam/hari) 1. Wisata mangrove 2 8 Sumber : Yulinda (2007). Universitas Sumatera Utara.

(51) 4 . Analisis Atraksi Kegiatan Ekowisata Analisis atraksi kegiatan ekowisata dikembangkan berdasarkan analisis potensi yang dimiliki dengan cara menginventarisasi atraksi di ekosistem mangrove sehingga ditemukan suatu alternatif dalam pengembangan potensi ekowisata. Analisis daya tarik merupakan faktor utama alasan seseorang melakukan perjalanan wisata (Baizuri, 2014). Kriteria daya tarik ekowisata dapat di lihat pada tabel 6.. Universitas Sumatera Utara.

(52) Tabel 6. Kriteria Penilaian Daya Tarik (Modifikasi ODTWA 2003). Universitas Sumatera Utara.

(53) Tabel 7. Matriks Instrumen Penelitian (Pedoman Penilaian ADO-ODTWA). Universitas Sumatera Utara.

(54) Universitas Sumatera Utara.

(55) 5. Analisis SWOT Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weaknes, Opportunity, and Threats). Menurut rangkuti (2006) analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat menimbulkn kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Menurut pragawati (2009) metode analisis data yang digunakan adalah analisis analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis berdasarkan variabel pada faktor-faktor internal yang diperoleh dan ke tiga membuat tabel peringkat alternatif strategi. Penuntuan faktor baik secara eksternal maupun internal ditentukan berdasarkan kondisi lapangan pada saat melaksanakan penelitian dari data primer dan data sekunder yang didapat di lapangan. Selanjutnya, penyusunan identifikasi faktorfaktor eksternal dan internal di buat dalam bentuk matriks SWOT.. Universitas Sumatera Utara.

(56) HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Kondisi Sosial Ekonomi Di Desa Kunkun 1. Karakteristik Masyarakat Pemanfaat Ekosistem Mangrove Masyarakat yang diwawancarai adalah masyarakat yang bermukim di Desa Kunkun. Responden masyarakat terdiri dari 61 orang. Rata-rata usia masyarakat yang menjadi responden berkisar antara 27-40 tahun bisa dilihat pada gambar 8.. 18% 41%. 7%. 27-40 41-56 <27 >57. 34%. Gambar 8. Persentase Usia Responden Masyarakat Data mengenai tingkat pendidikan responden dari masyarakat pesisir dapat dilihat pada gambar 9.. 16%. SD 41%. 21%. SMP SMA S1. 22%. Universitas Sumatera Utara.

(57) Gambar 9. Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat. Secara umun pendidikan masyarakat belum cukup baik. Tingkat pendidikan masyarakat yang paling banyak adalah SD dengan persentase 41% Jenis pekerjaan dari masyarakat yang ada di Desa Kunkun Kecamatan Natal dilihat pada gambar 10.. 10% Nelayan 34%. 14%. Petani Wiraswasta. 9%. PNS Lainnya 33%. Gambar 10. Jenis Pekerjaan Masyarakat Dari data yang diperoleh, karakteristik pekerjaan masyarakat yang memiliki nilai persentase paling tinggi adalah nelayan sebanyak 34%. Masyarakat yang menjadi petani sebanyak 33%, wiraswasta 9%, PNS 14%, 2. Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Mangrove Oleh Masyarakat Jenis-jenis kegiatan kawasan mangrove yang dilakukan disekitar mangrove Desa Kunkun Kecamatan Natal dapat dilihat pada gambar 11.. Universitas Sumatera Utara.

(58) Penangkapan ikan,udang dan kepiting. 30%. 70%. Pemanfaatan kayu mangrove. Gambar 11. Jenis Pemanfaatan Kawasan Masyarakat sebagian besar melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan ini berupa penangkapan ikan, udang dan kepitig (70%), selain itu masyarakat yang memanfaatkan kayu mangrove (30%). Masyarakat memanfaatkan kayu yang terdata relative sedikit, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang melakukan kegiatan tersebut. 3. Pemahaman dan Persepsi Masyarakat Penelitian yang dilakukan di Desa Kunkun Kecamatan Natal, diperoleh hasil persentase mengenai pemahaman masyarakat tentang mangrove yang disajikan pada gambar 12.. Universitas Sumatera Utara.

(59) rendah 20%. sedang 22%. tinggi 58%. Gambar 12. Pemahaman Masyarakat tentang Mangrove Pemahaman. masyarakat. terhadap. ekosistem. mangrove. cukup. baik.. Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui pengertian ekosistem mangrove secara umum dan fungsinya, namun ada beberapa masyarakat yang sama sekali belum mengetahui tentang ekosistem ini. Rata-rata masyarakat didaerah ini telah mengetahui ekosistem mangrove, dengan perolehan nilai persentase mencapai 58%. Responden mengenai pemahaman masyarakat pesisir tentang ekowisata disajikan pada gambar 13.. 12% rendah 18% 70%. sedang tinggi. Gambar 13. Pemahaman Masyarakat tentang Ekowisata Dari. hasil wawancara diketahui bahwa pemahaman masyarakat mengenai. ekowisata sudah terbilang cukup tinggi dengan nilai persentase mencapai 70%. Maka. Universitas Sumatera Utara.

(60) dari itu dengan adanya sosialisasi program atau penyuluh konservasi secara kontinyu kepada masyarakat. Diharapkan agar masyarakat mengetahui dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan wisata yang dilakukan oleh pemerintah dan masyrakat setempat. Wawancara terhadap masyarakat mengenai kondisi mangrove yang terdapat di Desa Kunkun Kecamatan Natal disajikan pada gambar 14.. buruk 13%. sedang 33%. baik 54%. Gambar 14. Persepsi Masyarakat tentang Kondisi Mangrove Masyarakat sebagian besar mengatakan bahwa kondisi mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal berada dalam keadaan cukup baik atau sedang dengan persentase mencapai 54%. Adapun beberapa yang mengatakan kondisi mangrove berada dalam keadaan buruk dengan nilai persentase mencapai 33%. Persepsi masyarakat terhadap kondisi mangrove yang berada dalam keadaan buruk ini disebabkan karena masyarakat cenderung membandingkan keadaan mangrove pada saat ini dengan keadaan mangrove dahulu (sebelum adanya alih fungsi lahan ekosistem mangrove menjadi pertambakan).. Universitas Sumatera Utara.

(61) Persepsi masyaraat tentang hutan mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal sangat setuju mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mangrove serta kebijakan yang dilakukan agar hutan mangrove tidak menjadi sasaran perubahan lahan. Untuk melihat hasil persentase dapat dilihat pada gambar 15.. 16%. Sangat Setuju 40%. 21%. Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju. 23%. Gambar 15. Tanggapan Responden Masyarakat Berdasarkan hasil kuisioner pada Desa Kunkun Kecamatan Natal, beberapa masyarakat sangat setuju tentang fungsi mangrove, kebijakan kebijakan yang dilakukan. Masyarakat yang sangat setuju untuk kegiatan-kegiatan seputar mangrove pada Desa Kunku adalah dengan persentase 40% , akan tetapi ada beberapa masyarakat Desa Kunkun Kecamatan Natal yang tidak paham akan mangrove dan juga beberapa orang yang kurang setuju denga persentase 21% dan tidak setuju dengan persentase 16%. Partisipasi responden terhadap pengelolaan kawasan hutan mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal dilihat dari kesediaan masyarakat dalam mengikuti kagiatan yang dilakukan baik dari kegiatan sendiri maupun karena adanya kaharusan untuk terlibat. Hasil persentase kuisioner dapat dilihat pada gambar 16.. Universitas Sumatera Utara.

(62) Atas kehendak sendiri 22% 38%. Atas ajakan orang lain Karena kesulitan hidup. 10%. Karena adanya keharusan untuk terlibat 30%. Gambar 16. Partisipasi Masyarakat Desa Kunkun Berdasarkan hasil kuisioner bahwa pada Desa Kunkun 38% mengatakan pengelolaan hutan mangrove dilakukan dengan kehendak sendiri, 30% mengatakan atas ajakan orang lain, 10% mangatakan karena kesulitan hidup, dan 22% mengatakan karena adanya keharusan untuk terlibat. Ekosistem Mangrove 1. Potensi Sumberdaya Mangrove Hasil pengamatan mangrove di 3 stasiun yang terdapat di Desa Kunkun Kecamatan Natal didapatkan jenis-jenis mangrove yang dicantumkan dalam Tabel 5.. Universitas Sumatera Utara.

(63) Tabel 8. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.. Nama Spesies Acrostichum aureum Avicennia officinalis Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parviflora Gymnanthera paludosa Nypa fruticans Pandanus odoratissima Rhizophora mucronata Scaevola taccada. Stasiun 1 √. 2 √ √ √. 3. √ √. √ √ √. √ √. √ √. Jenis - jenis mangrove yang terdapat di Desa Kunkun Kecamatan Natal antara lain yaitu. Acrostichum aureum, Avicennia officinalis, Bruguiera gymnorrhiza,. Bruguiera. parviflora,. Gymnanthera. paludosa,. Nypa. fruticans,. Pandanus. odoratissima, Rhizophora mucronata, Scaevola taccada. gambar jenis-jenis mangrove bisa dilihat pada Lampiran . Hasil pengamatan di lapangan, telah diperoleh kisaran kerapatan jenis mangrove setiap stasiunnya. Selain itu, kisaran kerapatan total mangrove juga dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan semua jenis yang terdapat pada setiap plotnya. Hasil perhitungan nilai kerapatan jenis vegetasi mangrove dicantumkan pada Tabel 9.. Universitas Sumatera Utara.

(64) Tabel 9. Nilai Kerapatan Mangrove Stasiun Species. I. II. Jumlah Pohon (Ni) 4. Luas Area( ). Kerapatan (ind/ha). 50. 80. Bruguiera gymnorrhiza. 15. 50. 300. Bruguiera parviflora. 5. 50. 100. Nypa fruticans. 10. 50. 200. Total. 34. Acrostichum aureum. Acrostichum aureum. 4. 50. 80. Rhizophora mucronata. 20. 50. 400. Bruguiera gymnorrhiza. 10. 50. 200. Gymnanthera paludosa. 5. 50. 100. Total III. 680. 37. 780. Bruguiera gymnorrhiza. 5. 50. 100. Bruguiera parviflora. 4. 50. 80. Pandanus odoratissima. 8. 50. 160. Scaevola taccada. 4. 50. 80. Total. 21. 420. Pengukuran nilai kerapatan jenis mangrove berdasarkan kategori pohon di setiap plot pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa jenis Rhizophora mucronata memiliki nilai kerapatan yang tinggi. Berdasarkan nilai kerapatan di setiap stasiun, maka didapatkan pada stasiun 1 memiliki nilai kerapatan tertinggi 300 Ind/ha, stasiun 2 memiliki nilai kerapatan 400 Ind/ha dan stasiun 3 memiliki nilai kerapatan 160 Ind/ha.. Universitas Sumatera Utara.

(65) 2. Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove Mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa. Komunitas Fauna ekosistem mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal membentuk percampuran antara dua kelompok, yaitu kelompok fauna daratan (terestrial) dan kelompok fauna perairan (akuatik). Fauna yang ditemukan di kawasan mangrove di Desa Kunkun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 10. Fauna yang ditemukan di kawasan mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal No Kelas Spesies 1. Burung Bangau (ciciniidae sp) 2.. Fauna Daratan. Reptil. Primata Moluska. 3.. Fauna Perairan 4. Ikan 5. Crustacea. Biawak (varanus salvator) Buaya Muara (Crocodylus porosus) Monyet (Hominoidea sp) Telecopium Telescopium,Sphaerassiminea miniata, Paguroidae, Polymesoda bengalensi Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus) Udang (Panaeus monodon), kepiting bakau (Scylla serrata), kepiting (Metopograpsus Latifrons),. Jenis – jenis fauna daratan dan perairan antara lain dari jenis burung seperti burung bangau, dari jenis reptil seperti biawak (varanus salvator),dan jenis primata yaitu monyet dari jenis moluska seperti Telescopium, Sphaerassiminea miniata, Paguroidae, Polymesoda bengalensi,. jenis ikan Kakap Merah (Lutjanus. campechanus), dan dari jenis crustacea seperti udang, kepiting bakau (Scylla serrata).. Universitas Sumatera Utara.

(66) Keberadaan fauna-fauna ini dapat menjadi potensi pengembangan alternatif wisata mangrove lainnya. Contoh alternatif-alternatif ini seperti pengamatan jenis burung, memancing dan fotografi dan lainnya. Pasang surut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa kisaran pasang surut di sekitar mangrove di Desa Kunkun Kecamatan Natal berkisar antara pasang tertinggi 105 cm sampai surut terendah 15 cm dari batas normal air. Tipe pasang surut di daerah ini adalah tipe semi diurnal, artinya terjadi dua kali pasang tertinggi dan dua kali surut terendah dalam satu hari.. 3. Kesesuaian Ekologis untuk Kegiatan Ekowisata Nilai Indeks Kesesuaian Wilayah Kabupaten Mandailing Natal Desa Kunkun termasuk kedalam kategori sesuai bersyarat dengan nilai IKW berkisar antara 62,5%75%, seperti yang dicantumkan pada Tabel 8. Nilai kesesuaain wilayah disajikan pada Lampiran 8. Tabel 11. Indeks Kesesuaian Wilayah Untuk Wisata Mangrove Indeks Kesesuaian Ekosistem Lokasi Pengamatan Tingkat Kesesuaian (%) Stasiun 1 75 SB Stasiun 2 65 SB Stasiun 3 55 SB Keterangan : SB= Sesuai Bersyarat (50% - <83%). Universitas Sumatera Utara.

(67) 4. Daya Dukung Kawasan Untuk Kegiatan Ekowisata Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda, 2007). Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi kegiatan yang dilakukan di lingkungan alam. Berdasarkan penelitian diperoleh nilai daya dukung kawasan untuk pemanfaatan kawasan mangrove di Desa Kunkun yang dicantumkan pada Tabel 9. Perhitungan daya dukung kawasan dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 12. Nilai Daya Dukung Kawasan No.. 1.. Lokasi. Perairan.   . 2.. Daratan. . Usulan track. Daya Dukung Kawasan (org/hari). Fishing (memancing) Berperahu Hunting (fotografi). 40. Tracking (jalan santai sambil mengamati jenis-jenis mangrove). Total (orang/hari). 20 25. 150. 85. 150. Universitas Sumatera Utara.

(68) Adapun track perairan sungai dapat dilihat pada gambar 9. Track perairan sungai di desas kunkun ini sangatlah unik yaitu track perairannya berada di tengah tengah eskosistem hutan mangrove. Track perairan dapat dilihat pada gambar 17.. Gambar 17. Track Perairan (sungai) Ekosistem mangrove disekitar kawasan Desa Kunkun memiliki keunikan yang khas, selain jenis mangrove yang cukup banyak, kondisi ekosistemnya pun sangat menarik dengan adanya aliran seperti sungai di antara hamparan hutan. Universitas Sumatera Utara.

(69) mangrove. Keunikan ini dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik ekowisatawan untuk melakukan kegiatan ekowisata melalui perairan ataupun daratan. 5. Analisis SWOT Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, pengunjung, dan aparat desa di desa kunkun serta pengamatan yang dilakukan di lapangan maka di dapatkan faktor internakl dan eksternal. Perumusan strategi SWOT dapat di lihat pada tabel berikut 13. Tabel 13. Perumusan Strategi SWOT Internal. Kekuatan (Strength) 1. Terdapat legalitas hukum mengenai status kawasan 2. Jarak tempu menuju lokasi dari pusat kota Panyabungan 3. Kondisi jalan cukup baik 4. Kearifan lokal mngenai aturan syariat islam. Kelemahan (Weakness) 1. Aspek pengelolaan kawasan hutan lindung belum tercipta 2. Belum ada sistem kelembagaan wisata 3. Sarana, prasarana, serta jasa wisata tidak memadai 4. Lemahnya sistem penegakan hukum terhadap keberadaan hutan mangrove. Peluang (Opportuniny) 1. Pelaku kegiatan wisata masih sedikit 2. Menambah pendapatan masyarakat sekitar 3. Minat pengunjung untuk melakukan wisata tinggi 4. Merupakan satu-satunya wisata berbasis alam di kabupaten mandailing natal yang berpotensi untuk dikembangkan. Strategi SO 1. Menjadikan jarak dan kondisi jalan sebagai langkah awal dalam pengembangan kawasan 2. Membentuk koperasi untuk membantu pengembangan kegiatan 3. Menjadikan status kawasan sebagai landasan yang dipatuhi dalam usaha pengembangan ekowisata 4. Menjadikan wisata alam desa kunkun sebagai wisata untuk keluarga. Strategi WO 1. Membentuk sistem kelembagaan di kawasan wisata unuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar 2. Meningkatkan sarana, prasarana, dan jasa dalam meningkatkan minat pengunjung 3. Peran partisipatif masyarakat dan pengunjung dalam pelestarian hutan mangrove. Eksternal. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil pengujian menunjukkan bahwa inter aksi ant ara pengadopsian IFRS dengan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba, dan hasil

Yang berada di lingkaran I sampai dengan V adalah kerjasama yang sudah dirintis dan program sudah tersusun, sedang yang berada diluar lingkaran I – V, tapi berada dalam lingkaran

[r]

Relasi ini digunakan apabila terdapat dua atau lebih aktor melakukan hal yang sama (use case yang sama). Use case tersebut kemudian dipisahkan dan dihubungkan dengan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Sardjito terhadap pengobatan dan memperbaiki kontrol glikemik kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompokkontrol dengan masing-masingnilai p adalah 0,023(p&lt;0,05)

Kegiatan utama yang dilakukan dalam greenlab ini adalah “beternak, bercocok tanam dan mengelola sampah”. Kegiatan ini dilaksanakan setiap minggunya yaitu pada Rabu

Disini penulis membuat game edukasi berbasis Unity 3D mengenai kesehatan gigi untuk anak-anak yang mana game ini nantinya dapat dijadikan sarana pembelajaran bagi