• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

4.2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and threats)

sebagai alat untuk mewujudkan tujuannya. Perencanaan strategi yang baik akan membawa Kelompok Tani Cibereum Jempol memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan harapan konsumen. Selain itu Kelompok Tani Cibereum Jempol dapat melihat kondisi objektif internal dan eksternal kelompok tani, sehingga kelompok tani dapat mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi perusahaan.

Analisis lingkungan eksternal perusahaan digunakan Kelompok Tani Cibereum Jempol untuk menganalisis faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi oleh kelompok tani. Sedangkan analisis lingkungan internal digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan terhadap kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol. Analisis SWOT berkaitan dengan tahap perumusan strategi yang disesuaikan dengan visi dan misi kelompok tani. Perumusan strategi menerjemahkan visi, misi, dan strategi Kelompok Tani Cibereum Jempol terhadap prespektif BSC menjadi sasaran strategik.

4.2.1 Analisis Lingkungan Internal

Kelompok Tani Cibereum Jempol pada saat ini memasarkan beras organik hanya pada di daerah kota Bogor, hal tersebut dikarenakan masih terbatasnya produk yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol akan tetapi dalam memenuhan kebutuhan pelanggan kelompok tani sering melakukan kerjasama dengan kelompok tani lain baik yang ada di Bogor maupun di luar Bogor. Konsumen beras organik Kelompok Tani Cibereum Jempol adalah kalangan menengah keatas. Segmentasi tersebut dipilih karena harga beras organik yang ditawarkan relatif mahal yaitu sekitar Rp. 5.000 per kg. Promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol yaitu dengan mengikuti pameran-pameran dan menyebarkan brosur.

4.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal 1. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro Kelompok Tani Cibereum Jempol, terdiri dari pemasok, perantara pemasaran, pelanggan dan pesaing. Dalam menjalankan usaha Kelompok Tani Cibereum Jempol melakukan penelitian terdahulu terhadap bibit yang akan yang diproduksi sehingga dalam pengadaan bibit dan pupuk, kelompok tani memproduksi sendiri akan tetapi untuk saprodi kelompok tani melakukan kerjasama dengan pemasok. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh kelompok tani yaitu dengan mengikuti pameran- pameran yang bersifat rutin satu bulan sekali di Dinas Agribisnis Kota Bogor serta borosur-brosur. Kelompok Tani Cibereum Jempol memiliki saluran distribusi dari kelompok tani langsung ke swalayan kemudian ke konsumen akhir atau dari kelompok tani langsung ke konsumen akhir. Sedangkan pesaing Kelompok Tani Cibereum

adalah beras organik perusahaan lain dan beras konvesional (anorganik).

2. Lingkungan Makro

Lingkungan makro merupakan lingkungan yang berada diluar lingkungan kelompok tani yang secara langsung ataupun tidak, dapat mempengaruhi kinerja dari Kelompok Tani Cibereum Jempol. Adapun yang termasuk lingkungan makro diantaranya faktor ekonomi, sosial buidaya, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi. a. Ekonomi

Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan termasuk Kelompok Tani Cibereum Jempol. Kinerja perekonomian di Indonesia menurut Domestik Bruto (PDB) nasional triwulan III pada tahun 2008 atas dasar harga konstan meningkat sebesar 3,5 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya 2,5 persen. Pertumbuhan PDB nasional triwulan III pada tahun 2008 berdasarkan lapangan usahanya sekitar 6,1 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat PDB masih cukup besar. Pada triwulan III tahun 2008 terhadap triwulan III tahun 2007 tingkat PDB pertanian tumbuh sehingga memberi kontribusi sebesar 2,4 persen terhadap PDB nasional dengan sektor pengangkutan dan komunikasi yang mampu memberikan kontribusi yang paling besar sekitar 17,1 persen. Sehingga pertumbuhan PDB pada triwulan III tahun 2008 meningkat hingga 6,1 persen sedangkan PDB non migas mampu tumbuh hingga 6,6 persen.

Tabel 6. Laju Pertumbuhan PDB Nasional Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2008 (Persentase)

Lapangan Usaha Triw-II terhadap Triw I- 2008 Triw-II terhadap Triw II-2008 Triw-II terhadap Triw III- 2008 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 5,5 6,7 2,4 Pertambangan dan Penggalian 0,7 1,6 1,6 Industri Pengolahan 1,3 3,2 4,3 Listrik, Gas dan Air

Bersih 4,4 2,3 10,6 Kontruksi 2,4 3,1 7,5 Perdagangan, Hotel dan restoran 2,6 4,6 7,6 Pengangkutan Dan komudikasi 4,1 4,2 17,1 Keuangan, Real

Estate dan Jasa Perusahaan

1,6 1,8 8,5

Jasa-jasa 2,5 0,9 6,7

PDB 2,5 3,5 6,1

PDB Tanpa Migas 2,7 3,7 6,6

Sumber: BPS, Triwulan III tahun 2008

Dalam menghadapi perekonomian dunia yang labil dan secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian dalam negeri menjadikan Kelompok Tani Cibereum Jempol adalah kelompok tani yang melakukan swasembada pangan yaitu dengan tetap memproduksi beras organik.

b. Teknologi

Teknik budidaya yang digunakan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterakan petani dan konsumen. Dalam hal teknologi Kelompok Tani Cibereum Jempol mendapat perhatian dari Dinas Agribisnis Kota Bogor dan juga dari pihak peneliti teknologi

pertanian Institut Pertanian Bogor, yaitu dengan dibuatkannya teknologi pengering berupa mesin oven.

c. Politik dan Kebijakan Pemerintah

Adanya program “Go Organik 2010” yang dicanangkan pemerintah melalui Departemen Pertanian secara tidak langsung dapat membangun gairah para petani Kelompok Tani Cibereum Jempol untuk tetap mengembangkan usahanya dalam memproduksi beras organik.

2. Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada di sekitar usaha yang mempengaruhi secara langsung terhadap usaha tersebut. Sifat dan tingkat persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh:

a. Ancaman Masuknya Industri Baru

Banyaknya pendatang baru dalam usaha beras organik seperti tumbuh kembangnya para kelompok tani dan perusahaan yang mengusahakan beras organik akan menjadi ancaman bagi Kelompok Tani Cibereum Jempol karena pendatang baru yang yang akan bersaing tidak hanya perusahaan yang memiliki modal yang besar tetapi pendatang baru yang berproduksi dengan skala kecil .

b. Ancaman Produk Pengganti

Komoditas beras organik secara umum memiliki produk subtitusi pangan yang mengandung karbohidrat setara dengan beras, misalnya roti, gandum, jagung dan singkong. Adanya produk subtitusi ini memberikan pengaruh secara langsung pada Kelompok Tani Cibereum Jempol karena dapat mengurangi konsumsi terhadap beras organik.

c. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Faktor-faktor yang berpengaruh kuat terhadap kekuatan tawar menawar pembeli adalah kualitas produk dan pelayanan, informasi produk, jumlah pembeli dan kemudahan konsumen

beralih ke produk pesaing yang sejenis maupun subtitusinya. Posisi tawar menawar pada Kelompok Tani Cibereum Jempol masih sangat kuat hal tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya permintaan terhadap beras organik tetapi adanya keterbatasan produk yang dihasilkan oleh kelompok tani. Pada bisnis beras organik Kelompok Tani Cibereum Jempol, pemasok tidak memiliki kekuatan tawar menawar yang tidak terlalu kuat karena Kelompok Tani Cibereum Jempol tidak hanya tergantung pada satu pemasok, tetapi pada pemasok yang lain. Melalui analisis SWOT, Kelompok Tani Cibereum Jempol dapat mengetahui pengaruhnya terhadap perspektif BSC. Analisis SWOT yang di petakan terhadap prespektif BSC dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil analisis lingkungan eksternal dan internal Kelompok Tani Cibereum Jempol menunjukkan bahwa secara umum Kelompok Tani Cibereum Jempol dihadapkan pada permasalahan utama yaitu persaingan usaha yang sejenis semakin ketat karena timbulnya kesadaran pada masyarakat bahwa beras organik lebih sehat dan ramah lingkungan.

Tabel 7. Analisis SWOT Kelompok Tani Cibereum Jempol BSC

SWOT

Keuangan Pelanggan Proses Bisnis

Internal

Pertumbuhan dan pembelajaran

Kekuatan Memperoleh bantuan dari

dari Dinas Agribisnis Kota Bogor dalam memiliki saprodi

Produk yang dijual telah memiliki sertifikat organik

Memiliki saprodi yang cukup lengkap

Adanya program

pemerintah”GO Organik 2010”

Kelemahan Adanya keterbatasan

modal yang dimiliki. Produk organik yang cenderung mahal. Masih sedikitnya promosi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Manajemen di dalam Kelompok Tani yang belum terorganisir

Kurangnya keterampilan SDM di dalam Kelompok Tani

Peluang Masih terbukanya pangsa

pasar untuk produk organik khususnya beras organik

Perekonomian dan pendidikan rakyat terus berkembang sehingga mengetahui pentingnya meng-konsusmsi beras organik

Salah satu Kelompok Tani yang dapat memasarkan produknya ke supermarket Giant.

Adanya pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor dalam meningkatkan keterampilan petani

Ancaman Persaingan usaha yang

sejenis semakin ketat

Turunnya daya beli masyarakat karena besarnya harga bahan baku

Adanya paksaan dari luar untuk menjul lahan yang dimiliki oleh anggota Kelompok Tani

Biaya hidup yang semakin tinggi sehingga masyarakat beralih ke beras anorganik

4.3. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja yang digunakan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol terdiri dari beberapa indikator yaitu:

1. Total Penjualan yaitu penjualan produk dalam jangka waktu satu tahun. Pendapatan dari penjualan beras organik yaitu Rp.360.400.000,- pada tahun 2006 sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp.487.728.000,-

2. Laba bersih pada tahun 2006 sebesar Rp. 57.916.000,- dan pada tahun 2007 sebesar Rp. 118.828.000,-

3. Cost of goods sold (COGS) atau harga pokok penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. COGS pada tahun 2006 sebesar Rp. 186.584.000,- sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp. 288.000.000,- 4. Laba kotor yang diterima oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol pada

tahun 2006 sebesar Rp. Rp. 113.416.000,- dan pada tahun 2007 sebesar Rp. 199.728.000,-

5. Total biaya tenaga kerja Kelompok Tani Cibereum Jempol pada tahun 2006 dan 2007 sebesar Rp. 31.200.000,-

Dari pengukuruan kinerja yang telah ada terlihat bahwa kinerja Kelompok Tani Cibereum Jempol belum maksimal dan pengukuran kinerja yang dilakukan lebih memprioritaskan pengukuran hasil keuangan dan kelompok tani belum melakukan pengukuran ke perspektif yang lebih mendalam.

Dokumen terkait