ORGANIK PADA KELOMPOK TANI CIBEREUM JEMPOL
KELURAHAN MULYAHARJA,
KECAMATAN BOGOR SELATAN
KOTA BOGOR
Oleh LISA MAYASARI
H24066014
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Pengembangan Produksi Dan Pemasaran Beras Organik Pada Kelompok Tani Cibereum Jempol Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan. Kota Bogor di bawah bimbinganJono M. Munandar.
Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Dewasa ini pertanian organik berkembang cukup pesat di Indonesia. Ini merupakan salah satu tanda pertanian organiksitif bahwa pertanian organik mulai mendapat tempat di hati masyarakat, baik produsen maupun konsumen. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu mengasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Kelompok Tani Cibeureum Jempol merupakan kelompok tani yang mengusahakan beras organik dari hulu sampai hilir di Bogor Selatan selain Kelompok Tani Lemah Duhur dan Kelompok Tani Alam Lestari. Sehingga produk yang dihasilkan oleh kelompok tani Cibereum Jempol dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Dalam menjalankan usahanya kelompok tani Cibereum Jempol masih mengalami kendala, terutama dibidang produksi. Hal ini terlihat dari masih terbatasnya pemenuhan produk terhadap permintaan pelanggan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui indikator-indikator pengukuran kinerja yang selama ini yang digunakan oleh kelompok tani Cibereum Jempol, mengetahui peta strategi yang sesuai dengan pendekatan kelompok tani Cibereum Jempol, dan menganalisis kinerja kelompok tani Cibereum Jempol pada tahun 2007. Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data skunder. Metode pengolahan dan alat analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT, BSC, AHP dan analisis kepuasan pelanggan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan indikator pengukuran kinerja yang dilakukan oleh kelompok tani Cibereum Jempol adalah total penjualan, laba bersih, harga pokok penjualan (COGS), total biaya dan laba kotor. Perumusan sasaran strategi merupakan tahap awal perancangan peta strategi pada BSC. Sasaran strategis pada perspektif pelanggan yang akan dicapai yaitu meningkatkan kepuasan pelanggan. Sasaran strategis pada perspektif keuangan yaitu meningkatkan profitabilitas dan pengurangan biaya. Sasaran strategis pada perspektif proses bisnis internal yaitu Peningkatan pengembangan usaha dan pengiriman barang secara kontinyu. Sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu peningkatan kualitas karyawan. Penentuan ukuran hasil dalam perspektif BSC yaitu ROI, HPP (COGS), margin laba bersih, perputaran total aktiva, tingkat kepuasan pelanggan, Service error rate, Jumlah jenis kerja sama yang terjalin, survei kepuasan pelanggan, ketepatan waktu pengiriman kerja sama dengan Dinas Agribisnis di Kota Bogor. karyawan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan, serta analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan
BERAS ORGANIK PADA KELOMPOK TANI CIBEREUM JEMPOL KELURAHAN MULYAHARJA, KECAMATAN BOGOR SELATAN
KOTA BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
OLEH LISA MAYASARI
H24066014
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS ANALISISBALANCED SCORECARD
DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI DAN PEMASARAN BERAS ORGANIK PADA KELOMPOK TANI CIBEREUM JEMPOL
KELURAHAN MULYAHARJA KECAMATAN BOGOR SELATAN
KOTA BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
OLEH LISA MAYASARI
H24066014 Menyetujui, Mei 2009
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Dosen Pembimbing
Mengetahui
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
iii
anak pertama dari Bapak Wawan Darwan, Sp. MM dan Mardiani, Spd. Penulis mengikuti Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Putera Lahat, Palembang dan lulus pada tahun 1990. Pendidikan sekolah dasar di SDN Cipaku Bogor dan lulus
pada tahun 1997. Pendidikan Tingkat Menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 pada SLTPN 10 Bogor. Pendidikan Tingkat Atas dapat diselesaikan pada tahun 2003 di SMUN 5 Bogor. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Diploma III Program Studi Manajemen Agribisnis. Setelah lulus pada program Diploma penulis, melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen
iv
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga memberikan kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Balanced Scorecard Dalam Strategi Pemasaran Beras Organik Pada Kelompok Tani Cibereum Jempol. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,
kerjasama, doa dan dukungan dari banyak pihak. Maka pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada:
1. Dr. Ir. Jono M Munandar M.Sc. Selaku Dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan pada penulisan skripsi ini.
2. Mama dan Papa tercinta yang telah mencurahkan kaih sayang, semangat
dan perhatian serta dukungan moril dan materil yang sangat berharga. 3. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MEC. Selaku dosen penguji.
4. Dedy Cahyadi, STP, MM. Selaku dosen penguji
5. Bapak Amin Selaku ketua Kelompok Tani Cibereum Jempol dan Ibu Acih selaku bendahara Kelompok Tani Cibereum Jempol.
6. Kepada kedua adikku Santi dan Ledy yang telah memberikan semangat dan doa.
7. Fajar, Dewi Erawati, Lia, Yuyun dan Tika yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan semangat, doa dan bantuannya.
Bogor, Mei 2009
v ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP...iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN... x
1.1. Latar Belakang ... x
1.2. Perumusan Masalah... 15
1.3. Tujuan Penelitian ... 16
1.4. Ruang Lingkup Pertanian ... 16
1.5. Manfaat Penelitian... 17
II. TINJAUAN PUSTAKA... 18
2.1. Pengertian Pertanian Organik ... 18
2.2. Pengertian Beras Organik... 18
2.3. Pengertian Kelompok Tani ... 18
2.4. Manajemen Strategi... 19
2.5. Analisis SWOT ... 20
2.5.1 Analisis Lingkungan Internal ... 20
2.5.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 20
2.6. Pengukuran Kinerja... 23
2.7. Konsep Balanced Scorecard (BSC)... 24
2.7.1 Aspek- Aspek Pengukuran Dalam BSC ... 25
2.7.2 Peta Strategi BSC ... 28
2.7.3 Penetapan Target ... 28
2.7.4 Perumusan Inisiatif Strategik ... 28
2.7.5 Keunggulan Balanced Scorecard (BSC)... 29
2.8. Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 30
2.9. Penelitian Terdahulu... 32
III. METODOLOGI PENELITIAN... 34
3.1 Kerangka Pemikiran ... 34
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.3. Jenis Dan Sumber Data ... 36
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.5. Metode Pengambilan Sampel... 37
3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 37
3.6.1 Analisis SWOT ... 38
3.6.2 Balanced scorecard ... 38
vi
4.1.2 Visi Dan Misi Kelompok Tani Cibereum Jempol... 42
4.1.3 Struktur Organisasi ... 42
4.1.4 Kegiatan Usaha Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 43
4.1.5 Kegiatan Pemasaran Kelompok Tani Cibereum Jempol... 44
4.2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and threats)... 44
4.2.1 Analisis Lingkungan Internal ... 45
4.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 45
4.3. Pengukuran Kinerja... 51
4.4. Peta StrategiBalanced Scorecard (BSC) ... 51
4.4.1. Perspektif Pelanggan ... 52
4.4.2. Perspektif Keuangan... 52
4.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal ... 52
4.4.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 53
4.5. Perancangan BSC Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 54
4.5.1 Penentuan Ukuran Pencapaian Sasaran Strategik ... 54
4.5.2 Penetapan Target ... 63
4.6. Perumusan Inisiatif Strategik... 66
4.7. Pengukuran Kinerja dengan BSC ... 69
4.7.1 Kinerja Kelompok Tani Cibereum Jempol Tahun 2007... 71
4.7.2 Penilain Kinerja Kelompok Tani Cibereum Jempol Dengan Perspektif BSC ... 72
4.8. Implikasi Manajerial... 74
KESIMPULAN DAN SARAN... 76
5.1. Kesimpulan ... 76
5.2. Saran... 77
DAFTAR PUSTAKA... 78
vii
1. Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi
Nasional Pada Tahun 2004 – 2008* ... 11
2. Perkembangan Kelompok Tani, Luas Lahan dan Produksi Beras Organik di Bogor pada Tahun 2004-2008 ... 13
3. Total Penjualan Beras Organik Setiap Bulan Pada Tahun 2007-2008 Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja, Bogor Selatan... 14
4. Nilai Skala Banding Berpasangan ... 31
5. Nilai RI ... 40
6. Laju Pertumbuhan PDB Nasional Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2008 (Persentase)... 47
7. Analisis SWOT Kelompok Tani Cibereum Jempol... 50
8. Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 56
9. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56
10. Tingkat Pendidikan Pelanggan ... 56
11. Tingkat Pendapatan Pelanggan... 57
12. Alasan Konsumen Dalam Pembelian Beras Organik ... 57
13. Motivasi Pembelian Beras Organik ... 58
14. Sumber Informasi Mengenai Beras Organik ... 58
15. Kelompok Acuan Respoden ... 59
16. Indikator Yang Menjadi Dasar Pertimbangan Awal Reponden Dalam Membeli Beras Organik ... 59
17. Frekuensi Pembelian ... 60
18. Tingkat Kepuasan Responden dengan Produk Beras Organik ... 60
19. Tingkat Kepuasan Responden dengan Pelayanan Yang Diberikan Oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 61
20. Tingkat Kepuasan Responden dengan Pembelian Beras Organik Pada Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 62
21. Matriks BSC Kelompok Tani Cibereum Jempol... 65
22. Bobot dan prioritas elemen kriteria... 66
23. Bobot dan prioritas dari inisiatif strategik perspektif pelanggan... 67
24. Bobot Dan Prioritas Dari Inisiatif Strategik Perspektif... 67
25. Bobot dan prioritas dari inisiatif strategik perspektif proses bisnis internal ... 68
26. Bobot dan prioritas dari inisiatif strategik perspektif pertumbuhan dan pembelajaran... 68
viii
1. Skema Lingkungan Industri (Yuwono et al, 2007)... 23
2. Proses Bisnis Internal (Suwardi Luis, 2008) ... 27
3. Perumusan Inisiatif Strategik, Mulyadi (2007) ... 29
4. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian... 35
5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 43
6. Peta Strategi Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 54
ORGANIK PADA KELOMPOK TANI CIBEREUM JEMPOL
KELURAHAN MULYAHARJA,
KECAMATAN BOGOR SELATAN
KOTA BOGOR
Oleh LISA MAYASARI
H24066014
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Pengembangan Produksi Dan Pemasaran Beras Organik Pada Kelompok Tani Cibereum Jempol Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan. Kota Bogor di bawah bimbinganJono M. Munandar.
Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Dewasa ini pertanian organik berkembang cukup pesat di Indonesia. Ini merupakan salah satu tanda pertanian organiksitif bahwa pertanian organik mulai mendapat tempat di hati masyarakat, baik produsen maupun konsumen. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu mengasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Kelompok Tani Cibeureum Jempol merupakan kelompok tani yang mengusahakan beras organik dari hulu sampai hilir di Bogor Selatan selain Kelompok Tani Lemah Duhur dan Kelompok Tani Alam Lestari. Sehingga produk yang dihasilkan oleh kelompok tani Cibereum Jempol dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Dalam menjalankan usahanya kelompok tani Cibereum Jempol masih mengalami kendala, terutama dibidang produksi. Hal ini terlihat dari masih terbatasnya pemenuhan produk terhadap permintaan pelanggan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui indikator-indikator pengukuran kinerja yang selama ini yang digunakan oleh kelompok tani Cibereum Jempol, mengetahui peta strategi yang sesuai dengan pendekatan kelompok tani Cibereum Jempol, dan menganalisis kinerja kelompok tani Cibereum Jempol pada tahun 2007. Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data skunder. Metode pengolahan dan alat analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT, BSC, AHP dan analisis kepuasan pelanggan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan indikator pengukuran kinerja yang dilakukan oleh kelompok tani Cibereum Jempol adalah total penjualan, laba bersih, harga pokok penjualan (COGS), total biaya dan laba kotor. Perumusan sasaran strategi merupakan tahap awal perancangan peta strategi pada BSC. Sasaran strategis pada perspektif pelanggan yang akan dicapai yaitu meningkatkan kepuasan pelanggan. Sasaran strategis pada perspektif keuangan yaitu meningkatkan profitabilitas dan pengurangan biaya. Sasaran strategis pada perspektif proses bisnis internal yaitu Peningkatan pengembangan usaha dan pengiriman barang secara kontinyu. Sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu peningkatan kualitas karyawan. Penentuan ukuran hasil dalam perspektif BSC yaitu ROI, HPP (COGS), margin laba bersih, perputaran total aktiva, tingkat kepuasan pelanggan, Service error rate, Jumlah jenis kerja sama yang terjalin, survei kepuasan pelanggan, ketepatan waktu pengiriman kerja sama dengan Dinas Agribisnis di Kota Bogor. karyawan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan, serta analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan
BERAS ORGANIK PADA KELOMPOK TANI CIBEREUM JEMPOL KELURAHAN MULYAHARJA, KECAMATAN BOGOR SELATAN
KOTA BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
OLEH LISA MAYASARI
H24066014
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS ANALISISBALANCED SCORECARD
DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI DAN PEMASARAN BERAS ORGANIK PADA KELOMPOK TANI CIBEREUM JEMPOL
KELURAHAN MULYAHARJA KECAMATAN BOGOR SELATAN
KOTA BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
OLEH LISA MAYASARI
H24066014 Menyetujui, Mei 2009
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Dosen Pembimbing
Mengetahui
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
iii
anak pertama dari Bapak Wawan Darwan, Sp. MM dan Mardiani, Spd. Penulis mengikuti Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Putera Lahat, Palembang dan lulus pada tahun 1990. Pendidikan sekolah dasar di SDN Cipaku Bogor dan lulus
pada tahun 1997. Pendidikan Tingkat Menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 pada SLTPN 10 Bogor. Pendidikan Tingkat Atas dapat diselesaikan pada tahun 2003 di SMUN 5 Bogor. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Diploma III Program Studi Manajemen Agribisnis. Setelah lulus pada program Diploma penulis, melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen
iv
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga memberikan kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Balanced Scorecard Dalam Strategi Pemasaran Beras Organik Pada Kelompok Tani Cibereum Jempol. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,
kerjasama, doa dan dukungan dari banyak pihak. Maka pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada:
1. Dr. Ir. Jono M Munandar M.Sc. Selaku Dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan pada penulisan skripsi ini.
2. Mama dan Papa tercinta yang telah mencurahkan kaih sayang, semangat
dan perhatian serta dukungan moril dan materil yang sangat berharga. 3. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MEC. Selaku dosen penguji.
4. Dedy Cahyadi, STP, MM. Selaku dosen penguji
5. Bapak Amin Selaku ketua Kelompok Tani Cibereum Jempol dan Ibu Acih selaku bendahara Kelompok Tani Cibereum Jempol.
6. Kepada kedua adikku Santi dan Ledy yang telah memberikan semangat dan doa.
7. Fajar, Dewi Erawati, Lia, Yuyun dan Tika yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan semangat, doa dan bantuannya.
Bogor, Mei 2009
v ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP...iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN... x
1.1. Latar Belakang ... x
1.2. Perumusan Masalah... 15
1.3. Tujuan Penelitian ... 16
1.4. Ruang Lingkup Pertanian ... 16
1.5. Manfaat Penelitian... 17
II. TINJAUAN PUSTAKA... 18
2.1. Pengertian Pertanian Organik ... 18
2.2. Pengertian Beras Organik... 18
2.3. Pengertian Kelompok Tani ... 18
2.4. Manajemen Strategi... 19
2.5. Analisis SWOT ... 20
2.5.1 Analisis Lingkungan Internal ... 20
2.5.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 20
2.6. Pengukuran Kinerja... 23
2.7. Konsep Balanced Scorecard (BSC)... 24
2.7.1 Aspek- Aspek Pengukuran Dalam BSC ... 25
2.7.2 Peta Strategi BSC ... 28
2.7.3 Penetapan Target ... 28
2.7.4 Perumusan Inisiatif Strategik ... 28
2.7.5 Keunggulan Balanced Scorecard (BSC)... 29
2.8. Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 30
2.9. Penelitian Terdahulu... 32
III. METODOLOGI PENELITIAN... 34
3.1 Kerangka Pemikiran ... 34
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.3. Jenis Dan Sumber Data ... 36
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.5. Metode Pengambilan Sampel... 37
3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 37
3.6.1 Analisis SWOT ... 38
3.6.2 Balanced scorecard ... 38
vi
4.1.2 Visi Dan Misi Kelompok Tani Cibereum Jempol... 42
4.1.3 Struktur Organisasi ... 42
4.1.4 Kegiatan Usaha Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 43
4.1.5 Kegiatan Pemasaran Kelompok Tani Cibereum Jempol... 44
4.2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and threats)... 44
4.2.1 Analisis Lingkungan Internal ... 45
4.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 45
4.3. Pengukuran Kinerja... 51
4.4. Peta StrategiBalanced Scorecard (BSC) ... 51
4.4.1. Perspektif Pelanggan ... 52
4.4.2. Perspektif Keuangan... 52
4.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal ... 52
4.4.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 53
4.5. Perancangan BSC Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 54
4.5.1 Penentuan Ukuran Pencapaian Sasaran Strategik ... 54
4.5.2 Penetapan Target ... 63
4.6. Perumusan Inisiatif Strategik... 66
4.7. Pengukuran Kinerja dengan BSC ... 69
4.7.1 Kinerja Kelompok Tani Cibereum Jempol Tahun 2007... 71
4.7.2 Penilain Kinerja Kelompok Tani Cibereum Jempol Dengan Perspektif BSC ... 72
4.8. Implikasi Manajerial... 74
KESIMPULAN DAN SARAN... 76
5.1. Kesimpulan ... 76
5.2. Saran... 77
DAFTAR PUSTAKA... 78
vii
1. Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi
Nasional Pada Tahun 2004 – 2008* ... 11
2. Perkembangan Kelompok Tani, Luas Lahan dan Produksi Beras Organik di Bogor pada Tahun 2004-2008 ... 13
3. Total Penjualan Beras Organik Setiap Bulan Pada Tahun 2007-2008 Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja, Bogor Selatan... 14
4. Nilai Skala Banding Berpasangan ... 31
5. Nilai RI ... 40
6. Laju Pertumbuhan PDB Nasional Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2008 (Persentase)... 47
7. Analisis SWOT Kelompok Tani Cibereum Jempol... 50
8. Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 56
9. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56
10. Tingkat Pendidikan Pelanggan ... 56
11. Tingkat Pendapatan Pelanggan... 57
12. Alasan Konsumen Dalam Pembelian Beras Organik ... 57
13. Motivasi Pembelian Beras Organik ... 58
14. Sumber Informasi Mengenai Beras Organik ... 58
15. Kelompok Acuan Respoden ... 59
16. Indikator Yang Menjadi Dasar Pertimbangan Awal Reponden Dalam Membeli Beras Organik ... 59
17. Frekuensi Pembelian ... 60
18. Tingkat Kepuasan Responden dengan Produk Beras Organik ... 60
19. Tingkat Kepuasan Responden dengan Pelayanan Yang Diberikan Oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 61
20. Tingkat Kepuasan Responden dengan Pembelian Beras Organik Pada Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 62
21. Matriks BSC Kelompok Tani Cibereum Jempol... 65
22. Bobot dan prioritas elemen kriteria... 66
23. Bobot dan prioritas dari inisiatif strategik perspektif pelanggan... 67
24. Bobot Dan Prioritas Dari Inisiatif Strategik Perspektif... 67
25. Bobot dan prioritas dari inisiatif strategik perspektif proses bisnis internal ... 68
26. Bobot dan prioritas dari inisiatif strategik perspektif pertumbuhan dan pembelajaran... 68
viii
1. Skema Lingkungan Industri (Yuwono et al, 2007)... 23
2. Proses Bisnis Internal (Suwardi Luis, 2008) ... 27
3. Perumusan Inisiatif Strategik, Mulyadi (2007) ... 29
4. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian... 35
5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 43
6. Peta Strategi Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 54
ix
1. Susunan Hirarki Penentuan Prioritas Inisiatif Prioritas BSC ... 81
2. Penetuan Prioritas Inisiatif Strategik... 82
3. Kuesioner Kepuasan Pelanggan ... 85
4. Laporan Laba Rugi Kelompok Tani Cibereum Jempol ... 88
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Dewasa ini pertanian organik
berkembang cukup pesat di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu tanda pertanian organiksitif bahwa pertanian organik mulai mendapat tempat di hati masyarakat, baik produsen maupun konsumen. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan
kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu mengasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.
Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional masih sangat besar terhadap pembentukan PDB nasional yaitu sebesar 27 persen pada triwulan I tahun 2008. Produk-produk pertanian sangat berguna dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia terutama kebutuhan akan pangan. Indonesia memiliki beberapa komoditas pangan utama yaitu beras, jagung, kedelai, gandum dan kentang. Masyarakat Indonesia secara mayoritas mengkonsumsi hasil olahan beras yaitu nasi sebagai pangan utamanya, sehingga dapat menjadi peluang bagi petani produsen beras untuk
mengembangkan usahanya.
Pertanian organik adalah pertanian yang berangkat dari paradigma holistik dalam memandang alam semesta. Pada cara pandang ini manusia menjadi bagian dari alam dan tujuan terbesar dari praktis pertanian adalah untuk keberlanjutan alam semesta. Pemenuhan pangan adalah bagian intrinsik dalam keberlanjutan alam semesta itu sendiri. Kerangka pengembangan
teknologi haruslah mengindahkan segala aspek kehidupan dalam keseimbangan dan keberlanjutan alam semesta. Tradisi lama atau kearifan lokal dirujuk dalam pertanian organik, lebih karena sumbangannya dalam paradigma holistik yang menghargai keselarasan alam, dibandingkan karena teknologinya.
Perkembangan pertanian organik di Indonesia tidak dapat dipisahkan
pertanian organik di negara-negara maju. Menurut Hamm dalam Surono,
tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju dipicu oleh (1) menguatnya kesadaran lingkungan dan gaya hidup alami dari masyarakat, (2) dukungan kebijakan pemerintah nasional, (3) dukungan industri pengolahan pangan, (4) dukungan pasar konvensional (supermarket menyerap 50 persen produk pertanian organik), (5) adanya harga premium di tingkat konsumen, (6) adanya label generik, (7) adanya kampanye nasional pertanian organik
secara gencar.
Menurut Prawoto dalam www.agribisnis-ganesha.com, perkembangan pasar organik saat ini amat pesat. Indonesia yang saat ini berpenduduk 235 juta orang, dimana 10 persen dari penduduk Indonesia memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi, berpendidikan dan tinggal di kota-kota besar adalah pangsa pasar organik yang cukup potensial. Tercatat,
hingga akhir 2004, volume penjualan produk organik nasional diperkirakan sebesar US$ 4-5 juta per tahun dengan produk utama berupa beras, sayuran, buah kering, rempah-rempah, herbal dan kopi.
Pemerintah selalu memantau perkembangan produksi, luas lahan dan produktivitas akan beras nasional agar tidak terjadi defisit. Pada Tabel 1 dapat
dilihat perkembangan produksi, produktivitas serta luas lahan padi (beras) dari tahun 2004 sampai Juni (triwulan II) 2008.
Tabel 1. Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Pada Tahun 2004 – 2008*
Tahun Luas 2004 11.922.974 45,41 54.088.468 3,74
2005 11.839.060 45,74 54.151.097 0,12 2006 11.786.430 46,20 54.454.937 0,56
2007 12.147.637 47,05 57.157.435 4,96
2008* 12.385.242 48,35 59.877.219 4,76
Sumber : Pusat Data dan Informasi, Departemen Pertanian, 2008 Keterangan : )* Data Triwulan II Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 1 di atas bahwa produksi beras nasional triwulan II
luas lahan sekitar 12.385.242 hektar. Artinya pertumbuhan produksi beras
nasional pada triwulan II tahun 2008 ikut meningkat juga meskipun tidak terlalu signifikan yaitu mencapai 4,76 persen dibandingkan dengan tahun 2006 sekitar 0,56 persen yang meningkat tajam pada tahun 2007 hingga 4,96 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat hingga 1,48 pertahun, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akan diperlukan beras sebanyak 40 juta ton untuk keperluan konsumsi.
Kelompok Tani Cibereum Jempol adalah kelompok tani yang bergerak dalam bisnis beras organik. Alasan kelompok tani memproduksi beras organik karena munculnya kesadaran konsumen akan pentingnya produk-produk sehat dan ramah lingkungan. Serta bahan yang digunakan pun bersifat organik dengan pengertian bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah
menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air.
Kendala yang dialami Kelompok Tani Cibereum Jempol dalam melakukan kegiatan usahanya yaitu adanya keterbatasan produk untuk memenuhi permintaan pelanggan. Penilaian terhadap strategi usaha beras
Tabel 2. Perkembangan Kelompok Tani, Luas Lahan dan Produksi Beras Organik di Bogor pada Tahun 2004-2008
Tahun Nama Kelompok Tani
Luas Lahan
(Ha)
Produksi (GKP/Ha)
2004 - Cibeureum Jempol - Lemah Duhur
100 50
7 Ton 7 Ton 2005 - Cibeureum Jempol
- Bojong Tani
2006 - Cibeureum Jempol 100 6,9 Ton
2007 - Cibeureum Jempol - Mekar Tani
40 50
7 Ton 7 Ton 2008 - Cibeureum Jempol
- Mekar Tani
40 25
7 Ton 7 Ton Sumber : Dinas Pertanian Bogor, 2008.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kelompok Tani Cibeureum Jempol tetap ada meskipun luas lahan yang dimiliki semakin menurun. Hal ini
dikarenakan semakin melemahnya posisi petani yang ada, selain itu adanya paksaan dari pihak luar untuk menjual lahan yang dimiliki oleh petani. Meskipun demikian, Kelompok Tani Cibeureum ini juga masih memiliki
peluang pasar yang cukup besar karena hanya sebagian kecil saja swalayan dan pasar konvensional yang baru dipenuhi karena keterbatasan produksi beras organik yang ada. Selain besarnya peluang pasar yang ada, beras organik saat ini memiliki harga yang cukup tinggi yaitu sekitar Rp 6.000–
6.500 dibandingkan dengan beras anorganik yaitu Rp 4.500 – 5.000. Hal ini diakibatkan juga karena kelangkaan beras organik yang tersedia sedangkan
permintaan yang ada cukup tinggi.
Besarnya permintaan akan beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol diperkirakan kurang lebih 6.000-15.000 kg per bulan hanya untuk memenuhi para pelanggan yang datang langsung serta
Tabel 3. Total Penjualan Beras Organik Setiap Bulan Pada Tahun 2007-2008 Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja, Bogor Selatan.
Bulan Volume (Kg) Harga (Rp) Pendapatan
(Rp)
Januari 2007 14.604 5.000 73.020.000
Pebruari 2007
9.714 5.000 48.570.000
Maret 2007 5.646 5.000 28.230.000
April 2007 3.562 5.500 19.591.000
Mei 2007 7.504 5.500 41.272.000
Juni 2007 5.185 5.500 28.517.500
Juli 2007 6.662 5.500 36.641.000
Agustus
Januari 2008 8.553 6.000 51.318.000
Pebruari 2008
8.924 6.000 53.556.000
Maret 2008 9.221 6.000 55.326.000
April 2008 6.192 6.000 37.152.000
Mei 2008 14.482 6.500 94.133.000
Juni 2008 15.135 6.500 98.377.500
Juli 2008 8.725 6.500 56.712.500
Sumber : Kelompok Tani Cibeureum Jempol, Agustus 2008 (diolah)
Pada Tabel 3 dapat dilihat terjadi permasalahan internal yang terjadi pada kelompok tani tersebut adalah penurunan tingkat penjualan beras organik di bulan April dan Juli yang hanya mampu terjual sekitar 6.192 dan
1.2. Perumusan Masalah
Perkembangan dunia pertanian dan industri dalam sistem pertanian modern, telah menghasilkan dampak negatif yang besar terhadap ekosistem alam. Hal tersebut dikarenakan adanya pencemaran bahan kimia beracun
akibat tingginya intensistas pemakaian pupuk, pestisida dan herbisida. Sistem pertanian semakin tergantung pada input luar seperti pupuk dan pestisida kimia, benih hibrida, mekanisasi yang memanfaatkan bahan bakar minyak dan irigasi. Bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan akan produk
pertanian, maka teknologi baru untuk pengembangan varietas baru, seperti jagung, padi, kedelai, serta tanaman komersial lainnya juga semakin menantang. Ketergantungan petani akan saprodi buatan pabrik semakin tinggi. Hal ini kemudian menimbulkan dampak besar, bukan hanya terhadap ekologi dan lingkungan, tetapi bahkan terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik. Keadaan inilah yang kemudian mendorong adanya perubahan sistem
pertanian dari konvensional ke pertanian organik.
Perkembangan pertanian organik di Indonesia didorong oleh munculnya kesadaran konsumen akan pentingnya produk-produk sehat dan ramah lingkungan, khususnya dikalangan kelas menengah perkotaan. Sebagian lagi, didorong oleh kampanye dan advokasi aktivis LSM baik dalam isu lingkungan maupun pendampingan petani. Dikalangan petani sendiri
mulai muncul kesadaran untuk menerapkan pertanian organik karena lebih ramah lingkungan, tidak butuh biaya besar karena bisa dibuat sendiri, menghasilkan makanan sehat dan harga jualnya lebih baik dari pada produk pertanian konvensional. Selain peran serta LSM pemerintah pun turut memberikan dukungannya dengan program ”Go organic 2010” dengan target
Indonesia mengekspor produk organik 2010.
Kelompok Tani Cibeureum Jempol merupakan kelompok tani yang mengusahakan beras organik dari hulu sampai hilir di Bogor Selatan selain Kelompok Tani Lemah Duhur dan Kelompok Tani Alam Lestari. Sehingga produk yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Kelompok Tani Cibereum Jempol
dibidang produksi. Hal ini terlihat dari masih terbatasnya pemenuhan produk
terhadap permintaan pelanggan. Oleh karena itu, kelompok tani perlu memiliki strategi pengembangan produksi dan yang tepat dan sesuai kondisi kelompok tani.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana indikator pengukuran kinerja yang dilakukan Kelompok Tani Cibereum Jempol?
2. Bagaimana peta strategi yang sesuai dengan keadaan keadaan Kelompok Tani Cibereum Jempol?
3. Bagaimana kinerja Kelompok Tani Cibereum Jempol melalui penerapan
Balanced Scorecard?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui indikator-indikator pengukuran kinerja yang selama ini yang digunakan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol.
2. Mengetahui peta strategi yang sesuai dengan pendekatan Kelompok Tani Cibereum Jempol.
3. Menganalisis kinerja Kelompok Tani Cibereum Jempol pada tahun 2007.
1.4. Ruang Lingkup Pertanian
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis strategi pengembangan produksi dan pemasaran yang digunakan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol dalam memasarkan beras organik. Timbulnya kesadaran yang dimiliki
oleh masyarakat dan petani menjadikan beras organik memiliki nilai tambah yang cukup besar, sehingga strategi pengembangan produksi dan pemasaran yang tepat sangat diperlukan oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol.
Skripsi ini difokuskan untuk lebih mengkaji alternatif-alternatif
Pada survei kepuasan pelanggan, responden yang digunakan sebanyak
20 responden. Hal tersebut dikarenakan 20 responden tersebut adalah pelanggan yang rutin membeli beras organik pada kelompok tani Cibereum Jempol dan loyal terhadap beras organik Kelompok Tani Cibereum Jempol.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan masukan kepada Kelompok Tani Cibereum Jempol mengenai alternatif strategi pengembangan produksi yang sesuai bagi kelompok tani.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pertanian Organik
Menurut Suhartana, pertanian organik adalah usaha resisten terhadap asupan luar dengan mengusahakan perbaikan lahan, bibit dan lingkungan sekitar. Prinsip pertanian organik itu sendiri adalah pertanian yang berteman akrab dengan lingkungan, tidak merusak ataupun mencemari
lingkungan hidup sekitar, dimana pada saat melakukan proses produksi hanya menggunakan pupuk kandang atau pupuk kompos.
2.2. Pengertian Beras Organik
Menurut Purwasasmita dalam www.agribisnis-ganesha.com beras organik yaitu beras yang sehat kandungan gizi dan vitamin yang tinggi karena tidak meghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman karena bebas dari kandungan pestisida. Beras organik berasal dari padi yang ditanam tanpa
menggunakan unsur-unsur kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia seperti pestisida, herbisida dan pupuk kimia. Keunggulan beras organik dibandingkan beras anorganik adalah beras organik bebas dari unsur pestisida kimia yang oleh karenanya sangat baik dikonsumsi setiap hari. Disamping itu juga, dengan kadar gula yang sangat rendah, beras organik dapat dikonsumsi mulai dari bayi, balita, anak-anak, orang tua sampai para penderita diabetes
mellitus (gula darah), penderita autis, serta dapat dikonsumsi oleh mereka yang tengah menjalani program diet.
2.3. Pengertian Kelompok Tani
Kelompok Tani adalah kumpulan beberapa orang yang komoditas usaha taninya sama dan terletak dalam satu kawasan hamparan yang nyata,
untuk menggalang kepentingan bersama dalam kehidupan kooperatif. Peranan kelompok tani sebagai kumpulan petani adalah sebagai: 1) kelas belajar-mengajar; 2) unit produksi usaha tani 3) wahana kerja sama antar anggota kelompok atau antar kelompok dengan pihak lain. Tugas kelompok tani sebagai kelas belajar mengajar adalah: 1) menggali dan merumuskan
4) mempersiapkan sarana belajar, 5) mendorong anggota untuk mampu
mengemukakan pendapat, 6) mendorong anggota berperan aktif dalam proses belajar-mengajar, 7) merupakan kesepakatan bersama, 8) menaati dan melaksanakan kesepakatan bersama dan 9) mengadakan pertemuan rutin.
Tugas kelompok tani sebagai unit produksi meliputi: 1) mengambil
keputusan dalam menentukan pola usahatani, 2) merencanakan kegiatan usahatani, 3) menerapkan teknologi tepat guna, 4) menumbuhkan pola kemitraan, 5) menaati keputusan atau kesepakatan yang dihasilkan, 6) menganalisis dan menilai usahatani, 7) meningkatkan pelestarian SDA, 8) mengelola usahatani kelompok. Tugas Kelompok Tani sebagai wahana kerja
sama meliputi: 1) menciptakan iklim kerja sama yang baik, 2) menciptakan suasana keterbukaan, 3) mengatur pembagian tugas, 4) mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, 5) mengembangkan kader kepemimpinan, 6) mengadakan pemupukan modal, dan 7) mengadakan hubungan melembaga dengan koperasi pertanian dalam www. pustaka.ut.ac.id/puslata, 2008.
2.4. Manajemen Strategi
Menurut David (2004), manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat orang mampu mencapai objektivitasnya. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1.Perumusan Strategi
Kegiatan pengembangan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk digunakan.
2.Pelaksanaan Strategi
Penetapan sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga perumasan strategi dapat
3.Evaluasi strategi
Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan intenal yang menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan, mengukur kinerja dan melakukan tindakan korektif.
2.5. Analisis SWOT
Lingkungan perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal yang terdiri dari variabel kekuatan dan kelemahan dalam kontrol
manajemen perusahaan serta lingkungan ekternal yang meliputi variabel peluang dan ancaman di luar kontrol manajemen perusahaan. Perusahaan harus dapat mencapai kesesuaian antara kekuatan-kekuatan internal dan
kekuatan-kekuatan eksternal suatu pasar untuk dapat mengembangkan strateginya. Untuk mencapi tujuan ini, perusahaan harus melakukan analisis lingkungan pemasaran yang kegiatannya meliputi pengamatan secara hati-hati pada persaingan, peraturan, tingkat inflasi, siklus bisnis, keinginan dan
harapan konsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat mengidentifikasi peluang dan acaman (Rangkuti, 2003).
2.5.1 Analisis Lingkungan Internal
Menurut Pearce dan Robinson (1997), analisis lingkungan internal
adalah analisis yang dilakukan terhadap situasi dalam perusahaan. Lingkungan internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan juga dapat memperkirakan kelemahan dan kekuatan struktur organisasi.
2.5.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman. Dalam hal ini peluang dan ancaman diidentifikasikan sebagai acuan dalam perumusan pengembangan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal menganalisis lingkungan mikro, lingkungan makro dan
lingkungan industri.
A. Lingkungan Mikro
1. Pemasok, yaitu perusahaan bisnis dan dan perorangan yang
menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan pesaingnya untuk memproduksi barang dan jasa.
2. Perantara pemasaran, yaitu pihak yang membantu perusahaan dalam mempromosikan, menjual dan mendistribusikan barang kepada pembeli terakhir.
3. Pelanggan, yaitu terdiri dari :
a. Pasar konsumen terdiri dari perseorangan dan rumah tangga yang membeli produ untuk di konsumsi pribadi.
b. Pasar industri terdiri dari orang yang membeli produk untuk proses lebih lanjut untuk digunakan dalam produksi sendiri. c. Pasar penjual ulang terdiri dari orang yang membeli produk
untuk di jual dengan mendapatkan keuntungan.
d. Pasar pemerintah terdiri dari badan pemerintah yang membeli produk untuk memproduksi layanan umur untuk memindahkan kepada orang lain yang membutuhkan.
e. Pasar internasional terdiri dari pembeli yang berasal dari luar negeri termasuk konsumen, produsen penjual utang dan
pemerintah asing. 4. Pesaing
Setiap perusahaan menghadapi sejumlah pesaing dalam pasarnya. Perusahaan harus dapat menyusun strategi-stetegi pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya yang sering juga dikenal sebagai strategi bersaing. Strtaegi ini berfokus pada peningkatan
posisi bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani perusahaan.
B. Lingkungan Makro
Lingkungan makro terdiri dari :
1. Aspek ekonomi, daya beli yang ada di suatu perekonomian bergantung pada pendapatan, harga, tabungan, utang dan ketrsediaan
2. Aspek sosial, meliputi nilai-nilai, kepercayaan, sikap dan padangan,
gaya hidup, pendidikan, serta religius.
3. Aspek teknologi, merupakan salah satu faktor yang menunjang dalam kenerhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Kemajuan teknologi secar dramatis telah mengubah produk, jasa, pemasok, bahan baku serta jasa perusahaan.
4. Aspek politik dan Pemerintahan, keputusan pemasaran di pengaruhi
oleh perkembangan lingkungan politik dan hukum. Lingkungan itu di bentuk oleh hukum, badan pemerintahaan dan kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu (Kotler, 2000).
C. Lingkungan Industri
Menurut Swastadalam Ramli (2004) industri adalah sekelompok
perusahaan yang memproduksi barang yang sama untuk keperluan yang sama sementara perusahaan itu sendiri tidak selalu menggunakan material atau proses yang sama. Keadaan pesaing dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok yaitu: (1) ancaman masuknya industri baru, (2) Ancaman produk pengganti, (3) kekuatan
tawar menawar pembeli dan (4) Kekuatan tawar menawar pemasok serta (5) Persaingan dalam industri.
1. Ancaman Masuknya Industri Baru
Pendatang baru dalam industri biasanya akan mengancam perusahaan- perusahaan yang ada. Hal ini di sebabkan pendatang baru sering kali membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut
pasar, serta dengan sumberdaya yang besar. Adanya pendatang baru akan memaksa perusahaan yang sudah ada untuk lebih efektif dan efisien serta belajar untuk bersaing dalam dimensi baru.
2. Ancaman Produk Pengganti
Produk pengganti dapat menberikan fungsi atau jasa yang sama sehingga ancaman dari produk subtitusi ini kuat, jika produk
3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Tindakan konsumen akan menyebabkan persaingan yang kuat diantara perusahaan yang ada dalam suatu industri yang sama, karena para konsumen biasanya akan membeli dengan harga murah, kualitas tinggi dan pelayanan yang baik.
Gambar 1. Skema Lingkungan Industri (Yuwono et al, 2007)
2.6. Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (2001), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum, membantu pengambilan
keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian, mengidentifikasi kebutuhan dan pengembangan karyawan serta untuk menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka dan menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Menurut Yuwono et al (2007), pengukuran kinerja merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen yang mencakup, baik tindakan yang mengimplikasikan keputusan perencanaan maupun
penilaian kinerja pegawai serta operasinya. Pendekatan dalam mengukur kinerja perusahaan terdiri dari dua pendekatan, yaitu:
Pembeli
Pesaing dalam Industri
Persaingan antar perusahaan yang ada
Pemasok SubstitusiBarang
Perusahaan Baru
Kekuatan Daya Tawar Menawar Kekuatan Daya
Tawar Pemasok
Ancaman masuknya industri Baru
Ancaman Produk-produk
1. Ukuran keuangan, yaitu ukuran kinerja yang berasal dari laporan
keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan.
2. Ukuran non keuangan, yaitu ukuran kinerja yang tidak terlihat langsung dari laporan keuangan, namun berhubungan dengan pencapaian ukuran keuangan dan bersifat kualitatif sepertimarket share, marker growth dan
technological capability.
2.7. Konsep Balanced Scorecard (BSC)
Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balance). Menurut Mulyadi (2001), BSC adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka panjang dan pendek serta melibatkan faktor internal dan eksternal. BSC merupakan
alat manajemen kontemporer yang memenuhi kebutuhan perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang sangat kompetitif dan turbulen. Pada kondisi tersebut menuntut kemampuan perusahaan untuk membangun keunggulan kompetitif melalui distinctive capability, membangun secara
berkelanjutan dan memutakhirkan peta perjalanan untuk mewujudkan masa depan perusahaan, mengarahkan dan memusatkan kapabilitas dari komitmen seluruh personel dalam membangun masa depan perusahaan.
Menurut Mulyadi (2007) BSC diciptakan oleh Robert S. Kaplan, seorang profesor dari Harvard Businnes School dan David P. Norton dari kantor publik KPMG. Pada tahun 1990, Nolan Norton Insitute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG di USA yang dipimpin oleh David P. Norton,
menjadi sponsor studi tentang “Pengukuran Kinerja Dalam Organisasi Masa Depan”. Terdapat 12 perusahaan yang pada waktu itu yang menjadi objek studi yaitu Advance Micro Device, American Standard, Apple Computer, Bell South, CIGNA, Corner Peripheral, Cray Research, Dupont, Electronic Data Systems, General Electric, Hewlett-Packard, Dan Shell Canada. Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu pengukuran kinerja keuangan
pendek dan kinerja jangka panjang. Hasil studi tersebut diterbitkan dalam
sebuah artikel berjudul “Balanced Scorecard Measures That Drive Performance” dalam Harvard Business Review (Januari-Februari 1992). Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut BSC, yang dipandang cukup komprehensif
untuk memotivasi eksekutif dalam mewujudkan kinerja kedalam keempat presfektif tersebut, agar keberhasilan keuangan yang diwujudkan perusahaan bersifat berkesinambungan.
2.7.1 Aspek- Aspek Pengukuran Dalam BSC 1. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, para manajer mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana unit bisnis tersebut bersaing dan berbagai ukuran kinerja untuk bisnis di dalam segmen sasaran. Perspektif ini biasanya terdiri dari kepuasan pelanggan, retensi
pelanggan, akuisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan dan pangsa pasar di segmen sasaran menurut Norton dan Kaplan (1996). Pada perspektif pelanggan di ukur dengan dua macam ukuran yaitu customer core dan measurement dan customer value proposition . customer core memiliki komponen pengukuran yang terdiri dari
market share, customer retention, customer acquisition, customer
satisfacation dan customer profitability. Sedangkan measurement dan customer value proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut
product/service attributes, customer relationship dan image and relationship. Adanya perspektif ini bertujuan agar kelompok tani dapat melihat output dari produk kelompok tani di mata pelanggan.
2. Perspektif Keuangan
memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi
pertumbuhan terbaik. Pada tahap pertumbuhan, perusahaan beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Tolok ukur yang digunakan pada tahap ini adalah tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
Sustain adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih
melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Tolok ukur yang digunakan pada tahap ini adalah ROI, ROCE, dan EVA.Harvest, perusahaan tidak melakukan lagi investasi kecuali untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas yang telah dimiliki, tolok ukur pada tahap ini adalah memaksimalkan arus kas ke dalam perusahaan. Perspektif finansial masih di pakai
karena ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konseskuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak pada peningkatan laba perusahaan.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Yuwono et al (2007), identifikasi proses dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan ukuran yang tepat dalam perspektif proses bisnis internal. Secara umum proses tersebut terdiri dari inovasi, operasi dan pelayanan purna jual.
a. Proses Inovasi
Proses inovasi dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan menciptakan produk atau jasa yang mereka butuhkan.
b. Proses Operasi
Proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau jasa. Aktivitas dalam proses ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu
pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait pada proses operasi
adalah waktu, kualitas dan biaya. c. Proses Pelayanan Purna Jual
Proses pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi pada tahap ini adalah penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemprosesan
pembayaran pelanggan. Tolok ukur yang digunakan bersifat kualitas, biaya dan waktu.
d. Keamanan Dan Kesehatan Lingkungan
Organisasi yang tidak hanya berorientasi pada penjualan dan profit semata, tetapi adanya tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.
Proses bisnis internal dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses Bisnis Internal (Suwardi Luis, 2008)
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan bersumber pada faktor
sumberdaya manusia, sistem dan prosedur organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. Menurut Kaplan (2000), pembelajaran dan pertumbuhan
bersumber dari tiga prinsip yaitu:
a. Kemampuan pekerja, semakin sedikitnya tenaga kerja yang
dimiliki oleh perusahaan menyebabkan perusahaan lebih dapat memberikan akses informasi yang lebih layak kepada pekerjanya untuk lebih meningkatkan efesiensi untuk mencapai tujuan perusahaan. Tolok ukur yang dapat digunakan adalah tingkat
kepuasan pekerja, tingkat kerputaran tenaga kerja, besarnya
pendapatan perusahaan per karyawan serta nilai tambah dari tiap
karyawan.
b. Kemampuan sistem informasi, ditentukan oleh tingkat ketersediaan informasi, tingkat keakuratan informasi dan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut. c. Motivasi, pemberdayaan, dan pensejajaran. Agar dapat
menciptakan motivasi karyawan diperlukan iklim organisasi yang
mampu menciptakan informasi itu sendiri dan mendorong inisiatif karyawan. Aspek keberhasilan ini bisa dilihat dari jumlah saran yang diajukan karyawan, jumlah saran yang diimplimentasikan dan tingkat kemampuan karyawan untuk mengetahui visi dan misi yang diemban oleh perusahan.
2.7.2 Peta Strategi BSC
Peta strategi menggambarkan proses pengubahanintangible asset menjadi intangible asset melalui hubungan sebab akibat antara sasaran strategik di perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, dengan sasaran
strategik di perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan di perspektif keuangan (Mulyadi, 2007).
2.7.3 Penetapan Target
Target adalah ukuran kinerja di satu titik waktu tertentu dimasa
depan yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif. Penetapan target merupakan suatu proses yang dapat dilakukan pada saat penyusunan rencana strategik (Mulyadi, 2007).
2.7.4 Perumusan Inisiatif Strategik
Pemilihan inisiatif strategik yaitu langkah strategik untuk
mewujudkan sasaran strategik. Perencanaan sasaran adalah proses penerjemahan visi, misi tujuan keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi kedalam company scorecard. Company scorecard berisi sasaran dan inisiatif strategik dengan empat atribut yaitu komprehensif, koheren, terukur dan berimbang. Sistem perencanaan strategik dengan kerangka
PERUMUSAN STRATEGI
PERENCANAAN STRATEGIK
Keterangan: K (Keuangan), C (Pelanggan), P (Proses), PP (Pertumbuhan dan Pembelajaran)
Gambar 3. Perumusan Inisiatif Strategik, Mulyadi (2007)
2.7.5 Keunggulan Balanced Scorecard (BSC)
Menurut Mulyadi (2001), BSC sebagai inti sistem manajemen strategik memiliki empat keunggulan , yaitu :
1. Komprehensif. BSC mencakup persfektif non keuangan seperti
perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. BSC mengarahkan perusahaan ke dalam sarana-sarana strategik dalam ketiga perspektif menjadi penyebab utama dihasilkannya kinerja keuangan.
Hasil trendwacthing
SWOT Analysis
Visi, tujuan dan strategi
Misi, keyakinan dasar, nilai dasar
Strategi
Diterjemahkan Diterjemahkan Diterjemahkan
Sasaran strategik
K C P PP
Inisiatif strategik
2. Koheren. Adanya hubungan sebab akibat antara keluaran yang
dihasilkan sistem perumusan strategi dan keluaran yang dihasilkan sistem perencanaan strategik.
3. Seimbang. Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.
4. Terukur, merupakan keterukuran perspektif pelanggan, proses bisnis
internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
2.8. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Proses hirarki analitik (PHA) atau yang biasa dikenal dengan
analytical hierarchy process (AHP) merupakan teknik yang dikembangkan oleh Dr. Thomas Saaty pada tahun 1970-an, seorang profesor di Wharston
School of Business. Teknik AHP menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Selain itu juga teknik ini menyediakan prosedur untuk memeriksa kekonsistenan dalam penilaian oleh tim sehingga
mengurangi bias dalam pengambilan keputusan (Saaty,1991).
Menurut Saaty (1993), AHP digunakan pada kondisi dimana terdapat proses pengambilan keputusan secara kompleks yang melibatkan berbagai kriteria, diantaranya pilihan instrumen promosi, prioritas diantara beberapa alternatif kebijakan dan sasaran. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan masalah kompleks yang tidak terstruktur, strategi dan dinamis menjadi bagiannya, serta menata variabel permasalahan tersebut menjadi sebuah
hirarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti pentingnya secara relatif dibandingkan variabel lain. Dari pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan berperan untuk memepengaruhi hasil pada sistem tersebut. Prinsip kerja tersebut adalah :
1. Penyusunan Hirarki
2. Penilain Kriteria dan Alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1993) untuk berbagai persoalan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Skala Banding Berpasangan
Nilai skala Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu. 3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari lainnya
Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya.
5 Elemen yang satu jenis lebih penting di banding elemen lainnya.
lebih penting di bandingkan elemen lainnya.
Satu elemen dengan kuat di sokong dan didominasinya terlihat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak lebih penting
di bandingkan elemen lainnya.
Sokong elemen yang satu atas yang lainnya terbukti yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi.
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan di atas.
Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka kebalikan (1/2, 1/3, 1/4, ....1/9) dipergunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A
Sumber : Saaty (1993)
3. Penentuan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan skala perbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menetapkan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kuantitatif maupun kualitatif dapat dibandingkan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas di hitung melalui penyelesaian matematika dengan langkah-langkah sebagai berikut:
d. Menghitung lamda maksimum
Tahapan-tahapan untuk mencari lamda maksimum yaitu: 1. Kolom matriks awal dikalikan dengan bobot prioritas 2. Field-field sepanjang baris dijumlahkan
3. Jumlah masing-masing baris tersebut di bagi dengan bobot prioritas 4. Hasil pembagian pada tahap sebelumnya di bagi dengan jumlah kolom
pada matriks awal.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria logis. Consistency ratio (Cr) merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa, apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuensi atau tidak. Semua elemen yang telah di kelompokkan harus memenuhi kriteria
konsistensi yaitu Cr 0,1.
5. Penggabungan Pendapat Responden
Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multi disiplisioner Sebagai
konsekuensi dari hal tersebut, perlu dilakukan pengecekan konsistensi dari setiap elemen satu persatu. Pendapat yang telah konsisten tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan rataan geometrik.
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian Puspita (2007) mengenai perancangan BSC sebagai
instrumen pengukuran kinerja pada PT. Unitex, Tbk. Adapun tujuan dari penelitian ini mengetahui indikator-indikator kinerja yang selama ini di gunakan oleh PT. Unitex. Mengetahui peta strategi BSC yang sesuai dengan visi, misi dan strategi pada PT. Unitex. Memperoleh rancangan sisem pengukuran kinerja yang sesuai dengan konsep BSC pada PT. Unitex serta menganalisis kinerja yang telah dicapai perusahaan pada tahun 2005
berdasarkan pendekatan BSC.
Penelitian ini merumuskan sasaran strategik dan indikator hasil kinerja
perusahaan dan merancang metode pengukuran kinerja perum perhutani berdasarkan pendekatan empat pendekatan BSC.
Penelitian terdahulu dijadikan penulis sebagai acuan dalam menulis, adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Cibereum Jempol dengan pengukuran kinerja finansial yang masih bersifat sederhana sedangkan
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan tingginya kualitas beras
organik menyebabkan tingginya permintaan beras organik khususnya konsumen kalangan menengah ke atas dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi yang memiliki banyak pertimbangan diantaranya, beras organik adalah
produk yang ramah lingkungan dan aman dikonsumsi. Banyaknya permintaan akan beras organik menjadikan Kelompok Tani Cibereum Jempol perlu menetapkan strategi pengembangan produksi pemasaran yang tepat dan mengarah pada pencapaian tujuan akhir dan membantu rencana dan keputusan
kelompok tani untuk mencapai tujuan. Dalam penyusunan strategi pengembangan produksi dan pemasaran hal yang diperlukan yaitu mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan internal dan eksternal kelompok tani. Tujuan melakukan analisis lingkungan agar perusahaan dapat
mengantisipasi lingkungan perusahaan, sehingga dapat bereaksi secara cepat dan tepat untuk kesuksesan perusahaan.
Penentuan strategi pengembangan produksi dan pemasaran menggunakan tiga tahapan. Pada tahap pertama perumusan strategi, tahap kedua perumusan inisiatif stategik dan tahapan ketiga pengukuran kinerja. Pada tahap pertama, perumusan strategi diawali dengan analisis eksternal dan
analisis internal. Tahap kedua menentukan prioritas yang harus dipilih oleh Kelompok Tani Cibereum Jempol, sedangkan tahap ketiga pengukuran kinerja dengan menggunakan BSC Faktor-faktor strategis perusahaan yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis SWOT, Balanced Scorecard dan
Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelompok tani Cibereum Jempol berlokasi di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan bahwa
Kelompok Tani Cibereum Jempol
Visi, Misi Dan Tujuan Perusahaan
Strategi pengmbangan produksi saat ini
Analisis Lingkungan Internal :
- Aspek Fungsional
Analisis Lingkungan Ekternal :
- Lingkungan Mikro - Lingkungan Makro - Lingkungan Industri
Pelanggan Proses
Bisnis Internal Keuangan
Strategi Pengembangan Produksi Dan Pemasaran Pertumbuhan
dan Pembelajaran Peta StrategiBalanced Scorecard
Kelompok Tani Cibereum Jempol adalah salah satu kelompok tani yang
mengusahakan beras organik dari hulu sampai hilir yang berada di Bogor dengan bimbingan Dinas Agribisnis Kota Bogor dan mampu menjadi pemasok di Giant dan beberapa toko lainnya. Pengambilan data dan penelitian dilakukan selama kurang lebih dua bulan, mulai bulan Desember 2008 sampai dengan Januari 2009.
3.3. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data skunder, baik berupa kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan (observasi) di lokasi Kelompok Tani Cibereum Jempol, hasil wawancara langsung dengan pihak kelompok tani yang mengerti kondisi kelompok tani dan memiliki kontribusi dalam
merumuskan strategi kelompok tani. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua kuesioner, untuk mengetahui kepuasan pelanggan penulis memberikan kuesioner kepada 20 responden yang berasal dari pelanggan tetap. Pada penentuan inisiatif strategik peneliti
menggunakan alat analisis AHP, penulis menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden yang dianggap expert dalam kegiatan pengembangan produksi yaitu ketua Kelompok Tani Cibereum Jempol, Kasi Sarana dan Prasarana Dinas Agribsinis Kota Bogor, staf pengajar (ahli pemasaran), Manajer Pemasaran Giant yang cara pengisiannya di pandu peneliti. Pemilihan narasumber dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa narasumber adalah orang yang ahli di bidangnya.
Survei kepuasan pelanggan penulis menggunakan kuesioner dengan responden sebanyak 20 orang. Hal tersebut berdasarkan pada bahwa pelanggan tersebut membeli beras organik pada Kelompok Tani Cibereum Jempol secara rutin setiap bulan.
Data skunder diperoleh dari laporan tertulis kelompok tani atau dokumen kelompok tani, data dari literatur yang relevan dengan penelitian
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi:
1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dalam kelompok tani seperti ketua kelompok tani dan
staf untuk mendapatkan informasi mengenai target, pembobotan sasaran, dan ukuran strategik yang mendukung strategi BSC.
2. Teknik kuesioner, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada seseorang yang dianggap paham dan terkait dengan proses pemasaran
beras organik Kelompok Tani Cibereum Jempol yang terdiri dari ketua Kelompok Tani, Dinas Agribisnis Kota Bogor, staf pengajar (ahli pemasaran) dan pihakGiant. Di mana untuk memperoleh data mengenai prioritas inisiatif strategi yang dipilih oleh kelompok tani dengan menggunakan analisis AHP.
3.5. Metode Pengambilan Sampel
Pada ukuran strategis kepuasan pelanggan dalam perspektif pelanggan dilakukan survei kepuasan pelanggan kepada pelanggan beras organik Kelompok Tani Cibereum Jempol. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei sedangkan pengambilan sampel responden dilakukan dengan purposive (sengaja). Sampel diambil berdasarkan pada
pelanggan yang membeli langsung beras organik ke Kelompok Tani Cibereum Jempol dan berdasarkan pada kesediaan pelanggan dalam mengisi kuesioner. Konsumen tersebut dianggap dapat memberikan jawaban sebenarnya. Sehingga informasi yang dihasilkan benar-benar mewakili jawaban konsumen yang tidak terpilih menjadi sampel.
3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data adalah suatu metode analisis yang digunakan melalui pendekatan konsep-konsep manajemen strategik yang ada untuk memberikan alternatif strategi bagi kelompok tani. Pada skripsi ini data yang
1. Deskriptif Evaluatif
Suatu metode analisa yang digunakan dengan tujuan memperoleh deskripsi secara mendalam dan obyektif serta mengevaluasi data-data dan informasi mengenai obyek penelitian. Analisa ini digunakan untuk data-data kualitatif dari hasil wawancara dengan pihak manajemen dan informasi kualitatif yang relevan.
2. Tabulasi Deskriptif
Suatu alat analisis yang digunakan untuk survei kepuasan pelanggan. Data disusun dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. Data tentang identitas responden (pelangan) dan perilaku pelanggan dalam pembelian beras organik Kelompok Tani Cibereum Jempol.
3.6.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan melalui dua tahap yaitu analisis eksternal dan internal. Analisis eksternal bertujuan untuk mempertimbangkan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan, sedangkan analisis internal bertujuan untuk
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Hasil analisis SWOT akan dipakai sebagai basis untuk rekonfirmasi dalam mendefiinisikan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar dan nilai dasar perusahaan selain itu dugunakan untuk pemilihan strategi.
3.6.2 Balanced scorecard
BSC menyediakan kerangka untuk menerjemahkan visi, misi, tujuan keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam sasaran dan inisiatif strategik yang komprehensif dan koheren. Sasaran srategik yang telah dirumuskan untuk mewujudkan visi dan tujuan kelompok tani melalui strategi yang telah dipilih, kemudian ditetapkan ukuran pencapaiannya.
Ada dua ukuran yang perlu ditentukan untuk mengukur keberhasilan pencapaian strategis, yaitu ukuran hasil (lag indicator) dan ukuran pemacu kerja (lead indicator). Keberhasilan pencapaian sasaran strategik ditunjukan dengan ukuran tertentu yang disebut ukuran hasil. Sedangkan untuk mencapai ukuran hasil diperlukan
Analisis penilaian kinerja perusahaan dengan perspektif BSC,
dengan perhitungan skor masing-masing perspektif dapat dilakukan dengan mengikuti langkah sebagai berikut:
1. Setiap indikator diberi persentase pembobotan secara proporsional. 2. Menghitung poin yang diperoleh berdasarkan target yang telah
ditentukan perusahaan dengan cara pencapaian target.
3. Menghitung skor yang diperoleh, yaitu hasil perkalian bobot
dengan poin yang dicapai.
4. Menjumlahkan hasil dari skor masing-masing perspektif.
Hasil pengukuran skor untuk masing-masing perspektif kemudian dijumlahkan.
3.6.3 Analitytical Hierarchy Process (AHP)
Analitytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi atau judgement dalam memilih alternatif. Prinsip kerja AHP yaitu penyusunan hirarki, penilaian kriteria dan alternatif, penentuan prioritas, konsistensi logis dan
penggambungan pendapat responden.
Teknik AHP menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan yang kompleks. Pentingnya teknik ini diaplikasikan karena mencakup penilaian secara sekaligus baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Teknik ini juga menyediakan prosedur untuk
memeriksa kekonsistenan dalam penilaian oleh tim sehingga megurangi bias dalam pengambilan keputusan. Prinsip kerja AHP terdiri dari:
1. Penyusunan Hirarki
2. Penilain Kriteria dan Alternatif 3. Penentuan Prioritas
4. Konsistensi Logis
Cr dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Cr=