• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan etos kerja antara mediator dan non mediator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan etos kerja antara mediator dan non mediator"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

! "

# $ % #

$ $ % #

& $% % #

$ '

(2)
(3)
(4)

!

" # " # " $$

(5)

%

) * *+,

-% #

& ' ( " " # & # )

&

(6)
(7)

( " "

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan etos kerja antara meditator dan non meditator. Hipotesis yang diajukan adalah meditator memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada non meditator. Pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala etos kerja yang disusun oleh peneliti dengan menggunakan metode jawaban Likert. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 orang yang terdiri dari 40 meditator dan 40 non meditator dengan rincian 41 individu laki&laki dan 39 individu perempuan. Reliabilitas skala etos kerja tersebut diuji menggunakan metode koefisien reliabilitas , " $ dan diperoleh hasil 0,950 dari 35 item dengan rentang korelasi item total antara 0,323 sampai dengan 0,812. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan # & . Hasil analisis data menghasilkan nilai t sebesar 11,294 dengan probabilitas 0,000 (p <0,005). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima yaitu meditator memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada non meditator. Pada uji tiap aspek&aspek etos kerja didapatkan nilai t = 6,244 dengan probabilitas 0,000 (p<0,005) pada aspek kemandirian, nilai t =8,524 dengan probabilitas 0,000 (p<0,005) pada aspek kerja keras, nilai t = 9,619 dengan probabilitas 0,000 (p<0,005) pada aspek manajemen waktu, dan nilai t = 8,331 dengan probabilitas 0,000 (p<0,005) pada aspek moralitas keadilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa meditator dan non meditator memiliki perbedaan etos kerja pada tiap aspek yang meliputi kemandirian, kerja keras, manajemen waktu dan moralitas keadilan.

(8)

&& . & / . /

( " "

$ # " -- $ "- " $ # " " # " " " " # " " " $ " # "

$" $ " $ $ " $ $

# " "- . / " 0 $ "- $ 12 " $" "- 32 # "

32 " # " 34 + # 56 + "#

"-$ " $ # " "- , " $ " 2 672 - "#

57 # " 8 # $" " 2 595 " 2 149 :

# & "- " $ + "- 44 963

" 2 222 ; <2 227= " " $$ # " "

" $ " # " > $ $ "- " $ + ?

@ 933 " "- 2 222 ; <2 227= " -& $ ? 1 793 " "- 2 222 ; <2 227= " " ? 6 @46 " "- 2 222 ; <2 227= " # # #

? 1 554 " "- 2 222 ; <2 227= " #" "- 0 $ > "

-- $ " $ # " " # " " $ "- -& $ " # # # #" "- 0 $

Keyword: work ethic, meditator, non meditator.

(9)
(10)

#

Segala puji, hormat dan syukur penulis panjarkan selama proses penulisan

skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi. M.Si selaku Ketua Program Studi Psikologi,

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, pengetahuan, dan saran

dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga untuk kesabarannya

membimbing penulis.

4. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. dan Ibu Aquilina Tanti Arini,

S.Psi., M.Si. selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah banyak memberikan

bimbingan, koreksi, pengetahuan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih juga kesabarannya membimbing penulis.

5. Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Si., Psikolog selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing selama penulis kuliah di Fakultas

Psikologi Sanata Dharma.

6. Semua Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis.

(11)

7. Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Bu Nanik dam Pak Gie yang sudah

membantu penulis selama di Fakultas Psikologi.

8. Kedua orang tuaku yang aku sayangi, terima kasih untuk setiap pengorbanan

dan cara kalian menyayangiku hingga menjadi “seseorang” seperti saat ini.

Aku sangat ingin membahagiakan kalian walaupun tak cukup untuk

membalas kasih kalian.

9. " Agus Hartono dan Febri Hartono yang selalu memberikan

" kepada penulis.

10. ' Ochy dan Baskoro udah menjadi tempat curcol masalah pribadi

sampai masalah skripsi, " # - .

11. Teman&teman kontrakan "# A Awie, David, Agus, Eka, Joy, Edo dan

Fandi. Senang bisa berkenalan dengan kalian dan berdinamika dalam satu

rumah.

12. Mbak Fitri dan Ko Purwanto sudah membantu saya dalam proses pencarian

responden.

13. Mas Totok yang sudah membantu saya dalam proses pencarian responden.

14. Vidyāsenā yang memberikan banyak manfaat dan pelajaran berorganisasi

serta berdinamikan dalam kehidupan sosial di masyarakat.

15. Vihara Karangdjati yang telah memfasilitasi dalam melakukan penelitian.

16. Teman KMBK Dharma Viriya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

terima kasih untuk kebersamaan selama 4 tahun. Seru, senang, sebal, dan

(12)

17. Ibu Inge Santoso yang telah memberikan masukan&masukan dalam

pengerjaan skripsi dan membantu mencarikan responden.

18. Intan, Shinta (Oshien), Putri dan Tiwai terima kasih karena telah menjadi

teman bercerita, teman jalan dan selalu menemani dalam berbagai situasi.

19. Teman&teman Psikologi angkatan 2008, tidak terasa kita sudah mulai terpisah.

Senang bisa mengenal kalian selama pendidikan kita di Psikologi.

20. Teman&teman bimbingan (Oshien, Berta, Ade, Lita, Senggi, Matheus, dan

Elisa dan lain&lain) saling berbagai suka maupun duka, berkumpul sambil

mengantri bimbingan di depan ruangan Pak Didik.

21. Ko Viktor dan Jane memberikan masukan&masukan dalam pengerjaan skripsi.

22. Ko Rudy Limiadi yang telah banyak meng& " dan mengajari tentang

banyak hal. Terima kasih juga sudah menjadi guru dan teman dalam beberapa

tahun ini.

23. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih

untuk dukungan, doa dan kerja samanya selama ini.

Penulis menyadari juga bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Yogyakarta, 10 Juli 2013

Budi Hartono

(13)

&

% $ $% ... i

% $ $ # ... ii

% # ... iii

% ... iv

% ... v

% ( % ( ... vi

... vii

... viii

% ( $ $ $ % % ... ix

# ... x

& ... xiii

& % ... xvii

& % ... xviii

0 $%$ ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

0 % ... 8

A. Etos Kerja ... 8

(14)

2. Aspek&aspek Etos Kerja... 10

a. Kemandirian ... 12

b. Kerja Keras ... 13

c. Manajemen Waktu ... 13

d. Moralitas Keadilan ... 14

3. Faktor&faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ... 15

a. Agama ... 15

b. Budaya ... 16

c. Sosial Politik ... 17

d. Kondisi Lingkungan/Geografis ... 17

e. Struktur Ekonomi ... 17

f. Pendidikan ... 18

g. Motivasi Intrinsik ... 18

B. Meditasi ... 18

1. Pengertian Meditasi ... 19

2. Tujuan Meditasi ... 21

3. Bentuk Meditasi ... 23

4. Dampak Meditasi ... 27

C. Dampak Meditasi pada Etos Kerja ... 29

1. Kepuasan dalam Mengerjakan Suatu Pekerjaan ... 30

2. Semangat dalam Melakukan Pekerjaan ... 30

3. Ketelitian dalam Melakukan Pekerjaan ... 31

4. Merenungkan dan Menyelidiki Hal&hal yang Harus Dikerjakan... 31

(15)

D. Hipotesis ... 33

0 % # % ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Identifikasi Variabel ... 34

C. Definisi Operasional ... 34

1. Etos Kerja ... 34

2. Meditasi ... 35

D. Subjek Penelitian ... 35

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 36

F. Validitas dan Uji Coba Alat Ukur ... 38

1. Validitas ... 38

2. Uji Coba Alat Ukur ... 39

a. Proses Pengambilan Data ... 39

b. Seleksi Item ... 39

G. Reliabilitas ... 42

H. Metode Analisis Data ... 43

'0 % % ... 44

A. Pelaksanaan Penelitian ... 44

B. Deskripsi Data Penelitian ... 45

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 45

2. Deskripsi Data Penelitian ... 47

C. Analisis Data Penelitian ... 48

(16)

a. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 48

b. Uji t ... 50

2. Hasil Analisis Tambahan ... 52

a. Kategori ... 52

b. Analisis Tiap Aspek Etos Kerja ... 54

D. Pembahasan ... 56

'0 $% ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

1. Berkaitan dengan Manfaat Penelitian ... 58

2. Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian... 58

& $ 000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 1

% 000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 1!

(17)

& %

Tabel 1. Etos Kerja ... 36

Tabel 2. Skor Item ' +" dan * - +" Skala Etos Kerja... 37

Tabel 3. Distribusi Item Etos Kerja ... 38

Tabel 4. Item yang Baik dan Item yang Gugur ... 40

Tabel 5. Spesifikasi Skala Etos Kerja Item yang Gugur ... 41

Tabel 6. Tabel Skala Etos Kerja untuk Penelitian ... 42

Tabel 7. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 8. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Kota Tinggal Subjek ... 46

Tabel 9. Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Pekerjaan Subjek ... 46

Tabel 10. Empiris dan Teoritis ... 48

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ... 49

Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas ... 50

Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis ... 51

Tabel 14. Kategori Etos Kerja Meditator dan Non Meditator ... 53

(18)

& %

Lampiran I. Skala Etos Kerja Uji Coba ... 65

Lampiran II. Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Etos Kerja Uji Coba ... 71

Lampiran III. Skala Etos Kerja Untuk Penelitian ... 73

Lampiran IV. Reliabilitas Skala Etos Kerja Untuk Penelitian ... 78

Lampiran V. Hasil Uji Normalitas ... 80

Lampiran VI. Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis ... 81

Lampiran VII. Uji Aspek Kemandirian ... 82

Lampiran VIII. Uji Aspek Kerja Keras ... 83

Lampiran IX. Uji Aspek Manajemen Waktu ... 84

Lampiran X. Uji Aspek Moralitas Keadilan ... 85

(19)

$%$

0 % *2 3

Etos kerja sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sinamo

(2012) menemukan etos kerja yang rendah terdapat tiga bidang. Pertama pada

bidang ekonomi, masyarakat lebih mengutamakan ekonomi rente daripada

ekonomi riil, sebuah cerminan etos kerja yang ingin cepat kaya tanpa kerja

keras. Kedua, pada bidang birokrasi, masyarakat umumnya memilih jabatan

di dalam pemerintahan bukan untuk melakukan pelayanan publik melainkan

kekuasaan dan uang. Ketiga, di bidang pendidikan, ijazah bisa dibeli asal ada

uang, merupakan cerminan etos buruk yang menginginkan gelar tanpa

kompetensi.

Masyarakat menganggap etos kerja kurang penting dikarenakan

individu lebih sering mengandalkan kecerdasan otak atau akal pikiran tanpa

mengembangkan etos kerja (Santoso, 2012). Hal ini disebabkan pemahaman

individu tentang etos kerja yang masih rendah, bahkan orang melakukan

pekerjaan bukan dengan etos kerja yang baik melainkan kewajiban atau

diperintah untuk melakukan pekerjaan.

Menurut Mochtar Lubis (2008) Penduduk Indonesia memiliki etos

kerja yang rendah. Hal ini terlihat dari sikap munafik atau hipokrit di mana

individu lebih suka berpura&pura dan suka berbicara tidak sesuai dengan “hati

(20)

2

mencari “kambing hitam” dengan melemparkan permasalahan ke orang lain.

Sikap feodal membuat Penduduk Indonesia lebih suka untuk dihormati

daripada menghormati orang lain. Dalam hal ini orang lebih mementingkan

status daripada prestasi. Sementara itu, percaya terhadap takhayul dengan

pergi ke tempat keramat atau mistis untuk meminta sesuatu agar dipermudah

tanpa adanya usaha atau kerja keras. Pada orang yang memiliki watak lemah

biasanya kurang kuat dalam mempertahankan keyakinan atau tidak percaya

diri dan biasanya gampang untuk terintimidasi. Namun, ada satu hal positif

dimiliki Penduduk Indonesia yaitu artistik biasanya memiliki nilai seni yang

tinggi.

Menurut Sirait (2007) Penduduk Indonesia menyukai hidup bersantai

dengan beranggapan waktu tak terbatas. Pola pikir ini membuat Penduduk

Indonesia menyukai pesta panjang yang dianggap sebuah gengsi. Hal ini

dapat menimbulkan sebuah simbolisme dengan mengagungkan sesuatu untuk

mencapai suatu tujuannya. Berbelanja secara berlebihan tanpa mengetahui

kegunaan barang&barang yang dibeli akan menimbulkan tindakan konsumtif

yang berlebihan. Selain itu, perencanaan kerja yang kurang maksimal

menyebabkan tidak tercapainya tujuan secara maksimal.

Etos kerja (Anoraga, 1994) merupakan suatu pandangan dan sikap

suatu bangsa atau individu terhadap kerja. Hal ini merupakan suatu perilaku

kerja positif serta bermutu tinggi. Bila individu atau komunitas memandang

kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos

kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap

(21)

kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja

akan rendah.

Menurut Cosman Batubara (dalam Sugianto, 2003) etos kerja

merupakan jiwa dan semangat kerja, yang dipengaruhi oleh cara pandang

terhadap pekerjaan. Sementara, Firman (2007) menjelaskan bahwa etos kerja

merupakan pandangan dan sikap terhadap kerja di mana pandangan dan sikap

itu merupakan jiwa dan semangat kerja yang dilandasi sikap dasar yang

terpancar dari perilaku kehidupan atau sejumlah nilai&nilai yang dijadikan

acuan oleh seseorang dalam menggerakkan dirinya berhadapan dengan

lingkungan sosial. Dalam hal ini di simpulkan bahwa etos kerja merupakan

suatu sikap, pandangan atau nilai yang mendasari prinsip kerja suatu individu,

masyarakat ataupun bangsa yang membawa ke arah positif guna

meningkatkan produktivitas dan kinerja.

Etos kerja dapat memajukan perekonomian serta pencapaian

keuntungan yang baik pada lingkungan kerja. Sedangkan menurut Ali dan

Azim (1995) etos kerja yang tinggi akan mendapatkan keuntungan yang

kompetitif pada lingkungan kerja. Pencapaian etos kerja yang tinggi

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemandirian, kerja keras,

manajemen waktu, dan moralitas keadilan (Miller et al.. dalam Van Nees,

2010).

Kemandirian yang baik dapat mempengaruhi etos kerja individu.

Individu belajar bersikap mandiri untuk menghadapi berbagai situasi di

(22)

4

satunya adalah kemampuan mencari dan mendapatkan tanpa bantuan orang

lain.

Kerja keras berakibat pada peningkatan kinerja. Peningkatan tersebut

menyebabkan individu mencapai tujuan dan kesuksesan hidup serta

penghargaan diri sendiri. Kerja keras bukan tergolong " " $ melainkan

tidak melebih kemampuan atau memaksakan diri sehingga dapat merugikan

diri sendiri.

Manajemen waktu dilakukan secara efisien dan konstruktif untuk

menghindari pembuangan waktu. Perencanaan waktu yang baik akan

menghasil waktu yang efektif (Gonzalez, 2006). Penggunaan waktu yang

efektif membuat etos kerja semaki kuat (Herman dalam Van Ness, et al.,

2010) serta peningkatan kinerja (Murdack dalam Van Ness, et al., 2010).

Moralitas keadilan menunjukkan perilaku atau sifat kebaikan dengan

tidak melanggar norma&norma di masyarakat (Gbadamosi dalam Van Ness, et

al., 2010). Manusia hidup sebagai makhluk sosial dalam sebuah masyarakat

yang terwujud dalam pola perilaku yang ajek. Moralitas keadilan digunakan

dalam studi etos kerja untuk melihat keberadaan adil dan adanya moral

(Gonzalez, 2006).

Pada keempat faktor etos kerja memberikan gambaran bahwa etos

kerja dibutuhkan untuk melakukan perkembangan dan meningkat

produktivitas. Terutama Indonesia sangat membutuhkan pengembangan diri

terhadap etos kerja guna memperkuat bangsa terutama dari kinerja kerja

individu. Individu tidak akan bisa lepas dari namanya kerja karena individu

(23)

akan selalu bekerja di bidang apapun seperti bisnis, politik, sosial dan

sebagainya. Ini menunjukkan manusia adalah makhluk pekerja yang

membutuhkan sebuah kinerja yang baik agar dapat melakukan produktivitas

yang baik maka diperlukan sebuah etos kerja yang baik.

Etos kerja yang baik didapatkan ketika individu menyadari

tindakannya. Hal ini dapat dilakukan dengan manajemen pikiran secara sadar

untuk mengetahui semua tindakannya. Manajemen pikiran yang baik

dilakukan dengan cara latihan meditasi. Banyak orang menilai meditasi tak

ubahnya rangkaian kegiatan duduk bersila dengan memejamkan mata di

tempat&tempat sepi. Meditasi memberikan banyak manfaat seperti membuat

hidup terasa lebih menyenangkan dan ketenangan pikiran.

Kajian psikologi banyak membahas tentang meditasi memiliki

dampak positif bagi kehidupan individu. Salah satunya adalah penelitian

Kabat&Zinn (dalam Miller, 1995) mengungkapkan bahwa meditasi dapat

menurunkan kecemasan dan tingkat stres individu serta meningkatkan fokus

atau konsentrasi individu. Turunnya tingkat kecemasan dan stres individu

akan berpengaruh pada emosional individu yang memberikan semangat,

kepuasan, dan ketelitian dalam mengerjakan pekerjaan.

Dhiman (2009) menyatakan individu melakukan rutinitas meditasi

# - secara konsisten memberikan manfaat seperti kemampuan

berpikir kreatif dan kecerdasan emosional di tempat kerja. Hal ini

(24)

6

pada suatu pekerjaan serta peningkatan disiplin dalam kinerja. Hal ini akan

berakibat pada etos kerja individu yang tinggi.

Etos kerja yang tinggi menunjukkan bahwa meditasi memberikan

pengaruh positif pada pelaku meditasi (meditator atau individu yang

melakukan meditasi). Walaupun begitu, penelitian&penelitian meditasi sering

kali berkaitan dengan klinis. Beberapa penelitian meditasi di bagian klinis,

salah satunya mengenai penelitian tentang stres dengan metode terapi

meditasi yang dilakukan Kabat&Zinn (1982) dan peneliti lainnya. Kondisi

tersebut membuat peneliti mencoba untuk mengaitkan meditasi dengan etos

kerja pada individu, yang lebih berorientasi pada psikologi industri dan

organisasi. Diharapkan dengan penelitian meditasi dan etos kerja, penelitian&

penelitian berikut dapat lebih mengembangkan metode terapi meditasi bukan

di bidang klinis saja.

Meditasi yang baik berakibat terhadap etos kerja yang tinggi dengan

meningkatnya produktivitas dan kinerja tiap individu. Hal ini juga

membangkitkan rasa tanggung jawab individu serta membimbing individu ke

arah aktualisasi diri. Meditasi membuat individu dapat menghadapi reaksi&

reaksi yang berada di lingkungan sekitar agar tidak terjadi pengaruh negatif

pada diri sendiri. Mereka bisa menjadi individu pekerja yang memiliki etos

kerja yang baik.

0 + 2

-Apakah ada perbedaan etos kerja antara meditator dan non meditator.

(25)

.0 4 * *2

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan etos kerja antara meditator dan non

meditator.

0 5 * *2

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian

mengenai penelitian spiritual dan psikologi industri organisasi khususnya

menyangkut meditasi dan etos kerja serta dapat dijadikan sebagai bahan

referensi bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat

menjadi masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan

variabel yang berbeda.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi

dan masukan untuk meditator dan non meditator yang berguna bagi

(26)

%

0 * 4

Masyarakat umum sering menggeneralisasikan etos kerja sama

dengan motivasi kerja. Menurut Anoraga (1994) dalam buku Psikologi Kerja,

Etos Kerja berbeda dengan motivasi kerja. Etos kerja merupakan suatu

pandangan dan sikap suatu individu atau satu bangsa terhadap kerja.

Pandangan dan sikap yang baik, maka etos kerja akan tinggi. Sebaliknya,

memiliki pandangan dan sikap yang buruk, maka etos kerja akan rendah.

Sedangkan, motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat

atau dorongan. Para ahli psikologi memberikan kesamaan motivasi dengan

(dorongan, kebutuhan), yang melatarbelakangi individu untuk berbuat

mencapai tujuan tertentu.

0 * 3* * 4

Kata etos kerja berasal dari kata Yunani yaitu " yang berarti

sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap, serta persepsi terhadap nilai

kerja (Toto Tasmara dalam Sugianto, 2003). Sikap ini tidak saja dimiliki

oleh berbagai individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat,

seperti yang dijelaskan oleh Hornby (dalam Sugianto, 2003) etos sebagai

, $ $ "- $"## " "- $ 8 $" "- + $ " " "$ - . Jadi etos menunjukkan ciri&ciri, pandangan,

(27)

kepercayaan yang menandai suatu kelompok (Andrias Harifa dalam

Sugianto, 2003).

Etos pada dasarnya dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh

budaya, agama serta sistem nilai yang diyakini. Dari kata etos dikenal

pula kata etika atau etiket yang hampir mendekati pada akhlak atau nilai&

nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral), sehingga dalam etos

terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan

sesuatu seoptimal mungkin, lebih baik dan bahkan berupaya untuk

mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin (Tasmara, 2002).

Dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan

segala sesuatu dan menghindari segala kesalahan dalam pekerjaan.

Menurut Anoraga (1994) etos kerja merupakan suatu pandangan

dan sikap suatu bangsa atau individu terhadap kerja. Bila individu&

individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur

bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi.

Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang

bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja juga mengungkapkan

bahwa nilai&nilai dan doktrin kerja tertentu yang terwujud nyata pada

perilaku kerja. Namun, menurut Cosman Batubara (dalam Sugianto,

2003) etos kerja merupakan jiwa dan semangat kerja, yang dipengaruhi

oleh cara pandang terhadap pekerjaan.

Penelitian Jon Firman (2007) mengenai etos kerja kepala sekolah

(28)

10

kerja merupakan pandangan dan sikap terhadap kerja di mana pandangan

dan sikap itu merupakan jiwa dan semangat kerja yang dilandasi sikap

dasar yang terpancar dari perilaku kehidupan atau sejumlah nilai&nilai

yang dijadikan acuan oleh seseorang dalam menggerakkan dirinya dalam

berhadapan dengan lingkungan sosial di mana ia berada.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para tokoh

dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan suatu sikap, pandangan

atau nilai yang mendasari prinsip kerja suatu individu, masyarakat atau

bangsa.

60 * 7 * * 4

Penelitian Max Weber (2001) mengenai " ! $

"- , # membawa banyak perubahan dalam perkembangan ekonomi terutama di bidang etos kerja. Weber membahas

etos kerja dari sudut pandang " , , membawa banyak

manfaat bagi perkembangan ekonomi bagi dunia barat (Gonzalez, 2006).

Para peneliti banyak yang kurang sependapat dengan Weber mengenai

etos kerja yang menggunakan konsep " , (Gonzalez,

2006). Hal ini menarik para peneliti untuk membahas, mendiskusi, dan

melakukan penelitian mengenai etos kerja dari sudut pandang yang

berbeda.

(29)

Beberapa peneliti beranggapan bahwa etos kerja sangat penting

serta pembahasannya sangat kompleks. Ali dan Azim (1995)

menyimpulkan bahwa pencapaian etos kerja yang tinggi akan

mendapatkan pencapaian keuntungan yang kompetitif pada lingkungan

kerja. Dengan demikian, Ali dan Azim (1995) mengatakan bahwa aspek&

aspek yang mempengaruhi etos kerja seseorang meliputi; keterampilan

kerja, etika, keterlibatan kerja, kepercayaan pada kerja, fasilitas kerja dan

kemampuan manajerial.

Miller et al. ( dalam Van Nees, et al., 2010) memperkenalkan

konsep&konsep etos kerja yang dinamakan + " $ (tujuh etos

kerja), yaitu: kemandirian ( -&B $ ), Moralitas/Etika

( " A! $ ), Waktu Luang (. ), Kerja Keras ( " ),

Sentralitas Kerja ($ "- " ), Membuang Waktu (C # ),

Menunda Kepuasan ( "- - $ " ).

Banyak aspek&aspek yang dikemukakan beberapa peneliti untuk

melihat etos kerja yang dimiliki individu. Sesuai dengan pembatasan

masalah yang diuraikan di depan maka peneliti menggunakan aspek&

aspek etos kerja antara lain; kemandirian, moralitas keadilan, kerja keras

(30)

12

0 *+

Kemandirian (Supartini, 2010) sebagai suatu sikap individu

yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, di mana

individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam

menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada

akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Sedangkan

Brown (dalam Van Nees, et al., 2010) dalam studinya menunjukkan

bahwa individu yang masih muda memiliki kecenderungan yang

kuat melakukan ekspresi diri, membuat keputusan yang berpengaruh,

berfungsi secara otonom, dan memiliki keinginan untuk bertanggung

jawab. Menurut pendapat para ahli menunjukkan bahwa kemandirian

merupakan perjuangan individu untuk mencapai kehidupan yang

lebih baik melalui sikap dan tindakan yang dipertanggungjawabkan

dalam kehidupan sehari&hari.

Individu yang memiliki kemandirian (Budinurani, 2012)

meliputi kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa pengaruh

dari orang lain, dapat berhubungan dengan baik dengan orang lain,

memiliki kemampuan untuk mencari dan mendapatkan tanpa

bantuan orang lain, dapat memilih apa yang seharusnya dilakukan

dan apa yang seharusnya tidak dilakukan, kreatif dan berani dalam

mencari dan menyampaikan ide&idenya, memiliki kebebasan pribadi

untuk mencapai tujuan hidupnya, berusaha untuk mengembangkan

dirinya serta dapat menerima kritikan untuk mengevaluasi dirinya

(31)

,0 * 4 *

Kerja keras menurut Gonzalez (2006) mengacu pada

keyakinan individu di mana kerja keras akan memberikan

kesuksesan hidup, penghargaan, dan tujuannya. Sedangkan Sabary

(dalam Firman, 2007) menggambarkan kerja keras adalah dorongan

moral yang dilahirkan dalam tingkah laku tidak merasa puas hanya

sekedar apa yang ada dan berusaha untuk memperbaiki kekurangan.

Firman (2007) menjelaskan bahwa kerja keras merupakan sikap dan

tingkah laku kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan tidak

merasa puas hanya sekedar apa yang ada. Memperhatikan pendapat

para ahli disimpulkan bahwa kerja keras merupakan keyakinan

individu dalam bentuk sikap dan tingkah laku kesungguhan yang

akan memberikan keberhasilan atau kesuksesan dalam hidup.

Seseorang yang memiliki kemauan kerja keras yang disertai

ketekunan, ketelitian, memiliki empati yang tinggi, menghargai

prestasi serta memiliki visi jangka panjang. Menurut Gunarsa (2008)

kerja keras tidak diartikan melebihi kemampuannya atau

memaksakan diri sehingga bisa merugikan kesehatan (mereka yang

tergolong " " $ ).

80 4*+* /

Menurut Gonzalez (2006) manajemen waktu merujuk pada

individu dalam menggunakan waktu serta cara yang paling efisien,

(32)

14

hati dan koordinasi kegiatan untuk menghindari adanya pembuangan

waktu. Penggunaan waktu yang efisien dan konstruktif secara

konsisten membuat etos kerja semakin kuat (Herman dalam Van

Ness, et al., 2010) serta peningkatan kinerja tidak dapat lepas dari

penggunaan waktu yang efisien (Murdrack dalam Van Ness, et al.,

2010).

Waktu adalah sumber daya yang terbatas. Manajemen waktu

yang baik adalah orang yang dapat memanfaatkan fungsi&fungsi

manajemen untuk mengelola waktu dengan baik, sehingga dapat

diperoleh lebih banyak manfaat setiap harinya (Herlina, 2000).

Menurut Dembo dan Eaton (dalam Van Ness, et al., 2010)

manajemen waktu yang buruk dan penundaan telah diidentifikasikan

sebagai halangan terhadap produktivitas. Individu yang memilik

manajemen waktu yang baik merupakan individu yang disiplin,

memiliki perencanaan, prioritas, serta kontrol atau pengendalian

yang kuat.

0 2 * 2

Moralitas berkembang di masyarakat seputar karakter,

kebiasaan, dan masalah&masalah perilaku. Moralitas memiliki

pengertian yang sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana

manusia harus hidup sebagai manusia dalam sebuah masyarakat

yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek. Moralitas

kadang&kadang digunakan untuk mendefinisikan studi standar

(33)

perilaku khususnya aturan benar dan salah (Gbadamosi dalam Van

Ness, et al., 2010). Namun, istilah moralitas digunakan secara

bergantian untuk mengacu pada tindakan atau harapan orang untuk

bertindak. Dalam studi etos kerja, “moralitas” digunakan untuk

menggambarkan keyakinan pada keberadaan adil dan adanya moral.

Orang&orang yang memiliki moralitas cenderung jujur,

bijaksana, toleransi yang tinggi, kemampuan empati yang merupakan

kesanggupan untuk dapat merasakan dan mengerti perasaan orang

lain serta bertindak dengan melihat kondisi dan situasi. Keraf (1998)

menambahkan bahwa moralitas keadilan berkaitan dengan nilai&

nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala

kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang

lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain.

90 & 75 ) 3 *+ * 3 - * 4

Ferry Novliade (2009) menemukan bahwa ada beberapa faktor

yang mempengaruhi etos kerja antara lain; agama, budaya, sosial politik,

kondisi lingkungan/geografis, pendidikan, struktur ekonomi serta

motivasi intrinsik individu.

0 3 +

Penelitian makna etos kerja di Eropa diawali oleh buah

pemikiran Max Weber dalam tesisnya " ! $ .

(34)

16

kebudayaan modern, yaitu rasionalitas ( " ). Pada dasarnya

agama merupakan suatu sistem nilai yang mempengaruhi atau

menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap

dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang

dianutnya jika ia sungguh&sungguh dalam kehidupan beragama.

Weber (dalam Novliade, 2009) memperlihatkan bahwa doktrin

predestinasi dalam protestanisme mampu melahirkan etos berpikir

rasional, berdisiplin, bekerja tekun sistematik, berorientasi sukses

(material), tidak mengumbar kesenangan – namun hemat dan

bersahaja (asketik), serta menabung dan berinvestasi, yang akhirnya

menjadi titik tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern.

Weber merupakan pelopor studi etos kerja dengan bukunya

" ! $ "- , #. Hal ini

menyebabkan banyaknya studi&studi tentang etos kerja yang berbasis

agama sudah banyak dilakukan, hasilnya secara umum menunjukkan

adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi, kemakmuran dan modernitas (Sinamo

dalam Novliade, 2009)

,0 )

Usman Pelly (dalam Novliadi, 2009) mengatakan bahwa

sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional, etos budaya ini

juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan

(35)

oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.

Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki

etos kerja yang tinggi sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah,

bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.

80 2 2

Soewarno, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo (dalam Novliadi,

2009) menemukan bahwa tinggi rendahnya etos kerja suatu

masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati

hasil kerja keras mereka dengan penuh.

0 % 3 3 :#* 3 5

Suryawati, Dharmika, Namoartha, Putri dan Weda (dalam

Novliadi, 2009) menemukan adanya indikasi bahwa etos kerja dapat

muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan/geografis

mempengaruhi individu atau kelompok individu atau kelompok

untuk melakukan usaha mengelola, mengambil manfaat, bahkan

dapat mengundang pendatang untuk mencari penghidupan.

*0 +

Pada penulisan Sowarno, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo

(dalam Novliadi, 2009) disimpulkan juga bahwa tinggi rendahnya

etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

(36)

18

masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh.

50 *

Menurut Novliadi (2009) peningkatan kualitas penduduk

dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu,

disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan

keterampilan, sehingga meningkat pula aktivitas dan produktivitas

masyarakat sebagai pelaku ekonomi. Peningkatan di berbagai bidang

tersebut dapat membuat sumber daya manusia (SDM) lebih baik,

maupun membuat individu memiliki etos kerja yang baik.

30 ;

Anoraga (dalam Novliadi, 2009) mengatakan bahwa individu

yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang

bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap, yang tertentunya didasari oleh nilai&nilai yang diyakini

seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi suatu motivasi kerja.

Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang.

0 *

Meditasi menjadi semakin populer pada akhir&akhir ini, bahkan telah

menjadi komersial. Berlatih meditasi digunakan memecahkan beragam

masalah, dari mengendalikan pikiran sampai memecahkan semua masalah

(37)

pribadi. Dengan kata lain, melakukan meditasi dapat memfokuskan diri pada

suatu perhatian dan membuat tubuh kembali rileks.

Tetapi masyarakat memiliki pandangan umum tentang meditasi yang

sering kali di salah artikan bahwa meditasi merupakan suatu perilaku berdiam

diri dengan cara duduk di suatu tempat yang terpencil, jauh dari kehidupan

sehari&hari. Seakan seseorang yang melakukan meditasi harus memerlukan

waktu yang cukup banyak sampai harus meninggalkan pekerjaannya dalam

jangka waktu yang cukup lama dan sikap meditasi yang duduk diam membuat

orang mempunyai pandangan bahwa dengan duduk diam tidak akan

menghasilkan sebuah perubahan. Dengan demikian, meditasi dapat

mengganggu kerja serta tidak menghasilkan perubahan.

0 * 3* *

Masyarakat umum mengenal meditasi salah satu bentuk praktek

relaksasi yang berguna untuk pelepasan pikiran dari hal&hal yang dapat

mengganggu kegiatan individu sehari&hari. Menurut Pettyjohn (dalam

Wulandari, 2002) meditasi sebagai salah satu bentuk dari relaksasi yang

dapat menghambat atau memblokir stimulus&stimulus yang dapat

mengacaukan. Namun secara lebih mendalam Jendra (dalam Wulandari,

2002) menjelaskan bahwa meditasi berasal dari bahasa inggris, yaitu

# " dan memiliki pandangan kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu yang artinya pemusatan perhatian secara terus menerus kepada

(38)

20

meditasi akan sampai pada perenungan yang mendalam. Selain itu,

Bonadonna (dalam Aziz, 2006) menjelaskan kata meditasi berasal dari

bahasa Latin # yang berarti berpikir atau bercermin.

Menurut Bodhi dan Nyaniponika (dalam Bown, et al., 2007)

# - berasal dari yang berasal dari kata Pali yang berarti

ingatan tetapi sebagai model kesadaran yang menandakan kehadiran

pikiran. Brown dan Ryan (dalam Bown, et al., 2007) mendefinisikan

# - sebagai penerimaan perhatian dan kesadaran pada kejadian

sekarang dan pengalaman.

Konsep meditasi merupakan akar dari Psikologi Buddha, berbagai

literatur penelitian dari berbagai tradisi dan psikologis menunjukkan

sentralitas pada pengalaman manusia dalam menjalankan meditasi.

Menurut Bown, et al. (2007) meditasi merupakan kegiatan mendasarkan

pada $" $ " : perhatian dan . Vancechoute (dalam

Prabowo, 2007) menganggap dan $" $ " adalah

sinonim. Namun menurut Tart (dalam Prabowo, 2007)

mengacu pada pengetahuan dasar bahwa sesuatu yang terjadi digunakan

untuk mempersepsikan atau merasakan atau mengetahui dalam bentuk

yang paling sederhana. Sementara $" $ " adalah kesadaran yang

lebih kompleks, suatu pengaturan dalam struktur pikiran, yang mengacu

pada fenomena yang dapat dialami secara hipotesis dan potensial.

Penganut Buddha serta literatur psikologi (Germez dalam Afandi, 2006)

(39)

sering menyamakan istilah # - dengan kesadaran ( ),

pengalaman kekinian ( D $ ), dan penerimaan ( $$ $ ).

Dalam agama Buddha (Rasyid, 1993) kata meditasi dipergunakan

sebagai sinonim dari samadhi dan pengembangan batin ( + ).

Meditasi dinamakan sebagai samadhi dikarenakan terdapat pemusatan

pikiran pada satu objek yang tunggal. Dinamakan + karena sebagi

metode atau cara mengembangkan batin. Sedangkan Patriarch (2002)

menjelaskan meditasi (Samādhi) dalam agama Buddha merupakan

terpusatnya batin pada satu titik, yaitu batin atau perhatian yang terpusat

pada satu benda khusus atau suatu paham sampai semua pikiran&pikiran

yang berhamburan dihentikan.

Dari pengertian&pengertian meditasi di atas menurut para ahli

disimpulkan bahwa meditasi merupakan sebuah proses pemusatan

pikiran atau konsentrasi yang berfokus pada satu objek dengan adanya

kesadaran, pengalaman dan penerimaan.

60 4 *

Bonadonna (dalam Afandi, 2006) menjelaskan bahwa meditasi

dapat melatih perhatian, memudahkan transendensi, mengakhiri

penderitaan dan merubah kesadaran manusia untuk menjadi lebih sadar.

Seseorang yang melakukan meditasi # - akan mampu untuk

mengobservasi pikiran&pikiran negatifnya dan berpikir terhadapnya tanpa

(40)

22

Bishop et al. (dalam Afandi, 2006) menjelaskan bahwa

# - memiliki 2 komponen, komponen pertama bertujuan untuk

mengatur perhatian terhadap peristiwa yang sedang berlangsung

(peristiwa kekinian) agar tercapai peningkatan pengenalan terhadap

kejadian mental dalam peristiwa kekinian. Komponen kedua bertujuan

untuk melakukan penentuan ( " ) orientasi tertentu terhadap

pengalaman seseorang dalam peristiwa kekinian, suatu orientasi yang

ditandai dengan keingintahuan, keterbukaan dan penerimaan.

Terdapat tiga hal yang sangat berperan bagaimana #

-dapat berperan dalam mengatasi gejala&gejala fisik dan psikis yang antara

lain (1) " , yaitu berkaitan dengan pentingnya penetapan tujuan

dari melakukan meditasi. Menurut Kabat Zinn (dalam Afandi, 2006)

bahwa penentuan " (tujuan) menjadikan sesuatu mungkin untuk

dicapai dan tujuan mengingatkan seseorang akan maksudnya dalam

melakukan # - . Pada Penelitian Shapiro (dalam Afandi, 2006)

menunjukkan hasil yang dicapai dari melakukan meditasi berhubungan

dengan tujuan melakukan meditasi. Seseorang mempunyai tujuan untuk

mengelola diri, maka dia mampu mengelola dirinya. (2) "

berkaitan dengan pengamatan terhadap peristiwa kekinian, pengalaman

internal dan eksternal. Pada literatur psikologi " menjadi hal yang

penting dalam proses penyembuhan. (3) berkaitan dengan cara

melakukan # - , yaitu tanpa banyak melakukan evaluasi atau

(41)

penilaian, penuh penerimaan, kebaikan, keterbukaan meskipun apa yang

terjadi adalah di luar keinginan seseorang (Afandi, 2006).

90 * *

Meditasi dilakukan dalam beberapa bentuk yang berguna untuk

menunjang kebutuhan psikologi agar dapat meningkatkan motivasi kerja

terutama pada etos kerja. Sebagaimana yang telah disebutkan meditasi

memiliki beberapa bentuk yaitu; meditasi # dan meditasi

+ . # memiliki pengertian konsentrasi, secara umum

masyarakat lebih mengenal meditasi # dengan nama meditasi

konsentrasi. Sedangkan pada + memiliki pengertian sikap penuh

perhatian, secara umum masyarakat lebih mengenal meditasi +

dengan nama meditasi kesadaran atau sering disebut dengan #

-# " .

Meditasi # , # berarti konsentrasi, ketenangan,

kedamaian. Konsentrasi pada suatu objek meditasi, pikiran akan menjadi

tenang dan damai. Meditasi # bertujuan untuk mencapai

konsentrasi pikiran yang berfokus pada satu objek. Meditasi #

akan menghasil pencapaian konsentrasi yang dalam seperti konsentrasi

penuh ( # , 0 ) dan konsentrasi pendekatan atau

pemulaan ( $ # ). Meditasi yang berfokus pada satu objek

meditasi akan mengurangi nafsu, keserakahan, kebencian, keinginan,

(42)

24

seorang meditator akan merasa tenang, damai dan bahagia. Menurut

Janakabhivamsa (1992) meditasi # merupakan kebahagiaan dalam

batas tertentu dikarenakan pencapaian konsentrasi yang dalam. Menurut

Mahatera (1994) meditasi samatha merupakan suatu tingkat

(" /duniawi) untuk mencapai ketenangan jasmani dan batin melalui tercapainya pemusatan pikiran pada satu objek.

Seorang yang melakukan meditasi # akan menggunakan

objek untuk bermeditasi. Meditator akan membuat sebuah lingkaran

sebesar piring dan warnanya harus merah murni, rata, dan halus.

Meditator kemudian akan duduk sekitar 2 kaki dari objek tersebut,

melihat dan berkonsentrasi pada objek. Meditator tidak diperbolehkan

untuk mengikuti pikiran berkelana, tapi meditator harus membawa

pikiran kembali pada objek meditasi, dalam hal ini adalah lingkaran

merah. Meditator memusatkan pikirannya pada lingkaran merah tersebut

dan mengamati sebagai “merah, merah, merah” (Janakabhivamsa, 1992)

Meditasi + , + (mahathera, 1994) merupakan

meditasi tingkat akhir (" /di atas duniawi) yang tujuannya agar

dapat mencapai pandangan terang untuk dapat melihat dengan jelas dan

terang tentang proses kehidupan yang selalu berubah tanpa henti ( $$ )

dan selalu dicengkeram oleh penderitaan ( ) sehingga bisa

menembus ( ) tanpa aku/konsep yaitu nirwana. Sedangkan menurut

Janakabhivamsa (1992) + merupakan sebuah proses pencapaian

pemberhentian penderitaan melalui pengertian yang benar terhadap sifat

(43)

alamiah dari proses mental dan jasmani. Konsentrasi dalam meditasi

+ berbeda dengan # , + lebih melakukan

pencapaian konsentrasi melalui perhatian penuh yang konstan dan

kesinambungan terhadap proses mental dan jasmani. Meditasi +

memiliki berbagai objek meditasi: kebahagiaan adalah sebuah objek

meditasi dan begitu juga dengan kemarahan, kesedihan, sensasi rasa

sakit, kekakuan, kesemutan, dan sebagainya. Segala macam bentuk

proses mental dan jasmani dapat dijadikan objek meditasi.

Seorang meditator yang melakukan meditasi + dalam

bentuk berjalan, mengamati pergerakkan kaki, yaitu angkat, dorong dan

turun. Pada pemulaan latihan, pikiran kita tidak berkonsentrasi pada kaki

yang baik. Pikiran akan mudah berkelana, seorang meditator harus

mengikuti dan mengamatinya hingga pikiran yang berkelana itu hilang.

Ketika pikiran berkonsentrasi pada gerakan kaki dengan baik, yang

dicatat oleh seorang meditator gerakan mengangkat, mendorong, dan

menurunkan. Meditator tidak boleh memperhatikan bentuk kaki atau

bentuk badan selama berjalan. Meditator harus menyadari semua gerakan

yang dilakukan oleh tubuh seperti mengangkat, mendorong dan

menurunkan sebagai proses alamiah. Gerakan mengangkat adalah suatu

proses dan pikiran yang mencatatnya adalah proses lain. Dari hal ini

dapat dilihat bahwa meditasi + merupakan sebuah meditasi

(44)

26

Meditasi + atau yang lebih dikenalkan meditasi

# - lebih menekankan pada perenungan batin dan jasmani yaitu

memperhatikan gerak&gerik batin dan jasmani secara terus menerus

sehingga dapat menyadari proses batin dan jasmani yang tidak kekal

( $$ ), penderitaan ( ), dan tanpa aku (anatta). Menurut Sodiqin

(2010) pengamatan individu yang melakukan meditasi + melalui

objek batin dan jasmani dikategorikan menjadi empat kelompok;

1. E (perenungan terhadap badan jasmani)

Meditasi dengan objek badan jasmani dilakukan dengan cara

menyadari keluar dan masuknya nafas ( ). Dalam

ini, tidak ada tekanan atau paksaan pada pernapasan.

Panjang dan pendeknya pernafasan harus disadari, tetapi tidak

dibuat&buat atau sengaja diatur. Jadi, bernafas secara biasa dan

wajar.

2. ) E (perenungan terhadap perasaan)

Di sini direnungkan perasaan yang dialami secara objektif,

baik perasaan senang, maupun perasaan yang acuh tak acuh.

Direnungkan keadaan perasaan yang sebenarnya, bagaimana ia

timbul, berlangsung, dan kemudian lenyap kembali. Apabila

perasaan telah dapat diatasi dengan tepat, maka batin menjadi bebas,

tidak terikat oleh apapun di dalam dunia ini.

(45)

3. , &E (perenungan terhadap pikiran)

Merenungkan gerak&gerik pikiran, secara sadar mengamati

pikiran yang sedang dihinggapi hawa nafsu. Keadaan pikiran yang

diamati secara disadari akan terbebas dan tidak terikat.

4. ## &E (perenungan terhadap bentuk pikiran)

Merenungkan bentuk&bentuk pikiran yang berada dalam

kehidupan, menyadari segala bentuk&bentuk dari pikiran yang

muncul seperti; bentuk pikiran rintangan atau sering disebut dengan

+ . Bila seseorang yang bermeditasi timbul nafsu keinginan,

kemauan jahat, kemalasan, maka hal itu harus disadari. Demikian

pula apabila + tidak ada.

!0 + *

Individu atau kelompok melakukan meditasi # - atau

+ akan membawa pengaruh positif pada perkembangan psikis

dan fisik. Literatur psikologi tentang meditasi # - menunjukkan

dampak positif dari meditasi adalah individu dapat berkonsentrasi atau

berfokus pada suatu objek, meningkatkan daya ingat, keberanian

mengubah sikap, serta meningkatkan rasa percaya diri (Afandi, 2006;

Perez&De&Alberniz, 2000; Dhiman, 2009).

Kabet&Zinn (dalam Afandi, 2006) menjelaskan bahwa latihan

meditasi # - bertujuan untuk meningkatkan kemampuan untuk

(46)

28

penilaian. Menurut Kabat&Zinn tujuan dari latihan meditasi # - ,

bukan untuk menunjukkan atau menjelaskan sesuatu yang salah akan

tetapi membantu menemukan sesuatu yang benar (Halminton, et al.

dalam Afandi, 2006).

Penelitian Kabat&Zinn (1982) tentang # - menunjukkan

individu yang melakukan meditasi # - dapat menurunkan

kecemasan, tingkat stress dan meningkatkan fokus pada perhatian.

Sementara, Baer (dalam Afandi, 2006) dalam penelitiannya menemukan

latihan meditasi memberikan pengaruh positif untuk menurunkan tingkat

kecemasan.

Penelitian meta analisis yang dilakukan Grossman et al. (dalam

Afandi, 2006) tentang latihan meditasi # - terhadap pada pasien&

pasien medis yang diagnosa mengidap penyakit kanker, pembuluh darah,

depresi, sakit kronis, kecemasan, obesitas, gangguan makan dan pasien&

pasien psikiatri dihasilkan bahwa latihan # - bermanfaat dalam

mengatasi permasalahan&permasalahan psikis dan fisik secara signifikan.

Segal (dalam Afandi, 2006) berpendapat bahwa meditasi

# - dapat meluaskan wilayah kesadaran, meningkatkan

pencatatan (pengawasan) terhadap tubuh, dan pengalaman perasaan,

sehingga dapat meningkatkan kapasitas regulasi kewaspadaan, perasaan

tingkah kaku. Latihan meditasi # - juga memfasilitasi

perkembangan kemampuan bersabar dan menerima penderitaan.

- juga meningkatkan pengawasan diri ( -&#" " ) dan

(47)

pembebasan pikiran otomatis yang menyebabkan struktur&struktur

patologis. Latihan meditasi # - juga memfasilitasi

perkembangan " $ (sumber dalam) yang membantu untuk

menstabilkan perasaan dan mengurangi kecerobohan (Afandi, 2006).

Hasil penelitian John McQuaid et. al. (dalam Afandi, 2006)

menunjukkan bahwa meditasi # - dapat membantu menurunkan

gejala&gejala depresif, meningkatkan fungsi sosial, meningkatkan

perhatian terhadap kenyataan&kenyataan positif tentang kehidupan dan

mengurangi fokus perhatian terhadap sakit dan pikiran&pikiran depresif di

rumah sakit Veterans Affairs San Diego California.

.0 + * * 4

Masyarakat umum memandang meditasi sebagai alat untuk

menenangkan pikiran. Sedangkan, meditasi dalam bidang ilmu psikologi

digunakan sebagai psikoterapi kepada para individu. Menurut Semiun (2006),

individu melakukan meditasi dapat mereduksi kecemasan yang disebabkan

harapan tentang sebab akibat dari kerja sehingga dapat meningkatkan

semangat kerja.

Setiap individu yang melakukan meditasi akan mendapatkan manfaat

atau dampak yang positif pada dirinya terutama dalam bidang psikologi

industri yang bermanfaat untuk meningkatkan etos kerja individu tersebut.

Individu akan memiliki; kepuasan dan kegembiraan dalam mengerjakan suatu

(48)

30

memperhatikan secara teliti terhadap suatu pekerjaan, merenungkan dan

menyelidiki kembali hal&hal yang telah dikerjakan. Dampak meditasi dapat

dilihat pada tiap individu sebagai berikut;

0 * 2 + * 3* 4 * * 4

Malayu Hasibun (2009) mengungkapkan kepuasan kerja

merupakan sikap emosional menyenangkan dan mencintai pekerjaannya

yang dicerminkan dalam moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja.

Kepuasan kerja dinikmati oleh individu dalam pekerjaan, luar pekerjaan

serta kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Penelitian meditasi yang

dilakukan oleh Grossman, et al. (dalam Afandi, 2006) didapatkan bahwa

individu melakukan meditasi dapat mengatasi permasalahan psikis dan

fisik yang dapat meningkatkan kepuasan kerja.

60 *+ 3 2 + *2 * * 4

Moekijat (dalam Adnyani, 2008) mengungkapkan semangat kerja

menggambarkan perasaan berhubungan dengan jiwa, semangat

kelompok, kegembiraan, dan kegiatan. Pekerja tampak merasa senang,

optimis mengenai kegiatan dan tugas, serta ramah satu sama lain, maka

karyawan dikatakan memiliki semangat yang tinggi. Sebaliknya, Pekerja

tampak tidak puas, lekas marah, sering sakit, suka membantah, gelisah,

dan pesimis, maka reaksi ini dikatakan sebagai bukti semangat yang

rendah. Penelitian yang dilakukan Kabat&Zinn (1982) ditemukan bahwa

(49)

latihan meditasi memberikan pengaruh positif terhadap individu yang

mengalami gangguan psikologi di antaranya kecemasan yang mengakibat

individu mudah gelisah, lekas marah dan sebagainya.

90 * *2 2 + *2 * * 4

Individu melakukan meditasi dapat mengubah sikapnya menjadi

lebih positif terutama pada ketelitian dalam melakukan pekerjaan.

Ketelitian kerja merupakan kemampuan individu untuk melakukan

sesuatu dengan cara tepat, cermat serta teliti. Penelitian Afandi (2006)

mengenai meditasi pada masyarakat Daerah Bantul menunjukkan bahwa

meditasi dapat mengurangi kecerobohan seseorang.

!0 * * 3 * )*2 27- 2 ) 3 * 4

Individu melakukan pekerjaan dengan merenungkan dan

menyelidiki pekerjaannya agar tidak terjadi kesalahan dalam proses

pengerjaannya. Kesalahan kecil dalam proses pengerjaan akan

menimbulkan permasalahan baru dalam pekerjaan. Hal ini diakibatkan

individu mengalami kurangnya semangat serta konsentrasi penuh dalam

mengerjakan pekerjaannya.

Individu yang melakukan meditasi akan lebih bersikap positif di tempat

kerja. Salah satunya faktor yang mempengaruhi adalah kepuasan kerja individu

yang akan mendorong individu untuk bekerja keras. Peningkatan kerja keras

(50)

32

permasalahan di tempat kerja. Hal ini akan membuat individu mencintai

pekerjaannya.

Meditasi membuat individu lebih semangat dalam melakukan pekerjaan.

Perilaku semangat akan membuat individu lebih empati, optimis serta ramah di

tempat kerja. Individu yang optimis akan memiliki kemampuan menghadapi

permasalahan yang terjadi. Tidak hanya itu, individu juga akan tampak ramah

pada orang lain di saat di bekerja. Hal ini dapat menjadi kebiasaan dan digunakan

untuk menyelesaikan pekerjaan.

Individu yang melakukan meditasi akan lebih bersikap positif saat bekerja.

Hal ini akan membuat seseorang menjadi lebih tepat dan cermat dalam melakukan

pekerjaan. Perilaku tepat dan cermat saat bekerja akan membuat individu lebih

pintar dalam mengolah waktu agar lebih efektif. Penggunaan waktu yang efisien

dan konstruktif akan membuat kinerja meningkat yang berdampak pada etos kerja

yang semakin kuat.

Kesalahan kecil dalam proses pengerjaan akan menimbulkan

permasalahan baru dalam pekerjaan. Individu diharapkan merenungkan dan

menyelidiki kembali pekerjaan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses

pengerjaan. Merenungkan dan menyelidiki didapatkan dari individu melakukan

meditasi. Meditasi memberikan pengaruh terhadap etos kerja terutama pada

kemandirian individu. Pengaruh tersebut berdampak salah satunya adalah individu

mengambil keputusan tanpa pengaruh orang lain.

(51)

0 *

Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori yang telah

dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah: meditator memiliki etos

(52)

%

0 * * *2

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif komparatif. Penelitian kuantitatif komparatif bertujuan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan etos kerja antara meditator dan non

meditator.

0 * 5 ' ,*2

Variabel dalam penelitian ini adalah etos kerja antara meditator dan

non meditator. Variabel independen atau bebas (x) adalah meditator dan non

meditator. Sedangkan variabel dependen atau tergantung (y) adalah etos

kerja.

.0 *5 * 2

0 * 4

Etos kerja merupakan sikap individu yang tampak dalam proses

kerja yang dilihat dari kemandirian, kerja keras, manajemen waktu serta

moralitas keadilan yang dimiliki individu. Tingkat etos kerja subjek

diungkap dengan menggunakan skala etos kerja. Tinggi rendahnya

tingkat etos kerja subjek ditentukan oleh total nilai yang diperoleh.

Semakin tinggi nilai yang didapatkan subjek maka semakin tinggi juga

(53)

etos kerja yang dimiliki oleh subjek. Sebaliknya rendah nilai yang

didapatkan subjek maka semakin rendah juga etos kerja yang dimiliki

oleh subjek. Aspek&aspek yang digunakan untuk mengukur etos kerja

subjek terdiri dari kemandirian, kerja keras, manajemen waktu serta

moralitas keadilan.

60 *

Meditasi merupakan kegiatan hening dengan berfokus pada suatu

benda atau dengan memperhatikan keluar masuknya nafas. Individu yang

melakukan meditasi memiliki rentang waktu minimal 45 menit dan

dilakukan minimal 1 kali dalam seminggu.

0 ,4* * *2

Subjek dalam penelitian ini adalah individu yang melakukan meditasi

(meditator) dan individu tidak melakukan meditasi (non meditator) yang

berjumlah 80 orang. Metode pengambil sampel dalam penelitian ini adalah

" + # . Pada metode ini, pemilihan subjek didasarkan atas ciri atau karakteristik yang sudah diketahui sebelumnya. Karakteristik sampel

individu adalah sebagai berikut;

1. Individu berumur dari 20 tahun sampai 35 tahun.

2. Individu adalah seorang yang melakukan meditasi dan tidak melakukan

meditasi.

3. Individu adalah seorang yang sedang bekerja.

(54)

36

0 * * 2 * 3 + 2

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survei

dengan menggunakan Skala Etos Kerja. Model skala yang digunakan adalah

model . Pernyataan yang digunakan dalam skala merupakan skala

terstruktur. Jawaban sudah disediakan dan subjek hanya memilih satu

jawaban yang sesuai dengan kondisi diri subjek (Azwar, 2011). Skala ini

digunakan untuk mengukur etos kerja individu berdasarkan 4 aspek etos

kerja.

Berdasarkan keempat aspek tersebut, penulis menyusun 40 butir

pernyataan yang terdiri dari 20 item pernyataan - +" dan 20 item

pernyataan - +" yang akan digunakan dalam skala uji coba.

Keseimbangan jumlah item dikarenakan peneliti menganggap bahwa nilai

atau kegunaan tiap aspek sama.

,*2

(55)

Skala ini berisi pernyataan&pernyataan dengan empat alternatif jawab,

yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.

Subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban

tersebut. Penilaian untuk pernyataan yang dipilih subjek adalah sebagai

berikut:

,*2 6

*+ 2 * 4

Alternatif Jawaban

Skor

' +" * - +"

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Semakin tinggi skor subjek, maka semakin tinggi etos kerja subjek.

Sebaliknya, semakin rendah skor subjek, maka semakin rendah etos kerja

(56)

38

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Menurut Azwar (2011) pengujian validitas berfungsi untuk

mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang

akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas ini ditunjukkan untuk melihat sejauh mana item&item dapat

mewakili komponen dalam keseluruhan kawanan isi objek yang ingin

diukur dan sejauh mana item&item mencerminkan ciri perilaku yang

hendak diukur. Validitas yang diukur dengan pengujian terhadap isi alat

ukur dengan analisis rasional atau "- " 0 # oleh dosen

pembimbing, yaitu dengan mengadakan evaluasi untuk memeriksa

kualitas item sebagai dasar untuk seleksi

(57)

60 $4 . , 2 $

0 * * 3 +, 2

Uji coba alat ukur skala etos kerja yang berjumlah 40 item

dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2013 – 21 Maret 2013.

Pengambilan data uji coba ( " ) skala etos kerja pada 60 subjek

yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian.

Pengambilan data uji coba ( " ) pada alat ukur skala etos

kerja dilakukan secara $" dan "- $" . Melalui $" ,

peneliti mendatangi subjek untuk mengisi skala etos kerja yang

sudah berbentuk buku. Sedangkan "- $" , peneliti memakai

bantuan "" + untuk membuat skala etos kerja yang

disebarkan kepada subjek uji coba.

,0 *2* *+

Dalam melakukan seleksi item skala psikologi, parameter

yang paling penting adalah indeks daya beda atau indeks daya

diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item

mampu membedakan individu yang memiliki yang tidak memiliki

atribut yang akan diukur (Azwar, 2011). Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan batasan ≥ 0,30 dalam melakukan seleksi item. Jadi,

semua pernyataan yang memiliki korelasi dengan skor skala kurang

daripada 0,30 dapat disisihkan dan pernyataan yang akan diikutkan

(58)

40

diatasi 0,30 dengan pengertian semakin tinggi koefisien korelasi

yang mendekati angka 1,00 maka semakin baik pula konsistensinya

(Azwar, 2011).

Penelitian menggunakan rumus koefisien korelasi yang

dihitung dengan bantuan program komputer SPSS + " 4@ 2 -"

C " . Peneliti membuang item yang nilainya dibawa 0,30. Hasil analisis pengukuran skala etos kerja menunjukkan

bahwa dari 40 item yang diuji, terdapat 35 item yang baik dan 5 item

yang tidak baik. Item&item yang baik lebih besar dibandingkan

dengan item&item yang tidak baik, jumlah item baik yang tersisa

pada setiap aspek dianggap masih dapat mewakili aspek tertentu.

,*2 !

(59)

36

Pengujian skala etos kerja mendapat item yang baik dan item

yang gugur. Item&item yang gugur akan dibuang dan tidak ikut serta

dalam skala etos kerja untuk penelitian.

,*2 <

Item&item yang gugur berasal dari 3 aspek etos kerja yaitu 1

(60)

42

terdapat 2 item - +" kemandirian yaitu pada item no 30 dan

40. Aspek kerja keras terdapat 2 item - +" yang gugur yaitu

item pada nomor 20 dan 30. Tabel spesifikasi untuk skala etos kerja

yang akan dipakai oleh peneliti.

,*2 1

Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil ukur. Taraf reliabilitas

dapat diartikan sebagai taraf sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan

konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam ketepatan dan

ketelitian hasil. Rumus yang digunakan dalam mencari reliabilitas adalah

Referensi

Dokumen terkait

Supratmi, Pengaruh Tingkat Kompetensi dan Pengalaman Kerja terhadap Etos Kerja ( Studi Kasus Guru Bersertifikat)...53.. penguasaan seseorang terhadap aspek dan aspek peralatan.

Sub bab pertama mengenai pembahasan Etos Kerja Tokyo Express Yang berorientasi Pada Manajemen, Sub bab kedua mengenai pembahasan Etos Kerja Yang Berorientasi Pada Kelompok

karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi sehingga dapat memungkinkan suatu.. perusahaan

Kesimpulan penelitian ini yaitu: (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara sikap profesional dengan etos kerja. (2) Sumbangan sikap profesional terhadap perilaku

Seorang karyawan harus memiliki sikap etos kerja yang tinggi terhadap pekerjaanya karena etos kerja merupakan bagian penting dari keberhasilan manusia, baik dalam komunitas

Dari sini dapat diartikan bahwa etos kerja menggambarkan suatu pandangan dan sikap, sehingga dengan demikian etos kerja memiliki makna sebagai aspek penilaian dari individu

Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat

Dilihat dari perspektif Islam terkait dengan etos kerja bahwa islam merupakan suatu sistem keimnan tentu memiliki sebuah pandangan positif terhadap masalah etos kerja, yang mana dalam