• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akan selalu bekerja di bidang apapun seperti bisnis, politik, sosial dan

sebagainya. Ini menunjukkan manusia adalah makhluk pekerja yang

membutuhkan sebuah kinerja yang baik agar dapat melakukan produktivitas

yang baik maka diperlukan sebuah etos kerja yang baik.

Etos kerja yang baik didapatkan ketika individu menyadari

tindakannya. Hal ini dapat dilakukan dengan manajemen pikiran secara sadar

untuk mengetahui semua tindakannya. Manajemen pikiran yang baik

dilakukan dengan cara latihan meditasi. Banyak orang menilai meditasi tak

ubahnya rangkaian kegiatan duduk bersila dengan memejamkan mata di

tempat&tempat sepi. Meditasi memberikan banyak manfaat seperti membuat

hidup terasa lebih menyenangkan dan ketenangan pikiran.

Kajian psikologi banyak membahas tentang meditasi memiliki

dampak positif bagi kehidupan individu. Salah satunya adalah penelitian

Kabat&Zinn (dalam Miller, 1995) mengungkapkan bahwa meditasi dapat

menurunkan kecemasan dan tingkat stres individu serta meningkatkan fokus

atau konsentrasi individu. Turunnya tingkat kecemasan dan stres individu

akan berpengaruh pada emosional individu yang memberikan semangat,

kepuasan, dan ketelitian dalam mengerjakan pekerjaan.

Dhiman (2009) menyatakan individu melakukan rutinitas meditasi

# - secara konsisten memberikan manfaat seperti kemampuan

berpikir kreatif dan kecerdasan emosional di tempat kerja. Hal ini

6

pada suatu pekerjaan serta peningkatan disiplin dalam kinerja. Hal ini akan

berakibat pada etos kerja individu yang tinggi.

Etos kerja yang tinggi menunjukkan bahwa meditasi memberikan

pengaruh positif pada pelaku meditasi (meditator atau individu yang

melakukan meditasi). Walaupun begitu, penelitian&penelitian meditasi sering

kali berkaitan dengan klinis. Beberapa penelitian meditasi di bagian klinis,

salah satunya mengenai penelitian tentang stres dengan metode terapi

meditasi yang dilakukan Kabat&Zinn (1982) dan peneliti lainnya. Kondisi

tersebut membuat peneliti mencoba untuk mengaitkan meditasi dengan etos

kerja pada individu, yang lebih berorientasi pada psikologi industri dan

organisasi. Diharapkan dengan penelitian meditasi dan etos kerja, penelitian&

penelitian berikut dapat lebih mengembangkan metode terapi meditasi bukan

di bidang klinis saja.

Meditasi yang baik berakibat terhadap etos kerja yang tinggi dengan

meningkatnya produktivitas dan kinerja tiap individu. Hal ini juga

membangkitkan rasa tanggung jawab individu serta membimbing individu ke

arah aktualisasi diri. Meditasi membuat individu dapat menghadapi reaksi&

reaksi yang berada di lingkungan sekitar agar tidak terjadi pengaruh negatif

pada diri sendiri. Mereka bisa menjadi individu pekerja yang memiliki etos

kerja yang baik.

0 + 2

-Apakah ada perbedaan etos kerja antara meditator dan non meditator.

.0 4 * *2

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan etos kerja antara meditator dan non

meditator.

0 5 * *2

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian

mengenai penelitian spiritual dan psikologi industri organisasi khususnya

menyangkut meditasi dan etos kerja serta dapat dijadikan sebagai bahan

referensi bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat

menjadi masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan

variabel yang berbeda.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi

dan masukan untuk meditator dan non meditator yang berguna bagi

%

0 * 4

Masyarakat umum sering menggeneralisasikan etos kerja sama

dengan motivasi kerja. Menurut Anoraga (1994) dalam buku Psikologi Kerja,

Etos Kerja berbeda dengan motivasi kerja. Etos kerja merupakan suatu

pandangan dan sikap suatu individu atau satu bangsa terhadap kerja.

Pandangan dan sikap yang baik, maka etos kerja akan tinggi. Sebaliknya,

memiliki pandangan dan sikap yang buruk, maka etos kerja akan rendah.

Sedangkan, motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat

atau dorongan. Para ahli psikologi memberikan kesamaan motivasi dengan

(dorongan, kebutuhan), yang melatarbelakangi individu untuk berbuat

mencapai tujuan tertentu.

0 * 3* * 4

Kata etos kerja berasal dari kata Yunani yaitu " yang berarti

sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap, serta persepsi terhadap nilai

kerja (Toto Tasmara dalam Sugianto, 2003). Sikap ini tidak saja dimiliki

oleh berbagai individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat,

seperti yang dijelaskan oleh Hornby (dalam Sugianto, 2003) etos sebagai

, $ $ "- $"## " "- $ 8 $" "- + $ " " "$ - . Jadi etos menunjukkan ciri&ciri, pandangan,

kepercayaan yang menandai suatu kelompok (Andrias Harifa dalam

Sugianto, 2003).

Etos pada dasarnya dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh

budaya, agama serta sistem nilai yang diyakini. Dari kata etos dikenal

pula kata etika atau etiket yang hampir mendekati pada akhlak atau nilai&

nilai yang berkaitan dengan baik buruk (moral), sehingga dalam etos

terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan

sesuatu seoptimal mungkin, lebih baik dan bahkan berupaya untuk

mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin (Tasmara, 2002).

Dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan

segala sesuatu dan menghindari segala kesalahan dalam pekerjaan.

Menurut Anoraga (1994) etos kerja merupakan suatu pandangan

dan sikap suatu bangsa atau individu terhadap kerja. Bila individu&

individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur

bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi.

Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang

bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja juga mengungkapkan

bahwa nilai&nilai dan doktrin kerja tertentu yang terwujud nyata pada

perilaku kerja. Namun, menurut Cosman Batubara (dalam Sugianto,

2003) etos kerja merupakan jiwa dan semangat kerja, yang dipengaruhi

oleh cara pandang terhadap pekerjaan.

Penelitian Jon Firman (2007) mengenai etos kerja kepala sekolah

10

kerja merupakan pandangan dan sikap terhadap kerja di mana pandangan

dan sikap itu merupakan jiwa dan semangat kerja yang dilandasi sikap

dasar yang terpancar dari perilaku kehidupan atau sejumlah nilai&nilai

yang dijadikan acuan oleh seseorang dalam menggerakkan dirinya dalam

berhadapan dengan lingkungan sosial di mana ia berada.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para tokoh

dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan suatu sikap, pandangan

atau nilai yang mendasari prinsip kerja suatu individu, masyarakat atau

bangsa.

60 * 7 * * 4

Penelitian Max Weber (2001) mengenai " ! $

"- , # membawa banyak perubahan dalam perkembangan ekonomi terutama di bidang etos kerja. Weber membahas

etos kerja dari sudut pandang " , , membawa banyak

manfaat bagi perkembangan ekonomi bagi dunia barat (Gonzalez, 2006).

Para peneliti banyak yang kurang sependapat dengan Weber mengenai

etos kerja yang menggunakan konsep " , (Gonzalez,

2006). Hal ini menarik para peneliti untuk membahas, mendiskusi, dan

melakukan penelitian mengenai etos kerja dari sudut pandang yang

berbeda.

Beberapa peneliti beranggapan bahwa etos kerja sangat penting

serta pembahasannya sangat kompleks. Ali dan Azim (1995)

menyimpulkan bahwa pencapaian etos kerja yang tinggi akan

mendapatkan pencapaian keuntungan yang kompetitif pada lingkungan

kerja. Dengan demikian, Ali dan Azim (1995) mengatakan bahwa aspek&

aspek yang mempengaruhi etos kerja seseorang meliputi; keterampilan

kerja, etika, keterlibatan kerja, kepercayaan pada kerja, fasilitas kerja dan

kemampuan manajerial.

Miller et al. ( dalam Van Nees, et al., 2010) memperkenalkan

konsep&konsep etos kerja yang dinamakan + " $ (tujuh etos

kerja), yaitu: kemandirian ( -&B $ ), Moralitas/Etika

( " A! $ ), Waktu Luang (. ), Kerja Keras ( " ),

Sentralitas Kerja ($ "- " ), Membuang Waktu (C # ),

Menunda Kepuasan ( "- - $ " ).

Banyak aspek&aspek yang dikemukakan beberapa peneliti untuk

melihat etos kerja yang dimiliki individu. Sesuai dengan pembatasan

masalah yang diuraikan di depan maka peneliti menggunakan aspek&

aspek etos kerja antara lain; kemandirian, moralitas keadilan, kerja keras

12

0 *+

Kemandirian (Supartini, 2010) sebagai suatu sikap individu

yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, di mana

individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam

menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada

akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Sedangkan

Brown (dalam Van Nees, et al., 2010) dalam studinya menunjukkan

bahwa individu yang masih muda memiliki kecenderungan yang

kuat melakukan ekspresi diri, membuat keputusan yang berpengaruh,

berfungsi secara otonom, dan memiliki keinginan untuk bertanggung

jawab. Menurut pendapat para ahli menunjukkan bahwa kemandirian

merupakan perjuangan individu untuk mencapai kehidupan yang

lebih baik melalui sikap dan tindakan yang dipertanggungjawabkan

dalam kehidupan sehari&hari.

Individu yang memiliki kemandirian (Budinurani, 2012)

meliputi kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa pengaruh

dari orang lain, dapat berhubungan dengan baik dengan orang lain,

memiliki kemampuan untuk mencari dan mendapatkan tanpa

bantuan orang lain, dapat memilih apa yang seharusnya dilakukan

dan apa yang seharusnya tidak dilakukan, kreatif dan berani dalam

mencari dan menyampaikan ide&idenya, memiliki kebebasan pribadi

untuk mencapai tujuan hidupnya, berusaha untuk mengembangkan

dirinya serta dapat menerima kritikan untuk mengevaluasi dirinya

,0 * 4 *

Kerja keras menurut Gonzalez (2006) mengacu pada

keyakinan individu di mana kerja keras akan memberikan

kesuksesan hidup, penghargaan, dan tujuannya. Sedangkan Sabary

(dalam Firman, 2007) menggambarkan kerja keras adalah dorongan

moral yang dilahirkan dalam tingkah laku tidak merasa puas hanya

sekedar apa yang ada dan berusaha untuk memperbaiki kekurangan.

Firman (2007) menjelaskan bahwa kerja keras merupakan sikap dan

tingkah laku kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan tidak

merasa puas hanya sekedar apa yang ada. Memperhatikan pendapat

para ahli disimpulkan bahwa kerja keras merupakan keyakinan

individu dalam bentuk sikap dan tingkah laku kesungguhan yang

akan memberikan keberhasilan atau kesuksesan dalam hidup.

Seseorang yang memiliki kemauan kerja keras yang disertai

ketekunan, ketelitian, memiliki empati yang tinggi, menghargai

prestasi serta memiliki visi jangka panjang. Menurut Gunarsa (2008)

kerja keras tidak diartikan melebihi kemampuannya atau

memaksakan diri sehingga bisa merugikan kesehatan (mereka yang

tergolong " " $ ).

80 4*+* /

Menurut Gonzalez (2006) manajemen waktu merujuk pada

individu dalam menggunakan waktu serta cara yang paling efisien,

14

hati dan koordinasi kegiatan untuk menghindari adanya pembuangan

waktu. Penggunaan waktu yang efisien dan konstruktif secara

konsisten membuat etos kerja semakin kuat (Herman dalam Van

Ness, et al., 2010) serta peningkatan kinerja tidak dapat lepas dari

penggunaan waktu yang efisien (Murdrack dalam Van Ness, et al.,

2010).

Waktu adalah sumber daya yang terbatas. Manajemen waktu

yang baik adalah orang yang dapat memanfaatkan fungsi&fungsi

manajemen untuk mengelola waktu dengan baik, sehingga dapat

diperoleh lebih banyak manfaat setiap harinya (Herlina, 2000).

Menurut Dembo dan Eaton (dalam Van Ness, et al., 2010)

manajemen waktu yang buruk dan penundaan telah diidentifikasikan

sebagai halangan terhadap produktivitas. Individu yang memilik

manajemen waktu yang baik merupakan individu yang disiplin,

memiliki perencanaan, prioritas, serta kontrol atau pengendalian

yang kuat.

0 2 * 2

Moralitas berkembang di masyarakat seputar karakter,

kebiasaan, dan masalah&masalah perilaku. Moralitas memiliki

pengertian yang sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana

manusia harus hidup sebagai manusia dalam sebuah masyarakat

yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek. Moralitas

kadang&kadang digunakan untuk mendefinisikan studi standar

perilaku khususnya aturan benar dan salah (Gbadamosi dalam Van

Ness, et al., 2010). Namun, istilah moralitas digunakan secara

bergantian untuk mengacu pada tindakan atau harapan orang untuk

bertindak. Dalam studi etos kerja, “moralitas” digunakan untuk

menggambarkan keyakinan pada keberadaan adil dan adanya moral.

Orang&orang yang memiliki moralitas cenderung jujur,

bijaksana, toleransi yang tinggi, kemampuan empati yang merupakan

kesanggupan untuk dapat merasakan dan mengerti perasaan orang

lain serta bertindak dengan melihat kondisi dan situasi. Keraf (1998)

menambahkan bahwa moralitas keadilan berkaitan dengan nilai&

nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala

kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang

lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain.

90 & 75 ) 3 *+ * 3 - * 4

Ferry Novliade (2009) menemukan bahwa ada beberapa faktor

yang mempengaruhi etos kerja antara lain; agama, budaya, sosial politik,

kondisi lingkungan/geografis, pendidikan, struktur ekonomi serta

motivasi intrinsik individu.

0 3 +

Penelitian makna etos kerja di Eropa diawali oleh buah

pemikiran Max Weber dalam tesisnya " ! $ .

16

kebudayaan modern, yaitu rasionalitas ( " ). Pada dasarnya

agama merupakan suatu sistem nilai yang mempengaruhi atau

menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap

dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang

dianutnya jika ia sungguh&sungguh dalam kehidupan beragama.

Weber (dalam Novliade, 2009) memperlihatkan bahwa doktrin

predestinasi dalam protestanisme mampu melahirkan etos berpikir

rasional, berdisiplin, bekerja tekun sistematik, berorientasi sukses

(material), tidak mengumbar kesenangan – namun hemat dan

bersahaja (asketik), serta menabung dan berinvestasi, yang akhirnya

menjadi titik tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern.

Weber merupakan pelopor studi etos kerja dengan bukunya

" ! $ "- , #. Hal ini

menyebabkan banyaknya studi&studi tentang etos kerja yang berbasis

agama sudah banyak dilakukan, hasilnya secara umum menunjukkan

adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu

dan kemajuan ekonomi, kemakmuran dan modernitas (Sinamo

dalam Novliade, 2009)

,0 )

Usman Pelly (dalam Novliadi, 2009) mengatakan bahwa

sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional, etos budaya ini

juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan

oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.

Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki

etos kerja yang tinggi sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem

nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah,

bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.

80 2 2

Soewarno, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo (dalam Novliadi,

2009) menemukan bahwa tinggi rendahnya etos kerja suatu

masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang

mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati

hasil kerja keras mereka dengan penuh.

0 % 3 3 :#* 3 5

Suryawati, Dharmika, Namoartha, Putri dan Weda (dalam

Novliadi, 2009) menemukan adanya indikasi bahwa etos kerja dapat

muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan/geografis

mempengaruhi individu atau kelompok individu atau kelompok

untuk melakukan usaha mengelola, mengambil manfaat, bahkan

dapat mengundang pendatang untuk mencari penghidupan.

*0 +

Pada penulisan Sowarno, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo

(dalam Novliadi, 2009) disimpulkan juga bahwa tinggi rendahnya

etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

18

masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh.

50 *

Menurut Novliadi (2009) peningkatan kualitas penduduk

dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu,

disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan

keterampilan, sehingga meningkat pula aktivitas dan produktivitas

masyarakat sebagai pelaku ekonomi. Peningkatan di berbagai bidang

tersebut dapat membuat sumber daya manusia (SDM) lebih baik,

maupun membuat individu memiliki etos kerja yang baik.

30 ;

Anoraga (dalam Novliadi, 2009) mengatakan bahwa individu

yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang

bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap, yang tertentunya didasari oleh nilai&nilai yang diyakini

seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi suatu motivasi kerja.

Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang.

0 *

Meditasi menjadi semakin populer pada akhir&akhir ini, bahkan telah

menjadi komersial. Berlatih meditasi digunakan memecahkan beragam

masalah, dari mengendalikan pikiran sampai memecahkan semua masalah

pribadi. Dengan kata lain, melakukan meditasi dapat memfokuskan diri pada

suatu perhatian dan membuat tubuh kembali rileks.

Tetapi masyarakat memiliki pandangan umum tentang meditasi yang

sering kali di salah artikan bahwa meditasi merupakan suatu perilaku berdiam

diri dengan cara duduk di suatu tempat yang terpencil, jauh dari kehidupan

sehari&hari. Seakan seseorang yang melakukan meditasi harus memerlukan

waktu yang cukup banyak sampai harus meninggalkan pekerjaannya dalam

jangka waktu yang cukup lama dan sikap meditasi yang duduk diam membuat

orang mempunyai pandangan bahwa dengan duduk diam tidak akan

menghasilkan sebuah perubahan. Dengan demikian, meditasi dapat

mengganggu kerja serta tidak menghasilkan perubahan.

0 * 3* *

Masyarakat umum mengenal meditasi salah satu bentuk praktek

relaksasi yang berguna untuk pelepasan pikiran dari hal&hal yang dapat

mengganggu kegiatan individu sehari&hari. Menurut Pettyjohn (dalam

Wulandari, 2002) meditasi sebagai salah satu bentuk dari relaksasi yang

dapat menghambat atau memblokir stimulus&stimulus yang dapat

mengacaukan. Namun secara lebih mendalam Jendra (dalam Wulandari,

2002) menjelaskan bahwa meditasi berasal dari bahasa inggris, yaitu

# " dan memiliki pandangan kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu yang artinya pemusatan perhatian secara terus menerus kepada

20

meditasi akan sampai pada perenungan yang mendalam. Selain itu,

Bonadonna (dalam Aziz, 2006) menjelaskan kata meditasi berasal dari

bahasa Latin # yang berarti berpikir atau bercermin.

Menurut Bodhi dan Nyaniponika (dalam Bown, et al., 2007)

# - berasal dari yang berasal dari kata Pali yang berarti

ingatan tetapi sebagai model kesadaran yang menandakan kehadiran

pikiran. Brown dan Ryan (dalam Bown, et al., 2007) mendefinisikan

# - sebagai penerimaan perhatian dan kesadaran pada kejadian

sekarang dan pengalaman.

Konsep meditasi merupakan akar dari Psikologi Buddha, berbagai

literatur penelitian dari berbagai tradisi dan psikologis menunjukkan

sentralitas pada pengalaman manusia dalam menjalankan meditasi.

Menurut Bown, et al. (2007) meditasi merupakan kegiatan mendasarkan

pada $" $ " : perhatian dan . Vancechoute (dalam

Prabowo, 2007) menganggap dan $" $ " adalah

sinonim. Namun menurut Tart (dalam Prabowo, 2007)

mengacu pada pengetahuan dasar bahwa sesuatu yang terjadi digunakan

untuk mempersepsikan atau merasakan atau mengetahui dalam bentuk

yang paling sederhana. Sementara $" $ " adalah kesadaran yang

lebih kompleks, suatu pengaturan dalam struktur pikiran, yang mengacu

pada fenomena yang dapat dialami secara hipotesis dan potensial.

Penganut Buddha serta literatur psikologi (Germez dalam Afandi, 2006)

sering menyamakan istilah # - dengan kesadaran ( ),

pengalaman kekinian ( D $ ), dan penerimaan ( $$ $ ).

Dalam agama Buddha (Rasyid, 1993) kata meditasi dipergunakan

sebagai sinonim dari samadhi dan pengembangan batin ( + ).

Meditasi dinamakan sebagai samadhi dikarenakan terdapat pemusatan

pikiran pada satu objek yang tunggal. Dinamakan + karena sebagi

metode atau cara mengembangkan batin. Sedangkan Patriarch (2002)

menjelaskan meditasi (Samādhi) dalam agama Buddha merupakan

terpusatnya batin pada satu titik, yaitu batin atau perhatian yang terpusat

pada satu benda khusus atau suatu paham sampai semua pikiran&pikiran

yang berhamburan dihentikan.

Dari pengertian&pengertian meditasi di atas menurut para ahli

disimpulkan bahwa meditasi merupakan sebuah proses pemusatan

pikiran atau konsentrasi yang berfokus pada satu objek dengan adanya

kesadaran, pengalaman dan penerimaan.

60 4 *

Bonadonna (dalam Afandi, 2006) menjelaskan bahwa meditasi

dapat melatih perhatian, memudahkan transendensi, mengakhiri

penderitaan dan merubah kesadaran manusia untuk menjadi lebih sadar.

Seseorang yang melakukan meditasi # - akan mampu untuk

mengobservasi pikiran&pikiran negatifnya dan berpikir terhadapnya tanpa

22

Bishop et al. (dalam Afandi, 2006) menjelaskan bahwa

# - memiliki 2 komponen, komponen pertama bertujuan untuk

mengatur perhatian terhadap peristiwa yang sedang berlangsung

(peristiwa kekinian) agar tercapai peningkatan pengenalan terhadap

kejadian mental dalam peristiwa kekinian. Komponen kedua bertujuan

untuk melakukan penentuan ( " ) orientasi tertentu terhadap

pengalaman seseorang dalam peristiwa kekinian, suatu orientasi yang

ditandai dengan keingintahuan, keterbukaan dan penerimaan.

Terdapat tiga hal yang sangat berperan bagaimana #

-dapat berperan dalam mengatasi gejala&gejala fisik dan psikis yang antara

lain (1) " , yaitu berkaitan dengan pentingnya penetapan tujuan

dari melakukan meditasi. Menurut Kabat Zinn (dalam Afandi, 2006)

bahwa penentuan " (tujuan) menjadikan sesuatu mungkin untuk

dicapai dan tujuan mengingatkan seseorang akan maksudnya dalam

melakukan # - . Pada Penelitian Shapiro (dalam Afandi, 2006)

menunjukkan hasil yang dicapai dari melakukan meditasi berhubungan

dengan tujuan melakukan meditasi. Seseorang mempunyai tujuan untuk

mengelola diri, maka dia mampu mengelola dirinya. (2) "

berkaitan dengan pengamatan terhadap peristiwa kekinian, pengalaman

internal dan eksternal. Pada literatur psikologi " menjadi hal yang

penting dalam proses penyembuhan. (3) berkaitan dengan cara

melakukan # - , yaitu tanpa banyak melakukan evaluasi atau

penilaian, penuh penerimaan, kebaikan, keterbukaan meskipun apa yang

terjadi adalah di luar keinginan seseorang (Afandi, 2006).

90 * *

Meditasi dilakukan dalam beberapa bentuk yang berguna untuk

menunjang kebutuhan psikologi agar dapat meningkatkan motivasi kerja

terutama pada etos kerja. Sebagaimana yang telah disebutkan meditasi

memiliki beberapa bentuk yaitu; meditasi # dan meditasi

+ . # memiliki pengertian konsentrasi, secara umum

masyarakat lebih mengenal meditasi # dengan nama meditasi

konsentrasi. Sedangkan pada + memiliki pengertian sikap penuh

perhatian, secara umum masyarakat lebih mengenal meditasi +

dengan nama meditasi kesadaran atau sering disebut dengan #

-# " .

Meditasi # , # berarti konsentrasi, ketenangan,

kedamaian. Konsentrasi pada suatu objek meditasi, pikiran akan menjadi

tenang dan damai. Meditasi # bertujuan untuk mencapai

konsentrasi pikiran yang berfokus pada satu objek. Meditasi #

akan menghasil pencapaian konsentrasi yang dalam seperti konsentrasi

penuh ( # , 0 ) dan konsentrasi pendekatan atau

pemulaan ( $ # ). Meditasi yang berfokus pada satu objek

meditasi akan mengurangi nafsu, keserakahan, kebencian, keinginan,

24

seorang meditator akan merasa tenang, damai dan bahagia. Menurut

Janakabhivamsa (1992) meditasi # merupakan kebahagiaan dalam

batas tertentu dikarenakan pencapaian konsentrasi yang dalam. Menurut

Mahatera (1994) meditasi samatha merupakan suatu tingkat

(" /duniawi) untuk mencapai ketenangan jasmani dan batin melalui tercapainya pemusatan pikiran pada satu objek.

Dokumen terkait