• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sangat rendah Rendah

E. ANALISIS TAMBAHAN

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dari aspek-aspek minat membeli dalam menimbulkan minat membeli. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Window versi 10.

Sumbangan aspek produk terhadap minat membeli produk kosmetika pemutih kulit dapat dilihat melalui koefisien determinasinya (r2),yaitu sebesar 0,826 yang berarti aspek produk menyumbang sebesar 82,6 % terhadap minat membeli produk kosmetika pemutih kulit. Aspek harga memiliki koefisien determinasi (r2) sebesar 0,731 yang berarti aspek harga menyumbang sebesar 73,1 % terhadap minat membeli produk kosmetika pemutih kulit. Sedangkan aspek promosi koefisien determinasinya (r2) sebesar 0,836 yang berarti aspek promosi menyumbang sebesar 83,6 % terhadap minat membeli produk kosmetika pemutih kulit dan aspek distribusi memiliki koefisien determinasi (r2) sebesar 0,805 yang berarti aspek distribusi menyumbang sebesar 80,5 % terhadap minat membeli produk kosmetika pemutih kulit.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa aspek promosi memiliki sumbangan yang terbesar dalam menimbulkan minat membeli, ini menandakan iklan-iklan yang ditampilkan memberi pengaruh yang besar dalam menimbulkan minat membeli. Sedangkan sumbangan yang terkecil dari aspek minat membeli adalah dari aspek harga ini menandakan seseorang merasa antara nilai yang harus dibayar dengan manfaat yang diperoleh tidak sebanding.

F. PEMBAHASAN

Minat membeli produk kosmetika pemutih kulit timbul karena keinginan individu untuk merubah warna kulitnya menjadi putih. Hal ini disebabkan oleh konsep yang bertentangan antara keadaan tubuh yang dimiliki individu dengan konsep tubuh ideal dalam masyarakat. Konsep tubuh ideal inilah yang berpengaruh besar terhadap cara individu mencitrakan raganya. Konsep tubuh ideal dalam masyarakat sendiri selalu berubah-ubah menurut waktu dan tempat, hal ini tidak terlepas dari persepsi dan konstruksi sosial yang dibangun oleh industri-industri kecantikan yang kemudian gencar ditiupkan oleh iklan-iklan di media massa. Pencitraan bahwa kulit putih adalah cantik membuat para wanita yang berkulit kuning atau sawo matang menjadi tidak percaya diri dan mencoba untuk memiliki kulit putih, bahkan wanita yang berkulit putih pun ingin tampil dengan kulit yang lebih putih lagi sehingga timbullah keinginan membeli produk kosmetika pemutih kulit sebagai cara yang praktis dan mudah untuk dapat memutihkan kulit.

Keadaan tersebut juga banyak dialami oleh para remaja, terlebih oleh remaja putri. Pada masa remaja, seseorang sangat memperhatikan tubuhnya dan akan cemas bila tubuh mereka tidak sesuai dengan konsep tubuh ideal pada masyarakat. Hal ini membuat para remaja berusaha untuk menyesuaikan diri dengan konsep tubuh ideal dalam masyarakat untuk mendapatkan tempat pada komunitas dan lingkungan sekitarnya.

Para remaja banyak yang kurang menyadari bahwa konsep tubuh ideal dibangun oleh industri-industri kapitalis yang kemudian gencar meniupkan hal itu dengan iklan-iklan di media massa. Industri kapitalis tersebut menawarkan solusi untuk akibat-akibat perubahan fisik, seperti produk kosmetika dan memanfaatkan sosok remaja yang sedang mengalami perubahan fisik sebagai konsumen dan pasar yang sangat strategis karena pada masa remaja akan mudah dipengaruhi untuk membeli produk-produk yang menawarkan berbagai solusi untuk membentuk konsep diri ideal dalam masyarakat, yang telah dibuat oleh industri kapitalis sendiri termasuk didalamnya produk-produk kosmetika pemutih kulit. Dan lebih parah lagi banyak remaja yang tidak mengetahui efek negatif dari penggunaan produk-produk pemutih kulit tersebut.

Pada deskripsi data penelitian tampak skor rata-rata subyek penelitian citra raga adalah 136,98 dan standar deviasi sebesar 16,70. Hasil dari 96 jumlah subyek penelitian terdapat 15 orang subyek dalam kategori rendah adalah, 53 orang dalam kategori sedang, 27 orang dalam kategori tinggi dan 1 orang dalam kategori sangat tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata subjek dalam penelitian ini

tergolong memiliki citra raga yang sedang dengan arah kecenderungan tinggi. Hal ini berarti bahwa rata-rata subyek dalam penelitian ini memiliki penilaian, perasaan dan harapan yang positif mengenai tubuhnya yang meliputi tubuh secara keseluruhan maupun bagian-bagian tubuhnya. Hal ini disebabkan subjek penelitian ini adalah remaja putri etnis Cina yang telah memiliki kulit putih, karena kulit sendiri termasuk citra raga dan kulit putih merupakan salah satu konsep tubuh ideal pada masyarakat saat ini.

Untuk minat membeli produk kosmetika pemutih kulit, pada deskripsi data penelitian tampak skor rata-rata subyek penelitian minat membeli produk kosmetika pemutih kulit adalah 106,35 dan standar deviasi sebesar 16,46. Hasil dari 96 jumlah subyek penelitian terdapat 6 orang termasuk dalam kategori sangat rendah, 55 orang dalam kategori rendah, 28 orang dalam kategori sedang dan 7 orang termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa rata-rata subyek dalam penelitian ini memiliki minat membeli produk kosmetika pemutih kulit yang rendah. Hal ini berarti bahwa remaja putri etnis Cina tidak memiliki keinginan yang tinggi untuk tampil lebih putih lagi dengan cara membeli produk kosmetika pemutih kulit.

Mengacu pada deskripsi di atas tampak bahwa subyek penelitian memiliki citra raga yang tinggi dan memiliki minat membeli produk kosmetika pemutih kulit yang rendah. Hal ini didukung dengan hasil uji hipotesis analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik Product Moment dari Pearson, dengan hasil yang berbunyi ada hubungan negatif antara citra raga dengan minat membeli produk

kosmetika pemutih kulit, yang berarti hipotesis penelitian diterima. Hal ini diketahui dari hubungan yang bernilai negatif yaitu -0,202.

Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa dengan memiliki citra raga yang tinggi maka remaja putri etnis Cina memiliki minat membeli produk kosmetika pemutih kulit yang rendah. Karena dengan kepuasan dan penghargaan yang tinggi terhadap tubuhnya akan membuatnya memiliki citra raga yang tinggi atau positif, sehingga minat merubah citra raganya dengan membeli produk kosmetika pemutih kulit rendah. Tetapi pada penelitian ini juga diketahui bahwa sumbangan citra raga terhadap minat membeli sangatlah kecil, hanya sebesar 4,1% dan 95,9% sumbangan terhadap minat membeli diperoleh dari faktor lain. Ini menandakan bahwa citra raga tidak berpengaruh terlalu besar terhadap minat membeli kosmetika pemutih kulit. Hal ini tidak sesuai dengan asumsi peneliti bahwa orang yang membeli produk kosmetika pemutih kulit disebabkan oleh citra raganya. Menurut teori yang telah dipaparkan oleh peneliti pada dasar teori bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami katekis tubuh (Hurlock, 1993) atau dengan kata lain memiliki citra raga yang positif dan sebagian besar remaja mengalami ketidak puasan terhadap tubuhnya, sehingga remaja khususnya remaja putri ingin mencapai penampilan fisik yang menarik, salah satunya dengan membeli kosmetika pemutih kulit.

Menurut asumsi peneliti, sumbangan citra raga terhadap minat membeli produk kosmetika pemutih kulit pada remaja putri etnis Cina sangat kecil dikarenakan citra raga merupakan dorongan yang bersifat internal sedangkan minat membeli

merupakan dorongan yang bersifat eksternal, sehingga hal itu menimbulkan sumbangan yang kecil karena tidak memiliki hubungan secara langsung.

Peneliti juga berasumsi bahwa 95,9% sumbangan faktor-faktor lain tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal dari diri subjek penelitian, alat penelitian serta kesadaran diri subjek untuk menjawab yang sebenarnya. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi: pengalaman, kepribadian, motivasi, persepsi, pengetahuan, kepribadian, sikap dan kepercayaan. Hal ini dapat terjadi jika sebelumnya individu mengalami pengalaman atau mendapatkan pengalaman dari orang lain yang negatif terhadap produk tersebut, sehingga membuat individu menghentikan pemakaian produk tersebut atau membuat individu tersebut takut dan tidak percaya untuk mencoba produk yang sejenis. Hal lain juga dapat terjadi jika individu mengetahui kandungan dalam produk tersebut, sehingga memutuskan untuk tidak menggunakannya atau dapat juga terjadi jika individu tersebut tidak berminat membeli produk kosmetika pemutih kulit karena ia memang tidak ingin tampil putih. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan atau dari luar diri individu, seperti: kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keadaan ekonomi dan keluarga. Individu mungkin kurang berminat untuk menggunakan produk kosmetika pemutih kulit karena di keluarga atau teman-teman terdekat tidak ada atau sedikit yang menggunakan produk pemutih kulit; atau karena keadaan ekonomi individu (misalnya: uang jajan) terbatas sedangkan produk pemutih kulit relatif mahal sehingga ia kurang berminat membeli produk tersebut. Kemudian alat penelitian. Alat penelitian yang peneliti buat mungkin secara tidak langsung

dapat membuat subjek penelitian melakukan faking good, hal ini merupakan salah satu kekurangan dalam penelitian ini. Dan yang terakhir, kesadaran diri subjek untuk menjawab yang sebenarnya, karena berdasarkan pengamatan peneliti dalam penelitian bahwa sebagian besar subjek penelitian dalam mengisi angket khususnya dalam pengisian angket citra raga, subjek penelitian tidak mengukur sendiri apa yang menjadi penilaian, perasaan dan harapan mereka terhadap tubuhnya tetapi lebih kepada bertanya kepada temannya.

Berdasarkan hasil temuan tambahan diperoleh hasil bahwa aspek promosi memberikan sumbangan yang terbesar terhadap minat membeli yaitu sebesar 83,6%. Sedangkan aspek produk memberikan sumbangan sebesar 82,6%, aspek distribusi memberikan sumbangan sebesar 80,5% dan aspek harga memberikan sumbangan yang terkecil dari ketiga aspek yang lainnya, yaitu sebesar 73,1%. Ini menandakan bahwa promosi diberbagai media massa menimbulkan pengaruh yang besar dalam mempengaruhi seseorang berminat membeli produk kosmetika pemutih kulit dan yang kurang menimbulkan minat membeli produk kosmetika pemutih kulit adalah karena faktor harga yang mungin bagi seorang remaja harga produk pemutih kulit terlalu mahal.

Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa citra raga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat membeli kosmetika pemutih kulit. Dengan memiliki citra raga yang positif, seorang remaja putri rmemiliki keinginan yang rendah untuk merubah warna kulitnya menjadi lebih putih dengan membeli produk kosmetika pemutih kulit. Tetapi yang perlu ditekankan bahwa seseorang yang

memiliki penerimaan diri yang baik tidak berarti bahwa mereka tidak pernah merasa kecewa dengan dirinya (Calhoun & Acocella, 1990). Oleh sebab itu hendaknya masyarakat maupun para remaja tidak mendewa-dewakan konsep tubuh ideal dalam masyarakat, karena dengan tidak mendewa-dewakan konsep tubuh ideal dalam masyarakat, seseorang individu tidak akan mudah dipengaruhi oleh image-image cantik atau tubuh ideal yang dibentuk oleh industri kapitalis dalam pembentukan citra raganya.

Dengan demikian, setelah melalui prosedur penelitian dan analisis data yang sesuai, penelitian ini telah mencapai tujuannya yaitu mampu mengetahui bahwa citra raga mempunyai hubungan yang negatif dengan minat membeli produk kosmetika pemutih kulit pada masa remaja putri etnis Cina, serta berhasil membuktikan hipotesis yang berbunyi ada hubungan yang negatif antara citra raga dengan minat membeli produk kosmetika pemutih kulit pada remaja putri etnis Cina.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara citra raga dengan minat membeli produk kosmetika pemutih kulit pada remaja putri etnis Cina. Artinya, semakin tinggi citra raga maka semakin rendah minat membeli produk kosmetika pemutih kulit. Sebaliknya, semakin rendah citra raga maka semakin tinggi minat membeli produk kosmetika pemutih kulit.

Kesimpulan tambahan pada penelitian ini adalah citra raga tidak memberi sumbangan yang besar terhadap minat membeli produk kosmetika pemutih kulit atau dengan kata lain bahwa orang yang membeli produk kosmetika pemutih kulit bukan hanya disebabkan oleh citra raganya saja, tetapi sebagian besar ditentukan oleh faktor lain, antara lain seperti: pengalaman, motivasi, persepsi, pengetahuan, kebudayaan, kelompok referensi, keadaan ekonomi dan keluarga.

Selain itu, berdasarkan hasil temuan tambahan diperoleh hasil bahwa aspek promosi memberikan sumbangan yang terbesar dan aspek harga memberikan sumbangan yang terkecil terhadap minat membeli dibandingkan aspek distribusi dan produk. Ini menandakan bahwa promosi diberbagai media massa menimbulkan pengaruh yang besar dan faktor harga kurang menimbulkan minat membeli produk kosmetika pemutih karena faktor harga yang mungkin bagi seorang remaja harga produk pemutih kulit terlalu mahal.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan bagi:

1. Remaja putri, agar para remaja putri mempertahankan dan menjaga citra raganya yang sudah tinggi karena citra raga bisa berubah.

2. Orang tua dan masyarakat, agar membantu remaja dalam menjaga dan mempertahankan citra raganya yang sudah tinggi.

3. Bagi produsen pemutih kulit, agar mempertahankan aspek promosi karena aspek ini memberikan sumbangan yang paling besar diantara aspek-aspek yang menimbulkan minat membeli. Ini menandakan bahwa promosi yang telah dilakukan oleh pihak produsen memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi seseorang berminat membeli produk kosmetika pemutih kulit. Selain itu, hendaknya produsen pemutih kulit lebih memperhatikan aspek harga karena aspek ini memberikan sumbangan yang paling kecil, hal ini mungkin dikarenakan harga produk pemutih kulit dirasa terlalu mahal untuk para remaja, sehingga produsen diharapkan mampu menjual produk pemutih kulit dengan harga yang lebih murah mengingat remaja merupakan konsumen terbesar dari produk ini.

4. Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian berkaitan dengan minat membeli kosmetika pemutih kulit dapat melakukan penelitian mengenai pengaruh iklan terhadap minat membeli kosmetika pemutih kulit atau penelitian mengenai perbedaan minat membeli kosmetika pemutih kulit pada remaja etnis Jawa dan remaja etnis Cina.

Anonim. 1976. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 1992. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 965. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 1994. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 368. Jakarta: Departemen Kesehatan Republi Anonim. 2001. Kompas Cyber Media

Anonim. 2001. Krim Pemutih dan Pilihan yang Kritis. Kompas Cyber Media. www.kompas.com

Anonim. 2002. Tubuh perempuan yang menjadi soal. www. sekitarkita.com

As’ad, M. 1999. Psikologi Industri. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty

Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2000. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bearden, W.D., T.N. Ingram & W. Raymond. 2001. Marketing: Principles And Perspectives. New York: Mc Graw Hill Companies.

Bintarti,R & Pambudy, NM. 2001. Putih itu Cantik, Tidak Putih Juga Cantik. Kompas Cyber Media. www.kompas.com

Blyth, dkk., 1985. Satisfacation with body Image for Early Adolescence Females: The Impact of Pubertal Timing Within Different School Environment, Journal of Youth and Adolescence, 14.

Calhoun, J.F and Acocella, J.R. 1990. Psychology of Adjustment and Human Relationship (3rd Edition). New York: Mc Graw Hill.

Fishbein,N & Ajzen, I. 1975. Beliefs, Attiude, Intention and Behavior : An Introduction to Theory and Research. Massachusset: Addison-Wesley.

Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence Adolescence (2 nd Edition). London: Adivision of Scott, Foresman and Company.

Femina no. 37. September 1988. Jakarta: Gaya Favorit Press.

Gardner, R.M. 1996. Metholodogical Issues In Assesment of the Perseptual Component of Body Image Disturbance. British Journal of Psychology, 87, 327-337.

Grogan. 1999. Body Image: Understanding Body Dissatisfication in Men, Women and Children. London & New York: Routledge.

Gunarsa, S.D & Gunarsa,S.D. 1984. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen. Yogyakarta: Andi Offset.

Hadi, S. 1993. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Hadi, S. 1996. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset.

Hardy dan Heyes. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Hasan, F. 1981. Kamus Istilah Psikologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hawkins, D.I., R.J. Best & K.A. Corey. 1998. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy (7th Edition). New York: Mc Graw Hill.

Jersild, A.T. 1979. Psychology of Adolescence. New York: Mc Millan company.

Jestes, D..A. 2001. Body Image: How You See It, How You Don’t. Missouri Western State College. www.clearinghouse.com

Lighstone, J. 1999. Eating Disorder Referral and Information Center. www.eddferral.com

Kartono, K & Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya

Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Kotler , P. 1994. Marketing Management: anayisis, planning, implementationi and control. 8 th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, P & Amstrong, G. 1999. Principles of Marketing (8th Edition). New Jersey: Prentice Hall,Inc.

Kotler dan Susanto A.B. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia: analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.

Loudon, D.L & Bitta, D.A.J. 1993. Consumer Behavior Concept & Aplication. New York: Mc Graw Hill Book Co.

Lury,C & Seno G.A. 1998. Budaya Konsumen. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Markin, Jr., R.J. 1974. Marketing Consumer Behavior. New York: Mc Millan Publishing Co, Inc.

Paludi. 1992. The Psychology of Women. Wm.C. Brown Communication, Inc.

Sarwono, S.W. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers

Schiffman, L.G & Kanuk, L.L. 1999. Consumer Behavior. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sihombing, J. 2000. Cantik: Sebuah Modal Tambahan…. Kompas Cyber Media. www.kompas.com

Supratiknya, A. 1998. Hand out Psikometri. Yogyakarta: Pusat Penerbitan & Pengembangan Sumber Belajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Susanto,A. 2001. Iklan Boleh Gencar, Mereka Belum Tentu Tertarik. Kompas Cyber Media. www.kompas.com

Swastha, Dh.,B. 1984. Azas-azas Marketing (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Liberty.

Trisnawaty. 2000. Hubungan antara citra raga dan kecemasan terhadap keadaan tubuh pada remaja putra. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanaata Dharma.

Vitriani, R. W. 1995. Hubungan antara harga diri dengan minat membeli pakaian bermerek pada remaja. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Winardi. 1981. Manajemen Pemasaran. Bandung: CV. Sinar Baru

Winkel, W.S. 1986. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia

Witherington , H.C. 1976. Psikologi Pendidikan. Penerjemah: M. Buchori. Jakarta: Aksara Baru.

www.marilyn-monroe.org.uk

Dokumen terkait