• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tanggapan Siswa Berdasarkan Angket

Dalam dokumen PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY MODEL SIL (Halaman 69-75)

ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Hasil Penelitian

4. Analisis Tanggapan Siswa Berdasarkan Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran inquiry model Silver pada konsep larutan asam, basa, dan garam. Analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran dilakukan berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada 31 orang siswa, dapat dilihat pada Tabel 4.16 persentase nilai angket pada tiap indikator berikut ini:

Tabel 4.7 Penilaian Siswa Tentang Pembelajaran Inquiry Model Silver pada Konsep Larutan Asam, Basa, dan Garam

No Pernyataan Persentase

Ya Biasa-biasa saja Tidak 1 Saya senang belajar kimia 80,65 12,90 6,45 2 Mata pelajaran kimia merupakan

mata pelajaran yang sulit 6,45 29,03 64,52 3 Konsep larutan asam, basa, dan 87,10 3,22 9,68

garam mudah difahami

4

Dengan menggunakan

pembelajaran inquiri model Silver lebih memudahkan dalam

memahami pelajaran

83,87 9,68 6,45

5

Dengan menggunakan

pembelajaran inquiri model Silver lebih mudah mempelajari konsep kimia khususnya konsep larutan asam, basa, dan garam

87,10 6,45 6,45

6

Tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut dengan menggunakan strategi pembelajaran inquiri model Silver

83,87 6,45 9,68

Rata-rata keseluruhan 71,51 11,29 17,21

Berdasarkan Tabel 4.11, dapat disimpulkan bahwa sebesar 31 siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan inquiry model Silver.

5. Pembahasan

Pada tahap pemberian masalah dan pembuatan soal, siswa mendapat nilai yang paling tinggi dengan nilai rata-rata mencapai 88 yang diinterpretasikan sangat baik. Salah satu penyebab tingginya nilai siswa pada tahap ini dikarenakan indikator yang digunakan cukup mudah. Pada tahap ini siswa hanya dituntut untuk membuat soal mengenai konsep larutan asam, basa, dan garam yang mengacu pada bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru. Nilai tertinggi pada tahap ini

diperoleh kelompok 5 yang mencapai nilai 100, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok 1 yang mencapai nilai 80.

Pada tahap penyelesaian masalah, siswa dituntut untuk dapat menjawab soa- soal yang telah dibuat oleh kelompok lain mengenai konsep larutan asam, basa, dan garam. Pada tahap ini, nilai rata-rata yang diperoleh setiap kelompok adalah 84 dengan interpretasi sangat baik. Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi adalah kelompok 4 dengan nilai 100.

Pada tahapan pengujian masalah, siswa memperoleh hasil belajar terendah, yaitu mencapai nilai rata-rata 78 yang diinterpretasikan baik. Nilai tertinggi diperoleh kelompok 5 yang mencapai nilai 90, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok 1 dan 2 yang mencapai nilai 70. Pada tahap ini siswa dituntut untuk menguji jawaban yang telah dibuat dari soal yang telah diperoleh dari kelompok lain. Yang menjadi kendala pada tahap ini adalah siswa merasa tidak mengerti dengan soal yang telah dibuat oleh kelompok lain sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Temuan berdasarkan analisis aktivitas siswa, didapatkan data bahwa seluruh kelompok belajar siswa mendapatkan predikat sangat baik. Persentase aktivitas siswa tertinggi diperoleh kelompok 2, 3, 4, dan 5 yang mencapai 91,67%, sedangkan persentase aktivitas siswa terendah diperoleh kelompok 1 yang mencapai 83,33%. Penilaian aktivitas siswa yang mencapai persentase tertinggi mencapai 100% diperoleh pada tahapan pemberian masalah dan pembuatan soal, sedangkan persentase aktivitas siswa terendah mencapai 75% diperoleh pada tahapan pengujian masalah.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, peneliti mengadakan tes evaluasi di akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil tes evaluasi, secara umum semua kelompok prestasi yang diukur dengan 5 indikator mendapatkan nilai yang sesuai dengan kriteria ketuntasan mininal (KKM) yang berlaku dii SMP Al-Amanah Cileunyi yaitu 75 dengan nilai rata-rata 80. Secara keseluruhan siswa dapat menjawab soal-soal dengan baik, namun hanya beberapa siswa yang dikategorikan kelompok sedang dan rendah yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan.

Berdasarkan hasil analisis tes evaluasi didapatkan data bahwa siswa yang dikategorikan kelompok prestasi tinggi dengan jumlah siswa sebanyak 5 orang mendapat nilai rata-rata 86 dengan predikat sangat baik, sedangkan siswa kelompok prestasi sedang dengan jumlah siswa 21 orang memperoleh nilai rata- rata mencapai 79 dengan predikat baik, dan siswa kelompok rendah dengan jumlah siswa 5 orang memperoleh nilai rata-rata 80 dengan predikat sangat baik.

Pada indikator soal nomor 2, nilai tertinggi diperoleh kelompok tinggi dan kelompok sedang dengan nilai 72, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok sedang dengan nilai 71. Hal yang menarik pada indikator soal nomor adalah pada kelompok rendah memperoleh nilai tertinggi dan lebih tinggi dibangdingkan dengan kelompok sedang yaitu 72. Pada indikator soal nomor 4, kelompok tinggi memperoleh nilai tertinggi dengan nilai 100, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok sedang dengan nilai 91. Seperti halnya pada indikator soal nomor 2, indikator soal nomor 4 pun terlihat menarik karena kelompok rendah mampu

memperoleh nilai 93 dan lebih tinggi dibandingkan kelompok sedang yang hanya memperoleh nilai 91.

Pada indikator soal nomor 5 pun sama menariknya dengan indikator soal nomor 2 dan nomor 4 karena kelompok rendah mampu memperoleh nilai 84 yang lebih tinggi dibandingkan kelompok sedang yang hanya memperoleh nilai 78. Sedangkan kelompok tinggi masih mendapatkan nilai tertinggi yaitu 88. Menurut Nurhadi (dalam Baharuddin, 2010), bahwa salah satu faktor yang menyebabkan nilai rata-rata siswa pada kelompok prestasi tertentu (baik tinggi, sedang, maupun rendah) mencapai perolehan nilai tertinggi adalah kemampuan siswa dalam mengkontruksikan konsep-konsep yang mereka temukan melalui proses pembelajaran aktif dimana guru hanya berlaku sebagai fasilitator dan siswa menemukan konsep-konsep secara mandiri, dengan demikian proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner (dalam Arifin, 2003), bahwa proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berpartisifasi secara aktif melalui percobaan dapat membantu siswa dalam memahami sebuah konsep dan hubungannya dengan konsep yang mereka temukan berdasarkan temuan-temuan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis data angket, ditemukan bahwa sejumlah 83,87% siswa memberikan tanggapan positif terhadap proses pembelajaran. Persentase jawaban tertinggi diperoleh pada indikator nomor 3 dan 5 yang mencapai 87,10%. Indikator nomor 3 adalah tanggapan siswa mengenai mudah atau tidaknya dalam memahami konsep larutan asam, basa, dan garam. Sedangkan indikator nomor 5

adalah tanggapan siswa mengenai pengaruh penggunaan pembelajaran ini pada konsep larutan asam, basa, dan garam.

Pembelajaran ini dapat menjadi alternatif pembelajaran pada konsep larutan asam, basa, dan garam maupun konsep lain untuk memfasilitasi siswa agar lebih berperan aktif dalam pembelajaran kimia. Selain itu dengan penerapan pembelajaran ini diharapkan siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan juga memahami sebuah konsep menjadi lebih bermakna sehingga siswa memiliki kemampuan dalam menghubungkan keterkaitan antara sebuah konsep dengan konsep lain maupun dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB V

Dalam dokumen PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY MODEL SIL (Halaman 69-75)

Dokumen terkait