• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.9. Analisis teknikal

Analisis Teknikal (technical analysis) adalah salah satu analisis atau metode pendekatan yang mengevaluasi pergerakan suatu harga saham, valas, kontrak berjangka (future contract), indeks dan beberapa instrumen keuangan lainnya. Analisa teknikal adalah kombinasi antara studi harga (pembukaan, harga tertinggi/terendah, dan penutupan) dengan menggunakan grafik-grafik chart yang terbentuk sebagai peta utama untuk menentukan langkah-langkah berikutnya (Husnan, 2001).

Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu trend atau pola grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham (Fernandez. et all, dalam Ganesh, 2008).

2.9.1. Asumsi-Asumsi Dasar Analisis Teknikal

Menurut Halim (2003), asumsi-asumsi yang berlaku dalam analisis teknikal adalah sebagai berikut:

1. Harga saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand.

2. Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irrasional.

3. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend

tertentu.

4. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan

demand.

5. Pergeseran supply dan demand dapat terdetektesi dengan memperlajari diagram dari perilaku pasar.

6. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.

2.9.2. Prinsip Dasar Analisis Teknikal

Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis teknikal (www.imarketiva.com/analisa-teknikal, 2009), yaitu : 1. Market Price Discounts Everything, yaitu segala kejadian- kejadian yang dapat mengakibatkan gejolak pada bursa valas secara keseluruhan atau harga mata uang suatu negara seperti faktor ekonomi, politik fundamental dan termasuk juga kejadian- kejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti adanya peperangan, gempa bumi dan lain sebagainya akan tercermin pada harga pasar.

2. Price Moves in Trend, yaitu harga valuta asing akan tetap bergerak dalam satu trend. Harga mulai bergerak ke satu arah, turun atau naik. Trend ini akan berkelanjutan sampai pergerakan harga melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik dan bergerak ke arah yang berlawanan.

3. History Repeats It Self, karena analisis teknikal juga menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar, maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan harga di masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari waktu ke waktu di grafik. Pola-pola ini mempunyai makna yang dapat diinterprestasikan untuk memprediksi pergerakan harga.

2.9.3. Kerangka analisis Teknikal

Menurut Husnan (2001), analisis teknikal pada umumnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan (masuk pasar) atau menjual saham (keluar pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun dengan pendekatan grafis. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka analisis teknikal Sumber : Husnan, 2001 Analisa Teknikal Mencoba untuk Mengidentifikasi Kapan gerakan Suatu saham Kondisi pasar Dengan menganalisis Perubahan harga lewat

Indikator

2.9.4. Indikator Moving Average

Indicator Moving Average (MA) adalah salah satu indikator paling tua dan paling populer untuk analisa teknis. moving average adalah indikator perhitungan harga rata-rata dari satu mata uang pada waktu tertentu. Ketika menghitung satu moving average, harus menetapkan rentang waktu untuk menghitung harga rata-rata (Sabrini, 2008). Moving average adalah pergerakan harga rata-rata dari suatu saham dalam sebuah durasi waktu. Indikator ini sangat berguna dalam grafik perdagangan saham yang memiliki

trend. Jika trend naik, indikator ini memberikan petunjuk/sinyal beli. Sebaliknya, jika grafik menunjukan trend penurunan, indikator ini memberikan sinyal jual (Sulistiawan dan Liliana, 2007).

Penggunaan moving average adalah untuk mengidentifikasi arah trend

yang sedang dan akan terjadi. Menurut Sabrini (2008), ada lima macam indikator moving average, yaitu:

1. Ada beberapa variasi aplikasi metode rata-rata bergerak yang digunakan analisis teknikal, antara lain:

a. Simple Moving Average (Rata-Rata Bergerak Sederhana).

Cara penghitungan Simple Moving Average (SMA) adalah dari suatu penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari. b. Weighted Moving Average (Rata-Rata Bergerak Tertimbang)

Menghasilkan nilai yang sama dengan SMA. Perbedaannya hanyalah masalah pembobotan. Jika dalam perhitungan SMA menganggap bahwa harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot yang sama, maka dalam perhitungan WMA harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham hari-hari sebelumnya.

Konsep yang digunakan masih sama. Namun dasar pembobotan dari EMA tidak hanya dari harga masa lalu saja, tapi dari perhitungan rata-rata bergerak masa lalu.

2. Indikator Perdagangan Lebih dari Satu Moving Average

a. Double Cross-over Moving Average (Perpotongan Dua Garis MA) Pada metode ini, penentuan sinyal berasal dari perpotongan antara sesama grafik MA bukan dari perpotongan grafik saham dengan grafik MA.

b. Triple Cross-over Moving Average (Perpotongan Tiga Garis MA) Penggunaan tiga garis MA sama dengan penggunaan perpotongan dua garis MA. Bedanya hanya dalam jumlah indikator MA yang digunakan.

3. Moving Average Convergence-Divergence (MACD)

MACD adalah metode analisis teknis yang modern yang dikembangkan oleh Gerald Apple. Metode ini menggunakan perpotongan dua EMA. Kombinasi dua grafik EMA tersebut menghasilkan grafik MACD.

4. Moving Average Envelope

Ketepatan dari penggunaan satu moving average (MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan bantuan grafik MA yang menggambarkan atas bawah dan atas dari trend grafik saham penggunaan MA batas bawah dan atas ini dinamakan MA Envelope

(bentuk: Amplop). 5. Bollinger Bands

Bolinger Band pertama kali dikembangkan oleh John Bollinger. Bolinger band terdiri dari 3 garis utama. Garis teratas dinamakan

upper band, garis tengah di namakan middle band dan yang paling bawah disebut lower band. Middle band sendiri merupakan hasil pergerakan dari simple moving average. dan upper dan lower band

adalah 2 kali standar deviasi dari middle band. Sinyal yang dihasilkan dari analisis ini antara lain adalah:

Double Bottom Buy, adalah apabila sebuah harga ketika harga menembus batas bawah (lower band) dan tetap berada diluar batas bawah pada periode berikutnya.

Double Top Sell, adalah apabila sebuah harga ketika menembus batas atas (upper band) dan tetap berada di luar batas atas pada periode berikutnya.

Dokumen terkait