• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Analisis Teknis dan Teknologis

4.4. Analisis Teknis Teknologis

Pendirian industri pengolahan jahe blended direncanakan pada lokasi jalan Malahayu Desa Sentul Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Adapun lokasi yang dipilih adalah sebelah kanan perumahan Griya Alam Sentul, yang memiliki luas lahan sekitar 1.000 m2. Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi tersebut adalah kemudahan dalam memanfaatkan fasilitas dan utilitas yang terdapat pada CV Hijau Daun Grup. Adanya perkiraan kualitas dan ketersediaan air yang memadai. Kondisi eksisting pada produksi produk jahe blended terdapat pada Gambar 4.

Gambar 5. Kondisi eksisting CV Hijau Daun Grup

Disamping itu, lokasi tersebut cukup strategis karena dekat dengan jalan utama desa dan diharapkan menjadi outlet bagi pengembangan kegiatan bisnis. Pengunjung dapat melihat dan mencoba membuat jahe blended dan menikmati alam yang masih hijau disamping sekitar industri. Dengan design wisata kuliner dengan nuansa hijau daun.

Bahan Baku

Tanaman Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan secara kontinyu di dunia. Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri maupun pengolahan produk jahe seperti jahe instan, jahe kering dan sebagainya. Kontinyuitas bahan baku CV Hijau Daun Grup cukup hal ini dapat dilihat dari luas panen, produksi dan produktifitas jahe pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jahe pada Tahun 2012

Provinsi Luas Panen (m2) Produksi (Kg) Produktivitas (Kg/m2) Lampung 1,168,486 1,962,681 1,54 DKI Jakarta 15,719 25,469 1,19 Jawa Barat 10,110,238 18,697,902 1,79 Banten 730,375 1,226,879 1,48 Jawa Tengah 13,287,884 26,174,641 1,95 DI Yogyakarta 1,187,000 2,260,754 1,90 Jawa Timur 11,391,420 17,456,590 1,48 Sumber : BPS (2012) Proses Produksi

Produk pangan yang dikembangkan oleh CV. Hijau Daun Group berupa olahan jahe dijual dalam bentuk sachet yang praktis, dapat dinikmati pada pagi, siang maupun malam dengan sasaran semua kalangan disamping itu juga bisa digunakan sebagai alternatif minuman jamu. Proses pembuatannya secara modern yang dapat langsung diseduh dengan air panas untuk dinikmati secara langsung. Dalam pembuatan olahan jahe, yaitu:

1. Pembuatan olahan jahe

Untuk mendapatkan rempah jahe berkualitas perusahaan menggunakan jenis jahe Cimanggu atau Gajah, selain mudah didapatkan dari pasar lokal dinilai mempunyai kadar air lebih banyak. Rempah jahe mula-mula dilakukan Sortasi secara manual, kemudian dilakukan pembersihan dari kotoran atau benda asing seperti tanah atau pasir dilakukan secara sederhana dengan menggunakan air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) seperti terlihat pada Pencucian. Setelah dilakukan pembersihan selanjutnya ditiriskan selama 30 menit dilanjutkan dengan proses penimbangan, agar mendapatkan komposisi jahe olahan yang sesuai kemudian Jahe diparut tanpa dikupas kulitnya mengunakan mesin parut dengan energi listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara). Proses berikutnya jahe yang telah diparut secara manual Jahe halus diperas. Jahe halus yang telah diperas menggunakan kain flannel, ditambahkan gula lalu dituang ke dalam wajan kemudian dilakukan roses pemasakan dengan menggunakan energi kompor dengan bahan bakar gas, proses pengadukan dilakukan secara manual selama 120 menit diaduk-aduk secara berulang-ulang hingga dihasilkan kristal jahe sebagai hasil pemasakan.

2. Proses pencampuran

Untuk penambahan varian cita rasa yang beragam, kristal jahe dilakukan penambahan bahan campuran yang komposisinya telah disesuaikan dengan takaran, adapun bahan tambahannya berupa sereal, almond, habbatusauda, secang, kayu manis, kopi, kunyit, manjakani, gandarusa, kayu rapet, pinang, pandan, gamat, gula aren kedalam sari jahe dilakukan secara kontinu dan diatur waktunya agar homogen dengan mesin dengan energi PLN.

Jahe Blended yang telah homogen sebagai hasil produk ditimbang, kemudian dilakukan pengemasan untuk tiap sachet berukuran 30 gram dengan

mesin kemas. Kemasan produk yang telah diberikan kode produksi dan pemberian label. Proses berikutnya berupa pengepakan dilakukan secara manual kedalam kardus dan produk siap dikirim ke distributor dan agen-agen dan siap untuk konsumsi.

Proses labaratorium dan perijinan dilakukan selama 1 (satu) tahun untuk mendapatkan produk yang sesuai dan diterima masyarakat, produk pertama yang dihasilkan adalah jahe banser dan jahe secang. Dari kedua produk tersebut mendapatkan kombinasi dan varian dan saat ini telah memproduksi dengan 7 (tujuh) variant dengan harga yang bervariasi.

Kebutuhan Ruang Produksi

Untuk memperlancar proses operasional pembuatan jahe blended, industri pengolahan jahe blended harus dilengkapi dengan unit-unit atau stasiun pengolahan dan stasiun penunjang lainnya. Kelengkapan mesin dan peralatan pengolahan jahe blended adalah sebagai berikut :

a. Mesin pengering (Dryer Machine)

Mesin pengering yang digunakan dalam pengolahan jahe belended, yaitu Rotary Dryer (Mesin Pengering Berputar). Dalam proses pengolahan jahe blended, bahan utama dan rempah-rempah yang digunakan harus dikeringkan terlebih dahulu menggunakan mesin pengering ini. Hal ini dimaksudnya untuk meminimalisasi kadar air (moisture level) dari bahan-bahan tersebut agar jahe blended dapat bertahan dan awet lebih lama. Disinilah kunci pengawetannya, karena tidak memakai pengawet apapun. Kadar air yang disarankan harus dibawah 1%. Temperatur yang digunakan dalam pengeringan ini idealnya berkisar antara 600 – 7000C. Operator mesin pengering biasanya 2 orang.

b. Mesin penghancur (Grinder)

Mesin ini digunakan untuk menghaluskan bahan baku dan rempah-rempah yang sudah dikeringkan dengan menggunakan mesin pengering. Bahan yang dihaluskan mencapai ukuran 120 – 150. Mesin operator alat ini biasanya hanya 1 orang.

c. Mesin Pengaduk (Mixer)

Mesin ini berfungsi untuk mengaduk dan mencampur bahan baku utama dan rempah-rempah yang sudah ditimbang sedemikian rupa sesuai komposisi yang tepat. Proses ini harus dilakukan dengan seksama agar hasil campuran (mixed material) lebih merata. Kesalahan dalam proses ini mengakibatkan rasa yang tidak seragam dalam tiap seduhannya. Operator mesin ini biasanya 1 orang.

d. Mesin pengemas (Packaging Machine)

Mesin ini berfungsi untuk mengemas hasil campuran (mixed material) ke dalam sachet. Operator mesin ini biasanya 2 orang. Proses pengolahan jahe blended sudah siap disajikan (dijual).

Kebutuhan Ruangan Non Produksi a. Gudang Bahan Baku

Penyimpanan bahan baku jahe menggunakan keranjang ukuran 1 m2 berisi 35 kg. Penyimpanan dilakukan dengan menumpuk 3 kotak keranjang tersebut. Dengan mempertimbangkan daya simpan jahe, maka kebutuhan stok

mati ditentukan selama 7 hari produksi. Jumlah kotak yang dibutuhkan adalah 40 buah. Untuk memenuhi kebutuhan stok tersebut, maka luas gudang bahan baku yang diperlukan adalah 70 m2 (termasuk lorong dan faktor kelonggaran). Luasan ruangan bahan baku ini digunakan juga mencakup kebutuhan untuk sortasi pada tahap awal produksi.

b. Gudang Bahan Pembantu

Kebutuhan rungan bahan pembantu meliputi ruangan untuk penyimpanan gula dan bahan pembantu lainnya. Luar ruang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan stok gula selama 6 hari sebanyak 6 x 1500 kg adalah 32 m2 (termasuk lorong dan faktor kelonggaran). Luas tersebut dihitung berdasarkan kemasan karung gula dengan berat 50 kg. Karung tersebut ditumpuk diatas palet berukuran 2 m2. Setiap palet dapat menampung 4 karung gula sedangkan kebutuhan luas ruangan untuk memenuhi stok bahan lainnya selama 6 hari adalah 26 m2.

c. Gudang Kemasan

Kebutuhan luas ruang untuk penyiapan stok kemasan selama satu bulan produksi adalah 30 m2. Luas tersebut sudah termasuk luas ruang kemasan karton serta lorong gudang. Nilai ini didasarkan pada kebutuhan kemasan sachet, plastik bag dan karton. Bahan kemasan disimpan pada palet berukuran 1,5 m2.

d. Gudang Produk

Luas ruangan yang diperlukan untuk menyimpan produk disesuaikan dengan stok produk jadi di dalam gudang selama enam hari produksi. Untuk menyimpan produk dibutuhkan luas ruangan sebesar 45 m2 termasuk lorong dan ruang karyawan.

e. Kantor

Bangunan kantor digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan administrasi yang meliputi ruang untuk direktur, manajer, staf, ruang tamu, rest room, mushola dan dapur. Bangunan kantor dibuat secara permanen dengan luasan 210 m2

f. Laboratorium

Laboratorium digunakan untuk menganalisis mutu produk dan limbah yang dihasilkan. Luas ruangan yang diperlukan adalah 15 m2.

g. Pengolahan Limbah

Sarana pengolahn limbah cair dan padat memerlukan luasa sekitar 10 m2 termasuk bangunan untuk mengendalikan kegaitan pengolahan limbah.

h. Sarana lain

Kebutuhan ruangan lainnya meliputi ruang pos penjagaan, jalan masuk, lahan parkir (termasuk untuk bongkar muat bahan dan produk), sarana kebersihan dan sarana lainnya. Luasan kebutuhan untuk saran ini adalah sekiatar 218 m2

Keterkaitan antar aktivitas

Desain tata letak sangat dibutuhkan dalam rangka pendirian suatu pabrik, karena hal ini berhubungan dengan penyusunan letak mesin, peralatan-peralatan produksi, dan ruangan-ruangan dalam pabrik. Pada tahapan proses pendirian industri pengolahan jahe blended, penentuan desain tata letak menjadi salah satu

1 2 10 3 4 5 6 7 8 9 1 2 1 3 4 5 6 7 8 9 10

faktor yang sangat diperhatikan karena akan membuat proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini mengacu pada Heinzer dan Render (2004) yang menyatakan bahwa tata letak merupakan salah satu strategi wilayah yang akan menentukan efisiensi operasi dalam jangka panjang.

Tata letak pabrik merupakan perwujudan suatu sistem pembuatan produk meliputi pengaturan fasilitas-fasilitas fisik produksi antara pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk memperlancar proses produksi. Fasilitas fisik yang dimaksud dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dan sebagainya. Secara garis besar tujuan utama perancangan tata letak fasilitas pabrik adalah untuk mengatur area kerja dan seluruh fasilitas yang digunakan dalam proses produksi sehingga dapat berjalan dengan lancar, dalam waktu lebih singkat, lebih ekonomis dan aman.

Bagan keterkaitan antar aktivitas dapat digunakan dalam menganalisa dan merancang keterkaitan antar aktivitas yang terjadi. Selanjutnya bagan keterkaiatan antar aktivitas tersebut dibuat ke dalam bentuk diagram keterkaitan antar aktivitas. Diagram tersebut dapat menunjukkan hubungan antar pola aliran bahan dengan rungan yang berkaitan dengan aktivitas produksi. Bagan keterkaitan antar aktivitas industri pengolahan jahe blended dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Keterkaitan antar aktivitas industri pengolahan jahe blended

Gambar keterkaitan aktivitas pada Gambar 6 dijadikan patokan sebagai perhitungan keterkaitan antar ruang. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang menggambarkan kegiatan yang ada (Apple, 1990). Untuk membuat diagram ini dihitung dengan menggunakan metode Total Closeness Rating (TCR) pada Tabel 17. Perhitungan TCR ini adalah penjumlahan dari total setiap simbol dalam satuan kegiatan. Bobot dari simbol-simbol tersebut adalah : U O U U I U U U U I U I U O 5. Gudang produk 2. Gudang bahan baku

10. Pengolahan limbah I U U 1. Penerimaan/pengeluaran barang (Parkir) 3. Ruang produksi 4. Ruang Pengemasan 6. Kantor 9. Laboratorium I I U I 7. Generator O I I I U U I O O U O A O O I E I E O O A O A 8. Pengolahan air O

A = 3 pangkat 4 O = 3 pangkat 1 E = 3 pangkat 3 U = 3 pangkat 0

I = 3 pangkat 2 X = 0

Keterangan :

A : Absolutely necessary (mutlak), letak antar aktivitas saling berdekatan dan bersebelahan

E : Especially important (sangat penting), letak antar aktivitas harus berdekatan I : Important (penting), letak antar aktivitas cukup berdekatan

O : Ordinary (biasa), letak antar aktivitas tidak harus berdekatan

U : Unimportant (tidak penting), letak antar aktivitas bebas dan tidak saling terikat X : Undesirable (berjauhan), letak antar aktivitas harus saling berjauhan

Tabel 17. Nilai Total Closeness Rating (TCR)

Kegiatan Nilai TCR Peringkat

Penerimaan bahan baku 113 3

Gudang bahan baku 293 1

Ruang produksi 129 2 Ruang pengemasan 49 8 Gudang produk 65 5 Kantor 105 4 Generator 53 6 Pengolahan air 51 7 Mini Lab 27 10 Pengolahan limbah 33 9

Setelah dianalisis hubungan keterkaitan antar aktivitas dan dibuat bagan dan diagram keterkaitan antar aktivitas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis kebutuhan ruang yang diperlukan. Kebutuhan luasan ruang produksi tergantung pada jumlah mesin/peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana lain yang mendukung kegiatan produksi yang bersangkutan. Jumlah mesin atau tenaga kerja tergantung pada tingkat produksi secara keseluruhan dan tingkat produksi pada setiap tahapan kegiatan produksi.

Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan mempunyai sistem kerja yang otomatis dan berteknologi tinggi, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak dan harus terampil, ahli dan mengerti dengan baik proses yang berjalan. Pada Tabel 18 disajikan kebutuhan ruang produksi. Kebutuhan luasan ruang industri pengolahan jahe blended dapat dilihat pada Tabel 19.

Area kelonggaran ditentukan sebesar 150%. Kelonggaran 150% ini disediakan untuk kegiatan penanganan bahan, pergerakan pekerja dan perawatan, lorong, kolom, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas ruang untuk mesin/peralatan dapat ditentukan. Salah satu metode dalam menentukan luasan ruang produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi, serta luasan untuk melaksanakan proses operasi.

Tabel 18. Kebutuhan ruang produksi

Nama Ruang Jumlah Sub total

(m2) Total x 150% Mesin Operator

Penerimaan bahan baku 70 105

Proses produksi:  Pencucian 1 2 60 90  Pemarutan 1 1 40 60  Penepungan 1 1 40 60  Pemasakan 3 3 60 90  Pengemasan 1 2 20 30 Jumlah 4 9 220 435

Tabel 19. Kebutuhan luasan ruang industri pengolahan jahe blended

No Lokasi Luas (m2)

1 Ruang produksi 435

2 Ruang non produksi

a. Kantor 210 b. Mini Lab 15 c. Pengolahan limbah 10 d. Pengolahan air 10 e. Generator 12 3 Lain-lain a. Parkir 90 b. Jalan 106 c. Lahan terbuka 132 Jumlah 1000

Tata Letak Mesin dan Peralatan

Tujuan dalam merancang tata letak fasilitas diantaranya adalah memudahkan dalam proses pengolahan, meminimumkan penanganan bahan, menggunakan volume ruang secara ekonomi, dan meningkatkan efektivitas tenaga kerja serta menghasilkan produk yang bermutu. Tata letak yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur dan efisien semua fasilitas, baik mesin dan alat, pekerjaan ataupun fasilitas lainnya. Semua fasilitas-fasilitas tersebut harus ditempatkan pada bagiannya sehingga proses produksi berjalan dengan baik. Menurut Siska dan Henriadi (2012), perancangan ulang tata letak fasilitas pabrik dimulai dari hasil analisis aliran material berupa Peta Proses Operasi kemudian dilakukan perhitungan jarak material handling layout awal.

Penyusunan tata letak mesin dan alat yang dipilih dalam pengolahan jahe blended adalah tata letak tipe produk. Tipe tata letak tersebut berorientasi pada produk dengan tata letak yang mengutamakan pusat-pusat kerja dan mesin atau peralatan disusun dalam satu jalur (line layout). Tata letak disusun sesuai dengan urutan proses produksi untuk menghasilkan satu jenis produk tertentu. Mesin dan peralatan disusun berdasarkan operasi yang diperlukan untuk produk yang akan dihasilkan, output dari mesin sebelumnya akan menjadi input mesin selanjutnya, demikian seterusnya.

Keuntungan penyusunan tipe tata letak di atas, di antaranya supaya aliran bahan lancar, kontrol proses mudah, waktu produksi singkat, biaya produksi per unit rendah dan keahlian perkerja yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi (Apple, 1990). Sementara kerugiannya adalah jika terjadi kerusakan pada salah satu proses akan mempengaruhi atau mengganggu keseluruhan sistem proses produksi.

Terdapat beberapa pola aliran bahan dalam ruang produksi, yaitu : pola aliran garis lurus jika proses produksinya pendek dan sederhana, pola aliran bentuk “L” jika terdapat keterbatasan pada besar gedung, pola aliran bentuk “U” jika aliran masuk dan keluar pada lokasi yang sama, pola aliran bentuk “O” jika bahan baku dan produk ditempatkan pada satu ruang, dan pola aliran bentuk “S” (zig zag) jika aliran produksi panjang. Pola aliran bahan dalam ruang produksi untuk memproduksi jahe blended adalah pola aliran bahan berbentuk “L” yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Keterkaitan bahan dalam ruang produksi jahe blended

Secara keseluruhan lahan yang dimiliki oleh CV Hijau Daun Grup seluas 1.000 m2 direncanakan secara maksimal mulai dari penyediaan bahan baku,proses produksi, fasilitas penunjang, kebutuhan ruangan-ruangan non produksi dan sarana-sarana pengembangannya. Teknis pelaksanaan proyek dilakukan dengan mempertimbangnkan faktor teknis maupun non teknis.

Perancangan design layout dilakukan dengan bantuan komputer ( compu-ter aided design-CAD) adalah penggunaan komputer untuk merancang produk design secara interaktif dan menyiapkan dokumen teknis. Penggunaan software CAD menjadikan perancang dapat meneliti lebih banyak alternatif, kualitas produk rancangan dapat diketahui dengan cepat apabila terjadi masalah dan bahaya yang mungkin timbul, ketersediaan data produk design dan kemampuan pengembangan untuk menggambarkan objek dalam tiga dimensi, memeriksa jarak antar ruangan, penerapan perubahan rancangan lebih cepat dapat segera diketahui apabila terjadi perubahan, penghematan biaya produksi design, memperbaiki tataletak mesin yang direncanakan dan komponen tambahannya sehingga perancang dapat berkonsentrasi pada aspek konseptual dan imajinasi. Perancangan yang dilakukan CV Hijau Daun Grup dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Layout industri pengolahan jahe blended

Fasilitasi dan Sarana Pendukung

Sarana penunjang produksi sangat diperlukan dalam berproduksi khususnya di mini laboratorium atau ruang produksi. Sarana tersebut harus tersedia agar produksi pengolahan jahe blended dapat berjalan dengan lancar. Sarana tersebut antara lain adalah :

a. Sumber air

Air merupakan salah satu penunjang utama dalam proses pengolahan jahe blended. Selain sebagai bahan baku utama, air juga digunakan untuk mencuci peralatan produksi, kebersihan bahan baku (jahe), kebersihan pekerja dan kebersihan lantai ruang produksi.

b. Sumber listrik

Sumber listrik yang digunakan berasal dari PLN yang berkapasitas daya 21000 kw dan listrik yang bersumber dari generator set atau genset yang kapa-sitasnya sekitar 25 000 W. Listrik dari sumber PLN digunakan untuk keperluan kantor, keperluan produksi, keperluan umum dan sebagainya. Listrik dari sumber genset digunakan sewaktu-waktu jika terjadi gangguan dari PLN.

c. Bahan bakar

Bahan bakar yang digunakan antara lain solar untuk genset. d. Transportasi

Sarana transportasi yang dipergunakan dan tersedia sebagai media transportasi adalah mobil kijang. Selain untuk media transportasi alat dan bahan juga dipergunakan untuk mengangkut produk jadi ke tempat-tempat pemasaran.

Analisis Finansial Pengolahan Jahe Blended

Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan. Untuk melakukan perhitungan analisis finansial ini diperlukan beberapa parameter-parameter yang berasal dari analisis sebelumnya, yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi harga-harga.

1. Asumsi Perhitungan Finansial

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis finansial industri pengolahan jahe blended ini adalah sebagai berikut.

a. Umur investasi diasumsikan selama 4 tahun

b. Nilai sisa bangunan sebesar 50 persen dari nilai awal, nilai sisa tanah tetap dari nilai awal sedangkan nilai sisa mesin 10 persen dari nilai awal

c. Umur ekonomis mesin, peralatan dan kendaraan sebesar lima tahun d. Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan sebesar 0,5 persen dari harga. e. Kapasitas produksi sebesar 39600 box pertahun

f. Jumla hari kerja pertahun adalah 312 hari dengan asumsi satu bulan terdapat 26 hari kerja.

g. Harga-harga yang digunakan dalam analisa finansial ini berdasarkan harga pada saat analisis kelayakan finansial tahun 2012 dan selama tahun perencanaan yang dipengaruhi discount factor pada MARR sebesar 12 persen di bank.

h. Modal kerja dihitung berdasarkan modal dasar dan pinjaman yang diperoleh dari bank.

i. Proyek dimulai pada tahun ke-0 sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1.

2. Modal Tetap

Biaya investasi pada usaha industri pengolahan jahe blended merupakan modal tetap yang dikeluarkan diawal usaha sampai kegiatan operasional dapat berjalan. Biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pengolahan jahe membutuhkan modal tetap Rp. 350.000.000,-. Biaya investasi meliputi biaya pembelian tanah, biaya pembuatan bangunan, ijin usaha, alat produksi, alat packing, alat promosi dan pembelian kendaraan.

Modal Tetap terbesar pada usaha industri pengolahan jahe blended adalah pembuatan bangunan sebesar 35.71% dan biaya pembelian unit kendaraan operasional merupakan biaya investasi terbesar kedua 28,57%. Secara rinci biaya permodalan usaha industri pengolahan jahe blended pada Tabel 22.

Tabel 20. Komponen permodalanan usaha industry pengolahan jahe blended

Uraian Jumlah (unit) Biaya (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Prosentase (%) Modal Tetap Ijin Usaha 15.000.000 4,29 Tanah 1 50.000.000 14,29 Bangunan 1 125.000.000 10 35,71 Alat produksi 1 40.000.000 4 11,43 Alat packing 1 15.000.000 3 4,29 Alat promosi 1 5.000.000 4 1,43 Mobil 1 100.000.000 4 28,57 Total 350.000.000 100

Sumber : Data Primer (diolah), 2012 3. Modal Kerja

Modal kerja atau biaya produksi adalah modal yang diperlukan agar unit usaha industri pengolahan jahe blended dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Biaya produksi digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Beberapa komponen biaya yang digolongkan ke dalam biaya tetap meliputi biaya untuk keperluan gaji karyawan, biaya perawatan biaya transportasi dan biaya administrasi. Komponen biaya produksi per bulan dapat dilihat pada Tabel 21.

Total biaya produksi perbulan untuk usaha industri pengolahan jahe blended adalah Rp. 65.350.000 dengan komposisi biaya produksi tetap 22% dan biaya produksi variabel 78% dari total keseluruhan biaya produksi. Biaya variabel dikeluarkan untuk biaya bahan baku, biaya telepon, biaya listrik, biaya promosi dan biaya perawatan mobil. Berdasarkan identifikasi biaya secara sengaja biaya-biaya tersebut dikelompokan menjadi biaya-biaya variabel karena adanya kecenderungan penambahan nilai dengan penambahan volume. Komponen biaya penyusutan investasi dicatat sebagai tambahan beban operasional yang bersifat tetap. Biaya penyusutan perbulan adalah untuk usaha industri pengolahan jahe blended Rp. 3.875.000 (Lampiran 3).

Tabel 21. Komponen biaya operasional per bulan industri pengolahan jahe blended

Jenis Biaya Satuan Jumlah Biaya Satuan Total Biaya % Biaya Tetap Gaji karyawan Manager orang 1 2.500.000 2.500.000 3,83 Marketing orang 2 1.000.000 2.000.000 3,06 Produksi orang 6 950.000 5.700.000 8,72 Admin orang 2 1.000.000 2.000.000 3,06 Biaya perawatan 1.000.000 1.000.000 1,53 Biaya transportasi 750.000 750.000 1,15 Biaya administrasi 500.000 500.000 0,77 14.450.000 22,11 Biaya Variabel Bahan baku 1 33.000.000 33.000.000 50,50 Biaya Telepon 250000 250.000 25,25 Biaya Listrik 500000 500.000 0,38 Biaya promosi 500.000 500.000 0,77 Kemasan Box 3.300 5000 16.500.000 0,77 Biaya Perawatan mobil 1 250.000 250.000 0,23 50.900.000 77,89 Total biaya operasional 65.350.000 100 4. Penerimaan Usaha

Aliran kas masuk usaha industri pengolahan jahe blended hanya berasal penjualan jahe blended tidak terdapat sumber-sumber penerimaan lain. Harga yang diberikan oleh CV. Hijau Daun Grup untuk setiap kemasan jahe blende adalah Rp. 25.000,-. Dalam sehari secara rata-rata unit usaha ini mampu menjual sebanyak 110 box atau sekitar 3.300 box setiap bulannya, sehingga perkiraan pendapataan perbulan adalah Rp. 82.500.000,-.

Total penerimaan usaha industri pengolahan jahe blended, satu tahun pertama akan menghasilkan penerimaan Rp. 990.000.000,- selanjutnya diasumsi-kan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-4 penerimaan adalah sama tidak mengalami peningkatan penjualan. Sehingga total aliran masuk penerimaan usaha selama empat tahun adalah Rp. 3.960.000.000,-.

Analisa Kelayakan Finansial

Kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan finansial dalam kajian ini adalah PBP, NPV, B/C ratio, BEP dan IRR. Data yang digunakan

Dokumen terkait