• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS POLA GERAKAN ISLAM DALAM

E. Analisis teori

229

226

Hasil wawancara bersama Ibu Siti Aminah.. 227

Alwi Alatas. Op.cit. hal. 35. 228

Ibid.Hal.36. 229

Abdul Wahib.Op.cit. hal.3.

Teori yang dikemukan oleh Tarrowjuga terjadi kepada tiga gerakan yang berlandaskan kepada keislaman yaitu Himpunan Mahasiswa Islam, Pelajar Islam Indonesia dan Gerakan Tarbiyah yang dipelopori oleh mahasiswa-mahasiswa sebagai agen perubahan yang merasa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pada saat itu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, terutama berhubungan dengan aturan yang telah ditetapkan Allah

Kebijakan yang dimaksudkan disini adalah Kebijakn SK 052 mengenai seragam sekolah.

Pada tanggal 11 Maret 1982 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departement Pendidikan Dan Kebudayaan mengeluarkan surat keputusan No. 052/C'/Kep/D 82 tentang Pedoman Pakain Seragam Sekolah bagi Siswa Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama Dan Sekolah Menengah Tingkat Atas Lingkungan Pembinaan Direktorat Jendral, Pendidikan Dasar dan Menengah. Seragam sekolah yang dimaksudkan dalam peraturan ini terdapat dalam BAB II Pasal 2 mengenai Perlakuan Terhadap Pakaian Seragam Sekolah adalah Rapih, baju atau blus dimasukkan kedalam celan atau rok, kancing-kancing digunakan, memakai ikat pinggang, tidak menambah atribut selain yang ditentukan.230Peraturan ini terlihat bahwa pakaian seragam sekolah tidak ada tambahan atribut sekolah, termasuk penggunaan Jilbab atau kerudung. Dan pada ayat selanjutnya juga di jelaskan “Pakaian Seragam Sekolah seenaknya sendiri akan menurunkan citra siswa dan merusak nama baik sekolah”231

Peraturan itu terdapat pakaian yang digunakan oleh siswa adanya penutup kepala yang digunakan pada saat upacara. Penutup kepala ini adalah topi yang akan digunakan saat upacara Bendera, sehingga atribut-atribut lain yang diluar dari pedoman pemakaian baju seragam akan di suruh lepaskan atau ditinggalkan saat upacara selesai. Disatu sisi tujuan dari pemerintah mengeluarkan kebijakan ini untuk memperkecil kesenjangan diantara pelajar-pelajar yang bisa dinilai dari pakain yang digunakan. Ini di buktikan di dalam bab 1 pasal 1 ayat 3 terdapat tujuan dari penyeragaman sekolah adalah Memperkecil rasa kebanggaan yang berlebihan-lebihan dan mengembalikan ke rasa bangga yang wajar terhadap

.

230

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departement Pendidilcan Dan Kebudayaanno. 052/C'/Kep/D 82 Diakses pada Senin 1 November 2016 pukul 13.00 WIB melalui:

231 Ibid.

sekolah-sekolah masing-masing, serta Memperkecilkan perbedaan status sosial keluarga dari mana murid/siswa berasal.232

Teori yang dikemukakann oleh Paul B. Harton dan Chester Lhunt yang membagi gerakan sosial menjadi 6 bagian, diantaranya ada gerakan Perlawanan yang bertujuan menghambat atau menghalangi perubahan sosial tertentu. Dari definisi diatas ketiga gerakan (HMI, PII dan Tarbiyah) termasuk kepada gerakan perlawanan dikarenakan ketiga gerakan ini menghalangi perubahan sosial di tengah masyarakat. Perubahan sosial disini adalah pandangan, sikap serta reaksi masyarakat yang mulai menganggap Jilbab menjadi sesuatu yang aneh, tidak lazim bahkan menuduh sebagai gerakan radikal yang harus dimusuhi, dijauhi dan bahkan harus disakiti.

Melihat situasi yang berkembang ditengah masyarakat membuat ketiga gerakan ini melakukan cara agar tujuan untuk memasyarakat Jilbab tercapai. Cara yang digunakan gerakan dalam mencapai tujuannnya ada dua yaitu dengan cara kekerasan dan non kekerasan. Sedangkan cara yang di gunakan ketiga gerakan ini melalui non kekerasan yaitu melalui training-training, pembentukan Rohis-rohis di sekolah-sekolah dan pendekatan personal (Dakwah fardiyah). Hasil keja keras yang dilakukan oleh ketiga gerakan ini berhasil memasyarakat Jilbab, terbukti dari jumlah siswi-siswi dan Mahasiswi yang sudah mulai banyak menggunakan Jilbab tanpa ada rasa ketakutan. Dengan banyaknya kalangan pelajar yang menggunakan Jilbab mempengaruhi Lingkungan masyarakat untuk menerima Jilbab sebagai suatu kewajiban dan tidak memberikan julukan kepada perempuan yang menggunakan Jilbab, dengan begitu Ketiga gerakan ini berhasil memasyarakatkan Jilbab pada Masa Orde Baru.

232

Dirjen PDM Depatemen P dan K. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departement Pendidilcan Dan Kebudayaan No. 052/C'/Kep/D 82.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang berisikan deskripsi dan interpretasi dari hasil penelitian serta kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan serta jawaban dari pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik pada bagian penutup ini, antara lain:

1. Hambatan-hambatan dan tekanan dalam memperjuangkan Jilbab pada masa Orde Baruantara lain: adanya peraturan Normalisasi Kehidupan Kampus Badan Kordinator kampu (NKK BKK), pemberlakuan Asas Tunggal Pancasila, hambatan dari pihak yang mempunyai kekuasaan, hambatan dari lingkungan masyarakat dan hambatan dari orang tua.

2. Pola gerakan Islam dalam memperjuangkan Jilbab yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam adalah melalui dua strategi yatitu dari internal menganjurkan kepada kader-kader perempuan untuk mengggunakan Jilbab melalui Koprs HMI Wati (KOHATI). Dan Eksternal melaluikurikulum agama yang dikeluarkan oleh Rektor USU berupa training dan Pengajian Ahad Pagi program yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa di USU.

3. Pola gerakan Islam dalam memperjuangkan Jilbab yang dilakukan oleh Tarbiyah adalah melakukan Dakwah Fardiyah, pembentukanserta kegiatan kajian keputrian disekolah-sekolah Negri.

4. Pola gerakan Islam dalam memperjuangkan Jilbab yang dilakukan oleh Pelajar Islam Indonesia adalah melalui training-training yang selalu diadakan pada saat libur semester, Selebaran mengenai Jilbab dan Menjual Jilbab dengan kreasi yang cantik, praktis dan tidak meninggalkan kententuan.

5. keberhasilan dari kegitan-kegiatan yang dilakukan gerakan Islam dalam memeperjuangakan Jilbab teralisasikan pada tahun 1991 dengan dikeluarkannya SK 100/C/Kep/D/1991 yang mengakomodir siswi-siswi yang berkeinginan untuk menggunakan Jilbab di sekolah serta penggunaan Jilbab sudah di terima dimasyarakat.

6. Setelah Reformasi Jilbab menjadi sesuatu yang Trend, walaupun masih ada di beberapa sekolah yang melarang menggunakan Jilbab bagi pelajar.

B. SARAN

1. Kepada pemerintah, supaya dalam mengambil suatu kebijakan tidak bertentang dengan Akidah dankewajibanbagi pemeluk agama manapun. 2. Pelarangan Jilbab yang pernah terjadi pada Masa Orde Baru harus

dijadikan pelajaran bagi dunia pendidikan dan lingkungan sosial saat sekarang ini supaya tidak terulang kembali.

3. kepada wanita Muslimah harus mengingat kembali perjuangan penggunaan Jilbab yang sudah dilakukan oleh gerakan Islampada masa Orde Baru, supaya tidak terjadi pergesaran makna dari penggunaan Jilbab pada saat sekarang ini.

BAB II

SEJARAH JILBAB DI INDONESIA

SEJARAH HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM, PELAJAR ISLAM INDONESIA dan TARBIYAH

A. Sejarah Jilbab di Indonesia

Sebelum Jilbab dikenal pada masa peradaban Islam, ternyata Jilbab telah dikenal luas oleh peradaban Yunani dan Romawi. Setelah masuknya Islam ke negara Arab, lalu Jilbab menyebar ke negara-negara Timur Tengah karena adanya perintah untuk berhijab bagi perempuan muslim. Persebaran Jilbab dimulai pada abad ke-9 sampai abad ke-12 yang menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Jilbab sampai di Indonesia pada abad 15 yang di bawa oleh para ulama-ulama yang belajar dari negara Timur tengah. Pemakain Jilbab sudah tersebar di setiap wilayah Nusantara seperti Minang Kabau, Aceh, Sulawesi, Jawa dan lainnya. “Jilbab telah digunakan oleh para pejuang muslimah di Nusantara seperti H.R Rasuna Said, Teungku Fakinah, Cut Nyak Dhien, Sri Sultanah Ratu Nihrasyiah Rawangsa Khadiyu, Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Ta’jul Alam Shah dan Ratu Zakiatuddin Inayat Syah dari Aceh, Nyai Achmad Dahlan pendiri Nasyiatul Aisyiah Muhammadiyah dan Rahmah El Yunusiyyah merupakan mujahidah asal Minang.”55

Jilbab telah digunakan para pejuang wanita muslim yang berasal dari Aceh yaitu Sulthanah Sri Ratu Nihrasyiah Rawangsa Khadiyu yang memerintah kerajaan Samudra Pasai hingga tahun 1427 M dan Sulthanah Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam Shah yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1641- 55

Sara Mantofani.2013. Hijab Indonesia: Sejarah Yang Terlupakan. Diakses Melalui Http://Theisgender.Com/Hijab_Indonesia_Sejarah_Yang_Terlupakan. Pada Tanggal 25 Oktober 2016, Pukul 14.30 WIB.

1675 M. Mereka merupakan sosok pemimpin perempuan yang pertama kali menggunakan selendang sebagai Jilbab walaupun belum sempurna, ini “terlihat didalam lukisan yang dibuat oleh Sayeed Dahlan Al Habsyi, dimana kedua ratu menggunakan baju lengan panjang dengan kerudung”.56 Selain itu pejuang dari Aceh yang juga mengenakan Jilbab adalah Cut Nyak Din dan Teungku Fakinah yang berjuang melawan penjajah Belanda dengan menggunakan selendang sebagai penutup kepala mereka.57

Jilbab juga digunakan oleh masyarakat di Minangkabau. Pemakaian Jilbab didaerah Minangkabau tidak terlepas dari Perjuangan kaum Padri yang tidak hanya memberantas perbuatan kemaksiatan tetapi juga menerapkan syariat Islam di Minangkabau, termasuk aturan pemakaian Jilbab. Hal ini dapat kita lihat dari bentuk Baju Kurung pakaian adat Minangkabau yang cukup tertutup. Selain itu, dari tulisan Buya Hamka pada bukunya yang berjudul “ayahku” bagian bab “cermin terus dan Pelita” berisi pengkleman dari ayah hamka (haji Abdul Karim Amrullah) yang menyuarakan kewajiban wanita muslim menutup aurat.

Tidak hanya di daerah Aceh saja, tetapi di Minangkabau juga terdapat pejuang muslimah yang telah menggunakan Jilbab pada masa penjajahan yaitu Rahmah El Yunusiyyah.

58

Memasuki masa pergerakan, pada tanggal 18 November 1912 didirikannya sebuah Organisasi Muhammadiyah yang bertujuan “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”59. Muhamadiyah sebagai organisasi Islam yang menyebarkan ajaran-ajaran yang telah di sampaikan oleh Rasulullah termasuk kewajiban menutup aurat bagi kaum wanita Islam. Pertama kali peraturan penggunaan Jilbab diperuntukan bagi para guru wanita Muhamadiyah yang diharuskan memakai kerudung.60

56 Ibid. 57

Ibid.

Sedangkan bagi organisasi

58

Hamka.Ayahku.1982.Jakarta:Umminda.[Ebook].Ha1.9 Di akses Pada Tanggal 31 Oktober 2016 dilihat melalui

59

Delie Noer. Op.cit.Hal 86. 60

Persatuan Islam (Persis) yang didirikan di Bandung pada tahun 1920. Persis melahirkan dua orang tokoh yang ternama yaitu Ahmad hassan yang merupakan Guru Persis yang utama pada masa penjajahan dan Mohammad Natsir merupakan seorang pemuda yang bertindak sebagai juru bicara dari kalangan terpelajar.61

Lembaga pendidikan Islam yang dibuat oleh Persis yang dikembangkan oleh Natsir menjadi sebuah sekolah: Taman Kanak-kanak, HIS tahun 1930, Sekolah Mulo tahun 1931.

Persis memperjuangkan Jilbab melalui pendidikan dengan mendidrikan Madrasah sebagai sarana pendidikan yang ditujukan unuk anak-anak dari anggota Persis. Dan pada tahun 1927 dibuatlah kelas khusus untuk anak- anak muda yang ingin mempelajari Islam.

62

Melalui sekolah-sekolah inilah Persis menerapkan Syariat Islam. Awal masuk ke sekolah ini harus ada pengambilan sumpah dan kewajiban untuk menjalankan peraturan salah satunya yaitu kewajiban untuk menggunakan pakaian yang diatur oleh Islam seperti penggunaan Jilbab.63

“...Di Pekalongan, Jawa Tengah, kongres Al Irsyad telah membahas isu-isu wanita yang berjudul Wanita dalam Islam Menurut Pandangan Golongan al-Irsyad. Salah satu hasil Melalui sekolah-sekolah inilah Persis memperjuangkan Jilbab supaya digunakan oleh wanita Muslim. Persis secara tegas menyatakan tubuh wanita yang boleh kelihatan hanya muka dan pergelangan tangan. Sedangkan rambut dan kepala wanita harus ditutup. Akhirnya anggota-anggota wanita dari Persis mengenakan Jilbab sesuai dengan syariat Islam sebagai pakaian sehari-hari.

Organisasi keagamaan yang lainnya yang membahas mengenai kewajiban menggunakan Jilbab adalah Al-Irsyad. Al-Islam wal Ersyad al-Arabia yang disingkat AL-Irsyad didirikan pada tahun 1913, dan mendapatkan pengakuan legal dari pemerintah pada tanggal 11 Agustus 1915. Organisasi Al-Irsyad berkembang dan menidirikan berbagai sekolah-sekolah pada tahun 1930-an. Al- Irsyaad juga menyuarakan tentang keawajiban wanita muslim untuk menggunakan Jilbab. 61 Ibid. Hal. 97. 62 Ibid. Hal. 101. 63 Ibid.

kongresnya menyarankan anggota wanitanya untuk menutupi kepala dan tubuh mereka kecuali wajah dan telapak tangan.”64

Pada masa kemerdekaan, perempuan Islam semakin banyak menggunakan Jilbab dalam bentuk kerudung, berupa satu lembar selendang yang masih menampakan rambut dan leher. Selain itu, wanita yang memakai Jilbab di anggap sebagai wanita yang kolot, tidak modis, kuno dan kampungan. Sedangkan pada masa Orde Baru, perempuan yang mengunakan Jilbab dianggap oleh pemerintah sebagai anggota dalam aliran tertentu, atau masuk dalam suatu pergerakan tertentu. Masa Orde Baru, penggunaan kerudung berubah menjadi Jilbab yang sudah menutupi rambut dan leher. Semangat untuk menggunakan Jilbab pada wanita-wanita muslim di Indonesia pada masa Rezim Orde Baru dipengaruhi Revolusi Iran yang terjadi pada tahun 1979 yang dipimpin Khomeini yang berhasil menggulingkan Rezim Syah Iran.65 Revolusi Iran memicu kemunculan semangat dan menjadi pendorong psikologis berjilbab di Indonesia karena terbentuknya harga diri, rasa hormat, kebanggan dan identitas baru bagi muslimah Indonesia. Para pelajar dan mahasiswi dihipnotis dan disadarkan dengan wanita Iran yang mengenakan busana tertutup rapat yang ikut serta berjuang pada Revolusi Iran dengan menggunakan senjata dan berhasil mengusir dominasi serta pengaruh Amerika dari Iran.66

“Pemikiran Ikhwanul Muslimin menjadi sebuah gerakkan sosial keagamaan dengan dibentuknya Dewan Dakwah Iskam Indonesia (DDII) pada tahun 1974 oleh Muhammad Semangat menggunakan Jilbab juga disebabkan adanya pemikiran Al- Ikhwan Al-Muslimin yang masuk ke Indonesia melalui buku-buku para tokohnya yang banyak diterjemahkan sejak tahun 1970-an. Pemikiran Al-Ikhwan Al- Muslimin memberikan semangat keislaman dan menjadi inspirasi bagi pergerakan Islam di kampus. Pemikiran Hasan al-Banna yang menjadi cikal bakal adanya pergerakan dakwah kampus yang berfaham tarbiyah di Indonesia.

64

Perjuangan Panjang Jilbab di Indonesia. Didalam Artikel Jejak Islam Diakses Melalui Pukul 10.00 WIB.

65

Abdul Ghofar. 1989.Revolusi Islam Iran.[Skripsi]. Di akses melalui Digilib.Uinsby.Ac.Id pada tanggal 13 Oktober 2016, pukul 11.00 WIB.

66 Ibid.

Natsir dengan meluncurkan Program bina mesjid kampus untuk mengkaji Islam dan gerakkan Islam”67

Hasil dari Pemikiran Ikhwanul Muslimin berbuah kepada semangat mahasiswa untuk mempelajari Islam, dan bagi yang perempuan terlihat dari penggunan Jilbab (panjang), yang marak dikalangan aktifis mahasiswi-mahasiswi kampus

.

68

Jilbab dipandang sebagai sebuah gerakan pemberontokan karena berhubungan dengan kemunculan beberapa konflik di negara-negara Timur tengah. Seperti di Mesir pada awal abad ke-20 M, Jilbab merupakan bagian strategi politik kalangan perempuan Mesir terhadap kolonialisme Barat

.Semangat penggunaan Jilbab pada masa Orde Baru dimulai oleh para remaja puteri. Pada awalnya Jilbab dianggap sebagai fenomena politik oleh pemerintah Orde Baru. Sehingga menimbulkan reaksi kecurigaan pemerintah Orde Baru terhadap kelompok Islam Politik. Jilbab dipandang oleh pemerintahan Orde Baru sebagai bentuk pemberontakan yang dilakukan kelompok Islam ekstrimis yang bisa mengganggu keamanan negara bahkan yang akan merongrong kewibawaan para penguasa saat itu.

69

67 Ibid. 68

Masnun Tahir Dan Zusiana E Triantini.2014. Menakar Kontekstualisasi Konsep Jilbab Dalam Islam. Jurnal Qawwam. Volume 8 Nomor 1 : Pusat Studi Gender Dan Anak (Psga). Hal. 4. 69

Ibid. Hal. 5.

dan konflik yang berkaitan dengan Revolusi Iran.Kecurigaan–kecurigaan inilah yang menjadikan alasan bagi Pemerintah Orde Baru untuk mengeluarkan sebuah kebijakan pada tanggal 17 Maret 1982 oleh Dirjen Pendidikan dan Menengah yaitu Prof. Darji Darmodiharjo, pada SK 052/C/Kep/D.82 tentang Seragam Sekolah Nasional yang implementasinya berujung pada pelarangan Jilbab di Sekolah Negri. Didalam SK 052 secara nyata memang tidak adanya tulisan yang melarang penggunaan Jilbab, tetapi secara eksplisit, dengan adanya SK ini memberikan landasan bagi guru-guru bahkan kepala sekolah memberikan respon ataupun reaksi terhadap siswa atau siswi yang tidak menggunakan seragam yang sama disekolah yang telah disepakati. Pilihan Penyeragaman seragam sekolah

yang disepakati adalah menggunakan Jilbab keseluruhan siswi atau tidak menggunakan Jilbab, hasil dari kesepakatan adalah seragam sekolah tidak menggunakan Jilbab, sehingga siswi-siswi harus menggunakan baju seragam sekolah yang telah disepakati.

Hasil dari SK 052 menimbulkan berbagai kasus pelarangan Jilbab yang dialami oleh siswi-siswi Sekolah Negri. Sanksi yang diterima oleh siswi yang mengunakan Jilbab mulai dari teguran, di interogasi di ruang BK, dijatuhi hukuman skors, tidak diperiksa ulangan maupun tugas rumah, dijemur dilapangan sambil hormat bendera, dicorot namanya dari daftar hadir bahkan sampai di keluarkan dari sekolah negri dan pindah ke sekolah swasta. Begitu banyak kasus- kasus pelarangan Jilbab yang terjadi dari tahun 1985 sampai tahun 1989. Kasus pelarangan Jilbab terjadi bahkan sebelum keluarnya SK 052, yaitu berawal dari tahun 1980, terjadi kasus pelarangan Jilbab juga di SMAN 3 dan SMAN 4 Bandung.70

Memasuki tahun 1982, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Departemen P dan K) Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan (SK) 052/C/Kep/D/82, setelah keluarnya SK tersebut semakin banyak siswi-siswi berjilbab yang memperoleh teguran, pelarangan, dan tekanan. Akhirnya, pada tanggal 16 Februari 1991, SK seragam sekolah yang baru yaitu SK 100/C/Kep/D/1991, ditandatangani secara resmi, setelah melalui konsultasi dengan banyak pihak.

Setelah tahun 1980 kasus pelarangan Jilbab tidak berkurang bahkan menjadi lebih banyak.

71

Kondisi yang berbeda dialami Provinsi Sumatra Utara, semangat menggunakan Jilbab dikalangan siswi dan mahsiswa terjadi pada tahun 1988

Dengan SK 100 yang telah di sepakati ini, memberikan kebebasan bagi siswi-siswi Islam untuk menggunakan seragam lainnya (yaitu Jilbab dengan baju lengan panjang). Selain itu bermunculan berbagai tokoh masyarakat menggunakan Jilbab atau kerudung termasuk Mbak Tutut, anak perempuan tertua Presiden Soeharto.

70

Alwi Alatas.Op.cit. Hal. 32. 71

sedangkan kasus-kasus pelarangan Jilbab baru muncul pada tahun 1989 sampai tahun 1993 dengan peraturan lainnya yang menghambatyaitu pada saat pas foto harus menampakkan Kuping, dengan begitu pada saat pas foto untuk STTB ataupun Ijazah, para siswi dan mahasiswi yang telah menggunakan Jilbab harus membuka Jilbabnya pada saat pengambilan pas foto. Dengan begitu bermunculan reaksi untuk agar diperbolehkannya pas foto menggunakn Jilbab walaupun dengan menerima konsekwensinya.

Memasuki masa reformasi Jilbab menjadi fenomena yang diminati oleh banyak orang dari berbagai kalangan untuk menggunakannya. Apalagi didukung oleh Pers atau majalah-majalah yang memuat model-model dengan menggunakan Jilbab atau kerudung menjadikan Jilbab dengan berbagai Stylis. Perkembangan Jilbab terus meningkat kepada kalangan pekerja seperti dunia bisnis yang awalnya jarang bahkan tidak ada yang menggunakan Jilbab, karena Jilbab dulunya dianggap oleh para pengusaha-pengusaha sebagai pakaian yang kampungan.

Memasuki masa sekarang, muslimah menikmati kebebasan dalam menggunakan Jilbab terbukti dengan begitu banyaknya model-model Jilbab, merek-merek Jilbab yang ternama seperti Zoya, Zahra, Elzatta, Rabbani, Meccanism dan lainnya.72

Didukung dengan Kota-kota besar di pulau Jawa terutama Bandung menjadi poros perkembangan industri Jilbab. Keberagaman gaya Jilbab mulai dari pakaian dengan potongan kain yang berbentuk asimetris, berbagai bentuk Bisa dikatakan Jilbab sekarang menjadi trend Fashion dengan begitu banyak kreasi-kreasi model Jilbab yang kita temukan di kalangan remaja, orang dewasa bahkan ibu-ibu. Kita bisa melihatnya di tempat-tempat umum, kampus-kampus dan kantor-kantor begitu banyaknya model atau kreasi Jibab yang wanita Islam kenakan. Sekarang Indonesia menjadi pusat fashion Jilbab yang diakui dunia dikarenakan makin meningkatnya minat para desainer pakaian muslim dalam mendesain pakaian muslim yang modern.

72

Ade Nur Istiani. 2015.Konstruksi Makna Hijab Fashion Bagi Moslemfashion Blogger. Jurnal Kajian Komunikasi.Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung : Lampug, Volume 3, No. 1

scarf segi empat dan pashmina dengan motif yang beragam seperti motif flowers, animal print, tiedye, etnik, polkadot serta motif lainnya yang semakin menarik dengan pemilihan warna yang segar, lembut (soft) dan tentunya tambahan aksesoris dengan berbagai macam bentuk yang cantik.73

B. Gerakan Islam Indonesia

Kebebasan dalam menggunakan Jilbab pada saat ini, tidak terlepas dari gerak-gerakan Islam pada masa Orde Baru yang memperjuangkan Jilbab. Jilbab yang dulunya dianggap sebagai hal yang kolot, ekstrim, dan bahkan menjadi sebuah ancaman, berubah menjadi sesuatu modif, trend bahkan menjadi bisnis untuk saat ini. Ini semua tidak terlepas dari kontribusi Gerakan-gerakan Islam yaitu Himpunan Mahasiswa Islam, Pelajar Islam Indonesia dan Tarbiyah.

Kebebesan Jilbab yang kita rasakan saat ini tidak terlepas dari semangat- semangat perjuangan yang dilakukan dari berbagai eleman masyarakat termasuk para pemuda-pemuda yang merupakan agen perubahan (Agen Of Change) yang terbentuk dalam suatu wadah organisasi-organisasi Islam yang berlandasakan kepada Al-quran dan As-sunnah sebagai bentuk gerakan Islam Indonesia. Adapun geraka-gerakan Islam Indonesia adalah:

B.1. Himpunan Mahasiswa Islam

HMI berdiri dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia yaitu tepatnya pada tanggal 5 Febuari tahun 1947 atau 14 Rabiul Awal tahun 1366 H di Jalan Setyodiningratan yang diprakarsai Yogyakarta yang didirikan oleh Lafran Pane. Lafran Pane merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) yang berinisatif untuk mendirikan organisasi mahasiswa Islam bersama temannya yaitu Kartono Zarkasji, Dahlan husein, Suwali, M. Jusdi, Mansjur, M.Anawar, Hasan Bashri, Marwan, Zulkarnaen Tajeb Razak, Toha Mashudi, Bidron Hadi, Maisaroh Hilal,

73 Ibid.

dan siti zainah.74 Tujuan HMI ketika pertama kali berdiri adalah untuk membela Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta untuk menjaga dan memajukan agama Islam.75 HMI hadir sebagai organisasi Islam yang berkembang begitu pesatnya dan menjadi jembatan bagi kelompok- kelompok Islam lainnya, tidak mengherankan jika HMI pada saat itu sangat diminati oleh kalangan muda terutama Mahasiswa. Pada tahun 1960 anggota HMI

Dokumen terkait