INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Penelitian
B. Analisis Teoritis dalam Kajian Pilihan Rasional
148
dan lebih memperkuat masyarakat khususnya Nahdlatul Ulama dengan ajaran Ahlus Sunnah Waljama‟ah An-Nahdliyah..
Selain itu persaingan dengan kelompok radikal juga terjadi dalam strategi
dakwahnya, sehingga ulama NU harus sigap berusaha mengimbangi strategi yang
mereka gunakan.
Ketidak fahaman dan penguatan ajaran ASWAJA padan internal NU
khususnya anak muda NU pun menjadi tantangan tersendiri bagi ulama NU
karena dengan ketidak fahaman dan kuatnya pengetahuan ajaran ASWAJA
mereka rentan terpapar paham radikalisme.
B. Analisis Teoritis dalam Kajian Pilihan Rasional
Analisis data merupakan upaya mendesripsikan temuan penelitian dan
menguraikan suatu fakta penelitian sesuai dengan focus masalah yang dibahas
oleh peneliti. Dalam buku karya Lexy J. Moleong mengungkapkan bahwa
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.3 Sehingga melalui
analisis data dapat ditentukan hasil penelitian berdasarkan uaian data dan fakta
yang sesuai dengan yang ada dilapangan. Selain tu, dalam tahap analisis data,
peneliti juga menjelaskan dan memaparkan kebenaran dari hasil temuan
3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008)h. 280
149
penelitian. Analisis data ini juga sudah dilakukan sejak awal penelitian hingga
pengumpulan data berlangsung.
Setelah peneliti menentukan dan penemukan beberapa informan dan
menggali data dengan beberapa informan terpilih, selanjutnya peneliti
memastikan hasil temuan lapangan dengan terjun secara mendalam dengan
subyek penelitian, ikut berpartisispasi Bersama subjek penelitian. Sehingga hasil
temuan peneliti sesuai dengan fakta yang ada pada lapangan, selain itu peneliti
juga mengkonfirmasikan hasil temuan penelitian dengan wawancara Bersama
beberapa informan terpilihm, kemudian menganalisis data temuan dengan teori
yang digunakan dalam penelitian agar penelitian dapat dikatan valid. Setelah itu
peneliti menarik kesimpulan serta menjelaskan mengenai keseluruhan hasil
penelitian dari Analisa yang ditemukan.
Analisis dapat dimulai dengan memperhatikan apa yang menjadi focus
dalam penelitianyang digunakan sebagai pijakan awal untuk menggali data lebih
jauh. Melalui hasil data penelitian yang akan dianalisis mengenai peran Ulama
Nahdlatul Ulama dalam menangkal radikalisme di Provinsi Jawa Timur mencari
tahu pemikiran Ulama dalam mennagkal radikalisme, strategi dakwah ulama dan
juga tantangannya dalam menangkal radikaisme.
Dari hasil penelitian selama di lokasi penelitian melalui wawancara,
berdasarkan informasi yang diperoleh mlalui wawancara peneliti memperoleh
beberapa temuan seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan hasil penelitian
diatas kemudian dari hasil tersebut di analisis dan direlevansikan dengan
150
Teori pilihan rasional adalah sebuah teori yang menfokuskan pada sebuah
tindakan yang dilakukan oleh individu dalam memanfaatkan sumberdaya yang
telah dimiliki secara maksimal. Konsep dari pilihan rasional ini adalah aktor dan
sumberdaya. Aktor merupakan individu yang melakukan sebuah tindakan,
sedangkan sumberdaya adalah alat yang dipakai oleh individu untuk melakukan
suatu tindakan.
Aktor atau individu dalam hal ini adalah Ulama Nahdlatul Ulama, yaitu
sebuah tindakan yang dilakukan oleh ulama Nahdlatul dalam penangkalan
radikalisme di wilayahnya. Dalah hal ini, aktor tersebut memiliki peranan yang
penting, yaitu ulama yang memiliki peranan sebagai sosok yang memberikan
bimbingan dan pendidikan keagaman kepada masyarakat. Sebuah kegiatan yang
dilakukan oleh ulama NU dengan memberikan pendidikan, memberikan tausiyah sesuai dengan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah An-Nahdliyah, menggerakkan
organisasi keagamaan NU yang dimiliki merupakan sebuah tindakan rasionalitas.
Sesuai dengan Khittah An-Nahdliyah 1926, Nahdlatul Ulama memiliki
spirit berupa sikap batin, cara pandang, cara berfikir, cara bertindak dan sikap
sosial dan paham keagamaan yang tawasuth (Moderat), I‟tidal (Adil), tasamuh (toleransi), tawazun (seimbang) dan amar ma‟ruf nahi munkar. Moderat dalam
beragama dimaksudkan sebagai tengah-tengah, seimbang, istiqomah, adil, mudah
dan mengambil bagian jalan tengah. Melalu paradigma dan doktrin yang demikian
Nahdlatul Ulama senantiasa berpartisipasi dalam membangun dan
mengembangkan masyarakat Indonesia yang bertaqwa kepada Allah, cerdas,
151
Tindakan yang dilakukan oleh ulama Nahdlatul Ulama tersebut bukan
didasarkan tanpa adanya sebuah tujuan, melainkan hal tersebut memliliki beberapa tujuan yaitu untuk memeperkuat jama‟ah atau pengikut ajaran ASWAJA
An-Nahdliyah dari faham-faham yang bertentangan dengan Nahdlatul Ulama.
Sementara itu ulama memliki kontrol yang kuat untuk memanfaatkan sumberdaya
yang dimiliki dengan cara maksimal. Sebab dalam teori pilihan rasional, seorang
aktor memegang kendali atas sumber daya yang dimiliki. Dalam hal ini aktor
adalah ulama Nahdlatul Ulama
Sumber daya dalam hal ini adalah sumberdaya yang dimiliki dalam sebuah
organisasi dan juga sumberdaya non fisik yang dapat dijadikan aktor yaitu ulama
Nahdlatul Ulma untuk dimanfaatkan sesuai dengan keinginan untuk mencapai
sebuah tujuannya, adapun tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
tujuan ulama Nahdlatul Ulama dalam mennagkal radikalisme di Provinsi Jawa
TImur. Karena ulama Nahdlatul Ulama tahu apa yang harus dilakukannya agar
usahanya mengolah sumberdayanya menjadi sempurna. Meskipun banyak pilhan
yang dihadapkan ulama didalam pemanfatan sumberdayanya namun ulama NU
Jawa Timur lebih memilih untuk membudayakan kultur NU salah satunya dengan Lailatul Ijtima‟. Lailatul Ijtima‟ merupakan forum pertemuan yang diadakan oleh
Nahdlatul Ulama maupun banom-banom, Lembaga dan lajnahnya yang dilakukan
setiap satu bulan sekali di beberapa masjid atau musholla Nahdlatul Ulama. Dalam kegiatan lailatul ijtima‟ diisi dengan berbagai acara di antaranya: Sholat
152
qur‟an, pembacaan surat Yasin dan Tahlil, mauidhoh hasanah, Do‟a, dan
mushafahah.
Lailatul ijtima‟ menjadi kegiatan rutinan yang biasa di lakukan oleh para
kiai NU yang menjadi kebiasaan pengurus NU untuk berkumpul membahas,
memcahkan, dan mencarikan solusi mengenai problem organisasi hingga berbagai
problem-problem dimasyarakat. Kegiatan lailatul ijtima‟ ini diikuti mulai dari
tingkat pengurus ranting NU, tingkat MWCNU (Majelis Wakil Cabang), tingkat
PCNU (Pimpinan Cabang), tingkat PWNU (Pimpinan Wilayah), hingga PBNU
(Pengirus Besar).
Selain menyelenggarakan lailatul Ijtima‟, ulama Nahdlatul Ulama juga
mengadakan kajian-kajian di masjid-masjid NU untuk menankan akidah fiqih masyarakat agar jama‟ah faham akan fiqih ahlussunnah waljama‟ah. Pola
bermadzhab dalam Nahdlatul Ulama berlaku dalam semua aspek ajaran Islam
baik aqidah, Syariah dan akhlaq. Dalam bidang Syariah atau fiqih, Nahdlatul
Ulama mnegikuti salah satu madzhab empat, yaitu madzhab Imam Abu Hanifah,
Madzhab Imam Malik ibn Anas, Madzhab Imam Muhammad bin Idris as-Syafii
dan Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Di bidang aqidah, mengikuti madzhab
Imam Abul Hasan al-Asyari dan madzhab Imam Abu Mansur al-Maturidi.
Sedangkan di bidang akhlaq atau tasawuf mengikuti madzhab imam Junaid
al-Baghdadi dan madzhab Abu Hamid al-Ghazali. Hal tersebut dijadikan sebuah
pilihan dengan alasan meluasnya faham radikalisme melalui masjid-masjid NU
153
remaja dengan alasan bahwa penyebaran dan aksi faham radikalisme selalu
mengikut sertakan pemuda yang rawan terpapar radikalisme.
Dalam penyebaran radikalisme, pemuda memiliki kecenderungan lebih
kuat dan kemungkinan lebih besar untuk terlibat dalam gerakan radikalisme
dibandingkan dengna dewasa yang disebabkan adanya fase transisi dalam
pertumbuhan usia yang menyebabkan rawan kritis identitas. Kritis identitas inilah
yang kemudian memungkinkan terjadinya pembukaan kognitif sehingga mereka
mampu menerima gagasan baru yang bersifat radikal. Jalur lain yang
memungkinkan kaum muda berpeluang menjadi partisipan dalam gerakan radikal
adalah adanya goncangan moral.
Alasan tersebutlah yang kemudian menjadi keputusan ulama PCNU
Surabaya untuk mengadakan kajian-kajian di masjid menanamkan akidah fiqih
masyarakat agar jama‟ah faham akan fiqih ahlussunnah waljama‟ah dan
mendirikan thareqat khusus remaja. meskipun banyak yang berusaha menentang
salah satunya upaya mendirikan thareqat khusus anak remaja dirasa kurang efektif
karena tareqat untuk orang tua dirasa berat, akan tetapi mengadakan kajian di
masjid dan mendirikan thareqat khusus anak muda menjadi sebuah pilihan dan
dianggap rasional bagi ulama PCNU Surabaya. Meskipun terkadang pilihannya
itu tidak dianggap rasional oleh ulama yang lain.
Sama seperti konsep teori pilihan rasional, coleman menyatakan bahwa
individu tidak selalu bertindak dan berprilaku rasional. Setiap individu memiliki
cara berfikir sendiri dalam melakukan sebuah tindakan. Hasil dari sebuah
154
Namun, menurut individu tindakan yang telah dilakukan dan dipilih tentunya
merupakan hasil dari beberapa pertimbangan-pertimbangan yang telah
diperhitungkan sebelumnya sehingga dipandang rasional.
Begitu juga yang telah dilakukan oleh para ulama, tentunya para ulama
telah berfikir dahulu dengan didasarkan atas sesuatu pertimbabngan sehingga
mereka memutuskan untuk memilih pilihan tersebut walaupun dihadapkan dengan
banyaknya sebuah pilhan. Namun tentu saja, pilihan yang telah dipilih bukan
berarti hal yang mudah untuk dilakukan.
Seorang aktor akan dengan mudah dapat mengalami kemajuan yang pesat
bahkan berjakan kedepan dnegan mudahnya jika memiliki banyak sumberdaya.
Apabila memiliki banyak sumberdaya dan luas, maka secara otomatis hal tersebut
akan membuat aktor bergerak lebih mudah dan lebih cepat jika dibandingkan
dengan mereka yang memiliki sumberdaya yang sempit dan sedikit. Begitu pula
dengan ulama.
Ulama NU yang memiliki sumberdaya banyak dan luas secara otomatis
pergerakan mereka akan lebih mudah dan cepat mengalami kemajuan, hal tersebut
dikarenakan sumberdaya yang mereka miliki jauh lebih luas jika dibandingkan
dengan kelompok radikal yang secara fisik hanya memiliki sumberdaya yang
sedikit. Submberdaya yang dimiliki ulama Nu berupa lembaga-lembaga yang
dinaungi Nu seperti lembaga dakwah, takmir masjid, social dan pemberdayaan
ekonomi. Namun berapapun sumberdaya yang dimiliki , apabila tindakan yang
dilakukan itu tidak dilakukan dengan maksimal maka akan tidak ada hasilnya.
155
begitu juga dengan para ulama NU yang memiliki tujuan agar dapat menangkal
radikalisme sesuai dengan yang dikehendakinya.
Keinginan ulama NU yang memiliki tujuan tersebut harus dilakukan
dengan cara yang maksimal tanpa adanya sebuah keraguan. Karena seperti yang
kita ketahui bahwa dalam teori pilihan rasional, aktor bertindak bahkan sampai
semaksimal-maksimalnya dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki,
BAB V
PENUTUP