• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

H. Ketepatan Hipotesis

I. Analisis Teoritis dan Temuan Lapangan

Dalam ilmu Sosiologi sesuatu yang dijadikan sebagai objek kajian untuk memunculkan paradigma baru atau konsep tentang ilmu pengetahuan adalah manusia dengan kehidupan-kehidupan sosialnya. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya, Sosiologi mempelajari gejala sosial yang umum yang terjadi pada setiap interaksi manusia.

Manusia sebagai bagian dari suatu masyarakat sudah pasti akan melakukan hubungan interaksi sosial dengan manusia lainnya. Hubungan interaksi sosial yang terjalin bisa terjadi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi yang terjadi harus memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi sosial antara individu atau kelompok individu yang melakukan interaksi.

Dalam melakukan interaksi sosial dengan masyarakat ada beberapa bentuk-bentuk dalam interaksi sosial, yaitu proses-proses interaksi sosial yang asosiatif dan proses-proses sosial yang disosiatif. Bentuk interaksi sosial yang asosiatif adalah bentuk hubungan interaksi sosial yang mengarah pada tercapainya suatu integrasi sosial atau satu kesatuan masyarakat. Proses-proses yang asosiatif itu antara lain kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan koperasi. Sedangkan bentuk interaksi sosial yang disosiatif yaitu bentuk interaksi sosial yang mengarah pada tercapainya suatu disintegrasi sosial atau keadaan bercera-berainya masyarakat, proses-proses interaksinya antara lain persaingan (competition) dan pertentangan (conflict).

Salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif yaitu pertentangan (conflict), konflik dapat diartinkan sebagai suatu bentuk proses

sosial yang dilakukan dengan cara berusaha untuk menentang pihak lain dengan mengahncurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik merupakan gejala sosial yang tetap ada dalam masyarakat selama manusia dalam suatu masyarakat itu masih hidup. Bagaimanapun keadaannya konflik akan terjadi baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

Konflik sosial memiliki macam-macamnya, salah satunya adalah konflik antarkelompok, yaitu konflik sosial yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Seperti aksi tawuran yang terajdi di SMK Bintang Nusantara merupakan suatu bentuk dari konflik antarkelompok. Berdasarkan pada hasil wawancara penulis dengan Guru BK mengatakan bahwa, aksi tawuran yang mereka lakukan berawal dari kontak sosial yang negatif, mereka melakukan aksi saling ejek dan menjelek-jelekkan satu sama lain sehingga memicu kemarahan mereka dan terjadilah aksi tawuran.

Mengarah pada teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf, bahwa masyarakat mempunyai dua wajah, yakni konflik dan konsensus. Kita tidak mungkin mengalami konflik kalau sebelumnya tidak ada konsensus.79 Artinya tidak mungkin seseorang terlibat dalam konflik sosial kalau tidak pernah mengenal satu sama lain dan hidup bersama.

Dengan landasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik sosial yang ada tidak akan terjadi kalau sebelumnya diantara pihak yang melakukan konflik tidak saling kenal. Begitu juga dengan aksi tawuran yang terajdi di SMK Bintang Nusantara, aksi ini tidak akan terajdi bila diantara mereka tidak saling kenal satu sama lain dan bekerjasama untuk membela kelompok mereka. Dengan adanya interaksi kemudian memunculkan permasalahan- permasalahan dalam kehidupan sosial mereka, sehingga menyebabkan konflik diantara mereka.

Dalam menjalankan aksi tawuran para siswa kerap kali membawa benda-benda tajam seperti pisau belatih, gir motor, stick golf, hingga pedang samurai, hal ini tentu saja dapat membahayakan nyawa mereka. Berdasarkan pada hasil penelitian pada Tabel 17 melalui pernyataan angket “Membawa

79

benda-benda tajam seperti pisau belatih, stick golf, gir motor, dan

samurai saat melakukan aksi tawuran”, hampir setengahnya siswa membawa benda-benda tajam tersebut saat menjalankan aksi tawuran. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap aksi tawuran yang terjadi siswa selalu menggunakan kekerasan untuk membuat pihak lawan tidak berdaya.

Hal ini sesuai dengan teori konflik yang dikemukakan oleh Jonathan Turner, bahwa konflik sebagai peristiwa-peristiwa yang mengarah kepada interaksi yang disertai dengan kekerasan antara kedua belah pihak.80 Berdasarkan pada teori ini, aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa SMK Bintang Nusantara kerap kali memperlihatkan kekerasan diantara kedua belah pihak. Kekerasan yang ada sering kali membuat mereka mengalami luka-luka fisik ataupun berujung fatal dengan hilangnya nyawa mereka.

Aksi tawuran yang dilakukan oleh para siswa menimbulkan berbagai macam dampak-dampak negatif bagi siswa. Salah satunya adalah berdampak pada prestasi belajar mereka di sekolah. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Guru BK, bahwa siswa yang melakukan aksi tawuran umumnya adalah siswa yang sering bolos sekolah sehingga siswa tertinggal dalam mata pelajaran dan memungkinkan prestasi belajarnya menurun.

Hal lain juga dapat dibuktikan melalui obeservasi penulis terhadap tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar. Melalui observasi ini penulis melihat hampir seluruhnya siswa yang suka tawuran tidak menyimak pembelajaran dengan baik, mereka cenderung melakukan hal-hal yang tidak baik seperti berbicara pada saat proses belajar, bermain-main dengan Hand phonenya, dan lain sebagainya. Para siswa juga kurang aktif dalam proses pembelajaran ketika ditanya oleh Guru mereka, sebagian dari mereka tidak mampu untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Dengan demikian konflik antarkelompok atau dalam hal ini adalah aksi tawuran yang mereka lakukan berpengaruh terhadap prestasi belajar para siswa menjadi menurun.

80

Selain karena aksi tawuran yang mempengaruhi prestasi belajar mereka, hal lain yang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu masalah perekonomian siswa dan kurangnya motivasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu faktor intern (dalam diri siswa) dan faktor ekstern (dari luar siswa). Faktor intern seperti kesehatan, kecerdasan, cara belajar, bakat, minat, dan motivasi siswa dalam belajar. Seperti halnya para siswa SMK Bintang Nusantara yang suka tawuran minat dan motivasi belajar mereka kurang, sehingga prestasi belajarnya pun tidak begitu baik.

Hal ini tentu saja menjadi perhatian para orang tua siswa dan Guru untuk lebih memperhatikan perkembangan prestasi belajar para siswa. Terutama para orang tua untuk selalu memperhatikan semua tingkah laku anak mereka di rumah, di sekolah, dan dilingkungan masyarakat. Berdasarkan pada hasil pernyataan angket yang penulis sebarkan pada Tabel 35 “Orang tua

memperhatikan perkembangan anda di sekolah”, menunjukkan hanya sebagain kecil dari mereka yang mendapatkan perhatian orang tua mereka dalam hal perkembangan mereka di sekolah. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus para orang tua agar lebih memperhatikan anak-anak mereka. Begitu juga dengan pihak sekolah dan para Guru untuk selalu mendidik dan membimbing para siswanya untuk selalu berakhlakul karimah dan berprestasi dalam segala bidang akademik maupun non akademik.

BAB V

Dokumen terkait