GAMBARAN UMUM
B. Analisis Terjemah Kitab Qasas al- Anbiyâ‟ Data 1
Ihtijaj Adam dan Musa.63
a. Morfologi
Kata pada TSu oleh penerjemah tidak diterjemahkan, tetapi ditulis kembali dengan mengunakan kata serapan yang sama, yaitu ihtijâj. Jika dilihat pada
62
40 kamus64 kata memiliki arti perdebatan, dan merupakan infinitif atau al-masdar
dari kata
.
b. Sintaksis
Pada TSu kalimat oleh penerjemah tidak
diterjemahkan. Namun jika dilihat dalam kamus65, kata bermakna menyebut,
menuturkan. Alasan kata tidak diterjemahkan oleh penerjemah, karena kata tersebut sudah sesuai dengan konteksnya. Hal ini disebabkan TSu di atas sudah masuk dalam tema atau judul kisah.
Menurut tradisi tulis menulis dalam bahasa Arab, judul suatu tulisan selalu dibuat dari al-jumlah al-ismiyah bukan dari al-jumlah al-fi‘liyah. Demikian pula dalam bahasa Indonesia, judul diawali dengan kata nomina, jarang diawali dengan verba.
Supaya lebih mudah dipahami oleh para pembaca khususnya masyarakat awam, maka peneliti memberikan terjemahan alternatif lain yaitu:
Perdebatan antara Âdam dan Mûsâ as.
64
Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 238
41 Data 2
Imam Bukhari meriwayatkan, Qutaibah memberitahu kami, Ayyub bin Najjar memberitahu kami, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah radhiyaallahu „anhu, dari Nabi Shalallahu „Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: Musa
pernah mengajukan hujjah kepada Adam „alaihimas-salam, di mana Musa
mengatakan kepadanya, “Engkau yang telah mengeluarkan manusia dari surga dan
menjadikan mereka sengsara karena kesalahanmu.”67
a. Morfologi
Pada TSu kata hujjah tidak diterjemahkan kembali oleh penerjemah. Kata hujjah
berasal dari bahasa Arab yaitu argumentasi68. Namun sudah mengalami proses serapan dalam kamus umum bahasa Indonesia yaitu alasan, bukti69. Selanjutnya kata
dalam kamus70 bermakna .
Kata dalam kalimat pada konteks ini penerjemah sudah tepat
menerjemahkannya, yaitu mengatakan. Kata merupakan verba perfektif dari pola
66
67 Ibnu Katsîr, Kisah Para Nabi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 41 68
Taha Husei da Ataillah Fatani, KABA (Jakarta: Gema Insani, 2003), h. 73
69 Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 426 70
42
verba trikonsonantal tak berimbuhan mengandung makna aktivitas fisik berupa verba transitif (al-ta‘diyah). Pada kamus al-‘Asri kata memiliki arti berkata, berujar, namun verba transitif ini ditandai dengan penerimaan verba yang diikuti oleh
pronomina persona (al-damîr) yang berfungsi sebagai objek.
Kemudian konjungsi pada TSu diterjemahkan di mana. Pada proses penerjemahannya, penerjemah menggunakan metode terjemahan bebas. Biasanya seorang penerjemah yang menggunakan metode menerjemahkan seperti ini, lebih mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk TSu.71 Dalam hal ini peneliti mengamati penerjemah mengorbankan partikel sehingga diterjemahkannya menjadi di mana. Padahal dalam beberapa kamus yang peneliti amati, partikel tersebut bermakna kemudian72, lalu dan maka73 tidak ada terjemahan di mana. Oleh karena itu, penerjemah harus terlebih dahulu memilih padanan kata yang tepat supaya maknanya tidak berbeda dengan kamus. Peneliti berpendapat kata tersebut lebih tepat jika diterjemahkan menjadi lalu.
Selanjutnya, kata pada TSu oleh penerjemah diterjemahkan menjadi
engkau telah mengeluarkan. Kata termasuk dalam kategori infleksi atau
71
Moch. Syarif Hidayatulah, Tarjim al-Ân (Tangerang: Dikara), h. 33
72
43
tasrîf al-lughawi karena verba tersebut disandangi sufiks pronomina terikat atau al-damîr al-muttasil yang berupa partikel berpronomina
.
b. Sintaksis
Selanjutnya, nama diri pada frasa dalam budaya Arab disebut Kunyah.74
Dalam al-„ilmu al-nahw, nama diri (al-ismu al-‘alam) terbagi menjadi dua yaitu,
al-„alamu al-syakhs dan al-„alamu al-jins. Kemudian al-„alamu al-syakhs terbagi menjadi tiga yaitu, al-ismu al-khâs, al-kunyah, dan al-laqab. adalah nama
yang diberikan oleh Rasulullah saw, kata berarti kucing, maka jika digabungkan keduanya mempunyai nama bapak kucing. Adapun nama sebenarnya Abû Hurairah
adalah ‘Abdurrahman bin Sakhr.
Kata adalah salah satu dari bagian pronomina relatif atau dalam bahasa Arab disebut al-ismu al-mawsûl dan merupakan salah satu dari bagian al-ismu al-ma‘rifah. Adapun nomina dari pronominal relatif yaitu,
Data 3
74 Kunyah yaitu nama yang dimulai dengan kata Abu atau Ummu. 75
44 Adam berkata, “Wahai Musa, engkau telah dipilih Allah untuk mengemban risalah
dan kalam-Nya, apakah engkau mencela diriku atas suatu hal yang telah dituliskan Allah sebelum Dia menciptakanku atau ditetapkan Allah sebelum Dia
menciptakanku?”76
a. Morfologi
Kata pada kalimat merupakan verba perfektif yang memiliki arti
memilih. Penyampaian pesan pada TSa sudah tepat sehingga mudah dipahami oleh pembaca hasil terjemahan. Pada terjemahan ini pengalihan pesannya bermakna pasif, seperti di bawah ini:
Engkau telah dipilih Allah S P (V di-) O
Bisa juga diterjemahkan dengan kalimat aktif seperti: Allah telah memilih engkau
S P (V me-) O
Proses pembentukan kalimat pasif dari sebuah kalimat aktif dapat dilakukan dengan; (1) memindahkan objek kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif. (2) memindahkan subjek kalimat aktif menjadi objek kalimat pasif, mengubah bentuk verba dari berprefiks me- menjadi berprefiks di-.77
Kemudian kata pada TSu merupakan akar dari kata
, turunan dari wazan yang berpola al-tsulâtsi al-mujarrâd dengan al-binâ'
76
Ibnu Katsîr, Kisah Para Nabi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 41
77 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses) (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
45
al-ajwâf al-alif. Jika dilihat pada kamus78 kata bermakna mencela, mengecam.
Pada TSu kata merupakan verba imperfektif yang mengandung pronominal
serta sebagai pronomina terikat yang berfungsi sebagai objek. Kata dalam hal ini mengandung hamzah istifhâm.
Selanjutnya, kata pada penerjemah menerjemahkan dituliskan. Kata
jika ditasrifkan menjadi dan berpola verba trikonsonantal tak berimbuhan, dalam kamus al-Munawwir mempunyai arti menulis. Pada terjemahan ini pengalihan pesannya sudah tepat karena terjemahan tersebut bermakna pasif.
Kata pada TSu diterjemahkan menjadi ditetapkan. Apabila merujuk pada
kamus79, kata memiliki arti mentakdirkan, menetapkan. Kata mempunyai pola
verba trikonsonantal derivatif dengan impervektifnya . Kata bersandingan
dengan pronominal bermakna pasif.
78 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.
1298
79 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.
46 Kemudian kata merupakan bentuk derivasi berupa verba imperfektif
dari akar kata . Pada kasus ini penerjemah menerjemahkan dia menciptakanku, terjemahannya sudah tepat dan tidak perlu diberikan alternatif terjemahan karena verba imperfektif mengandung pronomina yang tersembunyi berupa damîr yang
bermakna dia yang kembali pada lafaz Allah. Kata mengalami perubahan
gramatikal karena adanya sufiks berupa pronomina terikat bermakna aku. Jika
dilihat pada kamus80 kata mempunyai arti menciptakan, membuat, menjadikan. b. Sintaksis
Frasa dalam aspek sintaksis merupakan frasa vokatif atau al-tarkîbu
al-nidâ' yang unsur pembentukannya vokatif. Partikel merupakan salah satu dari
. Nidâ' (vokatif) adalah kalimat ism yang berada setelah huruf-huruf nidâ'.
Jika dilihat dalam kamus, partikel memiliki arti wahai, hai (kata seru).81 Kemudian
kata merupakan nama diri atau al-ismu al-„alam dan salah satu dari bagian al-ismu al-ma‘rifah. Pada aspek sintaksis terjemahan ini isi pesannya sudah tersampaikan.
80
Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 363
81 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.
47 Kemudian kalimat pada TSa diterjemahkan mengemban risalah dan kalam-Nya. Pengalihan pesan oleh penerjemah tidak tepat. Di dalam kamus82 kata mempunyai arti bercakap-cakap, berbicara dengan. Peneliti berpendapat dalam terjemahan ini lebih tepat di terjemahkan berbicara langsung, alasannya karena Allâh Swt berfirman di dalam sûrah al-Nisâ'/4:164 berikut:
“Dan Allâh berbicara kepada Mûsâ langsung.83”
Begitu pula yang peneliti temukan di dalam surah al-A‘râf/7:144:
ۖ
“Allâh berfirman: “Hai Mûsâ, sesungguhnya Aku memilihmu )melebihkan(
kamu dari manusia lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.”
Kemudian terkait sûrah al-A‘râf di atas, peneliti memberikan penjelasan yang ada di dalam kitab84 terkait ayat 144 tersebut yakni:
“Allah Swt berkata kepada Musa, bahwa Musa telah terpilih pada zamannya
untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya. Dan tidak ada keraguan lagi bahwa Nabi Muhammad Saw, adalah manusia yang terbaik mulai dari Nabi Adam (awal) hingga terakhir. Untuk itu Allah mengkhususkan Nabi Muhammad dan menjadikannya Nabi dan Rasul yang terakhir (tidak akan ada Nabi setelahnya), syariatnya pun terus menerus sampai hari kiamat dan umatnya paling banyak dibandingkan umat Nabi Allah yang lain.
82 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.
1227
83
Salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa ialah berbicara langsung kepada-Nya. Oleh sebab itu Nabi Musa disebut Kalimullâh.
48 Nabi yang mulia setelah Muhammad adalah Nabi Ibrahim kemudian baru Nabi
Musa as. Oleh karena itu Allah Swt berfirman “Sebab itu berpegang teguhlah kepada
apa yang Aku berikan kepadamu” yaitu diberi keutamaan berbicara dan bermunajat secara langsung. Kemudian Allah Swt menyuruh Nabi Musa untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah, dan jangan meminta sesuatu yang Musa sendiri
tidak bisa melakukannya.”
Lalu partikel pada kata dan merupakan partikel preposisi atau dalam bahasa Arab biasa disebut harfu al-jar, al-Sanhaji memaparkan dalam kitabnya
syarh mukhtasar jidanmengenai partikel preposisi.
Adapun harf khafad )jar( yaitu; Min, Ila, ‘An, ‘Alâ, Fî, Rubba, Ba', Kâf, Lâm. Banyak ikhtilâf dari para ahli nahwu mengenai harfu al-jar, seperti Syaikh Muhammad bin Mâlik al-Andalusy dalam kitabnya Matnu Alfiyah dan Syaikh Syaraf al-Dîn Yahya al-Imrity dalam kitabnya Nazmu al-‘Imrity, beliau menambahkan partikel sebagai bagian dari harfu al- jar.
Kalimat mempunyai kedudukan al-jar dan al-majrûr. Partikel bi
merupakan harfu al-jar dan risâlatih serta kalâmih dijarkan dengan bi. Kemudian partikel yang berada diantara kata dan merupakan konjungsi atau harfu al-‘atf. Selain al-jar al-majrûr, ada pula al-‘atfu al-ma‘tûf. Maksudnya, jika terdapat huruf ataf berupa ataupun lainnya (saudara al-‘atfu) dalam suatu kalimat, bisa dipastikan ia berkedudukan sebagai huruf ‘ataf dan yang mengikutinya disebut
49
ma‘tûf. Seperti pada teks adalah di‘atafkan oleh huruf sebelumnya berupa
konjungsi .
Selanjutnya, frasa preposisi pada TSu, penerjemah menerjemahkannya
atas suatu hal. Dalam kamus al-Munawwir kata memiliki makna
artinya perkara dan masalah. Namun dari segi konteks kalimat yang terdapat pada TSu, peneliti tidak mempermasalahkan hasil terjemahan oleh penerjemah karena sudah sesuai dan dapat dipahami pesannya.
Kemudian pada kalimat peneliti
menemukan adanya pemborosan kata, seharusnya tidak perlu diterjemahkan secara harfiyah. Hal ini agar pembaca teks terjemahan tidak bingung dalam memahami pesannya.
Setelah peneliti menganalisa hasil terjemahan dari aspek morfologi dan sintaksis maka, hasil alternatif terjemahan yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:
Âdam berkata, “Wahai Mûsâ, Allâh telah memilihmu untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya, apakah engkau mencelaku atas suatu hal yang telah dituliskan atau ditetapkan Allâh sebelum menciptakanku?”
50
Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Kamil memberitahu kami, Ibrahim memberitahu kami, Abu Syihab memberitahu kami, dari Hamid bin Abdirrahman, dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia menceritakan, Rasulullah Shalallahu „Alaihi wa
Sallam pernah bersabda: Adam dan Musa pernah saling berihtijaj. Lalu Musa
berkata kepadanya, “Apakah engkau Adam yang telah dikeluarkan dari surga oleh kesalahanmu sendiri?”86
a. Morfologi
Padanan kata pada oleh penerjemah
diterjemahkannya menjadi pernah bersabda. Pada kasus ini verba perfektif atau fi‘l mâdi mengandung makna yaitu sesuatu yang menunjukan telah berlalu. Oleh karena itu, tidak perlu ditambahkan kata pernah karena akan menimbulkan pemborosan kata. Maka lebih baik hanya diterjemahkan menjadi Rasulullah saw, bersabda.
Kemudian kalimat pada redaksi hadis atau kitab lain umumnya oleh penerjemah tidak diterjemahkan. Dalam aspek morfologi kalimat tersebut jika
85
51 disingkat menjadi yang disebut paduan atau dalam bahasa Arab dinamakan
. Namun sangat jarang hal seperti itu terdapat dalam kitab-kitab lain.
Selanjutnya, kata merupakan fi‘l mâdi yang jika ditashrifkan menjadi
. Kata berwazan dengan memiliki pola verba trikonsonantal
derivatif. Kemudian pronomina pada TSu diterjemahkan menjadi apakah engkau.
dalam konteks tersebut terdapat makna tersembunyi yaitu berupa al-hamzah al-istifhâm al-taqrîri, apabila ditimbulkan menjadi .
Kata adalah bentuk fi‘l mâdi dari yang berpola verba trikonsonantal
derivatif. Kata dalam kamus87 berarti keluar. Kemudian kata pada TSu
adalah sebagai al-masdar, akar katanya adalah dalam kamus88 mempunyai arti
kesalahan.
b. Sintaksis
Kalimat atau jumlah pada teks ini berupa subjek, predikat dan objek
atau dalam bahasa Arab berupa al-fi‘lu, al-fâ‘ilu, dan al-maf‘ûlu. Kata merupakan
87 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 330 88 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 348
52
fi‘l mâdi, selanjutnya sebagai fâ‘il adalah . Kemudian damîr sebagai maf‘ûl
menunjukkan objek sasaran yang merujuk kepada Nabi Âdam as. Akan tetapi dalam struktur bahasa Indonesia posisi fâ‘il didahulukan menjadi subjek. Jadi Mûsâ dalam teks ini berkedudukan sebagai subjek, sedangkan yang artinya berkata dalam
struktur bahasa Indonesia berkedudukan sebagai predikat, lalu objek pada damîr tidak berubah karena mengarah pada sasaran, yaitu Nabi Âdam as. Apabila dilihat di dalam tabel seperti ini:
Bahasa Arab
(berkata) (Mûsâ) (Kepadanya/ Âdam)
Bahasa Indonesia Subjek Predikat Objek
Mûsâ Berkata kepada Âdam
Pada Tsa penerjemah menerjemahkannya sudah tepat, karena sudah sesuai dengan fungsinya sebagai subjek, predikat, dan objek. Maka peneliti tidak perlu memberikan alternatif terjemahan lagi.
53
Kemudian Adam berkata kepadanya, “Engkaukah Musa yang telah dipilih Allah untuk mengemban risalah dan kalam-Nya, apakah engkau mencelaku karena suatu
hal yang telah ditetapkan bagiku sebelum aku diciptakan?”90
a. Morfologi
Kata pada TSu merupakan akar dari kata ,
turunan dari wazan yang berverba trikonsonantal tak berimbuhan dengan
al-binâ' al-ajwâf al-alif. Di dalam kamus92 kata bermakna mencela, mengecam. Pada
TSu kata merupakan verba imperfektif yang mengandung pronominal serta
sebagai pronomina terikat yang berfungsi sebagai objek.
Kemudian kata pada TSu merupakan al-mabni li al-majhûlatau diatesis pasif
dari kata memiliki pola verba trikonsonantal derivatif. Kata sendiri merupakan
al-mabni li al-ma‘lûm atau diatesis aktif. Kalimat berdiatesis aktif biasanya melihat
89
90 Ibnu Katsîr, Kisah Para Nabi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 42 91
Muhtarom Busyro, “horof Praktis Metode Krapyak (Jogjakarta: Putera Menara, 2012), h. 28
92 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.
54 verba yang ada pada kalimat itu yang berbentuk me-kan, me-i, me-, atau kata dasarnya saja. Sementara kalimat berdiatesis pasif biasanya dapat terlihat dengan melihat verba yang ada pada kalimat itu yang berbentuk di-, atau ter-. Pada konteks ini TSa sudah tepat dalam menerjemahkan dengan berdiatesis pasif.
Selanjutnya, kata pada TSu berasal dari kata yang memiliki makna
menciptakan. Kata sendiri telah mengalami pergeseran makna yang kemudian diterjemahkan dengan berdiatesis pasif. Kemudian dari aspek infleksi kata tersebut mengandung makna dan penerjemah sudah tepat dalam mengalihkan pesan sehingga peneliti tidak memberikan alternatif terjemahan.
b. Sintaksis
Kalimat pada TSa diterjemahkan mengemban risalah dan
kalam-Nya. Pengalihan pesan oleh penerjemah tidak tepat. Di dalam kamus93 kata mempunyai arti bercakap-cakap, berbicara dengan. Peneliti berpendapat dalam terjemahan ini lebih tepat di terjemahkan berbicara langsung
Kemudian kalimat mempunyai kedudukan sebagai fi‘l, fâ‘il, dan
maf‘ûl. Maksud pesan yang diterjemahkan oleh penerjemah sudah tersampaikan. Kemudian kata menurut peneliti lebih tepat jika diterjemahkan kepadaku. Dalam
93 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.
55 kamus kata memiliki arti di atas, pada. Lalu partikel introgativa pada kalimat
oleh penerjemah diterjemahkannya sudah akurat.
Selanjutnya, kata merupakan adverbia atau dalam bahasa Arab sebagai
bagian dari al-zarfu. Kemudian frasa huruf merupakan salah satu dari amil yang menasabkan atau lebih sering disebut al-„âmilu al-nawâsib. Adapun huruf-huruf
‘amil yang menasabkan yaitu,
Setelah peneliti menganalisis dari aspek morfologi dan sintaksis maka, hasil alternatif terjemahan yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:
Kemudian Âdam berkata kepadanya, “Engkaukah Mûsa yang Allâh telah memilihmu untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya, apakah engkau mencelaku karena suatu hal yang telah ditetapkan bagiku sebelum
aku diciptakan?”
Data 6
Selanjutnya Rasulullah Shalallahu „Alaihi wa Sallam bertutur, “Demikianlah Adam dan Musa saling berihtijaj” Dua kali.95
56 a. Morfologi
Penggunaan kata pada TSa kurang tepat. Penerjemah dalam hal ini menerjemahkannya menjadi bertutur. Jika dilihat dari segi aspek kebahasaannya terlihat tidak efektif dan penyampaian pesannya kurang tepat. Oleh karena itu, peneliti menyarankan lebih tepat jika diterjemahkan bersabda.
Kemudian kata oleh penerjemah kembali diterjemahkan menjadi saling berihtijaj, pengalihan pesan pada teks ini oleh penerjemah sudah tepat.
b. Sintaksis
Kalimat berkedudukan sebagai fi‘l, fâ‘il dan maf‘ûl. Kemudian kata
oleh penerjemah pengalihan pesannya sudah tersampaikan. Kata dalam
aspek linguistik merupakan bentuk dual
Terjemahan dari aspek morfologis dan sintaksis oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Rasulullâh Sallallâhu ‘Alaihi wa Sallâm bersabda, “Demikianlah Âdam dan Mûsâ saling berihtijâj” Hal keadaanya dua kali.
Data 7
57
Imam Ahmad meriwayatkan, aku diberitahu oleh Mu‟awiyah bin Amr, Zaidah
memberitahu kami, dari Al-A‟masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah radhiyallahu
„anhu, dari Nabi Shalallahu „Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: Adam dan Musa
pernah saling berihtijaj, di mana Musa mengatakan kepadanya, “Hai Adam, engkau
yang telah diciptakan Allah dengan tangan-Nya sendiri, dan meniupkan ke dalam dirimu roh-Nya, engkau telah menyesatkan dan mengeluarkan manusia dari surga.97
a. Morfologi
Kata merupakan verba perfektif yang memiliki makna berdebat. Pada terjemahan ini lebih tepat jika kata pernah dihapus. Begitu juga dengan terjemahan di mana Musa mengatakan kepadanya, seharusnya kata di mana ditiadakan karena dapat menimbulkan distorsi dari asal makna partikel .
Kemudian kata pada TSu adalah sebagai fi‘l mâdi asal katanya
mempuyai arti meniup. Selanjutnya kata pada TSu merupakan verba
perfektif atau fi‘l mâdi dari kata mempunyai arti menyesatkan. Kata
96
58 mengandung al-binâ' al-lafîf al-maqrûn dari pola verba trikonsonantal
takberimbuhan atau dalam bahasa Arab termasuk b. Sintaksis
Kalimat pada TSu diterjemahkan oleh penerjemah sudah tepat. Kata
oleh penerjemah diterjemahkan menjadi tangan. Kemudian pada kalimat
pada TSu sudah tepat, hanya saja agar lebih efektif peneliti memberikan alternatif terjemahan lain yaitu, dan Dia meniupkan ruh-Nya ke dalam dirimu.
Kemudian pada kalimat dalam mengalihkan
pesannya sudah tepat. Kalimat kata menjadi maf‘ûl bih. Begitu juga
pronomina tersebut kembali kepada sebagai maf‘ûl bih.
Selanjutnya pada frasa berkedudukan sebagai . Pengalihan
pesan oleh penerjemah sudah tepat, karena dan disisipkan oleh
konjungsi berupa , jadi tidak dipisahkan pengalihan pesan tersebut. Jika diterjemahkan secara harfiah maka terjemahannya yaitu engkau telah menyesatkan dan mengeluarkan.
98
59 Hadîts tersebut menerangkan Nabi Mûsâ menyalahkan Nabi Âdam yang sudah mengakibatkan umat manusia terusir dari surga. Seandainya Âdam tidak makan buah khuldi, niscaya sampai sekarang umat manusia tetap berada di surga. Akan tetapi memang hal tersebut sudah ketentuan dari Allâh Swt.99
Data 8
Musa pun berkata, “Engkaulah Musa yang telah dipilih Allah untuk mengemban
Kalam-Nya, apakah engkau mencelaku atas suatu perbuatan yang tidak aku kerjakan, Allah telah menetapkannya bagiku sebelum Dia menciptakan langit dan bumi?101
a. Morfologi
Terjemahan pada kata oleh penerjemah diterjemahkannya sudah sesuai. Kata
merupakan verba imperfektif dari verba perfektif , kata ditandai prefiks
berupa ا yang merupakan salah satu dari hurûf al-mudâra‘ah, yaitu kata
memiliki arti perbuatan, mengerjakan102. Pengalihan pesan dalam terjemahan ini sudah sesuai.
99 H. Muhammad Alfis Chaniago, Indeks Hadîts dan Syarah 1.885 Hadîts Pilihan dari 6 Kitab
Hadîts Sahih (Bekasi: CV.Alfonso Pratama, 2008), h. 328
100
101 Ibnu Katsîr, Kisah Para Nabi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 43
60 b. Sintaksis
Frasa oleh penerjemah terdapat distorsi makna yang fatal. Pada redaksi hadis tersebut seharusnya diterjemahkan Âdam berkata, namun pengalihan pesan oleh penerjemah tidak diterjemahkan secara tepat.
Kemudian pada kalimat pada TSu pengalihan pesannya tidak tepat. Bahkan keluar dari konteks terjemahan hadisnya. Hal ini dikarenakan penerjemah keliru dalam menerjemahkan redaksi hadîts ini. Seharusnya penerjemah tidak menambahkan kata tidak, karena pada hakikatnya memang tidak ada kata tersebut pada TSu. Peneliti memberikan alternatif terjemahan lain yaitu, atas suatu perbuatan yang aku lakukan.
Kemudian pada TSu oleh penerjemah
kurang tepat dikarenakan pada teks sebelumnya kata merupakan ismu al-nakirah, dan jumlah setelah al-nakirah menjadi al-sifah. Kekeliruan penerjemah dalam teks ini terkait tanda baca berupa titik.
Setelah peneliti menganalisis hasil terjemahan dari aspek morfologi dan