• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI TERKAIT LINGUISTIK & PENILAIAN PENERJEMAHAN

C. Pedoman Penilaian Rochayah Machali

2. Kriteria Penilaian

referensial yang serius. Pada tataran kalimat dan pada analisis sekilas, seolah-olah kata nature dapat dipadankan dengan “alam”. Padahal dalam tataran teks, topik yang dibicarakan menyangkut krisis politik, krisis regional, dan bukan tentang pelestarian alam. Jadi, penerjemah (c) tidak mampu melihat pentingnya saling hubungan kalimat dan tataran teks dalam penerjemahan tersebut.

Aspek lain yang tampak pada pembandingan ketiga teks BSa tersebut adalah gaya bahasa penyampaian. Dapat dilihat pada teks BSu bahwa penyampai berita

menggunakan gaya “bertenaga”. Gaya ini tampak dari penggunaan kata-kata

“bertenaga” seperti focal, long standing, dan crises.45

Apabila ketiganya dibandingkan dari segi gaya, penerjemah teks (a) berupaya mereproduksi gaya bertenaga tersebut, misalnya dengan menggunakan kata-kata

penting dan kronis. Pada teks (b), kata-kata berbeban makna konotatif untuk menunjukan gaya tersebut tampaknya tidak terlalu dipermasalahkan oleh penerjemah. Maka, gaya bahasa pada teks (b) menjadi gaya biasa yang netral, seperti dalam penyampaian fakta, tidak terasa sebagai teks tentang politik yang berfungsi vokatif. Demikian juga dengan gaya pada teks (c).46

2. Kriteria Penilaian

Suatu penilaian harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas. Akan tetapi karena penilaian karya terjemahan adalah relatif, validitas penilaian dapat dipandang dari aspek conten validity dan face validity. Alasannya adalah karena menilai

45 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 147 46 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 147

26 terjemahan berarti melihat aspek isi (content) dan sekaligus juga aspek-aspek yang

menyangkut “keterbacaan” seperti ejaan )face(, sekalipun ejaan itu sendiri juga

berkaitan dengan segi makna. Dengan mendasarkan dua jenis validity ini, diharapkan aspek reliabilitas akan dapat dicapai melalui kriteria dan cara penilaian.47

Sebelum menentukan kriteria penilaian, terlebih dahulu harus diingat kriteria dasar yang menjadi pembatas antara terjemahan yang salah (tidak berterima) dan terjemahan yang berterima. Kriteria pertama adalah “tidak boleh ada penyimpangan makna referensial yang menyangkut maksud penulis asli”. Kriteria lain menyangkut

segi-segi ketepatan pemadanan (linguistik, semantik, dan pragmatik), kewajaran pengungkapan dalam BSa, peristilahan, dan ejaan.48

Tabel 1. Kriteria Penilaian

Segi dan Aspek Kriteria

A. Ketepatan reproduksi makna

1. Aspek linguistis a. transposisi b. modulasi c. leksikon (kosakata) d. idiom 2. Aspek semantis a. makna referensial b. makna interpersonal i. gaya bahasa

Benar, jelas, wajar.

Menyimpang?

(lokal/total)

Berubah?

47 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 151 48 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 151

27

ii. aspek interpersonal lain

(misalnya, konotatif-denotatif)

3. Aspek pragmatis

a. pemadanan jenis teks

(termasuk maksud/tujuan penulis)

b. keruntutan makna pada tataran

kalimat dengan tataran teks

(lokal/total)

Menyimpang?

(lokal/total)

Tidak runtut?

(lokal/total)

B. Kewajaran ungkapan Wajar dan/atau harfiah? (dalam arti kata)

C. Peristilahan Benar, baku, jelas

D. Ejaan Benar, baku

Catatan untuk kriteria tabel penilaian 1:49

1. “Lokal” maksudnya menyangkut beberapa kalimat dalam perbandingannya dengan jumlah kalimat seluruh teks (presentase).

2. “Total” maksudnya menyangkut 75% atau lebih bila dibandingkan dengan jumlah

kalimat seluruh teks.

3. Runtut maksudnya sesuai/cocok dalam hal makna.

4. Wajar artinya alami, tidak kaku (suatu penerjemahan yang harfiah bisa kaku/wajar bisa juga tidak).

5. “Penyimpangan” selalu menyiratkan kesalahan, dan tidak demikian halnya untuk “perubahan” )misalnya perubahan gaya(.

28 3. Cara Penilaian

Cara penilaian terbagi menjadi dua, yaitu cara umum dan cara khusus. Cara umum secara relatif dapat diterapkan pada segala jenis terjemahan sedangkan cara khusus adalah yang khusus bagi suatu teks tertentu. Misalnya; teks hukum dan teks yang bersifat estetis.50

Tabel 2. Rambu-rambu Penilaian Terjemahan

Kategori Nilai Indikator

Terjemahan hampir sempurna 86-90

(A)

Penyampaian wajar, hampir tidak terasa seperti

terjemahan, tidak ada kesalahan ejaan, tidak ada

kesalahan/penyimpangan tata bahasa, tidak ada

kekeliruan penggunaan istilah.

Terjemahan sangat bagus 76-85

(B)

Tidak ada distorsi makna, tidak ada terjemahan harfiah

yang kaku, tidak ada kekeliruan penggunaan istilah, ada

satu-dua kesalahan tata bahasa/ejaan (untuk bahasa Arab

tidak boleh ada kesalahan ejaan)

Terjemahan baik 61-75

(C)

Tidak ada distorsi makna, ada terjemahan harfiah yang

kaku tetapi relatif tidak lebih dari 15% dari keseluruhan

teks, sehingga tidak terlalu terasa seperti terjemahan,

kesalahan tata bahasa dan idiom relatif tidak lebih dari

15% dari keseluruhan teks. Ada satu-dua penggunaan

istilah yang tidak baku/umum. Ada satu-dua kesalahan

tata ejaan (untuk bahasa Arab tidak boleh ada kesalahan

ejaan)

29

Terjemahan cukup 46-60

(D)

Terasa sebagai terjemahan, ada distorsi makna, ada

beberapa terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relatif

tidak lebih 25%. Ada beberapa kesalahan idiom dan/tata

bahasa, tetapi relatif tidak lebih dari 25% keseluruhan

teks. Ada satu-dua penggunaan istilah yang tidak

baku/tidak umum dan/atau kurang jelas.

Terjemahan buruk 20-45

(E)

Sangat terasa sebagai terjemahan, terlalu banyak

terjemahan harfiah yang kaku (relatif lebih dari 25% dari

keseluruhan teks), distorsi makna dan kekeliruan

penggunaan istilah lebih dari 25% keseluruhan teks.

Catatan:

1. Nilai dalam kurung adalah nilai ekuivalen.

2. Istilah “wajar” dapat dipahami sebagai “wajar dan komunikatif”.

Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa kategori terjemahan dapat

“dikonversikan” menjadi rentangan nilai yang didasarkan pada prinsip piramida,

semakin baik suatu kategori, semakin kecil rentangan angka/nilainya.51 Begitu pula

yang perlu diingat pada tabel tersebut adalah perbedaan istilah “salah” dan “keliru”. Suatu kesalahan adalah kategori yang jelas letaknya dalam oposisi “benar-salah”, misalnya “kesalahan ejaan”. Sebaliknya, “keliru” tidak ada oposisi langsungnya,

karena istilah tersebut dimaksudkan di sini agar dapat mencakup kriteria penilaian

untuk “ketidakjelasan”, “ketidakwajaran”, dan “ketidakbakuan”.52

51 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 155 52 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 155

30 Namun, penting juga untuk diingat bahwa rambu-rambu penilaian terjemahan hanyalah pedoman saja, bukan harga mati. Oleh karena itu ada tahapan yang perlu dilalui sebelum penerjemah ingin melakukan proses penilaian. Yaitu:53

1. Penilaian fungsional, yakni kesan umum untuk melihat apakah tujuan umum penulisan menyimpang. Bila tidak, penilaian dapat berlanjut ke tahap berikutnya. 2. Penilaian terperinci, yaitu berdasarkan segi-segi dan kriteria yang sudah dibahas

sebelumnya pada bagian kriteria penilaian.

3. Penilaian terperinci tersebut digolongkan dalam suatu skala/kontinum dan dapat diubah menjadi nilai. Untuk memudahkan penempatan golongan atau kategori, kriteria terperinci pada tahap kedua diwujudkan dalam indikator umum, seperti dalam tabel rambu-rambu penilaian terjemahan di atas.

Penilaian Khusus

Penilaian Khusus menyangkut teks-teks yang khusus, baik dalam hal jenisnya (misalnya puisi dan dokumen hukum seperti akta) ataupun dalam hal fungsinya (seperti ekspresif dan vokatif).54 Dokumen hukum yang berbentuk akta, tentu akan berbeda bentuknya dengan dokumen yang isinya tentang kontrak. Contohnya, suatu

akta notaris biasanya dimulai dengan frase “Hari ini telah datang menghadap saya….” Maka bentuknya pun harus tetap dipertahankan dalam penerjemahan. Hal

yang serupa berlaku juga untuk puisi. Contohnya, puisi yang berbentuk rima estetik

53 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 155 54 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 157

31 tentu tidak bisa sekadar diterjemahkan menjadi puisi tanpa rima, apalagi seperti cerita biasa.55

Dalam penilaian teks-teks yang khusus ini, segi-segi yang harus diikutsertakan dalam penilaian adalah; bentuk, sifat, dan fungsi. Kriteria yang dapat digunakan adalah apakah ada pengubahan atau tidak, menyeluruh ataukah tidak, jelas ataukah tidak, wajar ataukah tidak, serta benar ataukah tidak. Kemudian semua segi dan

kriteria ini dapat “diterjemahkan” menjadi indikator seperti dalam tabel rambu-rambu penilaian terjemahan.56

55 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 158 56 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 158

32

BAB III

Dokumen terkait