• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II sebelumnya menyebutkan bahwa keberhasilan sebuah puisi terjemahan terletak pada makna dan keindahan puisi yang dapat dimunculkan kembali dalam bahasa sasaran dengan menggunakan padanan yang tepat. Kesepadanan (equivalence) diukur dari kesepadanan secara menyeluruh, artinya perubahan atau pergeseran yang bersifat lokal, yakni pada kata, frasa dan kalimat harus dilihat dari fungsinya yang lebih tinggi. Selama perubahan-perubahan tersebut tidak merubah fungsi teks, maka teks dalam bahasa sasaran tersebut sepadan dengan teks aslinya. Berikut ini adalah uraian rinci mengenai perubahan atau pergeseran bentuk dan makna setiap larik puisi “Aku” karya Chairil Anwar dan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais. Puisi “Aku” merupakan teks sumber (TSu) dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” merupakan teks sasaran (TSa).

Aku Kalau sampai waktuku

`Ku mau tak seorang `kan merayu Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari

Hingga hilang pedih peri Dan aku lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

(Aku ini Binatang Jalang, Ed. Pamusuk Erneste)

Moi (Exaltation) Lorsque mon heure sera venue Je veux que personne ne me regrette Pas même toi

Bien inutiles seraient de tels sanglots Me voici, animal traqué

De son troupeau rejeté

Qu`une balle me transperce, je n`en ai cure

Sans répit, exaspéré, je me débattrai Blessure et poison dans ma course emportant

Dans ma course emportant

Jusqu`à ce qu`aient disparu peine et tourment

Et tout me sera encore plus indifférent Car je veux vivre mille années encore

Mars 1943 (Cent Deux Poèmes Indonésiens, 1965 :91)

4.2.1. Larik ke-1

TSu : Kalau sampai waktuku

TSa : Lorsque mon heure sera venue

Teknik yang digunakan dalam menerjemahkan larik ini adalah teknik penambahan (addition) kata dalam struktur, yakni kata sera, yang tidak ada dalam TSu. Adapula perubahan susunan larik, yakni pola P-S (Predikat-Subjek) dalam TSu pada susunan sampai waktuku menjadi S-P (Subjek-Predikat) dalam TSa pada susunan kata mon heure sera venue. Perubahan susunan juga terjadi pada kata ganti kepunyaan.

Dalam TSu, kata ganti kepunyaan –ku dalam kata waktuku ditempatkan sesudah kata benda “waktu”. Sedangkan dalam TSa, ditempatkan sebelum kata benda (maskulin) heure menjadi mon heure. Kata ganti kepunyaan –ku berjenis kata benda sedangkan mon berjenis kata sifat yang menunjukkan kepunyaan terhadap kata benda maskulin (adjective possessive). Pergeseran jenis kata ini disebut transposisi.

4.2.2. Larik ke-2

TSu : `Ku mau tak seorang `kan merayu TSa : Je veux que personne ne me regrette

Larik di atas dalam TSu termasuk jenis kalimat majemuk karena terdiri dari lebih satu pola, yakni `Ku mau sebagai induk kalimat dan tak seorang `kan merayu sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk ini tetap dipertahankan dalam TSa dengan Je veux sebagai induk kalimat atau proposition principale dan que personne ne me regrette sebagai anak kalimat atau proposition subordonnée.

Teknik penerjemahan ini termasuk terjemahan harfiah yang dimodifikasi (modified literal translation) (Larson dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2007 : 40) atau menerjemahkan kata per-kata tetapi dimodifikasi untuk membentuk padanan yang sesuai dalam TSa. Modifikasi yang dilakukan adalah penambahan (addition) kata que yang berarti ”bahwa” dan me yang berarti ”aku” sebagai objek. Kedua kata ini secara implisit terkandung dalam TSu. Jika kedua kata ini tidak ditimbulkan pada TSa maka struktur kalimatnya akan rancu. Oleh karena itu, penerjemah melakukan penambahan (addition).

4.2.3. Larik ke-3

TSu : Tidak juga kau TSa: Pas même toi

Larik tidak juga kau dalam TSu diterjemahkan ke dalam TSa menjadi pas même toi yang tetap mempertahankan iramanya dengan penekanan di akhir larik. Walupun demikian, maknanya tetap sesuai dan berterima dalam TSa. Terjemahan jenis ini termasuk terjemahan irama. Pada larik ini, tidak terjadi perubahan bentuk ataupun makna.

4.2.4. Larik ke-4

TSu : Tak perlu sedu sedan itu

TSa : Bien inutiles seraient de tels sanglots

Susunan kata dalam puisi bisa saja bebas sesuai dengan kehendak penyairnya. Biasanya susunanya tidak seperti susunan bahasa yang dipakai sehari-hari. Dalam TSu, larik ”Tak perlu sedu sedan itu” yang bermakna jangan bersedih tersebut diterjemahkan ke dalam TSa dengan Bien inutiles seraient de tels sanglots. Makna kata bien yang berarti sangat, amat atau benar-benar. Adapun secara harfiah, larik TSa tersebut bermakna “Sangat tidak berguna kesedihan-kesedihan itu. Dalam terjemahan tersebut terjadi teknik perluasan makna dari makna tidak perlu menjadi sangat tidak berguna. Selain itu, terjadi perubahan bentuk tunggal menjadi jamak, yang terdapat pada kata sedu sedan dengan bentuk tunggal menjadi sanglots dengan bentuk jamak bertanda penambahan s di akhir kata benda sanglot.

4.2.5. Larik ke-5

TSa : Me voici, animal traqué

Teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan larik ini adalah terjemahan irama dan perluasan makna. Disebut terjemahan irama karena penerjemah menekankan pada iramanya sehingga penjedaan dan penekanan dalam larik TSa pada kata ”ini” dan ”jalang” persis sama dengan larik TSu pada kata voici dan traqué. Adapun disebut perluasan makna adalah karena dari segi makna, kata jalang diartikan sebagai traqué. Traqué merupakan participe passé dari infinitif traquer yang tergolong kata sifat bermakna buruan. Sedangkan jalang adalah hanya salah satu sifat dari binatang buruan.

4.2.6. Larik ke-6

TSu : Dari kumpulannya terbuang TSa : De son troupeau rejeté

Untuk menerjemahkan larik TSu di atas, penerjemah menggunakan teknik pengubahan susunan dan transposisi. Pengubahan susunan terjadi pada kata ganti nya yang terletak setelah kata benda kumpulan menjadi son yang terletak sebelum kata benda troupeau. Adapun transposisi terjadi pada perubahan jenis kata, yakni kata –nya yang tergolong kata benda menjadi son yang tergolong kata sifat kepunyaan (adjective possessive).

4.2.7. Larik ke-7

TSu : Biar peluru menembus kulitku

TSa : Qu`une balle me transperce, je n`en ai cure

Terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara larik TSu dan larik TSa di atas dari segi bentuknya. Penerjemah memilih untuk membagi satu larik menjadi dua bagian yang terpisah oleh koma. Selain itu, terjadi penghapusan

makna (deleting) yang terkandung dalam susunan kata menembus kulitku. Pada susunan tersebut mengandung majas pleonasme, yakni penegasan yang mempergunakan kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena maknanya sudah tersirat pada kata sebelumnya. Penerjemah memilih untuk memperjelas makna kata “biar” dalam TSu dengan susunana kata Je n`en ai cure yang berarti “aku tidak perduli”. Dalam hal ini penerjemah menggunakan padanan deskriptif.

4.2.8. Larik ke-8

TSu : Aku tetap meradang menerjang TSa : Sans répit, exaspéré, je me débattrai

Pola S-P (Subjek-Predikat) adalah pola pada larik TSu di atas, dengan subjek ”aku” dan predikatnya ”tetap meradang menerjang”. Pola ini tidak dipertahankan dalam TSa, sehingga yang terjadi adalah perubahan susunan dan jenis kata. Larik TSa diawali oleh kata keterangan sans répit, exaspéré yang tergolong kata benda dan participe passé untuk memperjelas makna tetap yang berjenis adverbia frekuentatif.

Sans répit, exaspéré bermakna tanpa berhenti dan dengan penuh kekesalan yang sangat. Perubahan ini terjadi agar makna dalam TSu bisa muncul dalam TSa dengan alami. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemah menggunakan padanan deskriptif untuk memunculkan kembali makna TSa ke dalam TSa dengan padanan yang berterima.

4.2.9. Larik ke-9

TSu : Luka dan bisa kubawa berlarI

Larik TSu termasuk ke dalam kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat 1 adalah luka kubawa berlari dan kalimat 2 adalah bisa kubawa berlari. Adapun pola lariknya adalah pola kalimat pasif S-O-P, yakni luka dan bisa berfungsi sebagai subjek yang dikenai, ku berfungsi sebagai objek pelaku dan bawa berlari berfungsi sebagai predikat. Kemudian diterjemahkan ke dalam TSa dengan jenis kalimat yang sama tetapi dengan pola kalimat yang berbeda. Perbedaan tersebut hanya terdapat pada predikatnya, yakni pada susunan kata kubawa berlari dengan dans ma course emportant. Larik TSu adalah kalimat berpredikat kata kerja sedangkan larik TSa adalah kalimat berpredikat frasa preposisional. Perubahan ini adalah perubahan bentuk kata sehingga disebut teknik transposisi.

4.2.10. Larik ke-10

TSu : Berlari

TSa : Dans ma course

Kata berlari dalam TSu tergolong kata kerja yang berarti melakukan lari. Namun diterjemahkan ke dalam TSa menjadi dans ma course yang bermakna dalam lariku dengan dans tergolong kata keterangan, ma tergolong adjectif possessif untuk kata kerja maskulin dan course adalah kata benda maskulin. Selain itu fungsinyapun berubah dari predikat menjadi kata keterangan. Pergeseran bentuk dan fungsi ini disebut transposisi.

4.2.11. Larik ke-11

TSu : Hingga hilang pedih peri

TSa : Jusqu`à ce qu`aient disparu peine et tourment

Pada larik TSa di atas, terjadi penambahan kata ce `qu`aient yang sebenarnya tidak ada padanannya pada larik TSu. Namun hal ini justru

dimaksudkan agar makna tersampaikan pada TSa dengan tata bahasa yang benar. Oleh karena itu penambahan (addition) menjadi wajib dalam TSa.

4.2.12. Larik ke-12

TSu : Dan aku akan lebih tidak perduli TSa : Et tout me sera encore plus indifférent

Jika dilihat dari maknanya, larik TSu secara ekplisit mengungkapkan bahwa si aku akan lebih tidak perduli terhadap segala rintangan yang dihadapinya. Aku berfungsi sebagai subjek yang melakukan kegiatan, yakni lebih tidak perduli. Lain halnya dalam larik TSa, me yang berarti aku berfungsi sebagai objek. Sehingga jika diartikan secara harfiah, makna larik TSa adalah ”dan semuanya membuatku lebih tidak perduli”. Pergeseran yang terjadi adalah pergeseran bentuk dan fungsi atau disebut sebagai transposisi. Transposisi dari fungsi kata aku sebagai subjek menjadi objek.

4.2.13. Larik ke-13

TSu : Aku mau hidup seribu tahun lagi TSa : Car je eux vivre milles années encore

Larik TSu di atas merupakan kalimat tunggal yang berpola S-P-O-K (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan waktu) dengan aku sebagai subjek, mau sebagai predikat, hidup sebagai objek, seribu tahun lagi sebagai kata keterangan jumlah. Namun dalam larik TSa, penerjemah menambah kata car yang artinya karena menunjukkan hubungan sebab.

Jenis kalimat ini menjadi anak kalimat dari kalimat majemuk dengan induk kalimat pada larik sebelumnya, yaitu et tout me sera encore plus indifférent.

Sehingga pola kalimatnya adalah prep.-S-P-O-K dengan preposisi car, subjek je, predikat veux, objek vivre dan keteranganjumlah mille années encore. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa teknik yang digunakan adalah penambahan (addition) kata tertentu untuk mempertajam makna dan transposisi, yakni pergeseran bentuk atau jenis kalimat dari kalimat tunggal menjadi anak kalimat.

4.2.14. Hasil Analisis Terjemahan

Analisis terjemahan ketiga belas larik/ baris puisi di atas menunjukkan adanya beberapa perubahan atau pergeseran yang terjadi dari TSu kedalam TSa. Perubahan-perubahan tersebut dikarenakan perbedaan tata bahasa yang dimiliki oleh bahasa Indonesia dan bahasa Prancis. Oleh karena itu, hal ini menjadi wajar agar mendapatkan padanan yang tepat dan alami dalam BSa. Berikut ini adalah tabel 4.4 dan tabel 4.5 mengenai perubahan atau pergeseran bentuk (struktural) dan makna (semantis) yang terjadi dalam penerjemahan puisi “Aku” karya Chairil Anwar ke dalam puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais.

Tabel 4.4 memaparkan teknik struktural yang terdapat pada penerjemahan puisi “Aku” karya Chairil Anwar. Teknik struktural mengindikasikan perubahan bentuk kata atau kalimat pada larik-larik puisi tersebut. Tabel 4.4 di bawah ini menunjukkan beberapa perubahan bentuk, yakni penambahan kata sebanyak 4 kali dan transposisi atau pergeseran jenis kata dan kalimat sebanyak 7 kali.

Tabel 4.4

Teknik Struktural pada Penerjemahan Puisi “Aku” karya Chairil Anwar Larik

ke-

Teknik Struktural

Penambahan Pengurangan Transposisi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 4 - 7

Tabel 4.5 menunjukkan teknik semantis yang terdapat pada penerjemahan puisi “Aku” karya Chairil Anwar. Teknik semantis mengindikasikan perubahan makna. Berdasarkan tabel 4.5 di bawah ini, perubahan makna yang terjadi, yakni padanan deskripsif sebanyak 2 kali, penghapusan makna sebanyak 2 kali dan perluasan makna sebanyak 1 kali.

Tabel 4.5

Teknik Semantis pada Penerjemahan Puisi “Aku” karya Chairil Anwar

L a ri k k e-Teknik Semantis M o d u la si P em u n g u ta n P a d a n a n B u d a y a P a d a n a n D es k ri p ti f S in o n im T er je m a h a n re sm i P en y u su ta n P er lu a sa sa n P en a m b a h a n P en g h a p u sa n P em a d a n a n b er k o n te k s P em a d a n a n B er ca ta ta n 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12 13 - - - 2 - - 2 1 - -

Dokumen terkait