• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

F. Analisis Data

Untuk menganalisis pertumbuhan jamur tiram putih, dipergunakan analisis varian (ANAVA) satu jalur taraf 5% dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menggunakan tabel data pengamatan

2. Menentukan derajat bebas (Db) untuk perlakuan, galat dan tota l - Db total = jumlah seluruh observasi-1

- Db perlakuan = jumlah perlakuan-1 - Db galat = Db total – Db perlakuan

3. Menghitung jumlah kuadrat (JK)

t = jumlah perlakuan, r = jumlah ulangan Faktor korelasi (FK)= observasi semua Jumlah umum) (total 2 JK total = ?Yij2 – FK Jumlah perlakuan = FK r perlakuan) hasil (jumlah 2 ?

JK galat = JK total – JK perlakuan 4. Menghitung kuadrat tengah (KT)

KT perlakuan = Perlakuan DB Perlakuan JK KT galat = galat Db Galat JK 5. Mencari F hitung = galat KT perlakuan KT

6. Mengamati tabel F taraf 5%

7. Mengisi tabel ANOVA dengan nilai-nilai yang telah diperoleh Sumber variasi db JK KT Fhitung Ftabel 5% Perlakuan Galat Total Uji BNT taraf 5%

Setelah dilaksanakan analisis data Anova satu jalur, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan

- kuadrat tengah galat (KTG) - derajat bebas galat (DbG) - t 5% 2. Menghitung Sd = r KTG 2 3. Menghitung BNT taraf 5% BNT 5% = t x Sd

4. Membuat tabel BNT taraf 5%

5. Membandingkan nilai-nilai perlakuan dalam tabel dengan BNT taraf 5% 6. Membuat keputusan uji BNT taraf 5%.

25 A. Penyajian Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pada masing-masing obyek penelitian tentang efektivitas pemberian blotong kering terhadap pertumbuhan jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus) diperoleh data yang disajikan pada tabel 4. 1 dan 4. 2 berikut ini:

Tabel 4.1. Jumlah Badan Buah Jamur T iram Putih Setelah Panen Pertama Jumlah Badan Buah

Jamur (buah) Perlakuan 1 2 3 Jumlah Rata-rata B0 6 6 5 17 5,667 B1 7 5 8 20 6,667 B2 8 9 8 25 8,333 B3 10 9 10 29 9,667 B4 12 10 9 31 10,333 Keterangan:

B0 = Media tanam 1 kg tanpa blotong kering (kontrol)

B1 = Media tanam 1 kg dengan pe mberian blotong kering 0,01 kg B2 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,02 kg B3 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,03 kg B4 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg

Data tentang jumlah badan buah jamur tiram putih menunjukkan adanya peningkatan, dengan rata -rata yang ditunjukkan pada gambar 1:

10,333 9,667 8,333 6,667 5,667 0 2 4 6 8 10 12 B0 B1 B2 B3 B4 Perlakuan

Jumlah Badan Buah

Gambar 1. Grafik Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

26

Tabel 4. 2. Berat Basah (gram) Jamur T iram Putih Setelah Panen Pertama Berat Basah Jamur Tiram Putih

(gram) Perlakuan

1 2 3

Jumlah Rata -rata

B0 65 70 70 205 68,333 B1 75 75 70 220 73,333 B2 75 85 70 230 76,667 B3 80 75 90 245 81,667 B4 100 85 90 275 91,667 Keterangan:

B0 = Media tanam 1 kg tanpa blotong kering (kontrol)

B1 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,01 kg B2 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,02 kg B3 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,03 kg B4 = Media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg

Data tentang berat basah jamur tiram putih menunjukkan adanya peningkatan, dengan rata -rata yang ditunjukkan pada gambar 2:

91,667 81,667 76,667 73,333 68,333 50,000 55,000 60,000 65,000 70,000 75,000 80,000 85,000 90,000 95,000 B0 B1 B2 B3 B4 Perlakuan

Berat Basah Jamur Tiram Putih

(gram)

Gambar 2. Grafik Berat Basah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Selanjutnya data-data dari tabel 4. 1 dan tabel 4. 2 kemudian dianalisis dengan Anava Satu Jalur untuk membuktikan efektivitas pemberian blotong kering terhadap per tumbuhan jamur tiram putih.

Untuk membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat efektivitas pemberian blotong kering terhadap pertumbuhan jamur tiram putih, maka data-data jumlah badan buah dan berat basah jamur tiram put ih dianalisis dengan anava satu jalur. Data selanjutnya dianalisis dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mengetahui beda nyata masing-masing perlakuan. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Uji Anava Satu Jalur untuk Jumlah Badan Buah Jamur Tiram P utih

Tabel 4. 3. Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Sumber db JK KT Fhitung Ftabel 5% Perlakuan 4 46,400 11,600 10,238 3,48 Galat 10 11,333 1,133 Total 14 57,733

Keterangan : * = signifikan pada taraf signifikansi ? = 5%

Hasil perhitungan memperoleh Fhitung > Ftabel pada taraf signifikansi

? = 5%, yaitu 10,238 > 3,48. Artinya pemberian blotong kering dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1).

Hasil uji anava yang signifikan, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT yang hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 4. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil Terhadap Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Rerata Beda Jarak Nyata No Perlakuan Hasil 2 3 4 5 1 B0 5,667 2 B1 6,667 1,000 3 B2 8,333 1,666 2,666* 4 B3 9,667 1,334 3,000* 4,000* 5 B4 10,333 0,666 2,000* 3,666* 4,666* Nilai Baku t0,05 (10) 2,228 Nilai Uji BNT0,0 5 1,937

28

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg) merupakan perlakuan yang paling efektif dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih. Tabel 4.5. Hasil Uji Anava Satu Jalur Terhadap Berat Basah Jamur Tiram

P utih Setelah Panen Pertama

Sumber db JK KT Fhitung Ftabel 5% Perlakuan 4 950,000 237,500 6,196 3,48

Galat 10 383,333 38,333

Total 14 1333,333

Keterangan : * = signifikan pada taraf signifikansi ? = 5%

Hasil perhitungan memperoleh Fhitung > Ftabel pada taraf signifikansi

? = 5%, yaitu 6,196 > 3,48. Artinya pemberian blotong kering dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2).

Hasil uji anava yang signifikan, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT yang hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 6. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil Terhadap Berat Basah Jamur Tiram Putih Setelah Panen Pertama

Rerata Beda Jarak Nyata No Perlakuan Hasil 2 3 4 5 1 B0 68,333 2 B1 73,333 5,000 3 B2 76,667 3,334 8,334 4 B3 81,667 5,000 8,334 13,334* 5 B4 91,667 10,000 15,000* 18,334* 23,334* Nilai Baku t0,05 (10) 2,228 Nilai Uji BNT0,05 11,263 Keterangan: * = signifikan pada ? = 0,05

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg) merupakan perlakuan yang paling efektif dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih.

1. Jumlah Badan Buah Jamur Tiram Putih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah badan buah jamur tiram putih pada setiap perlakuan berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-masing media tanam. Semakin tinggi konsentrasi blotong kering yang diberikan pada media tanam, semakin tinggi pula jumlah badan buah yang dihasilkan. Blotong kering mengandung protein kasar, gula, selulosa, bahan organik, khlor, fosfat, dan serat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur, karena jamur hidup dengan cara menyerap atau mengambil zat-zat makanan dari organisme lain.

Dalam pelaksanaan penelitian, faktor-faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram putih seperti air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu udara, dan ketersediaan sumber nutrisi. Air dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan miselium membentuk tubuh buah. Pada umumnya, pertumbuhan spora dan miselium jamur membutuhkan kelembaban udara yang optimal (Nunung, 2001).

Pada perlakuan B0 (media tanam 1 kg tanpa pemberian blotong kering) dan B1 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,01 kg) menunjukkan pertumbuhan badan buah yang kurang baik dengan nilai rata-rata hanya mencapai 5,667 – 6,667 buah. Hal ini disebabkan karena kurangnya unsur hara yang dibutuhkan jamur, sehingga pertumbuhannya tidak optimal.

Pada perlakuan B2 (media tanam 1 kg dengan pe mberian blotong kering 0,02 kg) menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan

30

perlakuan B0 dan B1. Nilai rata -rata jumlah badan buah jamur tiram putih pada perlakuan B2 mencapai 8,333 buah. Hal ini disebabkan adanya peningkatan konsentrasi bahan organik yang terkandung dalam blotong kering.

Pada perlakuan B3 (media tanam 1 kg dengan pe mberian blotong kering 0,03 kg) memiliki nilai rata-rata jumlah badan buah sebesar 9,667 buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi blotong kering dapat meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih. Zat-zat hara makanan dari blotong kering tersebut diserap oleh spora untuk tumbuh menjadi mise lium dan tumbuh menjadi jamur dewasa (Soenanto, 2001). Hal ini disebabkan karena jamur tiram putih merupakan tumbuhan yang tidak mengandung klorofil, sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Oleh karena itu jamur meme rlukan zat-zat makanan dari organisme lain khususnya dari blotong kering.

Pertambahan jumlah badan buah jamur tiram putih yang paling nyata perbedaannya terjadi pada perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg) yang memiliki nilai rata-rata 10,333 buah. Hasil uji BNT (Tabel 4. 4) menunjukkan bahwa perlakuan yang menghasilkan jumlah badan buah paling banyak adalah pada perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg) dengan nilai rata-rata 10,333 buah.

Pember ian blotong kering yang paling efektif dapat meningkatkan prodiktivitas pertumbuhan jamur tiram putih adalah pada perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg). Hal ini

pada media tanam 1 kg memiliki kandungan fosfat, selulosa, protein kasar, gula, serat dan bahan organik yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga menghasilkan jumlah badan buah paling banyak. Pertumbuhan jamur tiram putih dapat berlangsung dengan optimal jika media tanam banyak mengandung unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh jamur. 2. Berat Basah Jamur Tiram Putih

Penimbangan berat basah dilakukan pada setiap pemetikan dengan cara menimbang jamur setiap panen. Penimbangan berturut-turut menghasilkan berat rata-rata 68,333 g, 73,333 g, 76,667 g, 81,667 g, dan 91,667 g pada perlakuan B0, B1, B2, B3, dan B4. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa berat basah jamur tiram putih pada setiap perlakuan menunjukkan adanya perbedaan. Semakin tinggi konsentrasi pemberian blotong kering, semakin tinggi pula rata-rata berat basah jamur tiram putih yang dihasilkan.

Pada perlakuan B0 (media tanam 1 kg tanpa pemberian blotong kering), B1 (media tanam 1 kg dengan pe mberian blotong kering 0,01 kg), dan B2 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,02 kg) menunjukkan berat basah jamur tiram putih memiliki nilai yang lebih rendah dengan nilai rata-rata yaitu hanya mencapai 68,333 g, 73,333 g, dan 76,667g. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan unsur hara dalam media tanam yang dibutuhkan jamur, sehingga pertumbuhan jamur kurang optimal.

32

Pada perlakuan B3 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,03 kg), berat basah jamur tiram putih menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan perlakuan B0, B1, dan B2. Nilai rata-rata berat basah jamur tiram putih pada perlakuan B3 mencapai 81,667 g. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan konsentrasi bahan organik yang terkandung dalam blotong kering.

Pertambahan berat basah jamur tiram putih paling tinggi terjadi pada perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg) dengan nilai rata-rata sebesar 91,667 g. Pemberian blotong kering dengan konsentrasi 0,04 kg banyak mengandung unsur hara seperti selulosa, khlor, fosfat, protein kasar, serat, gula dan lain-lain, sehingga baik bagi pertumbuhan jamur tiram putih (Martina, 2004) .

Dari hasil uji anava satu jalur (Tabel 4.5) menunjukkan bahwa pemberian blotong kering dapat meningkatkan produktivitas berat basah jamur tiram putih. Hasil uji BNT (Tabel 4. 6) menunjukkan bahwa perlakuan yang menghasilkan berat basah jamur tiram putih paling tinggi adalah pada media tanam dengan pemberian blotong kering 0,04 kg (perlakuan B4). Pemberian blotong kerin g yang paling efektif dapat meningkatkan produktivitas jamur tiram putih adalah pada perlakuan B4 (media tanam 1 kg dengan pemberian blotong kering 0,04 kg). Hal ini disebabkan karena pemberian blotong kering 0,04 kg pada media tanam 1 kg memiliki kandungan fosfat, gula, bahan organik, protein kasar, selulosa, dan serat yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga menghasilkan berat basah jamur tiram putih paling tinggi.

menjadi lebih tinggi, masa panen lebih panjang dan jamur yang dihasilka n akan lebih besar dan sukulen. Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu bibit jamur, substrat penanaman, kondisi lingkungan, dan bahan media. Subtrat penanaman sangat berpengaruh terhadap perkembangan jamur karena berhubungan dengan kandungan nutrien dan derajat keasaman (pH) (Suriawiria, 2001).

34 BAB V

Dokumen terkait