BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.10. Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis data, yaitu : 3.10.1. Metode Analisis Deskriptif
Metode ini merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, penyusunan, dan penganalisaan data, sehingga dapat diketahui gambaran umu dari objek yang diteliti.
3.10.2. Uji Asumsi Klasik
Untuk meyakinkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh adalah linier dan dapat dipergunakan (valid) untuk mencari peramalan, maka akan dilakukan pengujian asumsi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas.
1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat (Ghozali, 2005). 2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Apabila antar
variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2005).
3) Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2005).
Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan asumsi deteksi seperti di atas, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas, dan demikian pula sebaliknya.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dasar analisisnya adalah:
1) Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, kedua variabel (bebas maupun terikat) mempunyai distribusi normal atau setidaknya mendekati normal (Ghozali, 2005). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Dasar pengambilan keputusannya adalah (Ghozali, 2005):
1) Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau garfik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3.10.3. Metode Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu: insentif (X1) dan jaminan kesehatan (X2) terhadap variabel terikatnya yaitu motivasi kerja (Y).
Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005): Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y = Motivasi kerja a = Konstanta b1, b2 = Koefisien regresi X1, = Insentif X2 = Jaminan kesehatan e = error / variabel pengganggu
3.10.4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F )
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : Variabel-variabel bebas yaitu insentif dan jaminan kesehatan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya yaitu motivasi kerja karyawan.
Ha : Variabel-variabel bebas yaitu insentif dan jaminan kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya yaitu motivasi kerja karyawan.
Dasar pengambilan keputusannya (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu:
1) Apabila probabilitas signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. 2) Apabila probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. b. Uji Signifikasi Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan Y, apakah variabel X1 dan X2 (insentif dan jaminan kesehatan) benar-benar berpengaruh terhadap variabel Y (motivasi kerja) secara terpisah atau parsial (Ghozali, 2005). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
Ho : Variabel-variabel bebas (insentif dan jaminan kesehatan) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (motivasi kerja).
Ha : Variabel-variabel bebas (insentif dan jaminan kesehatan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (motivasi kerja).
Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu:
1) Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2) Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
c. Analisis Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005). Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas (insentif dan jaminan kesehatan) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (motivasi kerja) amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel trikat. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R² pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh
karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Alfa Scorpii
PT Alfa Scorpii atau disebut Alfa Scorpii dalam standard guideline ini telah berkecimpung di dunia bisnis otomotif selama lebih dari 20 tahun sebagai main dealer sepeda motor brand YAMAHA. Jangkauan servisnya berpusat di daerah Sumatera bagian utara (untuk saat ini telah memasuki 4 propinsi, yakni:
Sumatera Utara (NAD, Riau Daratan dan Riau Kepulauan). Kesuksesan tentunya tidak datang begitu saja. Dengan pasukan inti tidak lebih dari 10 orang pada tahun pertama, Alfa Scorpii kemudian pun mengolah intuisi dan visi dengan perjuangan dan aksi.Tepatnya pada tanggal 25 Agustus 1987, Alfa Scorpii mengukuhkan tekad untuk mengharumkan nama besar YAMAHA yang sempat absen 10 (sepuluh) tahun dari dunia otomatif Indonesia. 5 (lima) tahun bukan jangka waktu yang pendek untuk mendirikan fondasi perusahaan ini. Bagaikan filosopi tumbuhan bambu, Alfa Scorpii membangun akar-akar kuat dengan membangun sistem manajemen yang kokoh. Fleksibel namun kuat seperti batang-batang bambu yang elastis namun tidak mudah patah. Kepiawaiannya membangkitkan kembali brand YAMAHA yang sempat lumpuh di era 80-an menyumbang andil besar dalam market share penjualan sepeda motor asal Jepang tersebut di skala nasional.
Akhirnya setelah perjuangan panjang, pada awal 2007, YAMAHA berhasil membobol rekor market sepeda motor di Indonesia. Seiring dengan prestasi tersebut, Alfa Scorpii mengukuhkan kebesaran namanya dengan merancang identitas perusahaan baru yang dirangkumkan dalam standard guideline ini. Fungsi elemen grafis yang menerapkan filosopi perusahaan ini akan menjadi formula penggunaan segala coorporate design dan branding Alfa Scorpii di masa mendatang. Identitas perusahaan adalah seperangkat atribut, aspek, ide, metode, teknik dan nilai sebuah perusahaan berdasarkan karakter (personaliti), kultur dan visi dari perusahaan tersebut.
Perangkat ini sangat penting dalam dunia bisnis karena identitas perusahaan dimanifestasikan dalam sistem branding dan trademark yang akan membedakan perusahaan tersebut dari kompetitornya. Identitas yang kuat akan menegaskan brand sehingga lebih dikenal oleh target marketnya. Biasanya identitas perusahaan ini diterapkan dalam format komunikasi seperti: logo, letterhead, business card, folder,
envelope, kartu-kartu, presentation template, typography, warna, seragam dan lain-lain. Bisa dikatakan identitas perusahaan tidak hanya merupakan identitas, tapi melambangkan jiwa dari perusahaan tersebut. Adalah sebuah cara yang strategis untuk menyampaikan pesan perusahaan melalui visual image dari seperangkat identitas perusahaan. Untuk itu diperlukan kombinasi formula, kriteria, struktur, dan aturan yang tepat dalam sebuah sistem yang disebut identitas perusahaan standard guideline. Adapun karakter atau personaliti Alfa Scorpii yaitu Fast, Smart, Modern,
Professional, Friendly, Daring dan Flexible. Corporate Signature Alfa Scorpii terdiri dari dua elemen yaitu Logo/symbol “The Scorpion”dan Logotype“Alfa Scorpii” .Secara general, kedua elemen di atas digunakan sebagai satu unit. Kecuali dalam beberapa agenda dan ketentuan khusus di mana logo dan logotype tidak digunakan bersamaan atau digunakan bersamaan namun dengan komposisi berbeda.
4.1.2 Visi dan Misi Pt. Alfa Scorpii Visi
1. Menjadi perusahaan distributor motor, produk dan jasa pendukungnya yang memiliki jaringan pemasaran terbesar di Indonesia
2. Menjadi perusahaan yang terpercaya, meliputi sumber daya manusia yang
handal, sistem pengelolaan keuangan yang solid, dan infrastruktur yang tepat guna.
Misi
1. Melakukan terobosan dan analisa untuk pengembangan bisnis dengan
membentuk jaringan-jaringan (Penjualan, Perawatan, dan Suku Cadang) baru di Indonesia
2. Memastikan terjadinya pertumbuhan penjualan danpangsa pasar di setiap
wilayah operasional.
3. Melakukan strategi bisnis perusahaan yang didukung oleh strategi kebijakan
yang optimal
4. Mengembangkan dan menempatkan karyawan sesuai dengan tuntutan
kompetensi jabatan sehingga karyawan memiliki kapasitas serta dapat
menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dengan baik
5. Menerapkan Standar Operasional yang tepat guna, sebagai landasan kerja
Untuk menghasilkan kinerja yang optimal
6. Mengembangkan sistem infrastruktur, informasi teknologi serta sumber
daya fisik yang tepat guna dan terintegrasi dengan departemen terkait, sesuai standar yang berlaku.
7. Melakukan audit internal kontrol secara periodik dan objektif
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi yang berbeda menurut kegiatan usahanya. Struktur organisasi merupakan faktor yang memegang peranan penting sebagai petunjuk dalam pembagian tugas dan
tanggung jawab dari setiap bagian, selain itu sruktur organisasi dapat berfungsi sebagai upaya untuk mencapai lancarnya kegiatan perusahaan.
Pengorganisasian juga akan menjadikan kegiatan dan tugas-tugas suatu perusahaan berjalan dengan baik dan teratur. Dengan kata lain struktur oraganisasi berguna untuk menghindarkan terjadinya penyelewengan-penyelewengan sehingga tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Dengan demikian sturktur organisasi perusahaan merupakan gambaran yang memperlihatkan susunan, fungsi departemen atau posisi karyawan dalam perusahaan serta bagaimana hubungan antar satu sama lainnya disamping menunjukan garis perintah maupun jalur jalan komunikasi formal sehingga dapat tercipta suatu tim kerja yang solid dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 4.1
Kepala Cabang
Kepala Administrasi
Spv. administrasi
Kasir
Adm . Bahan Adm. Unit,
STNK, BPKB
Adm . Unit Adm .
Kasir Bengkel
Adm . Part Adm . Bengkel
CRC Kepala Bengkel Instruktur Foreman Sales Part Mekanik Partman Kepala Sparepart Kepala Security Anggota Security Kepala Penjualan Sales Supervisor
Counter sales Salesman
Operator Gambar 4.1
Sumber : PT. Alfa Scorpii Medan 2015 Struktur Organisasi PT. Alfa Scorpii
Dari struktur organisasi dapat dilihat masing-masing tugas dari setiap bagian adalah sebagai berikut:
1. KepalaCabang (Branch Manager)
Kepala cabang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan kegiatanpengelolaan cabang dalam bidang penjualan, bengkeldan administrasi serta mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam usaha pencapaian target,meningkatkan produktivitas/performance cabang serta kepuasan pelanggandan membuat perencanaan strategis, kebijakan, arah dan target cabang denganguidelinedari pusat.
2. Departemen Penjualan
Departemen penjualan dipimpin oleh seorang Kepala Penjualan yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Cabang.
Tugas Kepala Penjualan adalah :
a. Meningkatkan jumlah unit kendaraan yang dijual.
b. Membina hubungan baik dengan perusahaan pengangkutan (ekspedisi). c. Menganalisispasar.
d. Membuat ramalan penjualan.
e. Merencanakan kegiatan promosi produk perusahaan melaui media cetak. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Penjualan dibantu oleh SupervisorPenjualan dan para Wiraniaga (Salesmandan Counter Sales).
3. Tugas dari Supervisor Penjualan adalah : a. Menganalisis pasar.
b. Memberikan arahan dan motivasi para wiraniaga.
4. Tugas dari Wiraniaga (Salesman dan Counter Sales) adalah : a. Membina hubungan baik dengan pelanggan.
b. Menjual kendaraan kepada pelanggan diluar lingkungan kantor PT. Alfa ScorpiiMedan sesuai dengan terget yang telah ditetapkan oleh Kepala Cabang.
5. Departemen Administrasi
Departemen administrasi dipimpin oleh seorang Kepala Administrasi yang bertanggung jawab kepada Kepala Cabang.
Tugas dari Kepala Administrasi adalah :
a. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan kegiatan administrasi. b. Mengatur administrasi stok barang dan gudang.
c. Mengatur masalah keuangan dan pembayaran gaji para karyawan. d. Merencanakan dana promosi.
e. Mengadakan peralatan kantor.
f. Mengadakan pemeliharaan gedung dan aktiva lainnya. g. Menilai prestasi kerja karyawan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Administrasi dibantu oleh Supervisor Administrasi, AdministrasiUnit/penjualan
6. Departemen Bengkel
Bengkel PT. Alfa Scorpii Medandidirikan untuk mendukungpenjualankendaraanmerek Yamaha, dengan memberikan pelayanan perbaikan kendaraan pelanggandan juga menyediakan suku cadang yang diperlukan oleh pelanggan. Departemenbengkel dipimpin oleh seorang Kepala Bengkel, yang dalam menjalankantugasnya bertanggung jawab kepada Kepala cabang.
Tugas dan tanggung jawab dari Kepala Bengkel adalah : a. Mengatur kebijaksanaan perusahaan di bidang service. b. Meningkatkan mutu servis.
c. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan servis secara umum. d. Merencanakan pengadaan sukucadang.
Dalam menjalankan tugasnya, kepala bengkel dibantu oleh Supervisor Bengkel,Instruktur, Foreman(Mandor), Mekanik, Service Advisor(Laporan). 7. Instruktur
Tugasdari Instruktur adalah mengembangkan technical skill dari mekanik. 8. Foreman dan Service Advisor
Foreman dan service advisor melalui pelaksanaan training di bengkel sesuai dengan perencanaan dan kebutuhan yang ada untuk meningkatkan mutu pelayanan bengkel.
Tugas dari Foreman adalah mengkoordinir dan mengoptimalkan jalannya kerja mekanik dalam menangani PerintahKerja Bengkel (PKB)/Work Order(WO) dan sesuai dengan standar yang berlaku.
9. Mekanik
Bertugas melakukan service kendaraan meliputi perawatan dan perbaikan sesuai Perintah KerjaBengkel (PKB)/Work Order(WO).
10. Service Advisor
Bertanggung jawab melayani kebutuhan pelanggan yang datang dan keluar bengkel dengan mendengarkan, menganalisa, dan menjelaskan tentang kerusakan kendaraan.
11. CRC (Customer Relationship Center) Yaitu pusat hubungan pelanggan.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisi Deskripsi Penelitian
Instrument dalam penelitian ini adalah daftar-daftar pernyataan berupa kuesioner. Jumlah seluruh pernyataan adalah 28 butir, terdiri dari 6 butir pernyataan untuk Insentif (X1), 8 butir pernyataan untuk Jaminan Kesehatan (X2), dan 8 butir pernyataan untuk Motivasi Kerja (Y). dengan jumlah seluruh responden 102 orang karyawan yang bekerja pada PT. Alfa Scorpii Medan, Medan
Kuesioner penelitian berisikan deskripsi responden dan jawaban atas pernyataan yang diberikan. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah berdasarkan, usia, dan pendidikan.
a. Karakteristik Berdasarkan Usia
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Responden (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 23 s/d 29 21 26,92 % 30 s/d 39 49 62,82 % 40 s/d 46 8 10,25 % Total 78 100 %
Sumber : Pt.Alfa Scorpii, Medan 2015, (diolah)
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan usia adalah 21 orang responden (26,92%) berusia 23 tahun sampai dengan 29 tahun, 49 orang responden (62,82%) berusia 30 tahun sampai dengan 39 tahun, 40 orang responden (10,25%) berusia 40 tahun sampai dengan 46 tahun . Hal ini menunjukan bahwa Pt. Alfa Scorpii, banyak memperkerjakan karyawan yang berusia muda dan produktif, yang mendasari hal ini adalah diharapkaan usia yang masih produktif dapat lebih kreatif dalam mengajar siswa sehingga siswa tidak jenuh.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Insentif
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Insentif
No InsentifGuru Jumlah
Guru
Total Jumlah Guru Persentase
1 S1 13 78 16,66%
2 Diploma III 46 78 58,97%
3 Diploma 1 19 78 24,35%
Sumber: Batari School, 2015
Tabel 4.2 menunjukan bahwa terdapat 16,66 % guru yang belatar belakang pendidikan S1, terdapat 58,97% yang berlatar belakang pendidikan diploma III, dan terdapat 24,35% yang berlatar belakang pendidikan diploma I, hal ini menjelasakan bahwa masih banyak pendidikan akhir guru yang masih setara dengan diploma III dan diploma I
4.2.2 Deskriptif Variabel Penelitian
Setelah mengenal karakteristik dari responden penelitian, berikut ini akan ditampilkan hasil olahan data primer yang merupakan deskriptif penelitian berdasarkan pendapat responden. Secara deskriptif persentase hasil penelitian setiap dimensi faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan pada PT. Alfa Scorpii, Medan adalah sebagai berikut :
a. Deskriptif Penilaian Terhadap Variabel Insentif (X1)
Distribusi jawaban responden terhadap 6 butir pernyataan mengenai variabel Insentif (X) dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini :
Sumber: hasil pengolahan SPSS, 2015
1. Pada peryataan pertama (Saya lulusan dari perguruan tinggi), tidak responden yang menjawab tidak setuju karena para guru tamatan dari perguruan tinggi baik dari swasta maupun negeri, sehingga dapat dilihat 100% responden menjawab setuju.
2. Pada pernyataan kedua (pihak yayasan memberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk mendukung kinerja), 6,41% responden cenderung menjawab .tidak setuju , sedangkan 93,59 % responden menjawab setuju, hal ini menerangkan bahwa setiap guru mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Tabel 4.3
Distribusi jawaban responden terhadap Variabel Insentif (X1) No. Pernyataan Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Total F % F % F % F % F % F % 1 0 0 3 2,9 10 8,8 56 54,9 33 32,4 102 100 2 0 0 20 19,6 62 60,8 62 60,8 18 17,6 102 100 3 1 1,0 3 2,9 20 19,6 52 51,0 26 25,5 102 100 4 0 0 3 2,9 12 11,8 59 57,8 28 27,5 102 100 5 0 0 1 1,0 13 12,7 57 55,9 31 30,4 102 100 6 0 0 4 3,9 15 14,7 44 43,1 39 38,2 102 100
3. Pada pernyataan ketiga (Latar belakang pendidikan saya adalah keguruan ), 29,47 % responden cenderung menjawab tidak setuju karena sebagian guru yang bekerja pada batari school bukan tamatan dari keguruan sedangkan 70,53 % responden menjawab setuju hal ini menjelaskan bahwa ada juga guru yang memiliki tamatan dari keguruan.
4. Pernyataan keempat (Saya dapat mengaplikasikan ilmu yang dimiliki), 11,53 % responden menyatakan tidak setuju bahwa mereka belum mampu mengaplikasikan ilmu yang mereka miliki dari perguruan tinggi dan 88,47% responden menyatakan setuju. Hal ini menjelaskan bahwa mereka (para guru) mampu dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki.
5. Pernyataan kelima (Saya dapat mengajar dengan baik), 20,51% responden menyatakan tidak setuju setuju dan sebagian lagi 79,49% responden menyatakan setuju bahwa para guru sudah mampu mengajar di kelas dengan baik.
6. Pernyataan keenam (Saya dapat menciptakan suasana kelas yang menarik ), 29,47 % responden menyatakan tidak setuju dan 70,53 % responden menyatakan setuju, hal ini menjelaskan bahwa ada sebagian guru yang dapat menciptakan suasanan kelas yang menarik namun ada juga yang belum bisa menciptakan suasana kelas yang menarik.
b. Deskriptif Penilaian Terhadap Variabel Jaminan Kesehatan (X2) Distribusi jawaban responden terhadap 8 butir pernyataan mengenai variabel Jaminan Kesehatan (X2) dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini
Tabel 4.4
Distribusi jawaban responden terhadap Variabel Jaminan Kesehatan (X2)
No. Pernyataan Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Total F % F % F % F % F % F % 1 0 0 2 2,0 20 19,6 49 48,0 31 30,4 102 100 2 0 0 1 1,0 4 3,9 43 42,2 54 52,9 102 100 3 1 1,0 1 1,0 5 4,9 61 59,8 34 33,3 102 100 4 1 1,0 1 1,0 9 8,8 65 63,7 26 25,5 102 100 5 0 0 2 2,0 4 3,9 59 57,8 37 36,3 102 100 6 1 1,0 2 2,0 7 6,9 52 51,0 40 39,2 102 100 7 0 0 0 0 4 3,9 50 49,0 48 47,1 102 100 8 1 1,0 2 2,0 5 4,9 61 59,8 33 32,4 102 100
Sumber: hasil pengolahan SPSS, 2015
1. Pada peryataan pertama (Saya mendapatkan pelatihan mengenai psikologi anak, cara mengajar interaktif, dan cara mengelolah kelas dengan baik ), 47,42% responden cendrung menjawab tidak setuju karena pihak yayasan tidak memberikan pelatihan umtuk hal itu dan 52,58 % responden cendrung menjawab setuju. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar guru yang mengajar pada yayasan batari school sudah mendapatkan pelatihan tersebut namun hanya untuk guru lama, sedangkan guru baru belum mendapatkannya.
2. Pada pernyataan kedua (Pelatihan yang diberikan menambah teknik saya dalam proses belajar mengajar), 11,52 % responden cenderung menjawab .tidak
setuju dikarenakan pelatihan yang diberikan belum efektif, sedangkan 88,48% responden menjawab setuju, hal ini menerangkan bahwa sebagian guru setuju bahwa pelatihan sudah menambah teknik setiap guru dalam proses belajar mengajar.
3. Pada pernyataan ketiga (Pelatihan yang saya dapatkan membantu saya untuk merencanakan pelajaran dan mengimplementasikan dengan baik ), 6,4 % responden cenderung menjawab tidak setuju, sedangkan 93,6% responden menjawab setuju bahwa pelatihan yang diberikan dalam merencanakan pelajaran di kelas.
4. Pernyataan keempat (Pelatihan yang saya ikuti sesuai dengan analisis kebutuhan yang direncanakan oleh yayasan), 24,35 % responden menyatakan tidak setuju dan 75,65% responden menyatakan setuju bahwa pelatihan yang diikuti para guru sudah sesuai dengan analisis kebutuhan yang direncanakan yayasan.
5. Pernyataan kelima (Jaminan Kesehatanyang diberikan sesuai dengan sasaran pelatihan), 21,79% responden menyatakan tidak setuju., sedangkan 78,21% responden menjawab setuju bahwa Jaminan Kesehatanyang diberikan sesuai dengan sasaran pelatihan.
6. Pernyataan keenam (Secara teknis Jaminan Kesehatanyang diberikan kepada saya sebagai guru sudah tepat), 26,91 % responden menyatakan tidak setuju dan 73,09% responden menyatakan setuju, hal ini menjelaskan bahwa sebagian guru merasa sudah tepat bahwa pelatihan yang diberikan sudah tepat.
7. Pernyataan ketujuh (Jaminan Kesehatansudah bersifat transparan terlihat dari adanya proses tanya jawab), 3,84% responden menyatakan tidak setuju dan 96,16% responden menyatakan setuju bahwa pelatihan yang diberikan sudah bersifat transparan antara trainer dan peserta.
8. Pernyataan kelima (Pelatihan yang saya ikuti menambah pengetahuan dan keterampilan saya dalam proses belajar mengajar) 5,12% responden menyatakan tidak setuju, sedangkan 94,88% responden menjawab setuju bahwa Jaminan Kesehatanyang diberikan menambah pengetahuan dalam proses belajar mengajar di kelas.
9. Pernyataan keenam (Pelatihan yang saya ikuti dapat menambah wawasan saya untuk bersikap menjadi guru yang lebih baik), 12,81 % responden menyatakan tidak setuju dan 87,19% responden menyatakan setuju, hal ini menjelaskan bahwa sebagian guru merasa pelatihan yang diberikan menambah wawasan para guru dan memperbaiki sikap para guru.
c. Deskriptif Penilaian Terhadap Variabel Motivasi Kerja (Y) Distribusi jawaban responden terhadap 8 butir pernyataan mengenai variabel Insentif(X) dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini
Tabel 4.5
Distribusi jawaban responden terhadap Variabel Motivasi Kerja(Y)
No. Pernyataan Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Total F % F % F % F % F % F % 1 0 0 1 1,0 10 9,8 62 60,8 29 28,4 102 100 2 1 1,0 0 0 20 19,6 57 55,9 24 23,5 102 100 3 0 0 2 2,0 18 17,6 65 63,7 17 16,7 102 100 4 1 1,0 0 0 32 31,4 56 54,9 13 12,7 102 100 5 0 0 2 2,0 31 30,4 59 57,8 10 9,8 102 100 6 0 0 2 2,0 41 40,2 52 51,0 7 6,9 102 100 7 0 0 0 0 13 12,7 73 71,6 16 15,7 102 100 8 0 0 0 0 13 12,7 63 61,8 26 25,5 102 100
Sumber: hasil pengolahan SPSS, 2015
1. Pada peryataan pertama (Saya mampu mengelolah kelas menjadi lebih menarik), 10,25 % responden cendrung menjawab tidak setuju dan 89,75 % responden cendrung menjawab setuju. Hal ini menunjukan bahwa para guru mampu mengolah kelas menjadi lebih baik.
2. Pada pernyataan kedua (Saya Mampu melibatkan murid untuk turut aktif