• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Analisis Tititk Impas (Break Even Point)

Break Even Poin (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau kembali modal, sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk analisis BEP ini ada tiga perhitungan, yaitu: BEP pendapatan, BEP produksi dan BEP harga.

BEP pendapatan perpetani permusim tanam tertinggi pada strata III yaitu sebesar Rp. 74,915.79 pada strata II sebesar Rp.43,065 dan yang terendah pada

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

strata I Rp.32,880.85 maka usahatani wortel ini tidak untung dan tidak rugi (keuntungan nol).

Total rataan BEP pendapatan per hektar per musim tanam sebesar Rp. 118,116.82, Hal ini menunjukkan bahwa pada pendapatan tersebut usahatani tidak untung dan tidak rugi.

BEP produksi per petani per musim tanam tertinggi pada strata III sebesar 107.02 Kg, strata II 61.88 Kg dan yang terendah pada strata I sebesar 46.97 Kg. Artinya pada produksi sebesar 107.02 Kg pada strata III, 61.88 Kg pada strata II dan 46.97 Kg pada strata I, maka usahatani wortel tidak untung dan tidak rugi (keuntungan nol).

Total rataan BEP produksi per Musim tanam per hektar adalah sebesar 680.81 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa pada produksi tersebut per hektarnya, maka usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi.

BEP harga per petani per musim tanam tertinggi pada strata III yaitu sebesar Rp. 391.53/Kg dan pada strata II, yaitu sebesar Rp. 372.74/Kg dan terendah pada strata I sebesar Rp. 364.69/Kg. Artinya pada harga sebesar Rp.391.53 /Kg untuk strata III, harga sebesar Rp.372.74 /Kg untuk strata II dan harga sebesar Rp.364.69 untuk strata I, maka usahatani wortel tidak untung dan tidak rugi (keuntungan nol).

Total rataan BEP harga per hektar sebesar Rp.372.92 /Kg. Hal ini menunjukkan bahwa pada harga tersebut usahatani wortel per hektar tidak mengalami untung dan rugi

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Kelayakan usahatani wortel dapat diukur dengan menggunakan analisis R/C ratio. R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi.

Total rataan nilai R/C per petani per musim tanam pada strata I, Strata II dan strata III maupun per hektarnya adalah sebesar 1.88.

Nilai R/C sebesar 1.88 artinya dengan biaya Rp. 4,530,370.70 maka akan diperoleh pendapatan sebesar 1.88 kali lipat.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga strata usahatani wortel di desa Sukadame ini layak untuk diusahakan.

6. ROI

berdasarkan nilai ROI (tingkat pengembalian modal) dapat diketahui bagaimana prospek usahatani wortel di desa Sukadame.

Nilai ROI per musim tanam per petani, tertinggi pada strata I sebesar 92.38 % pada strata II sebesar 88.11 % dan pada strata III sebesar 78.84 %.

Total nilai ROI sebesar 88.13 % artinya setiap penanaman modal sebesar Rp100, akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 88.13 sehingga ini sangat efisien.

Nilai R/C > 1 dan nilai ROI diatas tingkat suku bunga deposito (6.25 %) menunjukkan bahwa usahatani wortel di desa Sukadame secara ekonomi layak untuk diusahakan.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwan“Usahatani layak diusahakan” diterima.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Usahatani wortel mampu meningkatkan pendapatan petani

Pendapatan petani adalah penerimaan dikurangi total biaya produksi. Rataan pendapatan usahatani wortel pertahun dan per bulan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 17. Kontibusi Pendapatan Usahatani Wortel Terhadap Pendapatan Keluarga

Strata Pendapatan Pendapatan Non

Total

Pendapatan Kontribusi usahatani

wortel Usahatani wortel Keluarga

(Rp) (Rp) (Rp) %

I 302,615.53 1,572,727.27 1,875,342.80 16.91

II 568,158.48 1,550,000 2,118,158 27.98

III 1,145,629.17 1,540,000 2,685.629.17 42.73

Rataan 567,037.85 1,556,666.67 2,123,704.51 26.38 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 23)

Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah pendapatan petani per bulan untuk strata I sebesar Rp.302,615.53 mampu memberikan kontribusi sebesar 16.91, untuk strata II dengan pendapatan sebesar Rp. 568,158.48 memberikan kontribusi sebesar 27.98 dan strata III dengan pendapatan

sebesar 1,145,629.17 memberikan kontribusi sebesar 42.73 dengan rataan kontribusi sebesar 26.38.

Berdasarkan keterangan diatas, dapat diketahui bahwa usahatani wortel dapat meningkatkan pendapatan petani karena memberikan kontribusi terhadap pendapatan.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “ Usahatani wortel meningkatkan pendapatan petani” diterima.

Perkembangan Permintaan Untuk Konsumsi dan Harga Produk.

Pemasaran wortel biasanya dilakukan oleh pedagang pengumpul/agen di pasa-pasar tradisional yang berada di daerah penelitian ataupun diluar daerah penelitian. Pedagang pengumpul datang langsung ke lokasi penanaman untuk mengambil hasil panen.

Adapun produksi rata-rata wortel per musim tanam dan perbulan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 18. Rataan Produksi Wortel Per musim Tanam dan Per Bulan

Strata Rataan Produksi Wortel (Kg)

Musim Tanam Perbulan

Per Petani Per Hektar Per Petani Per Hektar

I 2,713.64 12,000.00 904.55 4,000.00

II 5,225.00 12,278.83 1,741.67 4,092.94

III 11,160.00 12,130.00 3,720.00 4,043.33

Total 19,098.64 36,408.83 6,366.21 12,136.28

Rataan 5,293.33 12,151.79 1,764.44 4,050.60

Sumber : Analisis data Primer (Lampiran 19-20)

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa rataan produksi per petani per bulan tertinggi pada strata III sebesar 3,720 Kg, pada strata II sebesar 1,741.67 dan yang terendah pada strata I sebesar 904.55 Kg/bulan.

. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani sampel, tidak ditemukan kesulitan dalam melakukan pemasaran, karena selalu ada pedagang pengumpul/agen yang membeli seluruh produksi pada setiap musim tanam. Harga jual wortel relatif stabil yaitu Rp.700/Kg. Karena data permintaan pasar terhadap wortel di daerah penelitian tidak tersedia, maka pada penelitian ini disimpulkan

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

bahwa volume produksi yang terjual setiap musim tanam diasumsikan sebagai permintaan pasar.

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa permintaan terhadap wortel cenderung tinggi dan harga wortel relatif stabil.

Masalah-Masalah yang Dihadapi Petani Wortel di Daerah Penelitian

Permasalahan yang dihadapi oleh petani wortel di daerah penelitian adalah musim kemarau, penerapan teknologi masih tradisional, Tidak adanya penyuluhan, dan adanya persaingan.

1.Musim Kemarau

Musim kemarau sering menyebabkan petani wortel di daerah penelitian mengalami kerugian, karena apabila musim kemarau tiba maka dapat menyebabkan menurunnya produksi usahatani wortel, musim kemarau menyebabkan tanaman terhambatnya laju pertumbuhan umbi wortel, sehingga umbi wortel memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan ukuran normalnya.

2. Penerapan teknologi budidaya masih secara tradisional.

Teknologi budidaya usahatani wortel di daerah penelitian tergolong sederhana, dimana pada seluruh tahap kegiatan dalam usahatani dilakukan seadanya, misalnya pada tahap pembersihan dan pengolahan lahan hanya secara

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

mekanis yaitu dengan mengggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul, parang, cuan dan roka.

3. Tidak adanya penyuluhan

Di daerah penelitian petani sampel tidak pernah mendapat penyuluhan, sehingga petani sampel tidak mengetahui informasi dan inovasi dalam pertanian sehingga belum begitu terampil tentang tata cara bertanam tanaman wortel yang benar, petani hanya belajar dari pengalaman mereka selama beberapa tahun menanam wortel.

4. Adanya Persaingan

Adanya sentra-sentra penghasil wortel yang berbatasan dengan daerah penelitian, seperti Desa Suka, Desa Tigapanah menyebabkan petani wortel di daerah penelitian harus lebih meningkatkan kualitas guna menjaga permintaan.

Tabel 19. Masalah-Masalah yang Dihadapi Petani Berdasarkan Sumbernya (Internal/Eksternal) dan Klasifikasinya (Kelemahan/Ancaman)

No Masalah-Masalah Sumber Klasifikasi

Internal Eksternal Kelemahan Ancaman

1 Musim Kemarau  

2 Teknologi tradisional  

3 Tidak adanya penyuluhan  

4 Persaingan  

Sumber : Analisis Data Primer 2007.

Strategi yang Patut Dilakukan untuk Mengatasi Masalah-Masalah yang Dihadapi Dalam Pengembangan Usahatani wortel.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Adapun faktor-faktor eksternal dalam pengembangan usahatani wortel di desa Sukadame adalah sebagai berikut:

a. Peluang

 Permintaan pasar terhadap wortel tinggi.

Dari hasil dengan wawancara terhadap petani sampel di lapangan, diketahui bahwa produk pertanian mereka selalu terjual tanpa hambatan- hambatan yang dialami oleh petani, dengan adanya sistem pelelangan yang membuat para pedagang pengumpul saling berlomba untuk membeli wortel dari petani sampel dapat diketahui bahwa permintaan pasar terhadap wortel tinggi.

 Harga wortel relatif stabil.

Wortel merupakan salah satu jenis sayuran yang disukai oleh masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi yang berbeda karena kandungan gizi yang tinggi, sehingga permintaan terhadap wortel cukup tinggi,hal ini menunjukkan bahwa wortel memiliki harga yang elastis.

 Hubungan yang baik antara petani dan pedagang pengumpul.

Petani sudah sadar akan penting pasar dan pentingnya membina hubungan yang baik dengan pedagang pengumpul, ini sudah terbukti dengan adanya petani yang menjual produk pertaniannya dengan pedagang tetap (berlangganan).

 Adanya lembaga-lembaga terkait.

Adanya lembaga-lembaga seperti CU dan bank yang diharapkan dapat menambah modal petani untuk dapat melakukan ekspansi terhadap usahatani wortelnya.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

 Komoditi wortel termasuk kedalam Program Indikatif Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan.

Adapun Program Indikatif tersebut adalah peningkatan areal panen, produktivitas dan mutu produk usahatani wortel, yang dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan yaitu:

a. Alokasi penanaman wortel permusim di KADTBB.

b. Penerapan paket teknologi, peningkatan produktivitas dan mutu wortel.

 Kebijakan Ditjen Bangda (Direktorat jendral Pembangunan Daerah) tentang produk unggulan daerah yang tertuang dalam:

- Surat Kawat No. 671/2413/Bangda tanggal 4 November 1998 dan Surat Mendagri No. 050.05/30/Bangda tanggal 7 Januari 1999 tentang pembentukan Tim Pengesahan Produk Unggulan Daerah, yaitu:

1. ONE DISTRICT FIVE PRODUCTS Satu Kabupaten/Kota Lima Produk Unggulan.

2. ONE SUB-DISTRICT ONE PRODUCT Satu Kecamatan Satu Produk Unggulan.

Berdasarkan Surat Kawat tersebut maka wortel dapat dikategorikan sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Karo.

b. Ancaman

 Musim kemarau

Tanaman wortel adalah tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak untuk pertumbuhannya dan tanaman wortel merupakan tanaman

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

yang tahan terhadap hujan. Musim kemarau merupakan ancaman bagi petani, karena dapat menghambat petumbuhan wortel dan produksi akan menurun.

 Tidak adanya Penyuluhan

Tidak adanya penyuluhan pada petani mengakibatkan petani sering melakukan kesalahan dalam mengaplikasikan input produksi dan petani tidak mengetahui informasi tentang inovasi-inovasi dibidang pertanian.  Persaingan

Adanya persaingan menyebabkan petani berusaha terus menjaga kualitas tanamannya.

Menentukan Faktor Internal

Adapun faktor-faktor internal dalam pengembangan usahatani wortel di desa Sukadame adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan

 Modal sendiri

Modal usahatani merupakan modal sendiri (pribadi) yang dikeluarkan petani wortel untuk menjalankan usahataninya, modal diperoleh dari hasil- hasil penanaman wortel yang dilakukan sebelumnya. Dengan menggunakan modal sendiri maka petani wortel memperoleh pendapatan yang lebih besar.

 Bibit mudah diperoleh

Di daerah penelitian terdapat beberapa pedagang yang menjual bibit wortel, dengan dekatnya pedagang dengan daerah pertanian maka akan memperkecil biaya yang dikeluarkan oleh petani.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

 Agroklimat sesuai dengan tanaman wortel

Desa Sukadame terletak diantara 1000-1300 m. dpl, dengan suhu rata-rata berkisar 16-27 oC, dengan kelembapan 85 %. Jenis tanah pada umumnya adalah tanah andosol merupakan tempat yang baik untuk melakukan budidaya tanaman wortel.

 Tenaga kerja tersedia

Dengan tersedianya tenaga kerja maka memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan lebih cepat dan lebih baik.

 Tidak terdapat serangan hama/penyakit

Tidak terdapat serangan hama dan penyakit terhadap tanaman wortel di daerah penelitian menyebabkan petani memperoleh pendapatan yang lebih besar karena tidak mengeluarkan biaya untuk menanggulangi serangat hama dan penyakit.

 Sistem lelang panen

Dengan adanya sistem pelelangan maka petani tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk melakukan pemanenan, karena padagang pengumpul akan melakukan pemanenan sendiri.

 Lahan milik sendiri

Salah satu penunjang besarnya pendapatan petani adalah apabila lahan yang diusahakan merupakan milik sendiri, tanpa adanya biaya sewa lahan maka sudah sangat mempengaruhi terhadap besarnya pendapatan yang diterima oleh petani.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Dengan pengalaman yang cukup tinggi maka masalah-masalah yang timbul selama proses usahatani lebih mudah untuk di ditanggulangi.

b. Kelemahan

 Teknologi budidaya masih tradisional

Teknologi merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan produksi usahatani, dengan teknologi, suatu pekerjaan yang dilakukan akan lebih efisien dari segi waktu dan tenaga kerja. Di daerah penelitian, teknologi budidaya masih dilaksanakan secara sederhana (tradisional), dapat dilihat dari saprodi yang mereka gunakan sperti cangkul, parang, cuan dan roka yang belum tergantikan.

Penentuan strategi

Penentuan strategi yang sesuai bagi pengembangan usahatani wortel adalah dengan cara membuat SWOT matriks. SWOT matriks ini dibangun berdasarkan faktor-faktor eksternal maupun internal yang terdiri dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.

Tabel 20. Faktor Eksternal (EFAS)

Faktor-faktor strategi

Eksternal Bobot Rating

Bobot X

Rating Komentar

Peluang:

1. Permintaan tinggi 0.15 4 0.60 Ekspansi

2. Harga relatif stabil 0.15 4 0.60

Tingkatkan produksi 3. Hubungan yang baik

dengan pedagang pngumpul 0.05 3 0.15

Jaga hubungan baik

4.Adanya Lembaga-lembaga 0.05 2 0.10 Jalin kemitraan

terkait

5.Wortel termasuk dalam 0.15 3 0.45 Manfaatkan

Program Indikatif Kawasan

Agropolitan Dataran Tinggi

Bukit Barisan

6.Kebijakan Ditjen Bangda tentang produk unggulan

daerah 0.15 4 0.60 Manfaatkan

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Ancaman

1. Adanya persaingan 0.10 3 0.30 Tingkatkan mutu

2. Musim kemarau 0.15 4 0.60 Penyiraman

3. Tidak adanya penyuluhan 0.05 3 0.15 aktifkan

Total 1.00 3.55

Sumber: Analisis Data Primer 2007

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa peluang dengan bobot dan rating tertinggi yaitu pada faktor permintaan tinggi, harga yang relatif stabildan wortel termasuk produk unggulan daerah. Peluang dengan bobot dan rating terendah yaitu pada hubungan baik pada adanya lembaga-lembaga terkait.

Faktor-faktor internal (IFAS), di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Faktor Internal (IFAS)

Faktor-faktor strategi

Internal Bobot Rating

Bobot X

Rating Komentar

Kekuatan

1. Modal tersedia 0.15 4 0.60 Ekspansi

2. Saprodi mudah diperoleh 0.10 4 0.40 Optimalkan

3. Agroklimat sesuai untuk 0.15 4 0.60 optimalkan

tanaman wortel

4. Tenaga kerja tersedia 0.10 3 0.30 Optimalkan

5. Sistem lelang panen 0.05 3 0.15

Jaga hubungan baik

6. Lahan milik sendiri 0.10 3 0.30

Tingkatkan produksi

7. Pengalaman petani 0.10 3 0.30 Optimalkan

cukup tinggi

8. Tidak terdapat serangan 0.15 4 0.60 Optimalkan

Hama/penyakit

Kelemahan

1. Teknologi budidaya

masih tradisional 0.10 2 0.20 Perlu diperhatikan

1.00 3.45

Sumber: Analisis Data Primer 2007

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa kekuatan dengan bobot dan rating tertinggi yaitu pada modal tersedia dan agroklimat yang sesuai dengan

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

tanaman wortel. Ancaman yang berada pada bobot dan rating tertinggi yaitu pada teknologi dan budidaya yang masih tradisional.

Berdasarkan SWOT matriks maka dapat disusun empat strategi utama yaitu SO, WO, ST, dan WT. Strategi bagi pengembangan usahatani wortel dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Penentuan Strategi dengan SWOT Matriks Internal

Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1.Modal tersedia

2.Saprodi mudah diperoleh 3.Agroklimat sesuai untuk

tanaman wortel. 4.Tenaga kerja tersedia 5.Sistem lelang panen 6.Lahan milik sendiri

7.Pengalaman petani cukup tinggi

8.Tidak terdapat serangan hama dan penyakit

1.Teknologi budidaya masih tradisonal.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

1.Permintaan tinggi 2.Harga relatif stabil 3.Hubungan yang baik dgn

pedagang pengumpul 4.Adanya lembaga-

lembaga terkait (CU, Bank)

5.Komoditi wortel termasuk dalam program Indikatif Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan.

6.Kebijakan Ditjen Bina Pembangunan Daerah

1.Memperluas lahan usahatani wortel (S1, S2,

S3, S4,S8, O1, O2, O3,O4)

2.Menjaga hubungan baik

dengan pedagang pengumpul (S5, O3)

3.Meningkatkan Produksi (S1,S2,S3,S4,S6,S7,O1,O2,O4)

4.Menjalin kerjasama dengan tim teknis kelompok kerja pengembangan kawasan

agropolitan dataran tinggi

bukit barisan) (S1,S4,S3,S7,O5)

1.Mengganti alat-alat produksi yang lama dengan berteknologi (W1, O1, O2) 2.Meminjam untuk mengganti alat-alat produksi (W1,O4) 3.Menjalin kerjasama dengan Ditjen Bina Pembangunan Daerah dalam penyediaan teknologi budidaya yang lebih maju (W1,

O6)

Ancaman (T) Strategi ‘ST’ Strategi ‘WT’

1. Adanya persaingan 2. Musim kemarau

3. Tidak adanya penyuluhan

1.Meningkatkan mutu wortel (S7, S8, S3, T1) 2.Menghidupkan penyuluhan ( S7, T3) 3.Melakukan Penyiraman (S4, T2)

4.Menyediakan sumber air (sumur atau sumur bor) (S1,T2)

1.Meminta pemerintah untuk menghidupkan penyuluhan (W1, T3)

Strategi ‘SO’

Strategi pengembangan usahatani wortel di desa Sukadame dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu: 1. Memperluas lahan usahatani wortel (S1, S2, S3, S4, S8, O1, O2, O3,O4)

Bertujuan untuk meningkatkan hasil panen usahatani wortel untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi terhadap wortel dan dengan didukung oleh harga yang relatif stabil dan sarana produksi yang tersedia sehingga memungkinkan untuk diadakannya perluasan lahan yang bertujuan meningkatkan pendapatan petani.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2. Menjaga hubungan baik dengan pedagang pengumpul (S5, O3)

Bertujuan agar pedagang pengumpul memberikan tawaran yang layak pada petani wortel sehingga saling menguntungkan antara kedua pihak.

3. Meningkatkan Produksi (S1, S2, S3, S4, S6, S7, O1, O2, O4)

Bertujuan untuk memenuhi permintaan sehingga dapat menambah pendapatan petani.

4. Menjalin kerja sama dengan tim teknis kelompok kerja pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan dan Ditjen Bina Pembangunan Daerah (S1,S4,S3,S7,O5,O6)

Bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, mutu wortel, meningkatkan areal panen dan penerapan teknologi.

Strategi ‘WO’

Strategi pengembangan usahatani wortel di desa Sukadame dapat meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu:

1. Mengganti alat-alat produksi yang lama dengan berteknologi (W1,O1, O2, O4) Permintaan yang tinggi dan harga yang relatif stabil perlu diimbangi dengan adanya teknologi yang baik untuk memperlancar proses produksi yang nantinya akan menambah pendapatan petani wortel.

2. Meminjam untuk mengganti alat-alat produksi (W1, O4)

Dengan mengganti alat-alat produksi dengan alat berteknologi lebih baik maka akan membantu mempermudah proses produksi.

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Wortel sebagai produk unggulan daearah punya kesempatan untuk dikembangkan dengan teknologi yang lebih baik untuk dapat meningkatkan kualitas, mutu, produktivitas dan meningkatkankan pendapatan daerah.

Strategi ‘ST’

Strategi pengembangan usahatani wortel di desa Sukadame dapat mengatasi ancaman yang ada dengan menggunakan seluruh kekuatan, yaitu:

1. Meningkatkan mutu wortel (S7,S8, S3, T1)

Bertujuan agar permintaan terhadap wortel semakin meningkat dan pasar wortel tetap ada, sehingga usahatani wortel dapat berkembang.

2. Menghidupkan penyuluhan (S7, T3)

Bertujuan agar petani lebih terampil lagi dalam melakukan budidaya wortel sehingga memperoleh hasil yang maksimal, oleh karena itu dibutuhkan penyuluhan.

3. Melakukan penyiraman (S4, T2)

bertujuan untuk menjaga supaya pertumbuhan wortel tidak terhambat, tanaman wortel memerlukan air dalama pertumbuhannya, sehingga dapat berproduksi dengan baik.

4. Menyediakan sumber air (S1, T2)

Bertujuan untuk tetap menjaga produksi wortel, tersedianya sumber air akan menjaga stabilitas pertumbuhan wortel dan wortel dapat berproduksi secara maksimal.

Strategi ‘WT’

Strategi pengembangan usahatani worel di desa Sukadame dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada, yaitu:

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

1 Meminta pemerintah untuk mengaktifkan kembali PPL (W1, T3)

Dengan adanya campur tangan pemerintah untuk mengaktifkan PPL di desa Sukadame maka petani wortel akan dapat mengetahui informasi yang berkembang tentang teknologi budidaya wortel yang sangat berguna bagi petani.

Dokumen terkait