• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI WORTEL

(Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

JEVRI MARADONG PURBA

030334012

SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI WORTEL

(Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

JEVRI MARADONG PURBA

030334012

SEP/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DISETUJUI OLEH,

KOMISI PEMBIMBING

( Ir. Yusak Maryunianta, MSi )

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

( Ir. Sinar Indra Kesuma, MSi) Ketua Anggota

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

RINGKASAN

JEVRI MARADONG PURBA (030334012), dengan judul skripsi

“PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI WORTEL”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, MSi.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2007, penentuan daerah penelitian didasarkan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi penghasil wortel di Kabupaten Karo.

Pengambilan sampel petani dilakukan secara Stratified Random Sampling yakni dengan mempertimbangkan tingkat populasi, biaya, waktu dan tenaga, dimana pada Desa Sukadame terdapat populasi penanam wortel 200 KK, dan diambil sampel sebanyak 30 KK untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan wawancara langsung dengan petani, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Kantor Kepala Desa Sukadame.

Dari penelitian diperoleh hasil :

1. Faktor-faktor produksi (saprodi, tenaga kerja dan pupuk) tersedia di daerah penelitian.

(4)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

3. Usahatani wortel di daerah penelitian mampu memberikan kesempatan kerja, yang ditunjukkan oleh besarnya total rataan HKP yang digunakan untuk seluruh tahap kegiatan sebesar 61.86 HKP/Ha.

4. Usahatani wortel secara ekonomi layak dikembangkan oleh karena nilai rataan BEP pendapatan, produksi, dan harga masing-masing sebesar Rp.118,116.82 /Ha produksi, 168.74 Kg/Ha, Rp.372.92/Kg/Ha. Rataa nilai R/C ratio dan ROI masing-masing adalah 1,88 dan 88.13 %.

5. Rataan pendapatan petani wortel sebesar Rp.3,975,879.30 /Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga.

6. Permintaan untuk konsumsi wortel di daerah penelitian tinggi dan harga relatif stabil.

7. Masalah-masalah yang dihadapi oleh petani wortel di daerah penelitian adalah musim kemarau, saprodi masih tradisional, tidak adanya penyuluhan dan adanya persaingan.

(5)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Jevri Maradong Purba, lahir di Kisaran pada tanggal 21 Januari 1984.

Anak ketiga dari empat bersaudara dari keluarga Bapak L. Purba dan Ibu M. Simanjuntak

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 013858 Kisaran dan tamat tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk sekolah lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Katolik Panti Budaya Kisaran dan tamat tahun 1999.

3. Tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Methodist 2 Kisaran dan tamat tahun 2002.

4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Bulan Juni-Juli 2007 mengikuti PKL di Desa Pegagan Julu I, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

(6)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat memulai menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI WORTEL” dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesepatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, MSi selaku Anggota Komisi

Pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, serta seluruh Staff Pengajar, Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut berperan dalam dalam studi penulis.

4. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua instansi terkait dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan bimbingannya.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih dan rasa hormat yang tak terhingga kepada Bapak L. Purba dan Ibu M. Simanjuntak atas kasih sayang, doa, pengorbanan moril dan materil, dorongan dan nasehat yang tidak henti-hentinya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

(7)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008. Perkembangan Usahatani Wortel Secara Umum (Luas Lahan, Ketersediaan Faktor-faktor Produksi ...35

Penerapan Teknologi Pada Usahatani Wortel ...38

Kesempatan Kerja di Daerah Penelitian ...43

Usahatani Wortel Secara Ekonomi Layak di Usahakan ...44

Usahatani Wortel Mampu Meningkatkan Pendapatan Petani ...50

Perkembangan Permintaan dan Harga Produk ...51

Masalah-masalah yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani ...53

(8)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Penentuan Strategi Pengembangan Dengan SWOT Matriks ...61 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No Hal 1. Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel Per

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 ... 4 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel menurut

Kecamatan di KabupatenKaro Tahun 2005 ... 5 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Wortel Sumatera Utara

Tahun 2000-2005 ... 5 4. Perkembang Harga Komoditi Wortel di Pusat Pasar Kabupaten

Karo dan Pusat Pasar Medan ...6 5. Perkembangan Harga Komoditi Wortel Per Kg di Pusat Pasar

Kabupaten Karo dan Pusat Pasar Medan Tahun 2003-2006 ... 7 6. Konsumsi Rata-rata Perkapita Wortel Dalam Seminggu Berdasarkan Pengeluaran Perkapita Sebulan Tahun 2005 ... 6 7. Strata Populasi Petani Sampel ...24 8. Tata Guna Tanah di Desa Sukadame.2006 ...31 9. Distribusi Penduduk Menuerut Kelompok Umur di Desa Sukdame Tahun 2004 ...31 10. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa

Sukadame Tahun 2004 ...32 11. Kualitas Tenaga Kerja Berdasarkan berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Desa Sukadame ...32 12. Karakteristik Petani Sampel di DesaSukadame . ...33 13. Kebutuhan Tenaga Per Hektar Per Musim Tanam ...37 14. Penerapan Teknologi Budidaya Oleh Petani sampel

(10)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

16. Rataan Analisis Ekonomi Usahatani Wortel Permusim Tanam ... 44 17. Kontribusi Pendapatan Usahatani Wortel Terhadap Pendapatan

Keluarga ...51 18. Rataan Produks i Wortel Permusim Tanam dan Perbulan ...52 19. Masalah-masalah yang Dihadapi Petani Berdasarkan Sumber

(11)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Diagram Matrik SWOT ... 18

2. Fungsi-Fungsi Pemasaran ...20

3. Skema Kerangka Pemikiran ...22

(12)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Petani Sampel.

2. Kepemilikan Modal Petani Sampel Pada Usahatani Wortel di Desa Sukadame. 3. Ketersediaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Wortel di Desa Sukadame.

4 Ketersediaan Pupuk di Desa Sukadame.

5. Total Biaya Bibit Per Petani Per Musim Tanam. 6. Total Biaya Bibit Per Hektar Per Musim Tanam.

7. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Wortel Per Petani Per Musim Tanam 8. Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Wortel Per Hektar Per Musim

Tanam.

9. Total HKP Usahatani Wortel Per Petani Per Musim Tanam. 10. Total HKP Usahatani Wortel Per Hektar Per Musim Tanam.

11.Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Worte lPer Petani Per Musim Tanam. 12. Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Worte lPer Hektar Per Musim Tanam. 13. Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Wortel Per Petani Per Musim Tanam. 14. Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Wortel Per Hektar Per Musim Tanam. 15. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Per Musim Tanam.

16. Biaya Penyusutan Peralatan Per Hektar Per Musim Tanam.

17. Total Biaya Produksi Usahatani Wortel Per Petani Per Musim Tanam. 18. Total Biaya Produksi Usahatani Wortel Per Hektar Per Musim Tanam. 19. Analisis Titik Impas Per Petani Per Musim Tanam.

(13)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

21.Total Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, R/CRatio dan Nilai ROI Per Petani Per Musim Tanam.

22. Total Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, R/CRatio dan Nilai ROI Per Per Hektar Per Musim Tanam.

(14)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Pada tahap awal pelita, pembangunan pertanian merupakan titik berat pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk (82,5 %) masih hidup dan tinggal di pedesaan dan kerja disekitar pertanian (Mubyarto, 1989).

Sebagai bagian dari menu makanan, sayuran segar (dalam hal ini bukan sayuran kaleng), berperan menyediakan vitamin, mineral, atau serat dan juga mempunyai khasiat lain untuk kesehatan, kebugaran maupun kecantikan. Bahkan sayuran dipercaya dapat menunda proses penuaan. Berbagai jenis sayuran, baik berupa sayuran daun, bunga, buah, umbi atau batang muda, hampir semuanya berkhasiat luar biasa bagi tubuh. Dengan beranekaragamnya jenis sayuran maka memungkinkan kita mengkonsumsinya setiap hari tanpa merasa jenuh atau bosan. Berbagai metode pemasakan dan penyajian dapat pula diterapkan agar sayuran dalam menu senantiasa bervariasi (Novary, 1997).

(15)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi kita. Selain kandungan mineral dan vitamin, sayuran juga banyak mengandung serat yang melancarkan pencernaan (Novary, 1997).

Makan sayuran yang teratur adalah penting bagi kesehatan dan kehidupan manusia, karena tanaman sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Terutama adanya kandungan karoten, berbagai vitamin B kompleks dan vitamin C. Sedangkan warna hijau tua pada sayuran adalah seabagai petunjuk bahwa sayuran mengandung zat besi dan karoten. Sayur-sayuran buah seperti : Nangka, Mentimun, Labu dll, banyak kandungan air dan vitaminnya kurang, tetapi kandungan mineralnya cukup, dan untuk bisa menambah menu yang mengandung vitamin A, kita perlu mengenal sayuran buah serta sayuran daun yang mengandung karoten. Warna hijau tua pada sayuran dan warna kuning pada daging buah, sayuran buah dan umbi (wortel) dapat dijadikan petunjuk adanya kandungan karoten yang tinggi (AAK, 1992).

Wortel mudah dikenali dari warna umbinya yang oranye jingga. Dengan warna seperti ini menandakan umbi wortel banyak mengandung zat yang disebut karoten atau provitamin A. Baunya yang langu kurang sedap juga disebabkan oleh karoten ini, tapi manfaatnya sangat banyak dan rasanya enak. Wortel dapat mencegah penyakit rabun senja, juga apabila meminum sari atau jus wortel, bisa menambah kesegaran. Selain mengandung provitamin A, wortel juga banyak mengandung vitamin B dan vitamin C (Apandi, 1984).

(16)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

akar tunggang, tetapi akar tunggang ini membesar sehingga menjadi umbi. Umbi berfungsi sebagai penyimpan gudang makanan (Duryatmo, 2006).

Dari segi bisnis, wortel merupakan sayuran komersial hingga saat ini masih tetap menjadi andalan para pedagang dan petani yang menanamnya. Tanaman wortel relatif mudah ditangani dan dirawat. Hasilnya dapat berlipat ganda karena dalam penanamannya dapat ditumpangsarikan dengan tanaman sayur lainnya. Sebagai sayuran komersial maka wortel termasuk komoditi yang mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan

( Ali dan Rahayu, 1995).

Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian. Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Untuk dapat melihat prospek produk pertanian maka terlebih dahulu kita harus memperhatikan pasar (Sudiyono, 2004).

Menurut Rahmat Rukmana, ”Prospek bertanam Wortel di Indonesia cukup cerah”. Selain keadaan agroklimatologis nusantara yang cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan pertanian, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor, dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995).

(17)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 1. Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Wortel Per Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005.

No Kabupaten LuasTanam

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2005

(18)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel menurut kecamatan di Kabupaten Karo tahun 2005.

NO Kecamatan Luas Panen

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo tahun 2005.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Tigapanah pada tahun 2005 memiliki luas panen tanaman wortel 1.184 Ha (46,9 %) dengan produksi wortel 22.670 ton (34,7%), serta produktivitas 19,14 ton/Ha.

Berikut ini adalah data perkembangan, volume dan nilai ekspor tanaman wortel dari Tahun 2000-2005 di Sumatera Utara dimana negara tujuan ekspor komoditi wortel ini adalah Malaysia dan Singapura.

Tabel 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Wortel Sumatera Utara Tahun 2000-2005

Sumber : BPS Sumatera Utara Tahun 2000-2005

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman wortel Sumatera Utara mengalami perubahan yang signifikan.

(19)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Volume dan nilai ekspor terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu dengan Volume 4.081 Kg dengan nilai 1.026 US $.

Dari data dibawah ini dapat dilihat perkembangan harga komoditi wortel di Pusat Pasar Tanah Karo dan di Pusat Pasar Medan Tahun 2006.

Tabel 4. Perkembangan Harga Komoditi Wortel di Pusat Pasar Kabupaten Karo Dan Pusat Pasar Medan Tahun 2006.

Bulan Harga Per Kg di Pusat Pasar Kabupaten Karo

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2006

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa harga tertinggi di Pusat Pasar Kabupaten Karo terjadi pada bulan November yaitu sebesar Rp.2.290 dan harga terendah terjadi pada bulan Maret yaitu Rp.758 dan di Pusat Pasar Medan harga tertinggi terjadi pada bulan Nopember yaitu sebesar Rp.3.573 dan harga terendah terjadi pada bulan Pebruari yaitu Rp.2.166.

(20)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 5. Perkembangan Harga Komoditi Wortel Per Kg di Pusat Pasar Kabupaten Karo dan Pusat Pasar Medan Tahun 2003-2006

Tahun 2003 2004 2005 2006

Sumber: Dinas Pertanian Sumatera Utara Tahun 2003-2006

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa harga Tetinggi terjadi pada Tahun 2005 yaitu pada bulan Mei di Pusat Pasar Tanah Karo sebesar Rp. 2.836 dan pada bulan Juni di Pusat Pasar Medan sebesar Rp.3.914.

Dari data dibawah ini dapat dilihat konsumsi rata-rata perkapita wortel dalam seminggu berdasarkan golongan pengeluaran perkapita sebulan tahun 2005.

Tabel 6. Konsumsi Rata-rata Perkapita Wortel dalam Seminggu berdasarkan Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan Tahun 2005

(21)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Penelitian secara ilmiah perlu dilakukan untuk mengetahui lebih jauh apakah usahatani wortel memiliki prospek bila dikembangkan di desa Sudame, Kecamatan Tigapanah, yaitu dengan menganalisa permasalahan yang ada di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah

Permasalahan pada penelitian ini disusun dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah ketersediaan faktor-faktor produksi (lahan, modal, saprodi, tenaga kerja) untuk usahatani wortel di daerah penelitian?

2. Bagaimana penerapan teknologi budidaya pada usahatani wortel di daerah penelitian?

3. Apakah usahatani wortel mampu memberikan kesempatan kerja di daerah penelitian?

4. Apakah usahatani wortel secara ekonomi layak diusahakan?

5. Apakah usahatani wortel mampu meningkatkan pendapatan petani wortel di daerah penelitian?

6. Bagaimana perkembangan permintaan terhadap wortel dan harga produk? 7. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pengembangan usahatani

wortel di daerah penelitian?

(22)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan faktor-faktor produksi (lahan, modal, saprodi, tenaga kerja) untuk usahatani wortel di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi budidaya pada

usahatani wortel di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui apakah usahatani wortel mampu memberikan kesempatan kerja di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui apakah usahatani wortel secara ekonomi layak diusahakan.

5. Untuk mengetahui apakah usahatani wortel mampu meningkatkan pendapatan petani wortel di daerah penelitian.

6. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan permintaan terhadap wortel dan harga produk di daerah penelitian.

7. Untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi dalam pengembangan usahatani wortel di daerah penelitian.

8. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan usahatani wortel di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengusahakan usahatani wortel untuk mengembangkan usahataninya.

(23)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Wortel atau Carrot (Daucus carota) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya tanaman wortel berasa dari Timur Dekat dan Asia Tengah di daerah sekitar Laut Tengah. Lambat laun budidaya wortel menyebar ke kawasan Eropa, Afrika, Asia, dan akhirnya keseluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya (Rukmana, 1995).

Wortel (Daucus carota) termasuk dalam famili Umbelliferae (Aplaceae) yang anggotanya mempunyai bunga berbentuk payung. Tanaman wortel yang dibudidayakan jarang berbunga karena sebelum bunga muncul umbi wortel telah dipanen. Umbi wortel sebenarnya adalah akar tunggang yang menebal dan berisi cadangan makanan. Mulanya akar ini berwarna putih, kemudian berubah berwarna kuning pucat, dan akhirnya berubah menjadi oranye tua. Bentuk dan ukuran umbi ini tergantung dari varietas, kesuburan tanah, iklim, dan hama serta penyakit. Varietas wortel ada beberapa macam, dan hanya dua macam yang ditanam di Indonesia yaitu Chantenay dan Nantes.

(24)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2. Nantes : Umbi berbentuk silindris, bagian ujungnya tumpul, bergaris tengah ± 3-4 cm, panjang ± 16-19 cm, berwarna oranye, dan rasanya manis. Umur panen 2-3 bulan (Pracaya, 2002).

Untuk tanaman wortel, tanah dan iklim menjadi bagian yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk menghasilkan umbi yang baik tanaman wortel memerlukan tanah lempung yang berpasir, gembur, tidak tergenang air, dan pH sekitar 6,5. Tanaman wortel akan tumbuh baik bila di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000-1500 m di atas permukaan laut, kebutuhan suhu 15-21º C. Tanaman wortel dapat ditanam pada waktu musim kemarau asal dilakukan penyiraman (Pracaya, 2002).

Wortel dapat dibedakan berdasarkan panjang dan bentuk umbinya. Ada tiga golongan wortel berdasarkan panjang umbinya, yaitu umbi pendek, sedang dan panjang .

1. Wortel berumbi pendek ada 2 bentuk, yaitu umbi bulat dan umbinya memanjang tapi ujungnya membulat (tumpul).

2. Wortel berumbi sedang dibedakan menjadi 3 macam, yaitu ujung umbinya runcing, sedang dan tumpul.

3. Wortel berumbi panjang, biasanya berujung tumpul.

Dari ketiga jenis wortel tersebut yang banyak ditanam adalah wortel sedang dan panjang (Sugeng, 1992).

(25)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Landasan Teori

Dalam melakukan analisis usahatani seseorang dapat melakukan menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti (Soekartawi, 1995).

Usahatani pada skala usaha yang luas pada umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usahatani skala kecil pada umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanya subsisten, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari (Soekartawi, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Faktor biologi : lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya.

2. Faktor sosial ekonomi: biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kelembagaan, ketersediaan kredit, dan sebagainya (Soekartawi, 1994).

Petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (Penerimaan, Revenue) dengan biaya (Cost) yang harus dikeluarkan. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi (Mubyarto, 1989)

(26)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

1. Biaya uang dan biaya Innatura

Biaya-biaya yang berupa uang tunai , misalnya: upah kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida. Biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan, dan mungkin pajak-pajak dibayarkan dalam bentuk natura.

2. Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi, misalnya: sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya.

3. Biaya rata-rata dan biaya marginal

Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani / pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2002).

Total biaya adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya tidak tetap, maka: TC = FC + VC

Keterangan:

(27)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Petani pada setiap akhir panen akan menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya yang kemudian dinilai dalam uang. Hasil ini tidak semua diterima oleh petani. Hasil harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk biaya usahatani setelah itu barulah petani memperoleh apa yang disebut hasil bersih atau keuntungan. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani seperti: harga bibit, harga pupuk, biaya pengolahan tanah, upah menanam dan membersihkan rumput, dan biaya pemanenan yang biasanya berupa bagi hasil (in natura). Hasil bersih usahatani yang besar maka hal ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya (Mubyarto, 1989).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y . Py

Keterangan:

TR = Total penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (Rp) Py = Harga Y (Rp)

(Soekartawi, 1994)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, jadi:

Pd = TR – TC

Keterangan:

(28)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

(Soekartawi, 1994)

Analisis Break Event Point (analisis keseimbangan/break event analisis)

adalah salah satu metode untuk mempelajari hubungan antara penjualan, biaya dan laba. Break event adalah keadaan tanpa/rugi. Jumlah pendapatan penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya. Analisis Break Event Point sama mempelajari pengaruh timbal balik antara pendapatan, biaya dan laba. Analisis Break Event mempunyai faedah/kegunaan sebagai berikut:

1. Menunjukkan hubungan antara penjualan, biaya produksi dan laba 2. Menunjukkan pengaruh penjualan atas laba

3. Dapat dipergunakan untuk membuat proyeksi akibat perubahan biaya atau laba

4. Dapat dipergunakan untuk membuat prediksi perubahan jumlah penjualan tetapi dikehendaki oleh laba konstan

(Wasis, 1986).

(29)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja manusia yang digunakan dalam setiap tahap kegiatan usahatani yang dihitung dalam satuan HKP (Hari Kerja Pria) baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga, besarnya curahan tenaga kerja ini dihitung dalam konversi:

- Tenaga kerja Pria berumur > 15 tahun = 1 HKP - Tenaga kerja Wanita berumur 15 tahun = 0,8 HKP - Tenaga kerja Anak-anak berumur 10-15 tahun = 0,5 HKP (Daniel, 2002).

Permintaan dan penawaran atas barang-barang pertanian berkaitan erat dengan perkembangan, atau boleh juga disebut harga mempengaruhi permintaan ataupun penawaran hasil pertanian. Menurut hukum ekonomi, apabila harga naik maka permintaan akan turun dan apabila harga turun maka permintaan akan naik, bila penawaran naik maka harga akan turun dan bila penawaran turun maka harga akan naik (Daniel, 2002).

Usahatani wortel dikatakan menguntungkan atau layak diusahakan bila analisis ekonomi menunjukkan hasil layak. adapun analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah Analisis Titik Impas (Break Event Point/BEP), Return Of Investment (ROI), dan Revenue Cost Ratio (R/C ratio)

(Sunarjono, 2000).

Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap, yaitu: 1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

(30)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analysis. Data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan pada tahap ini yaitu:

- Matrik faktor strategi eksternal - Matrik faktor strategi internal (Rangkuti, 2003).

Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kua ntitatif perumusan strategi. Model ini digunakan adalah matrik SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treaths) (Rangkuti, 2003).

Matrik ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam perusahaan dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat sel alternative strategis, yaitu: a. Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST (Strength-Treaths)

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada yang ada.

(31)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Gambar 1. Diagram Matrik SWOT

IFAS

Opportunities (O) : Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Treaths (T) : Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Strength (S) : Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Weakness (W) : Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal (Rangkuti, 2003).

(32)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Harus diakui bahwa tidak seluruh komoditi pertanian mempunyai prospek yang cerah. Akan tetapi harus diingat bahwa cerah tidaknya prospek suatu komoditi dapat berubah menurut perputaran waktu. Suatu komoditi yang dianggap tidak memiliki prospek pada saat ini bisa saja menjadi primadona dimasa mendatang (Nazarudin,1993).

Beberapa hal yang ikut membantu kemungkinan perbaikan prospek suatu produk antara lain adalah: kemampuan produsen untuk memenuhi permintaan pasar, jenis komoditi yang sesuai dengan keinginan konsumen, kemampuan memenuhi mutu sesuai keinginan pasar, menyediakan komoditi yang sesuai dengan permintaan, ketetapan dalam pengiriman dan tingkat harga yang sesuai (Nazarudin,1993).

Pasar dapat didefinisikan sebagai tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa, dimana terjadinya pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli. Secara umum pemasaran dapat dianggap sebagai proses aliran yang terjadi dalam pasar. Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna kepemilikan (possession utility) (Sudiyono, 2004).

(33)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

memperoleh kegunaan tempat dan waktu dan fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi-fungsi pertukaran dan fisik.

Gambar. 2

Fungsi-fungsi Pemasaran

(Ginting, 2006). Kerangka Pemikiran

Usahatani wortel merupakan usaha yang dilakukan oleh petani wortel pada sebidang tanah tempat petani mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuan untuk memperoleh hasil (Produksi).

Biaya-biaya produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usahatani wortel adalah biaya saprodi, tenaga kerja dan lahan mempengaruhi produksi/hasil hasil yang diterima. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan petani, dimana besarnya produktivitas tersebut ditentukan oleh produksi usahatani yang merupakan jumlah produksi persatuan

Fungsi-fungsi Pemasaran

Fungsi Pertukaran

Fungsi Fisik

(34)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

lahan. Penerimaan dipengaruhi juga oleh harga jual produk dipasar, dimana penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga.

Dalam usahatani wortel ini bukan hanya memberikan peluang kesempatan kerja bagi petani dan keluarga, tapi juga bagi tenaga kerja diluar keluarga. Hal ini dapat dilihat dari usaha perawatan, pemanenan, pencucian dan pengemasan wortel dengan plastik yang membutuhkan banyak tenaga kerja untuk melakukannya.

Pendapatan yang diterima petani dari usahatani wortel merupakan jumlah penerimaan dari usahatani wortel yang dikurangi oleh biaya produksinya. Usahatani wortel dikatakan menguntungkan atau layak diusahakan bila dari analisis ekonomi memberikan hasil layak. Adapun analisis yang yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah Analisis Titik Impas (Break Event Point/BEP), Return Of Invesment (ROI) dan Return Cost Ratio (R/C Ratio).

Faktor-faktor dalam usahatani baik itu faktor-faktor produksi (lahan, tenaga kerja, saprodi, modal) maupun sosial ekonomi (tenaga kerja, tingkat pendapatan, harga produk di masyarakat) dianalisis dengan salah satu model analisis yaitu model matrik SWOT.

(35)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

(36)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Hipotesis Penelitian

1. Usahatani wortel secara ekonomi layak diusahakan.

(37)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penetuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini merupakan salah satu daerah sentra produksi wortel di Sumatera Utara (dapat dilihat pada Tabel 1).

Metode Penentuan Sampel

Penarikan sampel dilakukan secara Stratified Random Sampling, dimana pada Desa Sukadame terdapat populasi penanam wortel 200 KK, sampel dikelompokkan atas tiga strata luas lahan <0,3 Ha, 0,3-0,5 Ha dan >0,5 Ha. Jumlah sampel ditetapkan 30 KK. Distribusi populasi dari petani sample dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 1.3 Strata Populasi Petani Sampel 2006.

Strata Luas Wortel Kategori Strata

Populasi (KK) Sampel (KK)

I ≤ 0,3 Ha Lahan sempit 75 11

II > 0,3-0,5 Ha Lahan sedang 90 14

III > 0,5 Ha Lahan Luas 35 5

Jumlah 200 30

(38)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data baku pelengkap yang diperoleh dari instansi atau kantor dinas yang terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan Analisis Titik Impas (Break Even Point BEP), Return of Investment (ROI) dan Return Cost Ratio (R/C ratio).

Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau keadaan

(39)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Ketentuan yang digunakan : Break Event Point terjadi apabila laba / rugi suatu usaha = 0 (Sunarjono, 2000)

Return Of Investment (ROI) merupakan suatu ukuran rasio untuk

mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini adalah pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal.

Rumus yang digunakan :

Pendapatan Bersih (Net Income) ROI = x 100%

Total Aset (modal)

Keterangan :

Jika ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini efisien untuk dilaksanakan.

Jika ROI ≤ tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini tidak efisien untuk dilaksanakan.

(Sunarjono, 2000).

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal dengan

perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sbb:

a = R/C R = Py.y C = FC + VC

(40)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Keterangan :

R = penerimaan (Rp) C = biaya (Rp)

Py = harga output (Rp) Y = output (Rp)

FC = biaya tetap (fixed cost) (Rp)

VC = biaya tidak tetap (variabel cost) (Rp)

Ketentuan :

Jika R/C ≥1, maka layak untuk dilaksanakan Jika R/C <1, maka tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1994).

Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan analisis perhitungan pendapatan usahatani dengan rumus sebagai berikut:

Pd = TR – TC

Keterangan

(41)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Kriteria yang digunakan dalam melihat tingkat pendapatan usahatani wortel ini layak atau tidak layak, yaitu dengan melihat seberapa besar kontribusi usahatani wortel untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah yang terdapat pada usulan penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

a. Usahatani adalah kegiatan mengorganisasi (mengelola) aset dan cara dalam pertanian, atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian.

b. Teknologi adalah penggunaan pengetahuan dan faktor-faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

c. Produksi usahatani wortel ialah usaha dalam bentuk umbi wortel.

d. Biaya produksi usahatani wortel merupakan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan buah sejak tanam hingga panen.

e. Penerimaan usahatani adalah total produksi yang dihasilkan usahatani wortel selama masa produksi yang dihitung dalam bentuk rupiah.

f. Pendapatan usahatani wortel adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total produksi.

(42)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

h. Prospek usahatani wortel adalah peluang peningkatan atau keberhasilan atas usahatani wortel dimasa depan.

Batasan Operasional

a. Tempat penelitian adalah desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.

(43)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Topografi Desa

Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah Terletak 10 Km dari Kabanjahe yang merupakan Ibukota Karo dan 65 Km dari Medan Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Desa Sukadame terletak diantara 1000-1300 m. dpl, dengan suhu rata-rata berkisar 16-27 oC, dengan kelembapan 85 %. Jenis tanah pada umumnya adalah tanah Andosol.

Desa sukadame mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sinaman

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tigapanah - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bulan Jahe.

Tata Guna Tanah

(44)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

dibudidayakan adalah tanaman wortel, jeruk, kentang, kol. Penggunaan tanah di Desa Sukadame dapat dilihat tabel 8.

Tabel 8. TataGuna Tanah di Desa Sukadame Tahun 2007.

No Jenis Luas (Ha) Persentase (%)

Sumber : Kantor Kepala Desa Sukadame, 2007

Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan produktif terbesar adalah untuk pertanian/lahan kering 83,75 %dari keseluruhan lahan. Penggunaan lahan lainnya adalah untuk pemukiman 7,5 %, jalan 3,75 %, lahan tidak terpakai 5 %.

Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa mata pencarian utama di Desa Sukadame adalah dari pertanian.

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sukadame tercatat sebanyak 2.241 Jiwa atau 551 KK yang terdiri dari 1.065 laki-laki dan 1.176 perempuan. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sukadame Tahun 2007.

NO Umur (Thn) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

(45)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame 2004

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar yaitu pada kelompok usia produktif (Kelompok umur 16-60) sebesar 78,26 % dari jumlah penduduk, sedangkan paling rendah adalah umur 7-15 Tahun sebesar 5,80 %.

Jumlah penduduk produktif yang cukup tersedia di daerah tersebut dapat menjadi salah satu modal dasar yang dimiliki desa tersebut untuk mengadakan dan menggali potensi yang ada.

Distribusi penduduk menurut mata pencarian di Desa Sukadame dapat dilihat melalui Tabel berikut.

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa Sukadame

NO Mata Pencarian Jumlah (KK) Persentase (%) 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame 2004

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa mata pencarian utama penduduk desa Sukadame adalah sebagai Petani dengan persentase sebesar 84,21 % dari sejumlah penduduk yang bekerja. Kualitas tenaga kerja yang ada di Desa Sukadame dapat dilihat dari Tabel berikut.

Tabel 11. Kualitas Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sukadame.

NO Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

(46)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

Sumber: Kantor Kepala Desa Sukadame 2004

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa kualitas tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukadame yaitu: Tidak sekolah, Tamat SD, Tamat SMP, SMA bahkan dari perguruan tinggi walaupun jumlahnya relatif kecil. Tingkat pendidikan tenaga kerja tertinggi adalah tamat SMP sebesar 27,88 % dan terendah adalah sarjana sebesar 0,62 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kurang memiliki pandangan yang baik pada teknologi yang ada.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud adalah mengenai luas lahan yang dikelola petani, umur, pendidikan formal yang dimiliki, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga petani. Adapun karakteristik petani sampel di Desa Sukadame adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel di Desa Sukadame

No Uraian Strata I Strata II Strata III Total Rataan

(47)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan petani sampel adalah 0.43 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang cukup luas untuk dapat mengembangkan usahatani wortel dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani.

Umur rata-rata petani sampel adalah 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel tergolong pada usia produktif sehingga dapat dikatakan masih memiliki tenaga kerja potensial untuk usahatani wortel.

Pendidikan yang dimiliki petani sampel adalah rata-rata 8,3 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan sampel setingkat SLTP.

Pengalaman bertani petani sampel rata-rata adalah 14 tahun. Lama usahatani bagai petani wortel berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian mereka dalam mengatasi permasalahan yang timbul sehingga kemungkinan dapat meningkatkan produksi dimasa yang akan datang.

Jumlah tanggungan keluarga petani sampel rata-rata 3 jiwa, jumlah tanggungan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga untuk dapat membantu dalam kegiatan usahatai wortel.

(48)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi

1. Lahan

Berdasarkan literatur (AAK, 1992), bahwa tanaman wortel tumbuh baik pada lahan berstruktur remah, dalam dan subur, tanah subur diperlukan untuk membentuk umbi dan akar yang baik. Wortel tumbuh baik pada daerah ketinggian daerah di atas 400 m dari permukaan air laut dan dengan melihat tofografi desa Sukadame maka dapat dikatakan bahwa desa Sukadame merupakan daerah yang sesuai untuk usahatani wortel.

Lahan yang ditanami tanaman wortel adalah merupakan lahan milik sendiri. Lahan yang digunakan petani umumnya merupakan lahan warisan yang diterima dari orang tua petani sebelumnya.

(49)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2. Modal

Usahatani wortel sudah berjalan sangat lama.Petani di Desa Sukadame memperoleh modal dari pendapatan yang mereka peroleh dari musim tanam sebelumnya, bukan dari pinjaman atau kredit yang berasal dari Bank, CU (Credit Union), ataupun LSM. Hal tersebut dapat kita lihat pada lampiran 2.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal pada petani sampel di desa Sukadame cukup tersedia.

3. Bibit

Petani wortel di desa Sukadame memperoleh bibit wortel dari pedagang yang berada di desa Sukadame, dimana harga bibit wortel Per Kg sebesar Rp 80.000, Menurut Rukmana (1995) bahwa kebutuhan bibit tanaman wortel untuk lahan seluas 1 Ha sebanyak 4- 4,5 Kg. Dari uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa penggunaan bibit wortel sudah sesuai teori, penggunaannya banyak karena disebabkan oleh adanya penjarangan pada saat wortel berusia 45 hari (1,5 bulan ).

Di daerah penelitian terdapat beberapa pedagang yang menjual bibit wortel. Petani wortel tidak menggunakan bibit buatan karena kualitas yang tidak terjamin, sehingga para petani lebih memilih untuk membeli bibit dari pedagang.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa ketersediaan bibit wortel di desa Sukadame cukup tersedia.

(50)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Curahan tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya proses usahatani. Curahan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga (TKDK) dan dari luar keluarga (TKLK). Ukuran tenaga kerja yang dipakai adalah curahan tenaga kerja (HKP). Tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian yang secara keseluruhan tidak diberi nilai dengan uang. Tenaga kerja luar keluarga adalah jumlah tenaga kerja yang berasal dari luar yang dinilai dengan uang atau upah yang berlaku di desa tersebut.

Jumlah penduduk usia produktif di desa Sukadame berjumlah 1754 jiwa, dengan jumlah Penduduk wanita 920 jiwa dan penduduk pria 834 jiwa. Jumlah penduduk pria setara dengan 834 HKP, dan jumlah penduduk wanita setara dengan 736 HKP. HKP penduduk pria dan wanita adalah sebesar 1570 HKP.

Kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani wortel adalah sebagai berikut.

Tabel 13. Kebutuhan Tenaga Kerja Per Hektar Per Musim Tanam

No Tahap Kegiatan Kebutuhan Tenaga Kerja (HKP) Rataan (HKP)

Strata I Strata II Strata III

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 10) 2007

Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja per hektar per musim tanam untuk strata I sebesar 58.14 HKP, strata II sebesar 61.68 HKP dan strata III sebesar 70.56 HKP. Rataan per hektar per musim tanam adalah 61.86 HKP.

(51)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

maka dapat dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja untuk usahatani wortel di daerah penelitian tersedia.

5. Pupuk

Pupuk yang digunakan petani sampel umumnya adalah pupuk buatan, pupuk buatan yang digunakan antara lain adalah pupuk ZA, RI, Amophos dan ikan busuk dengan harga masing-masing Rp 1500 /Kg, Rp 4000 /Kg untuk RI dan Amophos, Rp 3500/Kg untuk ikan busuk.

Petani di desa Sukadame membeli pupuk dari pedagang pupuk yang berada di Desa Sukadame dan tidak membeli dari Credit Union (CU) yang berada di desa Tigapanah. Hal ini disebabkan oleh karena petani lebih percaya pada kualitas pupuk yang diperoleh dari pedagang daripada yang disediakan oleh CU, walaupun harganya lebih mahal dan pembayarannya tidak bisa secara kredit.

Berdasarkan seluruh keterangan diatas mengenai ketersediaan faktor-faktor produksi di daerah penelitian maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor-faktor-faktor produksi di daerah penelitian cukup tersedia dengan baik.

Penerapan Teknologi Budidaya pada Usahatani Wortel.

(52)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 14. Penerapan Teknologi Budidaya oleh Petani Sampel pada Usahatani Wortel di Desa Sukadame

  Pada tahap pembersihan lahan petani hanya menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul, cuan, parang dan roka.

2 Penanaman   Petani sampel melakukan

penanaman pada musim hujan. 3 Pemeliharaan

- Pemupukan   Petani sampel melakukan

pemupukan secara maksimal.

- Kebersihan   Kebersihan kebun dilakukan

secara rutin dengan menggunakan peralatan seperti : cangkul, cuan, roka dan parang.

- Penjarangan   Penjarangan dilakukan dengan

mencabut umbi wortel agar tidak menghambat pertumbuhan wortel.

Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2007

Penerapan teknologi budidaya yang dilakukan petani sampel di desa Sukadame dapat dijelaskan sebagai berikut.

(53)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Langkah awal dari persiapan menanam wortel dimulai dengan persiapan lahan (pembukaan dan pengolahan lahan) secara sempurna, agar dapat menghasilkan produksi wortel yang optimal.

Dalam persiapan laha, tanah harus terbebas dari gulma, setelah bebas dari gulma lalu tanah dicangkul (diolah). Tanah yang dicangkul tersebut harus dibuat gembur/diratakan, kemudian dibuat bedengan-bedengan. Luas bedengan 11.20cm, jarak antara tiap bedengan 40-50 cm, panjang bedengan tergantung dengan kondisi lahan, tinggi bedengan ± 25 cm.

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggemburkan tanah dengan cangkul sedalam 30-40 cm, serta membentuk bedengan-bedengan dan parit-parit agar pada saat terjadi hujan lahan tidak tergenang atau banjir. Kondisi tanah yang gembur akan meningkatkan perembesan air sehingga dapat memperbaiki drainase, memudahkan penanaman, mempermudah pertumbuhan dan pengembagan akar tanaman, serta memudahkan perkembangan umbi wortel.

Bedengan merupakan tempat penanaman dan parit sebagai saluran pengairan dari lahan penanaman, bedengan dan parit akan memudahkan pelaksanaan kegiatan pemupukan dan pengairan untuk menghambat terjadinya penggenangan air disekitar tanaman.

Pengolahan tanah dilakukan agar diperoleh struktur tanah yang remah (gembur). Penggemburan atau pemecahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi struktur tanah yang sesuai dengan akar tanaman dan perkembangan umbi, selanjut tanah dibiarkan agar terangin-angin dan terkena cahaya matahari.

(54)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemupukan yang pertama secara merata. Pupuk yang digunakan adalah ikan busuk dan pupuk buatan. Penggunaan ikan busuk bertujuan untuk menggemburkan tanah dan memberikan warna yang lebih merah (lebih cerah) pada buah wortel yang akan diproduksi

Petani wortel di daerah Sukadame biasanya melakukan penanaman pada saat musim hujan, untuk menghindari rendahnya produksi yang akan dihasilkan pada saat panen, kemarau dapat menghambat pertumbuhan tanaman wortel dan tanaman dapat mati apabila kekurangan air. Penentuan saat penanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Waktu tanam yang sesuai akan menghasilkan hasil yang baik. Wortel termasuk tanaman yang tahan terhadap hujan, oleh karena itu tanaman wortel dapat ditanam kapan saja sepanjang tahun di desa Sukadame, asal tersedia air yang dapat mencukupi kebutuhan tanaman.

Saat yang tepat untuk penanaman wortel adalah saat musim hujan, yaitu pada awal bulan Oktober / Nopember, pada saat itu kebutuhan air tanah dapat mencukupi kebutuhan tanaman selama masa pertumbuhan, penanaman yang dilakukan pada musim kemarau tidak menguntungkan bagi para petani, karena pertumbuhan wortel idak sebaik pada saat penanaman pada musim hujan, kecuali terdapat sumur pada daerah pertanian petani tersebut

Disamping musim, penanaman bibit sebaiknya juga memperhatikan waktu dalam hari (pagi, siang atau sore), petani wortel di desa Sukadame menanam wortel pada saat pagi hari.

(55)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan pemupukan, kebersihan lahan, penjarangan.

1) Pemupukan tanaman wortel dilakukan 2 kali pertama yaitu pada saat awal penanaman dan pemupukan kedua pada saat tanaman berumur 1,5 bulan pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA, pupuk RI, pupuk Amophos dan Ikan busuk. Penempatan pupuk ZA, RI, Amophos dan Ikan busuk harus tepat, pupuk disebarkan tidak mengenai umbi wortel, pupuk disebar disekitar parit kecil yang dibuat petani disekitar tanaman wortel yang berjarak ±10 cm.

2) Kebersihan lahan (penyiangan) dilakukan untuk menghilangkan rumput dan gulma yang berada disekitar tanaman wortel maupun disekitar parit-parit. Rumput atau gulma dapat merugikan petani karena dapat menurunkan produksi karena rumput atau gulma akan menekan pertumbuhan tanaman wortel, karena akan menjadi pesaing utama dalam penyerapan air, unsur hara, CO2, dan cahaya matahari, sehingga kebutuhan hara dan air pada tanaman wortel tidak terpenuhi. Disamping itu adanya rumput dan gulma disekitar tanaman dapat meningkatkan kelembapan udara sehingga menurunkan produktivitas tanaman.

(56)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

kecil-kecil. Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman wortel berumur 1,5 bulan, penjarangan dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang memiliki pertumbuhan kurang baik, sedangkan tanaman yang, pertumbuhannya baik disisakan, hinggga diperoleh jarak antar tanaman ± 10 cm.

Berdasarkan pengamatan terhadap penerapan teknologi budidaya usahatani wortel yang dilakukan petani sampel di daerah penelitian maka dapat dinyatakan bahwa teknologi budidaya yang diterapkan pada usahatani wortel di daerah penelitian adalah teknologi sederhana yang berlangsung secara tradisonal.

Kesempatan Kerja di daerah Penelitian.

Adapun penggunaan tenaga kerja untuk setiap tahap kegiatan usahatani wortel di desa Sukadame adalah sebagai berikut.

Tabel 15. Kebutuhan Tenaga Kerja Per Hektar Per Musim Tanan Selama Satu Tahun (4 Musim Tanam)

No Tahap Kegiatan Kebutuhan Tenaga Kerja (HKP)

Strata I Strata II Strata III

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 8) Tahun 2007

(57)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tenaga kerja dalam keluarga belum cukup untuk usahatani tersebut. Petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga oleh karena adanya pekerjaan yang harus dikerjakan secara serentak.

Berdasarkan keterangan diatas dapat dikatakan bahwa usahatani wortel di daerah penelitian mampu memberikan kesempatan kerja bagi penduduk.

Usahatani wortel secara ekonomi layak diusahakan

Adapun analisis ekonomi usahatani wortel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16. Rataan Analisis Ekonomi Usahatani Wortel Per MusimTanam

Uraian Analisis Ekonomi Per Tahun Produksi

PerPetani Perhektar

Strata I

Bibit (Rp) 72,436.36 320,000.00

Upah Tenaga Kerja (Rp) 391,636.36 1,718,727.27

Biaya Pupuk (Rp) 510,625.00 2,252,473.48

Penyusutan Peralatan (Rp) 13,664.77 65,407.20

Total Biaya (Rp) 991,698.86 4.373,123.11

Penerimaan (Rp) 1,899,545.45 8,400,000.00

Pendapatan (Rp) 907,846.59 4,026,876.89

BEP Pendapatan (Rp) 32,880.85 155,759.11

BEP Produksi (Kg) 46.97 222.51

Bibit (Rp) 136,000.00 320,000.00

Upah Tenaga Kerja (Rp) 790,714.29 1,847,139.46

Biaya Pupuk (Rp) 979,321.43 2,301,187.64

Penyusutan Peralatan (Rp) 15,915.18 37,655.01

Total Biaya (Rp) 1,953,058.04 4,575,851.65

Penerimaan (Rp) 3,657,500.00 8,595,178.57

Pendapatan (Rp) 1,704,441.96 4,019,326.92

BEP Pendapatan (Rp) 43,065.16 101,486.61

BEP Produksi (Kg) 61.88 144.98

BEP Harga (Rp) 372.74 327.74

R/C Ratio 1.88 1.88

ROI (%) 88.11 88.11

Strata III

(58)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Upah Tenaga Kerja (Rp) 1,952,400.00 2,116,800.00

Biaya Pupuk (Rp) 2,075,800.00 2,254,900.00

Penyusutan Peralatan (Rp) 23,312.50 25,875.00

Total Biaya (Rp) 4,375,112.50 4,748,968.75

Penerimaan (Rp) 7,812,000.00 8,491,000.00

Pendapatan (Rp) 3,436,887.50 3,472,031.25

BEP Pendapatan (Rp) 74,915.79 81,868.34

BEP Produksi (Kg) 107.02 116.95

Bibit (Rp) 139,093.33 320,000

Upah Tenaga Kerja (Rp) 838,000.00 1,844,998.41

Biaya Pupuk (Rp) 990,212.50 2,275,611.18

Penyusutan Peralatan (Rp) 16,332.92 45,867.48

Total Biaya (Rp) 2,004,235.42 4,530,370.70

Penerimaan (Rp) 3,705,333.33 8,506,250.00

Pendapatan (Rp) 1,701,097.92 3,975,879.30

BEP Pendapatan (Rp) 44,756.24 118,116.82

BEP Produksi (Kg) 63.94 168.74

BEP Harga (Rp) 372.92 372.92

R/C Ratio 1.88 1.88

ROI (%) 88.13 88.13

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 11-22) Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 16 dapat dijelaskan rataan biaya produksi yang dikeluarkan, penerimaan, pendapatan, BEP (pendapatan, produksi dan harga), R/C ratio dan ROI pada usahatani wortel sebagai berikut :

1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan input yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani berlangsung hingga menghasilkan produk.

Komponen-komponen biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani wortel adalah biaya bibit, upah tenaga kerja, biaya pupuk dan biaya penyusutan peralatan.

(59)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Pembelian bibit disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki. Rataan penggunaan biaya bibit per hektarnya adalah sebesar Rp 320,000. Biaya bibit per petani tertinggi adalah pada strata III sebesar Rp 294,400 dan terendah adalah pada strata I sebesar Rp 72,436.36, Biaya bibit tertinggi pada strata III karena lahannya lebih luas dibandingkan dengan strata I dan II.

b. Upah Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja terdiri dari 5 kegiatan yaitu persiapan lahan/pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, kebersihan lahan dan penjarangan. Upah yang diberikan pada masing-masing tenaga kerja didasarkan pada upah harian. Biaya yang dikeluarkan tergantung oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan pada masing-masing tahap kegiatan. Upah tenaga kerja untuk masing-masing tahap kegiatan adalah sebesar Rp. 30,000.

Biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan untuk setiap tahap kegiatan per petani, tertinggi adalah pada strata III sebesar 1,952,400 dan terendah pada strata I sebesar 391,636.36.

Rataan biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan per hektarnya sebesar Rp. 2,116,800 pada strata III merupakan upah tenaga terbesar yang dikeluarkan oleh petani dan yang terkecil pada Strata I yaitu Rp 1,718,727.27 dan pada strata II sebesar Rp. 1,847,139.46.

(60)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Biaya penggunaan pupuk yang dikeluarkan per tahun produksi per petani, tertinggi pada Strata III sebesar Rp. 2,075,800.00 dan terendah pada strata I sebesar Rp 510,625.00.

Rataan penggunaan pupuk yang dikeluarkan per hektarnya adalah sebesar Rp. 2,275,611.18 dengan biaya pupuk tertinggi pada penggunaan pupuk RI sebesar Rp 824,338.62 , sedangkan Amophos sebesar Rp. 784,286.77, penggunaan pupuk terendah yaitu pupuk ZA sebesar Rp. 159,349.21, dan ikan busuk sebesar Rp. 507,636.57.

d. Biaya Penyusutan Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam setiap tahap kegiatan usahatani wortel adalah cangkul, parang, cuan dan roka.

Biaya penyusutan peralatan per petani per musim tanam tertinggi pada strata III sebesar Rp. 23,312.50 dan terkecil pada strata I sebesar Rp. 13,664.77. Total rataan penyusutan peralatan yang dikeluarkan per hektarnya adalah sebesar Rp. 45,867.48 dengan biaya penyusutan peralatan tertinggi pada penggunaan cuan sebesar Rp. 17,917.00 dan terendah pada parang sebesar Rp. 5,727.76.

Biaya penyusutan dari masing-masing alat ditentukan oleh banyaknya masing-masing alat yang digunakan dan umur ekonomisnya.

2. Penerimaan

(61)

Jevri Maradong Purba : Prospek Pengembangan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Beradasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa penerimaan per petani permusim tanam tertinggi pada strata III sebesar Rp. 7,812,000 dan terendah pada strata I sebesar Rp. 1,899,545.45, pada strata II sebesar Rp. 3,657,500. Sedangkan rataan penerimaan per hektar per musim tanam sebesar Rp. 8,506,250.00.

Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila lahan yang dimiliki semakin luas maka total produksi akan bertambah dan penerimaanpun akan bertambah pula.

3. Pendapatan

Pendapatan dari usahatani wortel adalah penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan total biaya produksi.

Rataan pendapatan per petani per musim tanam, tertinggi pada strata III sebesar Rp. 3,436,887.50 dan terendah pada strata I sebesar Rp.907,846.59 dan strata II sebesar Rp. 1,704,441.96 sedangkan total rataan pendapatan per hektar sebesar Rp. 3,975,879.30.

4. Analisis Tititk Impas (Break Even Point)

Break Even Poin (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau kembali

modal, sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk analisis BEP ini ada tiga perhitungan, yaitu: BEP pendapatan, BEP produksi dan BEP harga.

BEP pendapatan perpetani permusim tanam tertinggi pada strata III yaitu

Gambar

Tabel 1. Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Wortel Per Kabupaten/Kota di Propinsi  Sumatera Utara Tahun 2005
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel menurut kecamatan di Kabupaten Karo tahun 2005
Tabel 4. Perkembangan Harga Komoditi Wortel di Pusat Pasar Kabupaten        Karo Dan Pusat Pasar Medan Tahun 2006
Tabel 5. Perkembangan Harga Komoditi Wortel Per Kg di Pusat Pasar        Kabupaten  Karo dan Pusat Pasar Medan Tahun 2003-2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penulisan Ilmiah ini, penulis memaparkan tentang langkah langkah perancangan sebuah website sederhana dengan menggunakan web programming PHP. Website ini dimodifikasi

Diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Satuan Kerja Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boalemo menurut ketentuan –

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor : 54 Tahun 2010 dan perubahannya Nomor : 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah,

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan media pembelajaran berbantuan komputer pada materi garis dan sudut. Model media pembelajaran ini adalah model tutorial,

Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2013/2014 di kelas V SD N II Pracimantoro dapat disimpulkan

Bagaimana pengaruh ukuran kapasitor terhadap tegangan dan frekuensi generator induksi 1 fase 12 kutub kecepatan rendah. Bagaimana pengaruh kecepatan putar terhadap

Tabulasi Perbandingan Tegangan Normal Pada Sayap akibat lentur lateral Profil Hasil Analitis dan Program Ansys .... Tabulasi Perbandingan Tegangan Geser di sepanjang sayap ( z = 0 )