FUNGSI DAN PERANAN GONDANG DALAM PENERIMAAN
SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK SANTO DIEGO
MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN ; SEBUAH KAJIAN
DESKRIPTIF.
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O L E H
HOTMA ULI MANALU
NIM: 020707002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
FUNGSI DAN PERANAN GONDANG DALAM PENERIMAAN
SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK SANTO DIEGO
MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN ; SEBUAH KAJIAN
DESKRIPTIF.
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O L E H
HOTMA ULI MANALU
NIM: 020707002
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
FUNGSI DAN PERANAN GONDANG DALAM PENERIMAAN
SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK SANTO DIEGO
MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN ; SEBUAH KAJIAN
DESKRIPTIF.
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur atas Kasih Karunia Allah Bapa Yesus Kristus penolong terbesar dalam
hidup, atas rencana-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda D.Manalu
dan Ibunda T.Br Gultom yang mendidik dan membesarkan dengan kesabaran dan kasih sayang
dan doa yang tidak terhingga, serta restu dan amanah agung hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini
Skripsi ini berjudul ”Fungsi Dan Penggunaan Musik Batak Toba Dalam
Peneriamaan Sakramen Krisma Di Gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan; Sebuah Kajian Deskriptif”, ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S – 1 pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dekan Fakultas Sastra USU Bapak Drs.
Syaiffudin, M.A., Ph.D. Terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Torang
Naiborhu,M.Hum selaku pembimbing I, dan Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si selaku pembimbing II
dan ketua jurusan Etnomusikologi, yang telah memberikan waktu, saran serta kritikan yang
membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih penulis sampaikan kepada ibu Arifni Netrirosa,SST selaku Pembimbing
Akademik, serta Bapak dan Ibu dosen Etnomusikologi Drs. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Dra.
Rithaony Hutajulu,M.A, Dra.Heristina Dewi,M.Pd, Drs. Prikuten Tarigan, M.Si, Drs. Irwansyah
Harahap, M.A, Drs. Bebas Sembiring, Drs. Fadlin, Drs. Muhammad Takari, M.Hum yang telah
memberikan pangajaran selama penulis mengikuti bangku perkuliahan.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak D.Manalu dan keluarga yang banyak
kepada Ervina.M yang telah memberikan banyak informasi dan saran yang membangun selama
penulis melakukan penelitian.
Dalam kata pengantar ini penulis juga menyampaikan terimakasih kepada ito saya Rico
Efendi.M dan Michael.J.M, dan Kristina.M, Ervina.M, yang selalu memberikan semangat dan
doa hingga terselesaikan skripsi ini.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada suamiku tercinta Wandes Nainggolan yang
penuh dengan perhatian, dukungan, kesabaran, doa dan cinta besar yang diberikan pada saya
ketika penulisan skripsi ini. Juga terimakasih banyak buat bapak mertua saya, bapak
D.Nainggolan dan ibu mertua saya, R.Br Sinurat, juga ipar-ipar saya yang banyak memberikan
semangat, doa, dan moril selama pembuatan skripsi ini dan tak lupa juga saya ucapkan banyak
cinta dan sayang buat anak mama yang manis, Choira Ester Evelyn Br.Nainggolan yang selama
ini mama tak pernah merasa direpotkan oleh gelak tangis dan tawa yang terucap dari bibir
kecilmu.
Rasa terimakasih penulis sampaikan atas segala bantuan kepada teman-teman kampus
dari berbagai angkatan, khususnya angkatan 2002, terutama buat ’DC’, Irfas, Martavia, Pak Tom,
M’Irbet, juga Alvon dan semua sahabatku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang Etnomusikologi.
Medan, November 2007
Penulis,
Decy Christy
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Pokok Permasalahan 10
1.3Tujuan Dan Manfaat 10
1.4Konsep Dan Teori 11
1.4.1 Konsep 11
1.4.2 Teori 12
1.5 Metode Penelitian 14
1.5.1 Studi Keputakaan 14
1.5.2 Kerja Lapangan 15
1.5.3 Kerja Laboratorium 16
1.5.4 Lokasi Penelitian 16
BAB II : IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIK 17
2.1 Sejarah Berdiri Gereja Katolik Santo Diego Martoba 17
2.2 Lokasi Gereja Katolik Santo Diego Martoba 18
2.3 Identifikasi Masyarakat 20
2.5 Sistem Religi 22
. 2.6 Sisitem Kekerabatan 22
2.7 Sistem Mata Pencaharian 23
BAB III : DESKRIPSI UPACARA PENERIMAAN SAKRAMEN
KRISMA 24
3.1 Pengertian Dan Tujuan Upacara Sakramen Krisma 24
3.2 Tempat Upacara 24
3.3 Saat Upacara 25
3.4 Peralatan Dan Perlengkapan Upacara 25
3.5 Pendukung Upacara 27
3.5.1 Uskup 27
3.5.2 Pastor 27
3.5.3 Dewan Stasi 28
3.5.4 Misdinar 29
3.5.5 Prodiakon 30
3.5.6 Petugas Lektor 30
3.5.7 PesertaUpacara 31
3.5.8 Pemaian Musik Batak Toba 32
3.6 Pelaksanaan Upacara 33
3.6.1 Persiapan Upacara 33
BAB IV : FUNGSI GONDANG (ALAT MUSIK BATAK TOBA) 50
4.1 Fungsi Dan Penggunaan Gondang 50
4.1.1 Fungsi Dan Pengungkapan Emosional 51
4.1.2 Fungsi Komunikasi 51
4.1.3 Fungsi Reaksi Jasmani 52
4.1.4 Fungsi penghayatan estetis 52
4.1.5 Fungsi Perlambangan 52
4.1.6 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat 53
4.1.7 Fungsi Kesinambungan Budaya 54
BAB V : PENUTUP 55
5.1 Rangkuman 55
5.2 Kesimpulan 58
DAFTAR PUSTAKA 61
DAFTAR INFORMAN 62
GLOSARIUM 63
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang penduduknya terdiri
dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa
Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang religius, yang setiap kehidupannya selalu
berdasarkan pada ajaran yang dianutnya. Oleh karena itu, setiap manusia harus
memiliki agama dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing.
Agama 1 terdiri dari dua suku kata, yaitu A yang berarti tidak, dan Gamma
artinya kacau, jadi agama berarti tidak kacau. Dengan adanya agama diharapkan dapat membuat suatu keadaan yang damai. Baik ajaran, rumah ibadah, tata ibadah
tiap-tiap agama berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Penulis akan mengangkat salah satu ajaran agama yang akan dituliskan dalam
skripsi ini yaitu agama Katolik.. Katolik berarti umum, yang memiliki pengertian
terbuka secara umum bagi siapa saja tanpa memandang suku, warna kulit, latar
belakang dan kebudayaannya (kebiasaannya).
1
Umat Katolik biasanya melakukan ibadah disebuah rumah ibadah yang
dinamakan gereja. Gereja di pandang sebagai persekutuan orang beriman, dimana di
rumah ini mereka melaksanakan ajaran agama seperti berdoa, bernyanyi dan
bermazmur setiap hari minggu dan hari-hari lain ditentukan. Banyak perbedaan antara
ajaran Katolik dengan ajaran agama Kristen lainnya. Baik dalam tata cara ibadah
maupun lagu-lagu pujian.
Gereja Katolik memiliki dua versi ibadah yaitu:
1 Misa Kudus; misa kudus berarti suatu ibadah dimana dalam ibadah ini tubuh
dan darah kristus yang dilambangkan dalam rupa roti dan anggur menjadi
suatu persembahan yang sangat sakral. Dan misa ini hanya boleh dibawakan
oleh kaum biarawan seperti paus, Uskup, maupun Pastor.
2 Ibadah Sabda; ibadah sabda berarti suatu ibadah kecil. Dalam ibadah ini,
darah Kristus yang dilambangkan dalam rupa anggur tidak ikut
dipersembahkan. Ibadah sabda ini biasanya dibawakan oleh frater2 maupun
kaum awam yang disebut prodiakon3.
Tata cara ibadah dalam gereja Katolik diatur dalam sebuah buku liturgi sebagai
suatu peribadatan gereja.
Dalam gereja Katolik dikenal ada empat warna liturgi yang melambangkan
masa-masa pada liturgi itu. Warna hijau digunakan pada masa biasa, warna merah
2Frater adalah seseorang yang masih sekolah di sekolah Pastoral dan dididik untuk menjadi seorang Pastor
3Prodiakon adalah orang awam yang ditugaskan oleh Uskup untuk membantu menerimakan Tubuh Tuhan (komuni) dalam Perayaan Ekaristi.
digunakan pada masa pra-paskah, warna putih digunakan pada masa natal dan
paskah, dan warna unggu digunakan pada masa adven. Dan pemakaian empat warna
itu diatur dalam suatu kalender yang disebut kalender liturgi4.
Dalam ajaran agama Katolik juga dikenal adanya Sakramen5yaitu suatu tanda
rahmat Allah dicurahkan kepada setiap orang melalui roh kudus yang terdiri dari
tujuh (7) sakramen yaitu:
1. Sakramen permandian (babtis); sakramen ini biasanya diterima pada saat
masih balita. Sakramen ini biasanya dilambangkan dengan air yang
dicucurkan diatas kepala sebagai lambang bahwa manusia terbebas dari dosa
asal.
2. Sakramen ekaristi; sakramen ini merupakan sakramen dimana kita boleh
menerima tubuh dan darah kristus, sakramen ini diterimakan oleh seorang
Pastor.
3. Sakramen krisma atau penguatan; sakramen ini merupakan sakramen
pendewasaan iman dan penguatan dengan Roh kudus untuk menjadi saksi
Kristus.
4. Sakramen perkawinan; sakramen ini seyogianya mendapatkan perhatian
dalam kaitan dengan upaya untuk menyadari kesucian hidup berkeluarga dan
menekankan kehadiran Allah dalam ikatan janji suami-istri.
4Kalender liturgi adalah satu buku penanggalan liturgi yang disusun untuk satu tahun.
5. Sakramen tobat; sakramen tobat merupakan tanda dan sarana rekonsiliasi
dengan Tuhan dan gereja-Nya, dapat lebih dihargai apabila kesadaran akan
dosa dan kebutuhan akan pengampunan.
6. Sakramen perminyakan orang sakit; sakramen ini lebih diberi tempat :
pertama-tama sebagai ungkapan iman, yaitu bahwa dalam penderitaan yang
paling beratpun umat Katolik ingat akan penyelamatan Allah
7. Sakramen imamat; sakramen ini sama dengan sakramen penthabisan imam
dan hanya boleh diterima oleh seorang imam.
Sakramen Permandian (babtis), Penguatan atau Krisma dan Ekaristi merupakan
sakramen inisiasi.
Sakramen krisma adalah sakramen pendewasaan iman, dimana sipenerima
sakramen krisma harus bisa bertanggung jawab akan iman yang ada padanya dan
lebih bertanggung jawab akan keyakinannya kepada Tuhannya. Sakramen krisma ini
boleh diterima oleh seorang Katolik yang telah melewati dua sakramen yaitu
sakramen permandian (babtis) dan sakramen ekaristi, penerima sakramen krisma
haruslah memiliki usia lima belas (15) tahun keatas dikarenakan pada usia dianggap
telah dapat lebih bertanggung jawab akan imannya sendiri.
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, para krismawan akan
menyembah (marsomba) kepada orang tuanya untuk memimta maaf kepada orang tua
mereka dan juga menyembah (marsomba) kepada Tuhan melalui bunyi-bunyian
Pada tahapan inkulturasi, konsili vatikan membuka pintu untuk menerima
latar musik lain dalam ibadat, untuk penyesuaian liturgi dan musik liturgi pada
kebudayaan setempat. (E.Martasudjita,Pr 1999 84-85). Ada beberapa tahapan
inkulturasi yang dikemukakan oleh P.Schneller dan dituliskan oleh E.Martasudjita,Pr
yaitu: 1) Tahapan pertama; pengedropan
Yang dimaksudkan dengan pengedropan adalah bahwa teologi dan liturgi
asing dipakai dan digunakan begitu saja secara utuh didaerah lain, misalnya liturgi
eropa dirayakan persis dan lengkap menurut tata cara dan bahasa aslinya tanpa
disesuaikan dan diubah sama sekali.
2) Tahapan kedua ; penerjemahan
Dengan penerjemahan sebuah tahapan inkulturasi sudah dimulai.
Penerjemahan teks liturgi dari bahasa asing (latin) kebahasa pribumi.
3) Tahap ketiga; penyesuaian
Penyesuaian satu langkah lebih maju dari pada penerjemahan. Pada
penyesuaian ini bersangkutan dengan menyesuaikan tata cara ibadat.
4) Tahap keempat ; inkulturasi
Yang merupakan tahapan paling puncak adalah merupakan penyesuaian yang
memiliki struktur dan unsur yang khas menurut budaya setempat dan bermakna
kristiani.
Inkulturasi adalah penyesuaian liturgi dan musik liturgi pada kebudayaan dan
Musik gereja menurut konsili vatikan II mengatakan bahwa musik gereja
mendapatkan tempat yang sangat penting dalam liturgi . Musik sebagai bagian dari
liturgi tampak jelas dalam bagian nyanyian, seperti kyrie, gloria, mazmur tanggapan ,
kudus yang termasuk bagian liturgi sabda dan ekaristi.
Peranan musik dalam liturgi sangat penting dan dapat dirumuskan secara
sistematis kedalam tiga poin dimensi yaitu :
1. Dimensi liturgis yaitu musik sebagai bagian liturgi itu sendiri
2. Dimensi eklesiologis yaitu musik mengungkapkan partisipasi aktif umat
3. Dimensi kristologis yaitu musik memperjelas misteri Kristus
Dalam tulisan skripsi ini saya akan mengangkat satu sakramen yang saya
tuliskan yaitu, upacara penerimaan sakramen krisma. Dalam penerimaan sakramen
krisma diiringi dengan beberapa alat musik batak toba, seperti; taganing, suling,
sarune dan gong. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi jalannya upacara
tersebut dan mengiringi beberapa lagu yang dibawakan dengan gaya batak toba.
Seketika rombongan Bapak Uskup datang, gondang panomunomuanpun
dimulai. Panomunomuan Bapak Uskup, Pastor dan didampingi para pengurus gereja
dan tetua gereja dan di tomu-tomu oleh para ibu untuk mengatar Bapak Uskup ke
dalam gereja, sementara umat sudah menunggu di dalam gereja sambil manortor di
tempat masing-masing. Perarakan dimuai dengan susunan : misdinar, petugas lector,
prodiakon, Pastor, dan Uskup, sementara umat masih tetap manortor ditempat
masing-masing. Setelah gondang panomunomuan dilanjutkan dengan gondang mula.
minyak kemenyan yang dibakar dengan bara api sembari menyanyikan lagu
pembukaan.
Penyerahan calon krismawan oleh dewan stasi kepada Uskup. (Calon krisma
berdiri ) Oleh Dewan Stasi6:
“Yang Mulia Bapak Uskup, hari ini kami umat di stasi Santo Diego Martoba
menghantarkan warga kami ingin menerima sakramen krisma, mereka telah
disiapkan dengan seksama oleh para pembina. Dan dari pengamatan kami, mereka
memang pantas untuk menerima sakramen krisma sebagai kepenuhan inisiasi dan
dengan demikian dikukuhkan keanggotaannya dalam kristus. Maka kami mohon
dengan rendah hati, sudilah Bapak Uskup dalam upacara ini menerimakan sakramen
krisma kepada mereka”.
Oleh Uskup:
“Terimakasih kepada seluruh umat paroki, khususnya kepada para pembina,
yang dengan tekun telah menyiapkan warga-warga muda ini dan membimbing
mereka sampai pada kepenuhan yang akan terlaksana pada hari ini. Anda telah
sungguh-sungguh berpartisipasi dalam karya pembinaan iman gereja, dalam karya
kegembalaan kami. Maka dengan senang hati kami mengabulkan permohonan
saudara”.
Pengurapan para krismawan dengan minyak krisma oleh Bapak Uskup.
Dengan mengurapi dahi dengan minyak dan menampar pipi sebelah kanan
krismawan sambil berkata:
U=…..(nama calon krisma), TERIMALAH TANDA KARUNIA ROH KUDUS.
C=Amin (setelah dijawab amin oleh krismawan lalu Uskup menampar pipi
kanannya).
U=Damai Kristus.
C= Terimakasih.
Secara susunan struktural yang bertugas pada upacara penerimaan sakramen
krisma terdiri dari; Uskup, Pastor, Misdinar, Prodiakon, Petugas Lektor (pembaca
bacaan, pemazmur, pembaca doa permohonan, dan kolektor). Perayaan sakramen
krisma dilakukan menurut kebutuhan dari umat yang ada di gereja tersebut yang
dilihat oleh para pengurus gereja setempat dan dikarenakan yang menerimakan
sakramen tersebut hanya boleh diterimakan oleh seorang Uskup dan penerimaan
sakramen ini jarang dilakukan, biasanya perayaan ini bisa dilakukan satu kali dalam
empat tahun dan bahkan satu kali dalam lima tahun.
Setelah selesai serah terima antara dewan stasi dengan Uskup upacara
penerimaan sakramen krismapun di mulai. Upacara penerimaan sakramen krisma di
bagi menjadi empat (4) bagian yaitu :
1. Liturgi pembukaan, dimana liturgi ini di mulai dari berbunyinya gondang
panomunomuan, kemudian mula gondang, lagu pembukaan, penyerahan calon
krismawan, gondang malim/ hasesahan ni dosa, dan doa pembukaan.
2. Liturgi sabda, dimulai dengan gondang perarakan sabda Tuhan/ gondang
puji-pujian, upacara penerimaan sakramen krisma dimulai dengan gondang
Bapak Uskup dengan calon krismawan, dan pengurapan dengan minyak
krisma.
3. Liturgi ekaristi; persembahan, doa damai, komuni; dimana para krismawan
menerima komuni dua rupa yaitu roti dan anggur. Setelah komuni selesai
kemudian gondang parsaoran.
4. Upacara penutupan; amanat perutusan, berkat oleh Bapak Uskup, dan
kemudian untuk perarakan pulang diiringi dengan gondang
sitio-tio/hasahatan.
Setelah upacara penerimaan sakramen krisma selesai kemudian dilanjutkan
dengan makan bersama antara krismawan dengan Bapak Uskup, Pastor dan para tetua
gereja, dan para undangan, serta umat yang hadir kemudian di lanjutkan dengan
hiburan dalam bentuk koor yang dinyanyikan bersama oleh para krismawan. Dalam
upacara penerimaan sakramen krisma, alat musik batak toba juga di gunakan untuk
mengiringi lagu ordynarium dan juga mengiringi tor-tor. Adapun lagu-lagu yang
diiringi adalah lagu –lagu ordynarium yaitu : Tuhan Kasihani, Kemuliaan, Kudus,
dan Anak Domba Allah. Dan tor-tor yang diiringi adalah : ketika manomunomu
Bapak Uskup, saat perarakan masuk, saat mohon pengampunan dosa kepada Tuhan;
dengan gondang malim, saat perarakan sabda; gondang puji-pujian, saat persiapan
upacara krisma; gondang somba, saat menghantarkan persembaha; gondangsakti, dan
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk membahasnya secara
detail dalam sebuah skripsi dengan judul : FUNGSI DAN PERANAN GONDANG
DALAM PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA DI GEREJA KATOLIK
SANTO DIEGO MARTOBA PAROKI PASAR MERAH MEDAN; SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun yang menjadi pokok
permasalahan dalam tulisan ini adalah:
1. Bagaimana deskripsi jalannya upacara penerimaan sakramen krisma di gereja
Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan
2. Bagaimana fungsi dan penggunaan instrument batak toba dalam upacara
penerimaan sakramen krisma di gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar
Merah Medan.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1.Untuk memperoleh deskripsi pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma di
gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan.
2.Untuk mengetahui fungsi dan penggunaan instrumen batak toba dalam upacara
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Konsep adalah pengertian abstrak dari jumlah konsepsi-konsepsi atau
pengertian, pendapat (paham) yang telah ada dalam pikiran (Bachtiar 1997:10).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata studi adalah kajian, telaah, penelitian,
dan penyelidikan ilmiah (1990:860); deskriptip adalah menggambarkan apa adanya
(1990:210).
Upacara adalah tanda-tanda kebesaran, peralatan (menurut adat istiadat),
rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait kepada aturan-aturan tertentu menurut
adat atau agama, perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan
dengan peristiwa penting (1990:994)
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma alat musik batak toba memiliki
peranan yaitu mengiringi jalannya upacara, seperti mengiringi lagu dan mengiringi
tor-tor. Alat musik Batak Toba dipakai untuk mengiringi lagu-lagu tertentu dalam
upacara ini, contohnya lagu Tuhan Kasihnilah Kami (puji syukur no.1038),
Kemuliaan (puji syukur no. 1039), Kudus (puji syukur no. 1040), dan Anak Domba
Allah (puji syukur no. 1041). Sedangkan alat musik Batak Toba dipakai untuk
mengiaringi tor-tor pada saat manomunomu Uskup, saat perarakan sabda Tuhan,
mengiringi saat para krismawan bersimpuh kepada kedua orang tuannya, saat
menghantarkan persembahan, dan pada saat perarakan pulang.
Berdasarkan konsep diatas, maka yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah
merupakan bahagian dari upacara penerimaan sakramen krisma, sampai sejauh mana
fungsi dan penggunaan alat musik batak toba di dalam pelaksaanaan upacara tersebut.
Dalam hubungan ini akan dikaji juga tentang proses upacara, makna upacara,
pelaku upacara, benda atau peralatan upacara, serta alat musik yang di gunakan dalam
upacara.
1.4.2 Teori
W.J.S Poerdawarminta dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, teori diartikan
sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan asas – asas,
hukum- hukum umum yang dijadikan dasar dan pendapat, cara-cara dan aturan-aturan
untuk melakukan sesuatu.
Seeger (1958:184) menyebutkan, deskriptip adalah penyampaian suatu objek
dengan menerangkannya tehadap pembaca secara tulisan ataupun lisan dengan
sedetail-detailnya. Dengan demikian deskriptip yang dimaksud dalam penulisan ini
adalah bersifat menyatakan dan menyampaikan sesuatu apa adanya dengan
menggambarkan secara tulisan dan secara jelas mengenai upacara penerimaan
sakramen krisma oleh gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah
Medan.
Dalam membahas upacara, koentjaraningrat (1990) mengemukakan upacara
dapat dibagi menjadi empat komponen yaitu:
1) tempat upacara,
3) benda upacara,
4) orang-orang yang melakukuan upacara ( pelaksana upacara ).
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada upacara penerimaan sakramen
krisma mnggunakan alat musik batak toba dalam mengiringi jalannya upacara
sehingga memiliki peran dan fungsi, dalam hal ini fungsi dan penggunaan yang
ditawarkan oleh Merriam (1964:209-227) dapat di pakai. Menurut Merriam
sedikitnya ada 10 kategori fungsi dan guna musik, yaitu :
1)sebagai pengungkapan emosional,
2) sebagai hiburan,
3) sebagai penghayatan estetis,
4) sebagai komunikasi,
5) sebagai reaksi jasmani,
6) sebagai perlambangan,
7) sebagai suatu yang berkaitan dengan norma-norma sosial,
8) sebagai perlambangan pengesahan lembaga sosial dan upacara kagamaan,
9) sebagai kesinambungan budaya,
10) sebagai pengintegrasian masyarakat.
Dari kesepuluh (10) fungsi musik tersebut, penulis akan membahas fungsi dan
1.5 Metode Penelitian
Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian kualitatif,
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Netll (1964:62-64)
ada dua (2) hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin
etnomusikologi yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk
work). Kerja lapangan meliputi: pemilihan informan, pendekatan , dan pengambilan
data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi :
pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data
yang diperoleh.
Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi
kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan
dengan pokok permasalahan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan sebagai landasan dalam hal penelitian, yakni
dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan yang akan menjadi dasar dalam
melakukan penelitian. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku, ensiklopedia,
jurnal, bulletin, skripsi dan lain-lain. Dengan melakukan studi kepustakaan ini penulis
akan dapat melakukan cara yang efektif dalam melakukan penelitian lapangan dan
upacara peneriman sakramen krisma di gereja Katolik yaitu upacara penerimaan
sakramen krisma, dimana upacara ini belum pernah dibahas sebelumnya.
1.5.2 Kerja Lapangan
Dalam kerja lapangan penulis pengamatan dan pengambilan data melalui
perekaman dan mencatat jalannnya upacara secara keseluruhan, serta melakukan
berbagai wawancara dengan beberapa umat gereja Katolik dan beberapa informan
lainnya. Tehnik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focus
interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahhan.
Selain itu juga melakukan wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak
selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan juga dapat berkembang
pada pokok permasalahan yang lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang
beraneka ragam namun tidak mennyimpang dari pokok permasalahan.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupun bahan dari studi
kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan.
Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian dan penganalisaan yang
1.5.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian penulis adalah di gereja Katolik Santo Diego Martoba
Paroki pasar Merah Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena pada saat itu
ditempat di gereja Katolik Santo Diego Martoba dilakukan upacara penerimaan
sakramen krisma dan penulis juga melihat dan menyaksikan secara langsung
pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma tersebut, tepatnya pada tanggal 20
BAB II
IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk
2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba
Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari
toba samosir dan janjiraja yang beragama Kristen dan Katolik memulai ibadah pada
setiap minggu dibawah pimpinan seorang Pastor yang bergelar Oppu Bornok
Simbolon. Pada awalnya umat yang ada hanya berjumlah delapan keluarga.
Dalam tahun itu juga umat Katolik bertambah banyak menjadi delapan belas
kepala keluarga dan melaksanakan ibadah di salah satu rumah umat yang semuanya
bersuku batak toba, dimana yang menjadi perintis adalah Bapak A.P Sinaga dan
Bapak Simanungkalit.
Pertengahan tahun 1952, kesepakatan umat pada waktu itu bertekat akan
mendirikan gereja, namun lokasi untuk membangun gereja belum ada, hingga pada
awal tahun 1953 Pastor yang bergelar Oppu Bornok Simbolon mendirikan gereja di
atas tanah yang berukuran 7 x 9 meter permanen dari tanah yang dihibahkan oleh
Bapak M. Tamba. Gereja inilah yang kemudian cikal bakal gereja Katolik
Tahun 1953 sampai tahun 1967 umat Katolik berjumlah 120 kepala keluarga
yang terdiri dari suku batak toba dan batak karo, dan dengan menggunakan bahasa
batak toba sebagai tata ibadah.
Tahun 1973 Gereja Katolik Martoba mengadakan penerimaan sakramen
itulah Gereja Katolik Martoba memilih nama pelindungnya yaitu ” Santo Diego ” atas
saran dari Pastor yang bergelar Oppu Bornok Simbolon.
Tahun 1969 sampai tahun 2002, karena umatnya berkembang sangat pesat,
renovasi-renovasi gerjapun selalu dilakukan. Awal tahun 1998, tepatnya tanggal 22
februari, Gereja Katolik Santo Diego Martoba direnovasi dengan peletakan batu
pertama oleh yang mulia Bapak Uskup agung medan Mgr. A.G.P Datubara OFM.Cap
dengan ukuran 11x25 meter dan diprakarsai oleh Pastor Petrus Suu.O.Carm selaku
Pastor paroki dan selesai akhir tahun 1999 tanpa memiliki halaman parkir. Awal
tahun 2002 Gereja Katolik Santo Diego Martoba membeli tanah yang ada tepat di
depan gereja dan diprakarsai oleh Pastor paroki yaitu Pastor Adrianus Pristiono. O.
Carm.
Tahun 2002 hingga tahun 2008 umat di gereja semakin bertambah jumlahnya
yaitu berjumlah 360 kepala keluarga atau 2400 jiwa. Dengan Pastor paroki, Pastor Tri
Beno Karolus O. Carm7.
2.2 Lokasi Gereja Katolik Santo Diego Martoba
Gereja Katolik Santo Diego Martoba terletak di Desa Jalan Damai no.10 di
Kecamatan Timbang Deli kota madya Medan. Gereja ini berdiri tepat di
persimpangan jalan damai dengan jalan Sisingamangaraja. Di samping kiri dan kanan
gereja terdapat rumah warga.
Kedudukan desa jalan damai berbatasan dengan:
-Sebelah Utara : Jalan perhubungan
-Sebelah Selatan : Poll damri lingk XIV
-Sebelah Barat : Desa martoba I
-Sebelah timur :Desa martoba II
Desa Jalan Damai terdiri dari areal permukiman penduduk, perladangan dan
pabrik-pabrik.
Menurut sejarah yang dikemukakan oleh Bapak B.A Sinaga selaku kepala
lingkungan, pada tahun 1945 Desa Jalan Damai adalah tanah garapan dengan kebun
jati dimana tanah tersebut dikuasai oleh suku jawa dan beberapa suku
Batak Toba yang datang dari Jakarta, dengan kondisi rumah yang darurat tanpa
adanya listrik dan atap rumah terbuat dari ijuk, pekerjaan mereka adalah membuat
bangsal dari pohon jati.
Namun, lama-kelamaan suku Jawa tersebut menjual tanah garapannya kepada
suku Batak, sehingga dikuasai oleh suku Batak Toba. Orang tua terdahulu tidak
tertarik akan tanah daratan, mereka lebih memilih tanah yang berlumpur untuk
menanam padi karena mereka hanya memikirkan bagaimana caranya untuk
mendapatkan beras tanpa memikirkan seberapa pentingnya tanah daratan untuk
tempat tinggal mereka. Setelah beberapa tahun akhirnya tanah garapan itu banyak
Masuknya agama di Desa Jalan Damai pada tahun 50-an, yang pertama
kalinya adalah Agama Kristen protestan, dengan identitas gereja HKBP, tahun 1958
muncullah gereja Katolik dan Advent, tahun 1968 gereja GKPI dan Pentakosta.
2.3 Identifikasi Masyarakat
Dalam membahas identifikasi Umat Gereja Katolik Santo Diego Martoba di
Desa Jalan Damai, penulis mengacu kepada pendapat yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat (1986:146-147), bahwa: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu,
dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Dengan demikian masyarakat di Desa Jalan Damai terbentuk karena adanya
interaksi antar warga-warganya, adanya ikatan adat istiadat, adanya norma-norma,
hukum, dan aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku masyarakat, adanya
kontiunitas dalam waktu, serta adanya suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua
warga menjadi masyarakat di desa jalan damai. Perlu diketahui, bahwa umat Gereja
Katolik Santo Diego Martoba sebagian besar adalah penduduk Desa Jalan Damai.
Umat Gereja Katolik Santo Diego Martoba senantiasa berinteraksi dengan
masyarakat sekitar sehari-hari, baik secara social dan ekonomi. Maka gambaran
masyarakat yang ada di sini dipakai oleh penulis sebagai gambaran umat Gereja
Katolik Santo Diego Martoba. Namun sebagai umat Gereja Katolik Santo Diego
yang ada di Desa Jalan Damai. Perbedaannya hanya dapat dilihat ketika dalam ibadah
di Gereja8.
2.4 Penduduk dan Bahasa
Kependudukan Desa Jalan Damai berjumlah 225 kepala keluarga dengan 103
PBB, itu dikarenakan banyak yang tinggal di tanah peninggalan orang tua mereka,
dimana mereka ada 3 atau 2 kepala keluarga dengan satu PBB. Penduduk Desa Jalan
Damai Berjumlah 450 jiwa. Laki-laki 120 jiwa dan perempuan 330 jiwa.
Perkembangan penduduk selalu berubah setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari
perkembangan penduduk yang menunjukkan grafik naik turun. Dengan demikian,
keadaan penduduk selalu berubah dalam hal jumlah, usia, dan lain sebagainya.
Cepat atau tidaknya keadaan suatu desa berkembang sangat dipengaruhi oleh
masyarakat pendukungnya sendiri yaitu dengan melihat banyaknya penduduk yang
mengecap pendidikan. Pendidikan di desa ini sudah sangat berkembang, dikarenakan
dekat dengan kota dan banyak sekolah yang menjadi pilihan, dimulai dari tingkat
TK,SD, SMP, SMU, bahkan hingga ke Perguruan tinggi. Kependudukan di Desa
Jalan Damai terdiri dari suku Batak Toba dan suku Jawa.
Bahasa yang digunakan di desa jalan damai dalam kesehari-hariannya adalah
bahasa indonesia. Baik dalam berkomunikasi antar suku maupun dalam keluarga.
Namun dalam hal-hal tertentu masih sering digunakan bahasa daerah masing-masing,
contohnya dalam Upacara adat, Ibadah di gereja dan lain sebagainya.
2.5 Sistem Religi
Religi berasal dari religion yang berarti kepercayaan kepada hal-hal spiritual
yang dinggap sebagai tujuan tersendiri dari ideologi mengenai hal-hal yang bersifat
spiritual. Koentjaraningrat (1985:144-145) mengatakan bahwa religi terdiri dari 4
komponen yaitu:
1. Emosi keagamaan
2. Sistem keyakinan manusia tentang sifat Tuhan, tentang wujud akan gaib
(supranatural), serta nilai, norma-norma dan ajaran religi yang bersangkutan.
3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia mencari hubungan
dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahluk hulus yang mendiami alam gaib.
4. Umat dan kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan
melaksanakan ritus dan upacara.
Sedari dahulu agama sudah masuk, namun hanya Kristen protestan dan
Katolik. Perkembangan pendudukpun semakin banyak dan seiringan dengan
bertambahnya suku yang masuk hingga masuklah agama islam.Yang ber-agama
2.6 Sistem Kekerabatan
Kekerabatan adalah hubungan erat antara individu yang satu dengan yang
lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Saling kunjung
mengunjungi diantara masyarakat jalan damai sangat kuat, tanpa memandang
perbedaan suku dan agama. Kekerabatan antar suku juga terjalin dengan baik, terlihat
dari kebiasaan masyarakat yang saling membantu dalam berbagai kegiatan
keagamaan. Apabila yang beragama islam melaksanakan Lebaran, yang beragama
Kristen selalu mendapat kiriman kue lebaran, begitu juga sebaliknya.
2.7 Sistem Mata Pencaharian
Sebagian besar masyarakat di Desa Jalan Damai dalam memenuhi kebutuhan
hidup adalah sebagai buruh pabrik dan bertani/berladang. Adapun Pabrik-pabrik
sebagai tempat bekrja antara lain : di PT Indofood, PT Swallow, Kimia Farma dan
lain sebagainya. Sedangkan yang bertani biasa menanami padi dan umbi-umbian11.
Disamping itu, banyak masyarakat yang bekerja sebagai supir angkutan umum, Supir
Truk, penarik Becak, Wiraswasta dan lain-lain9.
BAB III
DESKRIPSI UPACARA PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA
3.1 Pengertian dan Tujuan Upacara Penerimaan Sakramen Krisma
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa upacara
penerimaan sakramen krisma adalah pendewasaan iman yang dilakukan oleh seorang
Katolik yang telah melewati dua (2) jenjang sakramen yang harus dilewati terlebih
dahulu yaitu sakramenpermandian (babtis) dan sakramen ekaristi.
Sakramen krisma adalah suatu tanda rahmat Allah yang dicurahkan kepada
setiap orang melalui Roh kudus. Pendewasaan iman dalam artian adalah dimana
seseorang yang menerima sakramen krisma akan lebih dewasa dalam imannya dan
lebih bertanggung jawab akan iman dan kepercayaannya sendiri. Seseorang yang
menerima sakramen krisma haruslah ber umur 15 tahun keatas, dikarenakan bahwa
pada usia 15 tahun mereka diajak untuk lebih dewasa akan iman mereka sendiri tanpa
ada pengaruh dari orang lain.
3.2 Tempat Upacara
Upacara penerimaan Sakramen krisma dilakukan di gereja Katolik Santo Diego
Martoba Paroki Pasar Merah Medan. Upacara ini dilakukan karena kebutuhan gereja
akan banyaknya umat gereja yang ingin menerima sakramen krisma untuk
3.3 Pelaksanaan Upacara
Pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma dilaksanakan pada hari
minggu yang ditentukan oleh rapat dewan gereja dan disetujui oleh Pastor paroki dan
Bapak Uskup. Penerimaan sakramen ini dilakukan menurut kebutuhan akan umat
setempat dan tak ada yang membuat patokan harus berapa kali setahun dan berapa
kali sebulan. Akan tetapi menurut kebiasaan dan kebutuhan umat penerimaan
sakramen ini dilakukan empat (4) atau lima (5) tahun sekali.
3.4 Peralatan dan Perlengkapan Upacara
Adapun peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam upacara yaitu:
1. Dupa dan wiruk ; Dupa dan bahan wangi-wangian dipakai dalam liturgi
sebagai tanda penghormatan kepada Allah juga pemberkatan dan pengudusan.
Juga sebagai simbol ungkapan doa yang melalui asap yang membumbung
tinggi ke atas yang dihunjukkan kepada Allah.
2. Minyak Krisma ; minyak yang terbuat dari pohon zaitun. Dalam liturgi
dibedakan tiga macam minyak urapan yaitu :1) Oleum Infirmorum untuk
orang sakit, 2) Oleum Catechumenorum untuk katekumen (imamat) dan 3)
Sanctum Oleum atau Chrisma untuk krisma. Minyak Sanctum Oleum adalah
minyak yang dipakai oleh Bapak Uskup untuk dibubuhkan kedahi para
3. Piala dan patena ; merupakan tempat roti dan anggur yang memiliki tujuan
dan fungsi untuk melayani perayaan misteri Tuhan, seperti menyimpan dan
melindungi Tubuh dan Darah Kristus dalam ekaristi.
4. Roti dan Anggur ; adalah Tubuh dan Darah Kristus, makanan dan minuman
yang memberikan kehidupan. Para krismawan menerima roti dan anggur
sekaligus dengan cara mencelupkan roti kedalam anggur.
5. Air Suci ; air yang diberkati yang memiliki makna simbolis untuk
mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan keselamatan dan
hidup baru. Air suci ini digunakan dalam perayaan untuk memerciki seluruh
umat.
6. Lonceng dan gong ; peralatan yang dibunyikan pada saat pemecahan roti dan
anggur yang merupakan tanda kehadiran Tuhan. Lonceng dan gong ini
dibunyikan oleh putra-putri altar pada saat Bapak Uskup mengangkat roti dan
anggur, dalam perayaan ekaristi.
7. Lilin ; sumber cahaya yang dipandang sebagai karunia Allah yang
memberikan kehidupan dan pembersihan diri manusia. Lilin dibawa oleh
putra-putri altar pada saat masuk kedalam gereja dan diletakkan di meja altar,
lilin juga dipakai untuk pembacaan injil di podium yang khusus digunakan
untuk membacakan injil.
8. Alat musik Batak Toba ; seperangkat alat musik yang terdiri dari: taganing,
sulim, sarune, dan gong. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi lagu-lagu
3.5 Pendukung Upacara
Mengenai pendukung upacara akan dijelaskan sebagai berikut:
3.5.1 Uskup
Seorang kepala keuskupan yang di emban oleh Bapak Mgr.A.G.P.Datubara
pemimpin tertinggi disuatu keuskupan dan yang berhak dan hanya seorang Uskup
yang boleh menerimakan sakramen krisma dan bertugas sebagai pemimpin perayaan
upacara penerimaan sakramen krisma.
Gambar 1. Gambar Seorang Uskup Dengan Berpakaian Lengkap.
3.5.2 Pastor
Pastor adalah yang membantu Uskup dalam pelaksanaan upacara penerimaan
sakramen krisma. Pastor membantu dalam hal memimpin yang dalam artian antara
Uskup dan Pastor bergantian dalam memimpin perayaan upacara, namun yang berhak
Gambar 2. Pastor bersama dengan Uskup
3.5.3 Dewan stasi
Dewan stasi adalah pengurus gereja setempat yang berkedudukan di setiap
stasi, yang terdiri dari umat gereja setempat yang dipilih oleh umat gereja tersebut.
3.5.4 Misdinar
Misdinar adalah para putra-putri altar yang membantu Uskup dan Pastor di
meja altar dan membantu jalannya upacara penerimaan sakramen krisma. Para
putra-putri altar ini adalah seorang yang telah dilatih untuk menjadi seorang misdinar yang
dapat membantu para Uskup dan Pastor, misalnya membawa lilin, dupa dan wiruk,
membawa salib dan juga bertugas untuk membunyikan lonceng pada saat Uskup
mengangkat tubuh dan darah Kristus. Misdinar terdiri dari areka (anak remaja
Katolik) yang dengan batasan usia anak sekolahan (SMP sampai SMA). Misdinar
yang bertugas dalam perayaan berjumlah enam orang, dua orang membawa lilin, dua
orang membawa dupa dan wiruk, satu orang membawa salib dan satu orang lagi
bertugas untuk membunyikan lonceng. Lonceng yang dibunyikan adalah lonceng
kecil yang memiliki empat anak lonceng dan digunakan ketika ekaristi.
3.5.5 Prodiakon
Prodiakon adalah orang awam yang terdiri dari pengurus gereja yang telah
dipercayakan oleh Pastor paroki untuk ditugaskan dalam membantu Bapak Uskup
untuk menerimakan komuni yang dalam rupa roti dan anggur yang diterimakan pada
saat penerimaan sakramen krisma kepada umat. Adapun jumlah prodiakon yang
bertugas berjumlah empat orang.
Gambar 5. Prodiakon Sedang Berjalan Menuju Altar
3.5.6 Petugas Lektor
Petugas lektor berjumlah lima orang terdiri dari dua orang pembaca bacaan
pertama dan kedua, dua orang pemazmur dan seorang pembaca doa permohonan.
Petugas lektor adalah umat yang telah di unjuk untuk bertugas. Petugas lektor bisa
dibawakan oleh mudika (muda/mudi Katolik), Wk (wanita Katolik), Areka (anak
penerimaan sakramen krisma ini para petugas lektor dipercayakan kepada para
pengurus gereja.
Gambar 6. Petugas Lektor Sedang Mengarak Alkitab
3.5.7 Peserta upacara
Adapun peserta upacara yang dimaksud dalam perayaan ini adalah para
krismawan yang terdiri dari remaja dan orang tua yang belum menerima sakramen
krisma. Dan juga umat serta undangan yang hadir untuk mengikuti jalannya upacara
panerimaan sakramen krisma. Dalam membedakan antara peserta penerima sakramen
krisma dan umat biasa adalah para krismawan memakai baju putih hitam, sementara
umat kebanyakan memakai baju kebaya untuk para ibu dan memakai jas atau safari
Gambar 7. Peserta Upacara Penerimaan Sakramen Krisma
3.5.8 Pemain musik batak toba / pargonci
Pemain musik batak toba dalam perayaan ekaristi penerimaan sakramen
krisma adalah sebagai lidah penyambung komunikasi antara umat yang hadir kepada
Tuhan melalui bunyi musik untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Tuhan dan
sebagai ungkapan emosional minta maaf para penerima sakramen krisma kepada
orang tua krismawan dan memohon doa restu dari orang tua akan kadewasaan
Gambar 8.Pemain Musik Batak Toba
3.6 Pelaksanaan Upacara
Mengenai pelaksanaan upacara penulis menjelaskan berdasarkan penelitian
yang penulis peroleh di lapangan pada tanggal 20 juli 2008 di gereja Katolik Santo
Diego Martoba Paroki Pasar Merah Medan.
3.6.1 Persiapan Upacara
Dalam persiapan upacara sakramen krisma, dilakukan sehari sebelum upacara
dilaksanakan yaitu pada hari sabtu. Pada pagi harinya mudika (muda-mudi Katolik)
dan para pengurus gereja melakukan kegiatan membersihankan gereja dan
lingkungan sekitar gereja, mendirikan tratak, memasang sound system dan menyusun
kursi dan bangku untuk umat yang akan mengikuti jalannya upacara dari luar gereja.
Menjelang sore para mudika (muda-mudi Katolik) menghias meja altar
wiruk. Dan keesokan harinya para Bapak dan ibu yang telah di unjuk, memasak untuk
makan bersama setelah upacara selesai.
3.6.2 Jalannya Upacara
Keperluan dan kebutuhan untuk jalannya upacara telah dipersiapkan sehari
sebelumnya. Tepat pada pukul 09.00 wib upacara penerimaan sakramen krisma
dimulai dengan panomunomuan Bapak Uskup dan Pastor hingga menuju sakristi10.
Sakristi adalah tempat para petugas mempersiapkan diri mulai dari berpakaian,
hingga persiapan untuk perayaan seperti Alkitab dan mazmur. Para petugas liturgi
dimulai dengan susunan perarakan: misdinar, petugas lektor, prodiakon, Pastor dan
Uskup.
Gambar 9. Gambar Di Atas Menjelaskan Tentang Panomunomuan Bapak Uskup Dan Pastor
10
Para petugas yang lainnya mengambil tempat yang telah dipersiapkan, sementara
para putra-putri altar, Pastor dan Uskup naik ke altar. Setelah Bapak Uskup, Pastor,
dan misdinar naik ke altar, kemudian mula gondangpun dimulai. Setelah gondang
selesai Uskup mendupai sekeliling meja altar dengan dupa sambil menyanyikan lagu
pembukaan yang di ambil dari puji syukur no.330 dengan judul Dengan Gembira.
Teks lagu pembukaan “Dengan Gembira” (puji syukur no. 330)
5 6 5 1 . 1 1 . 3 2 1 2 1 6 . 6 5 6 1 . 1 1 . 5 1 3 2 .
“Dengan gem bi ra ber sa ma me lang kah, ki ta se mu a mengha dap Tu han…, Sa tu kan ka mi u mat Mu, ya Tu han da lam Kristus ja di sa tu war ga,
. 5 6 5 1 . 1 1 . 3 2 1 21 6 . 6 5 6 1 . 1 2 . 3 2 1 1 . . . ber te puk ta ngan, nya nyi su ka ri a se bab be sar ka sih se ti a Nya. hing ga ka mi se ha ti dan se ji wa me mu li a kan na ma Mu Tu han.
3 . 3 . 1 2 3 5 . 6 5 . 1 . 2 3 . 1 2 . 3 2… 3 . 3 . 1 2 3 5 Reff; angkat lah ha ti, ji wa, mo hon rah mat ber lim pah a gar ki ta pun pan
. 6 1 .2 3 . 1 2 . 2 1 .. tas ber ke nan ke pa da Nya.
Setelah lagu pembukaan;
U = Uskup :Demi nama bapa dan putera dan roh kudus.Amin
U = Uskup :Semoga damai Tuhan beserta kita
Setelah pembukaan dengan tanda salib dan salam pembukaan dilanjutkan
dengan penyerahan calon krismawan oleh Pengurus gereja/Dewan Stasi kepada
Uskup (para calon krisma berdiri) dengan berkata ;
“Yang mulia Bapak Uskup,
hari ini kami, umat di St. Diego Martoba menghantarkan warga kami sebanyak 200 orang yang ingin menerima sakramen krisma. Mereka telah disiapkan dengan seksama oleh para pembina selama 4 bulan. Dan dari pengamatan kami, mereka memang pantas untuk menerima sakramen krisma sebagai kepenuhan inisiasi dan dengan demikian dikukuhkan keanggotaanya dalam Kristus. Maka kami mohon dengan rendah hati, sudilah Bapak Uskup dalam upacara ini menerimakan sakramen krisma kepada mereka”.
Oleh Uskup :
“Terimakasih kepada seluruh umat paroki, khususnya kepada para pembina, yang dengan tekun telah menyiapkan warga-warga muda ini dan membimbing mereka sampai pada kepenuhan yang akan terlaksana pada hari ini. Anda telah sungguh-sungguh berpartisipasi dalam karya pembinaan iman gereja, dalam karya kegembalaan kami. Maka dengan senang hati kami mengabulkan permohonan saudara”.
Kemudian semua umat hening sejenak, kemudian gondang hasesahan ni
dosa/gondang malimpun dimulai. Saat gondang malim semua umat manortor dengan
khusuk tanda memohon pengampunan kepada Tuhan. Setelah itu bernyanyi Tuhan
Kasihani Kami (puji syukur no. 1038) dan dilanjutkan dengan lagu Kemuliaan (puji
syukur no. 1039)
Teks lagu Tuhan Kasihani Kami dan Kemuliaan.
“Tuhan kasihani kami”(puji syukur no.1038)
2 2 3 4 . 2 3 4 3 2 1 2 2 .
3 2 3 4 3 2 1 7 1 2 3 2 5 4 . 3 2 3 2 2 5
dan kemudian dilanjutkan dengan doa pembukaan oleh Bapak Uskup:
“Allah yang maha baik, kami bersyukur kepadaMu atas kesempatan yang indah ini,
khususnya atas bimbingan yang Kau berikan kepada para calon krisma ini selama
masa persiapan. Kini mereka menghadapMu mengharap kepenuhan anugerah Roh
Kudus. Maka kami mohon, sudilah mengutus Roh Kudus kepada kami yang dengan
rindu menantian Dia. Semoga Dia mendorong kami untuk memberikan kesaksian
kepada semua orang tentang kabar gembira Tuhan kami Yesus Kristus, PuteraMu
dan pengatara kami, yang bersatu dengan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini dan
sepanjang masa”.
Setelah doa pembukaan dilanjutkan dengan liturgi sabda yang diawali dengan
gondang perarakan sabda Tuhan/gondang puji-pujian. Dalam perarakan sabda Tuhan,
petugas lektor mengarakkan Alkitab sambil manortor hingga kedepan altar dan
kemudian Bapak Uskup menerima Alkitab yang diarakkan tersebut, setelah itu Bapak
Uskup memberkati petugas lektor yang ingin membacakan bacaan pertama dan
memberikan kembali Alkitab yang diarakkan tersebut kepada petugas lektor.
Pembacaan pertama diambil dari Kisah Para Rasul 2 :1-11 dan setelah bacaan
pertama selesai dilanjutkan dengan mazmur tanggapan dengan refren “Utuslah
Roh-Mu ya Tuhan dan jadi baru seluruh muka bumi”
3 3 3 . 3 3 4 4 3 0 5 5 5 3 3 3 1 1 2 1 6 7 6
Kemudian setelah mazmur dinyanyikan dilanjutkan kembali dengan
pembacaan II yang diambil dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus :1
4 5 6 6 . 5 6 . 7 1 7 6 1 1 1 2 1 6 5 7 1 5 6 5 4 6 . 7 1 . 7 5 1 6 7 6 5
Ref:Al le lu ya….
5 6 1 2 1 1
Da tanglah hai roh kudus, penuhilah hati orang ber I man dan nyalakanlah api 7 1 6 5
cintamu didalam ha ti me re ka
Setelah itu masuklah pada bacaan injil. Pada saat pembacaan Injil semua umat
berdiri mendengarkan injil yang dibaca hingga selesai, injil dibacakan oleh Pastor.
P: ”Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Yohanes”, Yohannes 20 :19-23.
Setelah selesai pembacaan injil kemudian dilanjutkan dengan homili/kotbah.
Homili/kotbah diberikan oleh Bapak Uskup, setelah selesai homili/kotbah kemudian
dilanjutkan pada upacara penerimaan sakramen krisma yang dimulai dengan gondang
somba. Gondng somba dimulai dan para krismawan bersimpuh dan mohon maaf
kepada orang tuanya dan terlebih memohon ampun kepada Tuhan, namun saat
bersimpuh krismawan yang telah dipilih oleh panitia untuk manortor didepan altar
sebagai perlambangan mohon pengampunan dari Tuhan sementara para krismawan
yang lainnya mengikutinya dengan manortor di tempat masing-masing. Setelah
gondang somba selesai, para krismawan dipersilahkan berdiri dan memperbaharui
janji babtis mereka. Dalam memperbaharui janji babtis, maka ada tanya jawab antara
Pastor dan krismawan.
P = Pastor, C = Calon krisma, U= Umat.
C: Ya, kami menolak.
P: Percayakah kamu akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan
bumi?
C: Ya, kami percaya
P: Percayakah kamu akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal Tuhan kita,
yang dilahirkan oleh perawan Maria, yang menderita sengsara, wafat dan
dimakamkan; yang bangkit dari alam maut dan duduk disisi kanan Bapa?
C: Ya, kami percaya
P: Percayakah kamu akan Roh Kudus, Tuhan yang menghidupkan yang pada
hari ini dalam Sakramen Krisma, dianugerahkan kepada kamu secara
istimewa, seperti pada para rasul pada hari pentakosta?
C: Ya, kami percaya
P: Percayakah kamu akan Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para
kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan yang kekal?
C: Ya, kami percaya
P: Inilah iman kita. Inilah iman gereja yang kita akui dengan bangga dalam
Kristus Yesus Tuhan kita.
U: Amin.
P: Saudara-saudara yang terkasih, terimakasih atas pembaharuan iman dan janji
babtis saudara. Para umat sekalian, sekarang marilah kita berdoa kepada Allah, Bapa
yang maha kuasa, agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anak-Nya ini,
Semoga Roh Kudus menguatkan mereka dengan anugrah-Nya yang berlimpah, dan
semoga berkat pengurapan-Nya mereka menjadi serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Sejenak semua umat hening dan berdoa, dan Bapak Uskup mengulurkan
tanggannya kearah para calon krisma, dan berkata “ Allah yang maha kuasa, Bapa
Tuhan kami Yesus Kristus, Engkau telah melahirkan kembali para hamba-Mu ini dari
Air dan Roh Kudus, dan membebaskan mereka dari dosa. Sudilah kiranya
mencurahkan Roh penghiburan kepada mereka. Semoga mereka Engkau anugerahi
Roh kebijaksanaan dan pengertian, Roh penasehat dan kekuatan, Roh pengetahuan
dan ibadat, dan semoga mereka Engkau penuhi dengan Roh takwa kepada-Mu. Demi
Kristus pengantara kami” .
Umat = Amin.
Setelah itu pengurapan para calon krisma dengan minyak krisma, tetapi lebih
dahulu para wali (orang tua yang di unjuk sebagai Bapak/ibu babtis) krisma yang
dihunjuk menghadap Bapak Uskup mohon berkat dan restu. Setelah itu para calon
krisma maju satu persatu dan berlutut dihadapan Bapak Uskup sementara para wali
menumpangkan kedua belah tangan pada bahu calon krisma. Sementara Bapak Uskup
mengurapi dahi calon krisma dengam minyak krisma sambil berkata :
U=….(nama calon krisma), TERIMALAH TANDA KURNIA ROH KUDUS
C= Amin (setelah dijawab amin oleh krismawan, Uskup menampar pipi
kanannya)
U= Damai Kristus
Selama pengurapan dahi dengan minyak krisma dinyanyikan lagu-lagu yang sesuai
dengan upacara penerimaan sakramen krisma dan koor.
Setelah semua krismawan menerima Tanda Karunia Roh Kudus dari Bapak
Uskup, kemudian dilanjutkan dengan doa permohonan.
Setelah doa permohonan selesai dihunjukkan kepada Tuhan, kemudian
dilanjutkan dengan liturgi ekaristi. Liturgi ekaristi diawali dengan lagu persembahan
sambil mengumpulkan persembahan, kemudian persembahan diarak menuju meja
altar dengan tarian persembahan dengan menggunakan gondang. Tari persembahan
dibawakan oleh areka (anak remaja Katolik) dan yang membawakan persembahan
adalah Punguan Ina Katolik (PIK). Areka menari dengan iringan gondang Sakti.
Setelah semua persembahn dihantarkan kemeja altar kemudian dilanjutkan dengan
doa persembahan.
Doa Persembahan
Uskup =Tuhan, terimalah dengan rela persembahan kami. Berkat kepenuhan
Roh Kudus, para hamba-Mu ini telah Kau jadikan lebih serupa dengan Kristus.
Semoga oleh daya Roh Kudus itu mereka semakin berani memberikan kesaksian
tentang Kristus, yang lewat sengsara, wafat dan kebangkitan, kini hidup mulia dan
berkuasa sepanjang masa.
Setelah itu dilanjutkan dengan prefasi11, yang dimulai dengan lagu kudus dan doa
syukur agung yang dibawakan secara konsekrasio12dengan gondang.
“Teks lagu kudus”(puji syukur no.1040)
3 .4 32 3 3 .4 3 2 3 1 . 2 1 2 3 3 . 4 3 2 3 5 . 6 5 4 3 4 3 2 1
Setelah lagu kudus,kemudian dilanjutkna dengan Doa Syukur agung
Setelah doa syukur agung kemudian dilanjutkan dengan doa Bapa kami
(dinyanyikan).
3 4 3 2 1 yang ja hat
Embolisme
Pastor: Ya Bapa datanglah kerajaanMu diatas seluruh muka bumi. Berkat penerangan Roh Kudus dan kesaksian kami semua, bukalah hati setiap insan supaya percaya kepadaMu dan dengan demikian menjadi anggota keluargaMu sendiri. Semoga kamipun giat berusaha menjadi anggota gereja dan masyarakat yang baik, sambil menantikan penyelamat kami Yesus Kristus.
Umat: Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamannya
Setelah doa Bapa kami dilanjutkan dengan salam damai, dimana para petugas dan
umat saling memberikan salam damai kepada sesama yang berdekatan antara yang
depan dengan yang belakang dan kiri dengan yang kanan.
.
Kemudian dilanjutkan dengan pemecahan roti dan lagu Anak Domba Allah.
Teks lagu “Anak Domba Allah”(puji syukur 1041)
2 34 5 5 5 4 3 4 5 . 0 1 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 0 4 3 1 2
P=Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah kita
yang diundang keperjamuan-Nya.
U= Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.
.
Pada saat menerima komuni, para krismawan menerima komuni dua rupa
yaitu roti dan anggur yang dilambangkan dengan Tubuh dan Darah Kristus. Para
krismawan menerima roti dan mencelupkannya kedalam anggur, setelah itu dimakan.
Para krismawan juga menerima komuni langsung dari Bapak Uskup, sementara umat
yang lainnya dilayani oleh prodiakon. Cara menerima roti adalah dengan cara
meletakkan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi tangan terbuka. Pada saat
komuni dinyanyikan lagu yang sesuai dengan komuni.
Setelah menerima komuni selesai dilanjutkan dengan persembahan yang
kedua. Setelah persembahan dihantarkan ke altar, kemudian dilanjutkan dengan
gondang parsaoran dan doa penutup.
Doa penutup dipimpin oleh Uskup:
U= Marilah kita berdoa, Allah yang Maha Kudus, kami bersyukur kepada-Mu,
karena dalam perayaan ini Engkau berkenan memenuhi janji-Mu memenuhi kami
semua dengan Roh Kudus. Semoga dengan daya Roh Kudus ini kami semua semakin
mantap dalam mengamalkan iman, semakin tekun dalam mengembangkannya, dan
semakin berani memberi kesaksian tentang kebenaran. Demi Kristus pengantara
kami.
Kemudian dilanjutkan dengan upacara penutupan, yang diawali dengan beberapa
pengumuman dari pengurus gereja.
Kemudian amanat perutusan yang disampaikan oleh Bapak Uskup:
Saudara sekalian, para krismawan yang berbahagia, hari ini perjalanan inisiasi
saudara sudah paripurna. Anda telah menerima ketiga sakramen inisiasi secara
lengkap yaitu Babtis, Krisma dan Ekaristi. Perjalanan ini telah anda awali waktu
anda dilantik menjadi katekumen, dan kini digenapi dengan krisma dan ekaristi.
Dengan pengurapan suci tadi, anda dikukuhkan menjadi anggota gereja Kristus yang
penuh. Pengukuhan keanggotaan saudara lewat sakramen krisma ini membawa suatu
konsekuensi :
1) Saudara semakin dipenuhi dengn Roh kudus, Roh Kristus sendiri, sehingga
saudara diharapkan hidup selaras dengan jiwa Kristus, menjadi makin serupa
dengan Kristus.
2) Saudara menjadi lebih mantap dalam iman, maka juga harus bangga akan iman
Katolik, dan berani membelanya jika gereja dicemarkan/dibahayakan.
3) Saudara diharapkan menjadi saksi-saksi kebangkitan Kristus, bukan hanya lewat
kata-kata, tetapi lebih-lebih lewat hidup, karya dan tindak tanduk anda.
4) Saudara diharapkan memjadi lebih sadar akan tanggung jawab terhadap
kehidupan gereja, yakni berpartisipasi aktif dalam membangun gereja, dalam
memajukan serta mengembangkannya, dan karya-karya pelayanan yang dibutuhkan
Kemudian dilanjutkan dengan berkat oleh Uskup;
Uskup = Tuhan sertamu.
Umat = Dan sertamu juga.
Uskup = Semoga Allah, Bapa yang maha kuasa memberkati saudara sekalian.Allah
bapa telah melahirkan saudara kembali dari Air dan Roh kudus, dan mengangkat
saudara menjadi putra-putrinya. Semoga ia memelihara cinta kasih.
Umat = Amin.
Uskup = Semoga Allah putra memberkati saudara sekalian. I a berjanji mengutus
roh kebenaran agar senantiasa mendampingi gereja. Semoga Ia meneguhkan
saudara untuk memberi kesaksian tentang iman yang benar.
Umat= Amin.
Uskup= Semoga Allah Roh kudus memberkati saudara sekalian. Ia telah menyalakan
api cintakasih dalam hati para murid Yesus. Semoga Ia mempersatukan saudara
dalam karya-karya cinta kasih dan membimbing saudara kepada suka cita kerajaan
Allah.
Umat= Amin.
Uskup= Semoga saudara sekalian selalu dianugerahi oleh berkat Allah yang Maha
Kuasa, Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
Umat= Amin.
Pengutusan:
Uskup= Saudara sekalian perayaan krisma sudah selesai.
Uskup= Jadilah saksi Kristus dan amalkan selalu damai Tuhan.
Umat= Amin.
Setelah pengutusan, selesai sudahlah perayaan penerimaan sakramen krisma. Dan
dilanjutkan gondang sitio-tio/hasahatan untuk mengantar rombongan petugas liturgi
kembali ke ruangan sakristi.Upacara penerimaan sakramen krisma telah selesai dan
kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan hiburan yang diisi oleh para
BAB IV
Fungsi Gondang (Alat musik batak toba)
4.1 Fungsi Dan Penggunaan Gondang
Dalam pelaksanaan upacara penerimaan sakramen krisma, alat musik Batak Toba
berfungsi sebagai pengiring lagu dan pengiring tor-tor. Bunyi-bunyian alat musik
Batak Toba ini juga menjadi perantara penyampai doa dan permohonan maaf kepada
orang tua masing-masing para krismawan terlebih kepada Tuhan. Ini dapat dilihat
ketika semua umat menyatukan tangannya dan meletakkannya tepat didepan dada
masing-masing untuk meminta dan memohon pengampunan akan dosa-dosanya
kepada Tuhan, dan pada saat calon krismawan manortor dan bersimpuh kepada orang
tuanya untuk memohon maaf akan kesalahan yang mereka buat pada orang tua
mereka.
Untuk membahas fungsi gondang /alat musik batak toba, penulis berpedoman
kepada 10 fungsi musik yang dikemukakan oleh Merriam (1964:219-226) yaitu: 1) Fungsi pengungkapan emosional,
2) Fungsi penghayatan estetis,
3) Fungsi hiburan
4) Fungsi komunikasi,
5) Fungsi perlambangan,
6) Fungsi reaksi jasmani,
8) Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial,
9) Fungsi kesinambungan kebudayaan,
10) Fungsi pengintegrasian masyarakat.
Dari ke-10 fungsi tersebut, penulis melihat ada 6 diantaranya yang terdapat pada
upacara penerimaan sakramen krisma ke-6 fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
4.1.1 Fungsi pengungkapan emosional
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma di gereja Katolik Santo Diego
Martoba yang penulis teliti, penulis melihat fungsi pengungkapan emosional yang
diungkapkan oleh umat Katolik pada saat prosesi penerimaan sakramen krisma
dilaksanakan. Hal ini penulis lihat beberapa umat di gereja tersebut bersedih dan
bergembira.
Bersedih yang penulis maksudkan disini adalah mengingat dosa- dosa mereka
secara pribadi dengan Tuhan. Pengungkapan emosional bergembira juga penulis lihat
dalam prosesi sakramen krisma dilaksanakan dengan melihat beberapa umat di gereja
tersebut juga tersenyum dan merasa lega ketika Uskup menerimakan sakramen
krisma dan setelah umat menerima berkat kepada seluruh umat di gereja tersebut,
maka tiap umat merasa bahwa Tuhan telah mengampuni dosa-dosa mereka.
4.1.2 Fungsi Komunikasi
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, menggunakan gondang (alat musik
alat musik yang merupakan satu alat komunikasi yang vertikal antara manusia dengan
Tuhannya. Doa yang di sampaikan kepada Tuhan, yang disampaikan melalui lagu
terucap melalui lagu Tuhan kasihanilah kami. Dengan kata lain, semua doa dan
nyanyian serta tarian disampaikan melalui bunyi-bunyian.
4.1.3 Fungsi Reaksi Jasmani
Kaitan fungsi ini dengan upacara penerimaan sakramen krisma, dapat dilihat
ketika mendengar bunyi-bunyian alat musik, dengan seketika umat spontan
menggerakkan jasmani mereka dan manortor. Mereka mengangkat kedua tangan dan
menyatukannya di depan dada dan dengan kepala tertunduk.
4.1.4 Fungsi Penghayatan Estetis
Dalam upacara penerimaan sakramen krisma, alat musik batak toba juga berfungi
sebagai bentuk penghayatan para krismawan kepada orang tua akan semua kesalahan
yang ada dan terlebih kepada Tuhan. Permohonan ampun kepada sang pencipta
dengan mengungkapkannya dalam hati masing-masing. Keterkaitan antara umat
dengan musik terlihat ketika musik dimainkan pada saat Gondang Somba, semua
umat diajak untuk bersujud menyembah kepada Tuhan.
4.1.5 Fungsi Perlambangan
Upacara peneriman sakrmen krisma adalah upacara pendewasaan akan iman
karena mereka dapat mempertanggung jawabkan iman mereka terhadap orangtua
terlebih terhadap Tuhan dan pengampunan dosa serta permohonan maaf dari orang
tua mereka, dan dengan menggunakan bunyi-bunyian yang berasal dari alat musik
batak toba sebagai pengantaran penyampaian kepada Tuhan. Dan pada saat Uskup
mengangkat roti dan anggur sebagai lambang Tubuh dan Darah Kristus alat musik
Batak Toba juga dibunyikan secara konsekrasio atau secara bersamaan dengan
lonceng kecil yang dibunyikan oleh putra-putri altar. Dari penjelasan ini dapat dilihat
bahwa alat musik Batak Toba sebagai perlambangan permohonan maaf kepada orang
tua dan terlebih kepada Tuhan, juga sebagai perlambangan saat pengangkatan Tubuh
dan Darah Kristus yang dalam rupa roti dan anggur.
4.1.6 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat
Telah dijelaskan bahwa alat musik Batak Toba merupakan media penyampaian
permohonan kepada Tuhan dan kepada orang tua. Permohonan ini merupakan
permohonan bersama antara penerima sakramen krisma, orang tua, para imam dan
semua umat yang hadir. Musik yang dimainkan oleh pemain musik juga mampu
untuk mengajak orang untuk berkumpul. Contohnya pada saat persembahan, dimana
ketika areka (anak remaja Katolik) menari dengan diiringi Gondang Sakti, umat
secara spontan berkumpul dan berdiri, juga ikut manortor ditempat masing-masing
seakan mereka juga ikut dalam menghantarkan persembahan tersebut. Namun
disamping untuk mengiringi upacara penerimaan sakramen krisma ini, alat musik
perkawinan, upacara pesta pembangunan gereja dan juga pada upacara pesta ulang
tahun gereja.
4.1.7 Fungsi Kesinambungan Budaya
Ensambel gondang yang dimainkan oleh beberapa alat musik Batak Toba adalah
merupakan bagian dari kebudayaan Batak Toba yang sampai sekarang ini tetap
penggunaannya pada setiap upacara ditengah-tengah masyarakat pemiliknya yang ada
di kota medan, terkhususnya juga pada gereja-gereja.
Dengan keikut sertaan gondang ini dalam setiap upacara, misalnya upacara
pernikahan, upacara pembangunan gereja, upacara ulang tahun gereja juga
terkhususnya upacara penerimaan sakramen krisma. Hal ini dianggap penting bagi
umat yang ada digereja Katolik Santo Diego Martoba, karena dengan mengikut
sertakan gondang pada setia upacara dengan sendirinya telah melaksanakan apa yang