• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penumpang KM. Kelud Kelas Ekonomi Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penumpang KM. Kelud Kelas Ekonomi Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Tahun 2010"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENUMPANG KM. KELUD KELAS EKONOMI TENTANG PENGGUNAAN STYROFOAM

SEBAGAI WADAH MAKANAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

NURAISAH PUSPITA NIM. 061000037

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENUMPANG KM. KELUD KELAS EKONOMI TENTANG PENGGUNAAN STYROFOAM

SEBAGAI WADAH MAKANAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NURAISAH PUSPITA NIM. 061000037

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENUMPANG KM. KELUD KELAS EKONOMI TENTANG PENGGUNAAN STYROFOAM

SEBAGAI WADAH MAKANAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : NURAISAH PUSPITA

NIM. 061000037

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 22 Juli 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Devi Nuraini Santi, MKes Ir. Indra Chahaya S, MSi NIP. 19700219 199802 2 001 NIP. 19681101 199303 2 005

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, Mkes Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. 19650109 199403 2 002

Medan, Juli 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Styrofoam merupakan salah satu kemasan yang masih termasuk dalam golongan plastik. Umumnya Styrofoam berwarna putih dan terlihat bersih, bentuknya juga simpel dan ringan. Styrofoam banyak digunakan untuk mengemas produk-produk pangan seperti mie instan, bubur ayam, bakso, kopi, dan yoghurt. Penggunaan Styrofoam yang tidak sesuai dengan jenis makanan yang dikemas dapat menyebabkan migrasi atau berpindahnya zat monomer dari kemasan ke dalam makanan. Akumulasi monomer dalam jangka panjang dalam tubuh dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), gangguan sistem saraf pusat, anemia, meningkatkan resiko leukemia dan limfoma, menyebabkan kanker, serta dapat mengkontaminasi ASI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan Tahun 2010. Penelitian ini merupakan survai yang bersifat deskriptif dengan populasi adalah seluruh penumpang KM. Kelud kelas ekonomi yang menggunakan Styrofoam sebagai wadah makanan. Besar sampel adalah 93 orang dengan pemilihan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 71 orang (76,3%). Sikap penumpang KM. Kelud kelas ekonomi sebagian besar berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 51 orang (54,8%). Tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi sebagian besar berada dalam sedang yaitu 61 orang (65,5%).

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada penjamah makanan di KM. Kelud kelas ekonomi untuk tidak langsung memasukkan makanan yang baru selesai dimasak ke dalam wadah Styrofoam sebagai upaya mengurangi bahaya yang dapat muncul. Bagi KM. Kelud dalam proses penyajian makanan diharapkan untuk mengganti wadah Styrofoam dengan wadah yang lebih aman sebagai upaya agar tidak terjadi migrasi monomer ke dalam makanan.

(5)

ABSTRACT

Styrofoam was a kind of pack that classified in the plastic category. Generally, styrofoam colored white and looked clean, has a simple shape and light. styrofoam was used to pack of food products, such as instant noodles, chicken porridge, meatballs, coffee, and yogurt. The inappropriate use of styrofoam with the kind of packaged food might cause migration or transfer of monomer from the pack into the food. The long term accumulation of monomer in the body might cause endocrine disrupter (EDC), central nerve system disorder, anemia, increases the risk of leukemia and lymphoma, causes cancer, and may contaminate the mother’s milk.

This research was a descriptive survey in order to determine knowledge, attitudes, and practise of passengers in KM. Kelud economy class about the use of styrofoam as food container in 2010. The population were all passengers in KM. Kelud economy class that applied styrofoam as food container. The samples were 93 people taken by using simple random sampling. Presentation of data using frequency distribution tables

The results showed that most passengers in KM . Kelud economy class had medium knowledge with 71 people (76.3%). The attitude of passengers in KM. Kelud economy class included in good category with 51 people (54.8%). The practise of passenger in KM. Kelud economy class included in medium category with 61 people (65.5%).

Based on the results the food handler in KM. Kelud economy class not to directly enter the food just cooked into a styrofoam containert to reduce the danger of the use styrofoam. KM. Kelud was expeeted to replace styrofoam with safer container to prevent the migration of monomers into the food.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : NURAISAH PUSPITA

Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai/ 24 Februari 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Orang Tua : Misran Zarzani

Anak ke : 3 (Tiga) dari 3 (Tiga) orang bersaudara

Alamat : Jln. Tengku Amir Hamzah No. 83 Kelurahan Nangka Kecamatan Binjai Utara

Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 - 2000 : SD Swasta Ahmad Yani Binjai Tahun 2000 - 2003 : SMP Negeri 2 Binjai

Tahun 2003 - 2006 : SMA Negeri 2 Binjai

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penumpang KM. Kelud Kelas Ekonomi Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Tahun 2010”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak nasehat, bantuan dan bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses penyelesaian pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak DR. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Ir. Evi Naria, MKes selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

(8)

4. Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Evi Naria, Mkes selaku penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu DR. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku penguji III yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

8. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKM USU, terima kasih untuk pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teristimewa kepada orangtua tercinta Ayahanda Misran Zarzani dan Ibunda Magdalena Sembiring, yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan dan doa selama ini.

10. Sahabat-sahabat terbaikku, Andrie, Mansur, Hengky, Ipak, Amy, Dila Aini, Yuni, Desi, Darli, Nana, Tya, Adel, terima kasih untuk kebersamaan, dukungan dan semangat yang kalian berikan selama ini.

11. Untuk Ilham Ramadhan terima kasih untuk motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis dari mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

(9)

13. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Juli 2011 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1. Bagian-Bagian Ruang Pada Kapal ... 6

2.1.2. KM Kelud ... 8

2.2. Styrofoam... 9

2.2.1.Pengertian Styrofoam ... 9

2.2.2.Proses Pembuatan Styrofoam ... 10

2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Migrasi Monomer wadah Styrofoam ... 11

2.2.4.Batas Migrasi Monomer Styrene Wadah Styrofoam ... 12

2.2.5.Bahaya Penggunaan Wadah Styrofoam Bagi Kesehatan ... 14

2.2.6.Bahaya Penggunaan Wadah Styrofoam Bagi Lingkungan ... 15

2.2.7.Beberapa Upaya Menghindari Bahaya Wadah Styrofoam ... 16

2.3.Perilaku... 17

2.3.1.Pengertian Perilaku ... 17

2.3.2.Bentuk-Bentuk Perilaku... 18

2.3.3.Pengetahuan ... 19

2.3.4.Sikap ... 21

2.3.5.Tindakan ... 24

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1.Jenis Penelitian ... 26

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1. Lokasi Penelitian... 26

3.2.2. Waktu Penelitian ... 26

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitan ... 34

4.2.Karakteristik Responden ... 35

4.3.Pengetahuan Responden ... 37

4.4.Sikap Responden... 41

4.5.Tindakan Responden ... 44

4.6.Tabulasi Silang ... 47

4.6.1.Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan .... 47

4.6.2. Tabulasi Silang Antara Pekerjaan dengan Pengetahuan ... 48

4.6.3.Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap ... 49

4.6.4.Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Tindakan ... 49

4.6.5.Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Tindakan ... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 52

5.1.Karakteristik Penumpang KM. Kelud Kelas Ekonomi ... 52

5.2.Karakteristik Penyaji Makanan... 53

5.3.Pengetahuan Penumpang KM. Kelud Kelas Ekonomi Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan ... 54

5.4.Sikap Penumpang KM. Kelud Kelas ekonomi Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan ... 57

5.5.Tindakan Penumpang KM. Kelud Kelas Ekonomi Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan ... 60

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 64 6.1.Kesimpulan ... 64 6.2.Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Penumpang

di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Penyaji

Makanan di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di

KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang

Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di

KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Penggunaan

Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di

KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang

Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di

KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 43 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang

Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di

KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 44 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Penyaji Makanan

Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Tentang

Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di

KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010 ... 46 Tabel 4.10. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Responden dengan

Pengetahuan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah

Makanan ... 47 Tabel 4.11. Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Responden dengan

Pengetahuan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah

(14)

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap

Responden Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah

Makanan ... 49 Tabel 4.13. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Tindakan

Responden Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah

Makanan ... 49 Tabel 4.14. Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Tindakan Responden

Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian pengetahuan, sikap dan tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi

Lampiran 2 Kuesioner penelitian tindakan penyaji makanan KM. Kelud kelas ekonomi

Lampiran 3 Master data penelitian Lampiran 4 Keterangan master data Lampiran 5 Hasil analisis data

Lampiran 6 Keterangan Pers Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI No.KH.00.02.1.55.2888 Tentang Styrofoam dan Hasil Ujinya

Lampiran 7 Gambar penelitian

(16)

ABSTRAK

Styrofoam merupakan salah satu kemasan yang masih termasuk dalam golongan plastik. Umumnya Styrofoam berwarna putih dan terlihat bersih, bentuknya juga simpel dan ringan. Styrofoam banyak digunakan untuk mengemas produk-produk pangan seperti mie instan, bubur ayam, bakso, kopi, dan yoghurt. Penggunaan Styrofoam yang tidak sesuai dengan jenis makanan yang dikemas dapat menyebabkan migrasi atau berpindahnya zat monomer dari kemasan ke dalam makanan. Akumulasi monomer dalam jangka panjang dalam tubuh dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), gangguan sistem saraf pusat, anemia, meningkatkan resiko leukemia dan limfoma, menyebabkan kanker, serta dapat mengkontaminasi ASI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan Tahun 2010. Penelitian ini merupakan survai yang bersifat deskriptif dengan populasi adalah seluruh penumpang KM. Kelud kelas ekonomi yang menggunakan Styrofoam sebagai wadah makanan. Besar sampel adalah 93 orang dengan pemilihan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 71 orang (76,3%). Sikap penumpang KM. Kelud kelas ekonomi sebagian besar berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 51 orang (54,8%). Tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi sebagian besar berada dalam sedang yaitu 61 orang (65,5%).

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada penjamah makanan di KM. Kelud kelas ekonomi untuk tidak langsung memasukkan makanan yang baru selesai dimasak ke dalam wadah Styrofoam sebagai upaya mengurangi bahaya yang dapat muncul. Bagi KM. Kelud dalam proses penyajian makanan diharapkan untuk mengganti wadah Styrofoam dengan wadah yang lebih aman sebagai upaya agar tidak terjadi migrasi monomer ke dalam makanan.

(17)

ABSTRACT

Styrofoam was a kind of pack that classified in the plastic category. Generally, styrofoam colored white and looked clean, has a simple shape and light. styrofoam was used to pack of food products, such as instant noodles, chicken porridge, meatballs, coffee, and yogurt. The inappropriate use of styrofoam with the kind of packaged food might cause migration or transfer of monomer from the pack into the food. The long term accumulation of monomer in the body might cause endocrine disrupter (EDC), central nerve system disorder, anemia, increases the risk of leukemia and lymphoma, causes cancer, and may contaminate the mother’s milk.

This research was a descriptive survey in order to determine knowledge, attitudes, and practise of passengers in KM. Kelud economy class about the use of styrofoam as food container in 2010. The population were all passengers in KM. Kelud economy class that applied styrofoam as food container. The samples were 93 people taken by using simple random sampling. Presentation of data using frequency distribution tables

The results showed that most passengers in KM . Kelud economy class had medium knowledge with 71 people (76.3%). The attitude of passengers in KM. Kelud economy class included in good category with 51 people (54.8%). The practise of passenger in KM. Kelud economy class included in medium category with 61 people (65.5%).

Based on the results the food handler in KM. Kelud economy class not to directly enter the food just cooked into a styrofoam containert to reduce the danger of the use styrofoam. KM. Kelud was expeeted to replace styrofoam with safer container to prevent the migration of monomers into the food.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa perlu adanya peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan yang diselenggarakan melalui 9 macam kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman yang bertujuan untuk mendukung peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Semua itu merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan mutu (Depkes RI, 1992).

Makanan merupakan sumber kekuatan fisik untuk melawan penyakit sekaligus menjadi faktor yang dapat menghilangkan kesegaran tubuh. Manusia memerlukan asupan gizi yang baik dan diperoleh dari makanan yang baik dan aman. Makanan yang aman merupakan makanan yang bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan kita (Trim & Yusuf, 2005).

(19)

Di Indonesia kemasan plastik juga mulai mendominasi industri makanan dan menempati porsi 80% (Sulchan & Endang, 2007). Kemasan plastik tersebut yaitu Polietilen tereftalat (PET), Polivinil klorida (PVC), Polietilen (PE), Polistirena (PS), Polikarbonat (PC) dan melanin. Diantara kemasan plastik tersebut salah satu jenis yang cukup populer di kalangan masyarakat produsen maupun konsumen pada saat ini adalah jenis polistirena, terutama Styrofoam (Info POM, 2008).

Bahan pengemas Styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling popular dalam bisnis makanan pada saat ini. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis makanan karena mampu mencegah kebocoran serta mampu mempertahankan panas dan dingin, tetapi tetap nyaman dipegang, biaya murah, dan ringan (Yuliarti, 2007). Keunggulan Styrofoam yang praktis dan tahan lama merupakan daya tarik yang cukup kuat bagi para penjual maupun konsumen makanan untuk menggunakannya (Sulchan & Endang, 2007).

Banyak orang beranggapan bahwa bila sesuatu itu ada di mana-mana dan dipakai oleh banyak orang, maka sesuatu tersebut dianggap aman, penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan saat ini semakin meluas, tetapi tidak sedikit pun

memunculkan rasa kekhawatiran masyarakat bahwa Styrofoam dapat menggangu kesehatan (Khomsan, 2003)

(20)

Menurut Divisi Keamanan Pangan Jepang pada Juli 2001, residu Styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu dapat menyebabkan endocrine distructer (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan (Yuliarti, 2007).

Ketika Styrofoam digunakan sebagai wadah makanan, pada suhu tinggi dan berlemak bahan kimia monomer dapat bermigrasi ke dalam makanan dan berisiko bagi kesehatan. Terakumulasi di dalam tubuh, dalam jumlah yang besar dapat membahayakan kesehatan (Ariyanto, 2009).

Selain dampak negatif terhadap kesehatan, Styrofoam memunculkan kekhawatiran terhadap kerusakan lingkungan, dalam proses pembuatan Styrofoam ternyata 90% CFC yang digunakan dilepaskan ke atmosfir yang akan mengikis lapisan ozon (Khomsan, 2003).

Info POM (2008) dalam Fadillah Widyaningsih (2010) menyebutkan bahwa hasil uji laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI pada Juli 2009 menyatakan bahwa 17 jenis kemasan makanan Styrofoam aman unruk digunakan atau memenuhi syarat. Namun demikian BPOM menghimbau masyarakat agar tetap berhati-hati dalam menggunakan wadah Styrofoam dan memperhatikan logo yang terdapat pada produk Styrofoam, serta memperhatikan suhu, jenis makanan dan lama kontak dengan wadah.

(21)

gulai, sayur kol gulai yang dikemas pada wadah styrofoam. Menu makanan yang disajikan tersebut juga dalam keadaan yang panas, berlemak dan berminyak. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti bahwa penumpang KM. Kelud kelas ekonomi seluruhnya menggunakan Styrofoam sebagai wadah makanan.

Alasan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan.

1.2. Perumusan Masalah

Migrasi atau berpindahnya monomer styrene ke dalam makanan dan dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan, migrasi ini dipengaruhi oleh suhu, lama kontak, dan tipe makanan. Semakin tinggi suhu, lama kontak, dan kadar lemak suatu makanan, semakin besar migrasinya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

(22)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik penumpang KM. Kelud kelas ekonomi, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.

2. Untuk mengetahui pengetahuan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan.

3. Untuk mengetahui sikap penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan.

4. Untuk mengetahui tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan informasi kepada pihak pengelola KM. Kelud untuk membatasi penggunaan Styrofoam.

2. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian sejenis serta diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bagian kesehatan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kapal

Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut, sungai seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam istilah Inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil

Kapal penumpang adalah kapal yang digunakan untuk angkutan penumpang. Untuk meningkatkan efisiensi atau melayani keperluan yang lebih luas kapal penumpang dapat berupa kapal Ro-Ro, ataupun untuk perjalanan pendek terjadwal dalam bentuk kapal feri.

Di Indonesia perusahaan yang mengoperasikan kapal penumpang adalah PT. Pelayaran Nasional Indonesia yang dikenal sebagai PELNI, sedang kapal Ro-Ro penumpang dan kendaraan dioperasikan oleh PT ASDP, PT Dharma Lautan Utama, PT Jembatan Madura dan berbagai perusahaan pelayaran lainnya (Wikipedia, 2009). 2.1.1. Bagian-Bagian Ruang Pada Kapal

Depkes (1986) dalam Firdaus Yustisia (2003) menyebutkan bahwa pada kapal umumnya memiliki bagian-bagian ruangan sesuai dengan fungsinya. Bagian –bagian ruangan tersebut terdiri dari :

1. Kamar Penumpang

(24)

dipakai secara mekanis. Bila pencahayaan kurang, tidak diperbolehkan menggunakan lilin ataupun lampu minyak karena dapat menimbulkan bahaya kebajkaran.

2. Toilet

Toilet harus disesuaikan dengan jumlah penumpang, toilet sebaiknya selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau. Pembuangan air limbah harus selalu lancar, dapat dibersihkan dengan lisol atau kreolin 5% dalam larutan air.

3. Dapur tempat menyimpan makanan dan tempat pencucian alat dapur dan alat-alat makan atau minum

Pada ruangan dapur tersebut harus selalu bersih, lantai, dinding dan langit-lanit sebaiknya berwarna terang. Pipa-pipa di langit-langit harus tidak berdebu atau bocor. Ventilasi cukup, ruangan tidak gerah dan tidak berbau. Sebaiknya penerangan berlebih agar kotoran yang mungkin ada akan segera kelihatan. Tempat sampah harus tertutup dan tidak menarik bagi serangga dan tikus. Perabot-perabot harus selalu bersih sebelum dipakai dan disimpan di tempat yang terlindungi dari debu, tikus, serangga, droplet infection dan pencemaran lain-lain. Alat-alat makan dan minum harus di disinfeksi dengan cara merendam dalam air mendidih selama lebih dari ½ menit.

4. Tempat Penyimpanan Bahan Makanan

(25)

5. Penjamah Makanan (Food-Handlers)

Cara kerja penjamah makanan harus hygienis. Personal hygiene para penjamah makanan harus diperhatikan, anatara lain kebersihan pakaian, rambut, muka, tangan, dan kuku dan yang tidak kalah pentingmya adalah tidak adanya penyakit seperti infeksi mulut/hidung, bisul, penyakit kulit, luka-luka. Bila terdapat carier kholera, hepatitis dan thypus mutlak dilarang bekerja sebagai penjamah makanan.

2.1.2. KM. Kelud

KM. Kelud merupakan kapal yang diopersikan oleh PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI). Rute perjalanan KM. Kelud diawali dari pelabuhan Belawan yang dilanjutkan dengan tujuan Pelabuhan Sekupang Batam dan tujuan terakhir adalah Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, perjalanan KM. Kelud setiap minggu nya menghabiskan waktu selama 3 hari.

Sebagian besar kapal dalam armada Pelni adalah kapal yang dibangun oleh galangan kapal di Jerman. Di dalam kapal terdapat rumah makan, kafetaria, toko kelontong, bioskop mini, arena pertunjukan musik, dan musala. Kabin penumpang umumnya dibagi menjadi kelas 1, kelas 2, dan kelas ekonomi. Kabin terbaik adalah kelas 1A diikuti dengan kelas 1B, kelas 2A, kelas 2B, dan kelas ekonomi.

(26)

Pada setiap kabin kelas ekonomi disediakan tempat peletakan sampah Styrofoam yang berupa karung plastik kedap air. Sampah Styrofoam harus disimpan

pada kapal sampai dapat dibuang dengan aman setelah sampai bersandar di Pelabuhan (Pelni, 2009).

2.2. Styrofoam

2.2.1 Pengertian Styrofoam

Styrofoam atau plastik busa masih tergolong keluarga plastik. Bahan dasar Styrofoam adalah polisterin, suatu plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya

dan murah tetapi cepat rapuh. Karena kelemahannya tersebut, polisterin dicampur dengan seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polisterin kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu (Sulchan&Endang, 2007).

Styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh Perusahaan

Dow Chemical untuk polystyrene foam. Oleh pembuatannya, Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan makanan. Styrofoam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang baik (Info POM, 2008).

(27)

cara untuk membuat sejumlah besar polystyrene diekstrusi sebagai sel tertutup busa yang tahan air. Karena sifat isolasi dan daya apungnya ini pada tahun 1942 polystyrene foam diadopsi oleh US Coast Guard untuk digunakan pada rakit

penolong. Di Amerika Serikat dan Kanada, kata “Styrofoam” sering digunakan sebagai istilah umum untuk hasil pengembangan polystyrene foam seperti cangkir kopi sekali pakai, pendingin atau bahan bantalan dalam kemasan (Wikipedia, 2009).

2.2.2. Proses Pembuatan Styrofoam

Styrofoam dihasilkan dari campuran 90-95% polystyrene dan 5-10% gas

seperti n-butana atau n-pentana. Bahan dasar Styrofoam adalah polystyrene. Polystyrene terbuat dari monomer styrene melalui proses polimerisasi. Polystyrene

bersifat inert kimiawi, kaku, transparan, rapuh (Info POM, 2008). Karena sifatnya yang rapuh, maka polystyrene dicampur dengan seng dan senyawa butadiene. Hal ini menyebabkan polystyrene kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticizer seperti dioktil platat (DOP), butyl hidroksi toluene, atau n butyl stearat. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas klorofluorokarbon (CFC) sehingga membentuk buih (foam). Hasilnya adalah bentuk seperti yang digunakan selama ini (Sulcan & Endang, 2007).

Simbol untuk kode identifikasi resin polystyrene yang dikembangkan oleh American Society of the Plastics Industry (SPI) adalah logo panah memutar. Simbol

(28)

Indonesia (BPOM RI) logo yang terdapat pada produk Styrofoam yang dianjurkan adalah logo segitiga dengan arah panah yang saling berhubungan dengan angka enam di tengahnya serta tulisan PS di bawah segitiga tersebut (Republika Newsroom, 2009).

2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Migrasi Monomer Wadah Styrofoam

Terjadinya migrasi monomer styrene dari wadah Styrofoam ke dalam pangan dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan. Migrasi dipengaruhi oleh suhu, lama kontak, tipe makanan. Semakin tinggi suhu, lama kontak, dan kadar lemak suatu makanan, semakin besar migrasinya (Info POM, 2008).

Styrofoam dapat digunakan untuk mengemas makanan pada rentang suhu

yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena polystyrene sebagai bahan dasar pembuatan Styrofoam tidak tahan terhadap suhu dan sudah melembek pada suhu 77°C (Hartomo,1992). Menurut Ismariny, Kepala Bidang Polimer Rekayasa Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam Ariyanto (2009), penggunaan kemasan plastik dan Styrofoam untuk makanan/ minuman dengan suhu lebih dari 60ºC sebaiknya dihindari untuk mencegah terjadinya migrasi ke dalam makanan. Semakin tinggi suhu makanan, semakin banyak komponen yang mengalami migrasi, masuk, dan bercampur dengan makanan sehingga setiap kita mengkonsumsi makanan tersebut kita secara tidak sadar mengkonsumsi zat-zat yang termigrasi itu (Sulchan & Endang, 2007).

(29)

vitamin A menjadi toluene, dan toluene ini adalah pelarut styrene. Styrene kemudian akan termigrasi ke dalam makanan (Khomsan, 2003).

Semakin lama produk disimpan, batas maksimum komponen-komponen yang bermigrasi semakin terlampaui. Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak dan minyak. Perpindahan akan semakin cepat jika kadar lemak dalam makanan atau minuman makin tinggi. Makanan dan minuman yang mengandung alkohol atau asam juga mempercepat perpindahan zat kimia.

Styrene yang menjadi bahan dasar Styrofoam bersifat larut dalam lemak,

alkohol maupun asam (Yuliarti, 2007). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa berat cup Styrofoam paling banyak berkurang bila digunakan untuk minuman lemon tea. Bila Styrofoam dibasahi dengan aseton/ alkohol, maka Styrofoam tersebut akan

mengkerut dan lumer. Sifat larut lemak menyebabkan Styrofoam tidak cocok untuk wadah minuman susu atau yogurt karena kedua jenis minuman ini mengandung lemak relatif tinggi. Demikian pula minuman kopi dengan cmpuran krim tidak dianjurkan menggunakan Styrofoam (Khomsan, 2003).

2.2.4. Batas Migrasi Monomer Styrene Pada Wadah Styrofoam

(30)

a. tidak bersifat asam (pH < 5,0), produk-produk mengandung air, dapat mengandung garam, gula atau keduannya.

b. bersifat asam, produk-produk menagndung air, dapat mengandung garam atau gula atau keduanya, termasuk mengandung emulsi minyak dalam air dengan kandungan lemak rendah atau tinggi.

c. produk susu dan turunannya : emulsi minyak dalam air, kandungan lemak rendah atau tinggi.

d. minuman non alkohol, mengandung sampai 8% alkohol, dan lebih dari 8% alkohol.

e. produk roti : roti lembab dengan permukaan tanpa mengandung minyak atau lemak bebas.

f. padat kering dengan permukaan tanpa mengandung minyak atau lemak bebas.

Sementara itu, batas migrasi residu monomer styrene adalah sebesar 5000 ppm untuk wadah polistyrene yang kontak langsung dengan makan berlemak seperti:

a. Produk mengandung air, asam atau tidak asam, mengandung minyak atau lemak bebas atau berlebih, dapat mengandung garam termasuk mengandung emulsi air dalam minyak dengan kandungan lemak rendah atau tinggi.

(31)

c. lemak dan minyak mengandung sedikit air.

d. produk roti : roti lembab dengan permukaan mengandung minyak atau lemak bebas.

e. padat kering dengan permukaan mengandung minyak atau lemak bebas (InfoPOM, 2008).

2.2.5. Bahaya Penggunaan Wadah Styrofoam Bagi Kesehatan.

Toksisitas yang ditimbulkan tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul akibatnya (Yuliarti, 2007). Bahaya monomer styrene terhadap kesehatan setelah terpapar dalam jangka panjang, antara lain (Info

POM, 2008) :

1. Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi, dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati peripheral.

2. Paparan Styrene dapat meningkatkan resiko leukemia dan limfoma.

3. Styrene termasuk bahan yang diduga dapat menyebabkan kanker pada manusia (2B), yaitu terdapat bukti terbatas pada manusia dan kurang cukup bukti pada binatang.

(32)

monomer styrene meskipun anak-anak tersebut tidak pernah terpapar secara langsung.

5. Monomer styrene juga dapat mengkontaminasi ASI.

Residu Styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan (Sulchan & Endang, 2007).

2.2.6. Bahaya Penggunaan Wadah Styrofoam Bagi Lingkungan

Selain berefek negatif bagi kesehatan, penggunaan Styrofoam juga memiliki dampak negatif bagi pelestarian lingkungan hidup. Penumpukan yang terjadi akibat pengunaan Styrofoam yang berlebihan, tidak hanya dapat mencemari lingkungan, bila terbawa ke laut, Styrofoam pun dapat merusak ekosistem dan biota laut (Anonimus, 2008).

Plastik jenis polystyrene ini sulit mengalami peruraian biologik dan sulit didaur ulang sehingga tidak diminati oleh pemulung. Proses daur ulang Styrofoam yang telah dilakukan selama ini sebenarnya hanya dengan menghancurkan Styrofoam yang lama kemudian membentuknya menjadi Styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat setiap tahun diproduksi 3 juta ton bahan ini, tetapi hanya sedikit yang didaur ulang, sehingga sisanya masuk ke lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, Styrofoam akan menumpuk begitu saja dan menjadi sumber sampah yang mencemari

(33)

Sementara itu, CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan Styrofoam, meskipun bukan gas yang beracun, memiliki sifat mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas CFC ini akan melayang ke udara mencapai lapisan ozon di atmosfer, dan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindumg bumi atau ozon. Apabila lapisan ozon terkikis akan menimbulkan efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat dan sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi sehingga menimbulkan kanker kulit (Yuliarti, 2007).

2.2.7. Beberapa Upaya Menghindari Bahaya Wadah Styrofoam

Untuk mengurangi besarnya migrasi styrene dari wadah Styrofoam dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut (Info POM, 2008) :

1. Wadah styrofoam sebaiknya hanya digunakan untuk sekali pakai.

2. Hindari penggunaan wadah Styrofoam untuk pangan yang panas dengan suhu > 60º C.

3. Hindari penggunaan wadah Styrofoam untuk pangan yang mengandung alkohol, asam, dan lemak.

4. Jika pangan yang akan dikemas bersuhu tinggi (> 60º C), mengandung alkohol, asam, atau lemak maka sebisa mungkin digunakan wadah pangan yang terbuat dari keramik atau kaca / gelas.

(34)

6. Makanan dengan wadah Styrofoam jangan dipanaskan atau dimasukkan ke dalam microwave.

7. Apabila terpaksa harus menggunakan wadah Styrofoam sebaiknya pada makanan atau minuman yang dingin (bersuhu rendah).

8. Hindari penggunaan wadah Styrofoam oleh wanita hamil dan anak-anak.

2.3. Konsep Perilaku 2.3.1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan) (Sarwono, 1993).

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).

(35)

makhluk hidup itu selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

2.3.2. Bentuk-bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Bloom (1908) membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (effective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan

tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari:

1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). 2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude).

3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).

Skinner (1938) dalam, seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

(36)

dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3. Pengetahuan (knowledge)

(37)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysa)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesa)

(38)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.3.4. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1993).

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :

(39)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan sikap, yaitu:

1. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk bertindak).

4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya.

2. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek yang serupa. 3. Sikap, pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada

(40)

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu : 1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya.

2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian.

(41)

2.3.5. Tindakan (practice)

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terbentuknya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007).

Tingkatan-tingkatan praktik itu adalah :

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar.

3. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

(42)

2.4. Kerangka Konsep

Perilaku penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang

penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan :

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Tindakan Karakteristik

penumpang KM. Kelud kelas ekonomi

1. Umur

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi terhadap penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada KM. Kelud kelas ekonomi dengan alasan karena penyajian makanan di kelas ekonomi seluruhnya menggunakan Styrofoam sebagai wadah makanan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus-September 2010 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(44)

3.3.2. Sampel

a. Perhitungan Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang dianggap mewakili populasi sebanyak 1398 orang penumpang diperoleh dengan rumus (Taro Yamane yang dikutip dari Notoatmodjo 2005) :

Rumus : n = N 1 + N (d2) dimana :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang diinginkan (0,1) Maka n = 1398

1 + 1398 (0,12) n = 93,3 →93 orang

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 93 orang penumpang.

b. Teknik Pengambilan Sampel

(45)

c. Kriteria Inklusi

Responden dalam penelitian ini adalah penumpang KM. Kelud kelas ekonomi yang berusia 21 sampai 60 tahun.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dapat diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mengambil data yang telah ada pada PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) yaitu berupa data jumlah seluruh penumpang kapal kelas ekonomi.

3.5. Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka definisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :

1. Penumpang KM. Kelud adalah seseorang yang menumpang pada sebuah transportasi kapal, tetapi tidak termasuk awak yang mengoperasikan atau melayani di dalam kapal.

2. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam hal pemahamannya tentang penggunaan wadah Styrofoam sebagai wadah makanan.

(46)

4. Tindakan adalah bentuk perbuatan atau aktifitas nyata dari responden tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan.

5. Styrofoam sebagai wadah makanan adalah sebuah tempat atau wadah yang digunakan sebagai pembungkus makanan.

6. Karateristik penumpang KM. Kelud adalah gambaran keadaan penumpang KM. Kelud yang terbagi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.

7. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

8. Jenis kelamin adalah responden yang dinyatakan dengan jenis kelamin pria dan wanita

9. Pendidikan adalah pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan responden.

10. Pekerjaan adalah kegiatan rutin responden yang menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3.6. Aspek Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkatan pengetahuan, sikap dan tindakan penumpang KM. Kelud kelas ekonomi tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan adalah skala likert (Sugiyono, 2007).

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :

1. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor yang ada

(47)

3. Kategori buruk adalah apabila responden mendapat nilai < 45% dari seluruh skor yang ada.

3.6.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden di ukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20. Adapun ketentuan pemberian skor yaitu : jika responden menjawab ‘a’ diberi skor = 2, jika menjawab ‘b’ diberi skor = 1, dan jika menjawab ‘c’ diberi skor = 0. Khusus untuk pertanyaan nomor 6, jika jawaban responden ‘a’ dan hanya dapat menyebutkan 1 pilihan maka skor = 1, jika menyebutkan 2 pilihan atau lebih maka skor = 2,dan jika jawaban ‘b’ maka skor = 0

Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkat pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari 15.

2. Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 9 sampai 15

3. Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari 9.

3.6.2. Sikap

(48)

Adapun ketentuan pemberian skor yaitu : jika responden menjawab setuju diberi skor = 2 dan jika menjawab tidak setuju diberi skor = 0. Khusus untuk pertanyaan nomor 4,8,10, jawaban setuju diberi skor = 0 dan jawaban tidak setuju diberi nilai = 2

Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkatan sikap responden dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik, apabila skor yang diperoleh >75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari 15

2. Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 9 sampai 15

3. Buruk, apabila skor yang diperoleh <45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari 9

3.6.3. Tindakan

Tindakan dari responden diukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20, jika responden menjawab ya diberi skor = 2 dan jika menjawab tidak diberi skor = 0. Adapun ketentuan pemberian skor sebagai berikut :

a. Skor jawaban untuk pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 dan 10, yaitu: - jawaban Ya (a) diberi skor = 0

- jawaban Tidak (b) diberi skor = 2

b Skor jawaban untuk pertanyaan nomor 7, yaitu - jawaban Ya (a) diberi skor = 2

(49)

Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkatan tindakan responden dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari 15

2. Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 9 samapi 15

3. Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari 9.

Untuk responden yang menjawab ’b’ atau ’tidak’ pada pertanyaan tindakan no 2 berarti hanya memiliki 6 pertanyaan. Dengan demikian, selanjutnya tingkatan tindakan responden dikategorikan sebagai berikut:

1. Baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari 9

2. Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 5 sampai 9.

3. Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari 5

3.7. Analisa Data

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

KM. Kelud merupakan salah satu jenis kapal yang berfungsi untuk mengangkut penumpang. KM. Kelud memiliki luas 3428,1 Meter dan memiliki 9 kabin. Berdasarkan profil KM. Kelud tahun 2010, rata- rata jumlah seluruh penumpang sebanyak 1906 untuk sekali keberangkatan, yang di bagi pada kelas masing- masing yaitu pada kelas I terdiri dari 144 orang, kelas II terdiri dari 364 orang, kelas ekonomi terdiri dari 1398 orang. KM. Kelud memiliki rute perjalanan yang diawali dari pelabuhan Belawan setelah itu akan dilanjutkan dengan tujuan Pelabuhan Sekupang Batam dan tujuan terakhir adalah Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.

KM. Kelud memiliki bagian-bagian ruang di setiap kabin. Adapun bagian ruang tersebut adalah sebagai berikut :

- Kabin penumpang umumnya dibagi menjadi kelas 1, kelas 2, dan kelas ekonomi. Kabin terbaik adalah kelas 1A diikuti dengan kelas 1B, kelas 2A, kelas 2B, dan kelas ekonomi.

- Rumah makan kelas 1 dan 2 berada di kabin khusus yaitu kabin 6 sedangkan pengambilan makanan untuk kelas ekonomi berada di kabin 4.

(51)

kabin 2 bagian depan, tempat karoke terletak di kabin 5 bagian tengah, serta cafe berada di kabin 8 bagian belakang

- Toilet, pada setiap kabin masing-masing memiliki toilet baik di kelas I, kelas II maupun kelas ekonomi. toilet juga terpisah antara penumpang pria dan wanita.

Cara penyajian makanan pada setiap penumpang KM. Kelud berbeda antara kelas I, kelas II dan kelas ekonomi, untuk kelas I dan kelas II makanan sudah tersaji di suatu ruangan khusus yang menyediakan makanan beraneka ragam. Untuk kelas ekonomi, makanan dapat diambil di kantin yang telah disediakan oleh pengelola kantin, penyajian makanan juga menggunakan Styrofoam.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Hasil disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Penumpang di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010

(52)

No Karakteristik Responden Jumlah (Orang) Persentase (%) Pendidikan

1. Tamat SD 1 1,1

2. Tamat SMP 8 8,6

3. Tamat SMA 70 75,3

4. Perguruan Tinggi 14 15,1

Jumlah 93 100,0

Pekerjaan

1. Wiraswasta / pedagang 46 49,5

2. Karyawan swasta 25 26,9

3. Tidak Bekerja 22 23,7

Jumlah 93 100,0

Adapun Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51 orang (54,8%). Responden termuda adalah umur 21 tahun dan tertua adalah 60 tahun, sedangkan paling banyak responden terdapat pada kisaran umur 21 – 25 tahun, yaitu sebanyak 27 orang (29,0%). Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah tamat SMA, yaitu sebanyak 70 orang (75,3%) dan tingkatan pendidikan terendah responden adalah tamat SD, yaitu sebanyak 1 orang (1,1%). Tabel 4.1. di atas juga menunjukkan bahwa pekerjaan responden paling banyak adalah sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 46 orang (49,5%).

(53)

Tabel 4.2. Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Penyaji Makanan di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010

No. Karakteristik Responden Jumlah (Orang) Persentase (%) Umur (tahun)

Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa responden termuda adalah umur 19 tahun dan tertua adalah 30 tahun, sedangkan paling banyak responden terdapat pada kisaran umur 25 – 26 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (38,9%). Tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah tamat SMA, yaitu sebanyak 18 orang (56,5%). Tabel 4.2 di atas juga menunjukan bahwa responden yang paling besar berdasarkan Masa Kerja adalah 1-2 tahun yaitu 13 responden (72,2%).

4.3. Pengetahuan Responden

(54)

Styrofoam, keamanan penggunaan wadah Styrofoam, wadah Styrofoam dapat menjadi

berbahaya, Pengunaan Styrofoam semakin berbahaya dalam kondisi makanan, dampak penggunaan Styrofoam bagi kesehatan dan lingkungan, serta upaya untuk mengurangi bahaya Styrofoam.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di KM. Kelud Tahun 2010

No. Pengetahuan Responden Jumlah

(Orang)

Persentase (%) 1. Pengetahuan tentang fungsi wadah makanan

a. Sebagai pelindung agar makanan aman 39 41,9

b. Agar makanan terlihat menarik 2 2,2

c. Sebagai pembungkus makanan 52 55,9

Jumlah 93 100,0

2. Pengetahuan tentang terbuat dari apa wadah Styrofoam

a. Busa atau gabus putih 88 94,6

b. Plastik 3 3,2

c. Kertas 2 2,2

Jumlah 93 100,0

3. Pengetahuan tentang suhu yang diperbolehkan untuk mengemas makanan pada wadah Styrofoam

a. Suhu dibawah 60º C 29 31,2

b. Suhu antara 30º C-60º C 58 62,4

c. Suhu diatas 60º C 6 6,5

Jumlah 93 100,0

4. Pengetahuan tentang makanan yang boleh dikemas dengan wadah Styrofoam

a. Makanan tanpa mengandung lemak 11 11,8

b. Makanan yang tidak panas 58 62,4

c. Semua jenis makanan 24 25,8

Jumlah 93 100,0

5. Pengetahuan tentang keamanan penggunaan wadah Styrofoam

a. Aman, tetapi untuk jenis makanan tertentu 58 62,4

b. Aman untuk semua jenis makanan 16 17,2

c. Tidak aman 19 20,4

(55)

No. Pengetahuan Responden Jumlah (Orang)

Persentase (%)

6. Pengetahuan tentang mengapa wadah Styrofoam dapat menjadi berbahaya

a. Tahu

dapat menyebutkan :

1. pada suhu panas Styrofoam dapat lumer dan tercampur ke makanan

2. pada makanan berlemak, zat-zat Styrofoam pindah ke makanan

3. makanan yang disimpan semakin lama pada

Styrofoam, maka zat-zatnya akan pindah ke makanan

74 79,6

b. Tidak Tahu 19 20,4

Jumlah 93 100,0

7. Pengetahuan tentang penggunaan Styrofoam semakin berbahaya dalam kondisi makanan

a. Panas, berlemak dan asam 77 82,8

b. Beralkohol 12 12,9

c. Air dingin 4 4,3

Jumlah 93 100,0

8. Pengetahuan tentang dampak penggunaan Styrofoam bagi kesehatan

a. Dapat menyebabkan kanker 57 61,3

b. Menyebabkan gangguan pencernaan 26 28,0

c. Tidak berbahaya bagi kesehatan 10 10,8

Jumlah 93 100,0

9. Pengetahuan tentang dampak penggunaan Styrofoam bagi lingkungan

a. Sampah tidak dapat di daur ulang 48 51,6

b. Meningkatnya gas CFC di lingkungan 36 38,7

c. Tidak menimbulkan dampak bagi linhgkungan 9 9,7

Jumlah 93 100,0

10. Pengetahuan tentang cara mengurangi bahaya wadah Styrofoam

a. Mengganti wadah Styrofoam dengan wadah kaca 29 31,2 b. Menggunakan wadah Styrofoam untuk sekali pakai 61 65,6 c. Menggunakan wadah Styrofoam berkali-kali 3 3,2

Jumlah 93 100,0

(56)

sedangkan 2 orang (2,2%) mengatakan Styrofoam terbuat dari kertas. Responden yang mengetahui bahwa makanan dengan suhu antara 30ºC-60ºC sebagai suhu yang diperbolehkan untuk mengemas makanan dengan Styrofoam sebanyak 58 orang (62,4%). Responden yang mengetahui tentang makanan yang boleh dikemas dengan wadah Styrofoam adalah makanan tanpa mengandung lemak ada 58 orang (62,4%). Responden yang mengetahui wadah Styrofoam dapat menjadi berbahaya yaitu 74 orang (79,6%). Responden yang mengetahui bahwa penggunaan Styrofoam semakin berbahaya jika digunakan untuk mengemas makanan yang panas, berlemak dan asam ada 77 orang (82,8%). Dampak/ pengaruh penggunaan Styrofoam bagi kesehatan yang diketahui oleh sebagian besar responden, yaitu 57 orang responden (61,3%) adalah dapat menyebabkan kanker tetapi masih banyak juga responden yang mengatakan bahwa penggunaan Styrofoam tidak berbahaya bagi kesehatan adalah sebanyak 10 orang (10,8%). Responden yang mengetahui bahwa dampak penggunaan Styrofoam bagi lingkungan dapat menyebabkan sampah tidak dapat di daur ulang ada

sebanyak 48 orang (51,6%). Responden yang mengetahui bahwa menggunakan wadah Styrofoam untuk sekali pakai merupakan cara untuk mengurangi bahaya Styrofoam ada sebanyak 61 orang (65,6%).

(57)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010

No Kategori Pengetahuan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Baik 15 16,1

2. Sedang 71 76,3

3. Buruk 7 7,5

Jumlah 93 100,0

Tabel 4.4. di atas dapat menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan responden tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan berada pada kategori pengetahuan sedang, yaitu 71 orang (76,3%). Responden dengan kategori pengetahuan baik ada sebanyak 15 orang (16,1%), dan hanya 7 orang (7,5%) responden dengan kategori pengetahuan buruk.

4.4. Sikap Responden

Gambaran mengenai sikap responden tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan dapat dilihat secara rinci pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010

No. Sikap Responden Setuju Tidak Setuju Jumlah

N (%) N (%) N (%)

1. Wadah makanan berfungsi sebagai pelindung makanan agar aman dikonsumsi

78 83,9 15 16,1 93 100,0

2. Wadah makanan dapat merusak dapat merusak kualitas makanan pada kondisi tertentu

81 87,1 12 12,9 93 100,0

3. Styrofoam sebagai wadah makanan

yang aman untuk jenis makanan tertentu

71 76,3 22 23,7 93 100,0

4. Wadah Styrofoam untuk mengemas

makanan berlemak dan berminyak. 20 21,5 73 78,5 93 100,0 5. Wadah Styrofoam berbahaya bagi

kesehatan apabila digunakan untuk mengemas makanan yang panas

(58)

No. Sikap Responden N Setuju (%) Tidak Setuju N (%) N Jumlah (%)

6. Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin banyak zat kimia dari wadah yang mencemari makanan yang ada di dalamnya

78 83,9 15 16,1 93 100,0

7. Penggunaan wadah Styrofoam yang tidak tepat dapat menyebabkan kanker

73 78,5 20 21,5 93 100,0

8. Sampah wadah Styrofoam mudah

di daur ulang 29 31,2 64 68,8 93 100,0

9. Proses pembuatan Styrofoam dapat

meningkatkan gas CFC 77 82,8 16 17,2 93 100,0 10. Kapal laut menggunakan Styrofoam

sebagai wadah untuk menyajikan

makanan agar lebih praktis 76 81,7 17 18,3 93 100,0

(59)

menyebabkan kanker sebanyak 73 orang (78,5%). Responden yang menyatakan sikap tidak setuju bila sampah wadah Styrofoam mudah di daur ulang ada sebanyak 64 orang (68,8%). Responden yang menyatakan sikap setuju bila pembuatan Styrofoam dapat meningkatkan gas CFC sebanyak 77 orang (82,8%). Responden yang menyatakan sikap setuju bila kapal laut menggunakan Styrofoam sebagai wadah untuk menyajikan makanan agar lebih praktis sebanyak 76 orang (81,7%).

Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran sikap, maka tingkatan sikap responden tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan dapat dikategorikan menjadi kategori baik,

sedang, dan buruk. Pengkategorian sikap responden tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010

No Kategori Sikap Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Baik 51 54,8

2. Sedang 36 38,7

3. Buruk 6 6,5

Jumlah 93 100,0

(60)

4.5. Tindakan Responden

Gambaran mengenai tindakan responden tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan dapat dilihat secara rinci pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010

No. Tindakan Responden Ya Tidak Jumlah

N (%) N (%) N (%)

1. Menerima makanan yang dikemas

dengan wadah Styrofoam 89 95,7 4 4,3 93 100,0 2. Mengkonsumsi makanan yang

dikemas dengan wadah Styrofoam 81 87,1 12 12,9 93 100,0 3. Langsung mengkonsumsi makanan

yang dikemas dengan wadah

Styrofoam yang diberikan oleh petugas kapal

63 77,8 18 22,2 81 100,0

4. Tetap mengkonsumsi makanan yang dikemas pada Styrofoam jika

Styrofoam tersebut menjadi lumer

32 39,5 49 60,5 81 100,0

5. Tetap mengkonsumsi makanan yang dikemas pada Styrofoam jika

Styrofoam berubah warna

9 11,1 72 88,9 81 100,0

6. Tetap mengkonsumsi makanan yang dikemas pada Styrofoam yang agak rusak

9 11,1 72 88,9 81 100,0

7. Menggunakan wadah lain pada saat

di kapal 12 12,9 81 87,1 93 100,0

8. Sering menggunakan Styrofoam

sehari-hari sebagai wadah makanan 12 12,9 81 87,1 93 100,0 9. Menyarankan kepada keluarga atau

teman seperjalanan untuk menggunakan Styrofoam

10 10,8 83 89,2 93 100,0

10. Membuang sampah Styrofoam ke

sembarang tempat ataupun ke laut 9 9,7 84 90,3 93 100,0

Gambar

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap  Responden Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah  Makanan ...................................................................................
Tabel 4.1. Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Penumpang di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010
Tabel 4.2. Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Penyaji  Makanan di KM. Kelud Kelas Ekonomi Tahun 2010
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan di KM
+7

Referensi

Dokumen terkait

sikap yang baik dari konsumen dapat menggambarkan tindakan yang baik dalam melakukan posisi tawar dengan negosiasi untuk tidak menerima kemasan Styrofoam dan tidak

Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku konsumen (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam penggunaan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah makanan siap

Dimana tujuan khusus dari penelitian ini ialah, (1) untuk mengetahui karakteristik penjamah makanan kapal penumpang yang berlabuh di Pelabuhan Makassar tahun 2016,

Dimana tujuan khusus dari penelitian ini ialah, (1) untuk mengetahui karakteristik penjamah makanan kapal penumpang yang berlabuh di Pelabuhan Makassar tahun 2016,

Pengetahuan dan sikap konsumen tidak diaplikasikan pada posisi tawar terhadap kemasan Styrofoam , untuk melakukan pencegahan penulis menyarankan kepada Badan

Pengetahuan dan sikap konsumen tidak diaplikasikan pada posisi tawar terhadap kemasan Styrofoam , untuk melakukan pencegahan penulis menyarankan kepada Badan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih tahun 2010 tentang “Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pemilik Tempat Makanan Jajanan tentang

2 Aspek Sikap Mahasiswa tentang Penggunaan Styrofoam Data pada Gambar 2 menunjukkan bahwa sikap mahasiswa pada indikator “tingkat kekhawatiran mahasiswa terhadap kondisi