• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN POSISI TAWAR KONSUMEN TENTANG PENGGUNAAN KEMASAN STYROFOAM SEBAGAI WADAH MAKANAN DI AMALIUN FOODCOURT TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN POSISI TAWAR KONSUMEN TENTANG PENGGUNAAN KEMASAN STYROFOAM SEBAGAI WADAH MAKANAN DI AMALIUN FOODCOURT TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN POSISI TAWAR KONSUMEN TENTANG PENGGUNAAN KEMASAN STYROFOAM SEBAGAI

WADAH MAKANAN DI AMALIUN FOODCOURT TAHUN 2015

Oleh:

Putri Rahmadhani S1, Fitri Ardiani2, Etti Sudaryati3 1

Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU, Medan

2

Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU, Medan Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

Email: rahmadhani_putri54@yahoo.com

ABSTRACT

Styrofoam packaging material was often used by traders and consumers as food packaging. It is a practical, inexpensive, pleasing to the eye and no leaking, make consumers forget the impact the dangers of Styrofoam packaging containing residues of styrene monomer that can act on greasy foods especially in hot conditions. Consumers can do the bargaining position of the Styrofoam packaging, by requiring exchange Styrofoam packaging with other packaging safer. The purpose of these study was to determine the description of the knowledge and attitude of consumers to act bargaining position when receiving packaging Styrofoam as food packaging.

The research type was descriptive with cross sectional design which illustrate the knowledge and attitudes with the bargaining position of consumers on the use of Styrofoam as food packaging in Amaliun Foodcourt. This study population is consumers who buy food using styrofoam.

The results of research showed that 65,0% and 82,5% of consumers have a good knowledge and attitudes about Styrofoam packaging, while consumers bargaining position of 12,5% good category. According to the level of knowledge and attitudes of consumers to the bargaining position 7,7% and 15,2% of consumers have a better bargaining position. The reason consumers do not make them lazy bargaining position to ask the exchange and traders did not have other types of packaging.

Knowledge and attitudes of consumers not applied to the bargaining position of the Styrofoam packaging, to take preventive authors suggest to the Drug and Food Control Agency (BPOM) field should improve surveillance of food packaging that is circulating in the community.

Key words: Bergaining Position, Styrofoam, Knowledge, Attitude, Consumer

PENDAHULUAN

Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain sandang dan papan yang sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan hidup manusia. Pangan yang dimaksud dapat berupa makanan atau

minuman yang telah diolah maupun mentah yang dapat di konsumsi oleh manusia. Dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat, industri pangan juga berkembang dengan pesat membuat inovasi kemasan pangan yang menarik. Menurut Badan Pengawasan

(2)

Obat dan Makanan (2008) Pangan yang beredar saat ini praktis tidak lepas dari penggunaan kemasan dengan berbagai maksud, selain untuk melindungi kualitas pangan juga dimaksudkan untuk promosi.

Kemasan pangan digunakan bertujuan untuk melindungi makanan atau minuman dari unsur-unsur perusak seperti sinar matahari, bakteri, jamur, serangga, gesekan dan hempasan.

Styrofoam atau yang dikenal dengan plastik busa juga sedang marak digunakan untuk pembungkus makanan. Penggunaan kemasan Styrofoam saat ini banyak digemari oleh pedagang, di kota Medan pedagang makanan dan minuman siap saji banyak menggunakan kemasan

Styrofoam untuk pembungkus makanannya, misalnya seperti ayam penyet, bubur ayam, jenis santapan mie dan lain-lain. Sebelum berpindah menggunakan kemasan Styrofoam para pedagang menggunakan daun, kertas nasi, plastik, dan kotak dari kertas. Bukan bararti semua jenis kemasan tersebut hilang dan tidak digunakan lagi tetapi pada sebagian pedagang masih ada yang memakainya sebagai kemasan pengganti selain Styrofoam.

Styrofoam merupakan kemasan berwarna putih dan kaku yang sering digunakan sebagai kotak pembungkus makanan. Tadinya bahan ini dipakai untuk pengaman barang non-makanan seperti barang-barang elektronik agar tahan benturan ringan, namun saat ini seringkali dipakai sebagai kotak pembungkus makanan. Kegunaannya yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan terhadap suhu panas dan dingin, membuat masyarakat lupa pada dampak dan efek terhadap kesehatan manusia serta terhadap lingkungan (Khomsan, 2003).

Bahan dasar styrofoam adalah Polistirena Foam suatu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana

atau n-pentana. Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspense pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku, transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara (Info POM, 2008).

Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada Juli 2001 mengungkapkan bahwa residu styrofoam

dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC) suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Toksisitas yang ditimbulkan memang tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul akibatnya.

Dalam industri, styrofoam

digunakan sebagai bahan insulasi (kedap).

Styrofoam bukan merupakan nama kemasan plastik melainkan nama merek dagang dari perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan pangan.

Konsumen akan menggunakan berbagai kriteria dalam membeli produk dan merek tertentu. Konsumen akan memebeli produk yang sesuai kebutuhannya, seleranya, dan daya belinya. Konsumen tentu akan memilih produk yang bermutu lebih baik dan harga yang lebih murah, disampaikan pada Seminar Nasional Pascasarjana UPN “Veteran” Agribisnis dalam Perspektif

(3)

Ketahanan Nasional Guna Memenangkan Persaingan Global (2006).

Perilaku konsumen mempengaruhi jalannya sebuah bisnis, para pedagang dituntut untuk memahami konsep-konsep dasar ilmu pemasaran dan perilaku konsumen, yaitu kebutuhan, keinginan, dan permintaan.

Posisi tawar dalam ekonomi adalah negosiasi, kapasitas satu pihak untuk mendominasi yang lain kerena pengaruhnya, kakuatan, ukuran, atau status, atau melalui kombinasi dan taktik persuasi yang berbeda (Sukirno, 2002). Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan pemasar (pedagang) dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli apa yang ditawarkan oleh pemasar. Persaingan yang ketat antar merek dan produk menjadikan konsumen memiliki posisi yang semakin kuat dalam posisi tawar menawar (Sumarwan, 2004). Konsumen berhak melakukan posisi tawar dengan meminta pembungkus makanan yang menggunakan Styrofoam diganti dengan kemasan jenis lain yang aman untuk pembungkus makanan. Faktor ketidakpedulian konsumen membuat pedagang menjadi tidak khawatir untuk menggunakan kemasan Styrofoam. Walaupun pedagang dan konsumen mengetahui bahaya dari Styrofoam.

Peneliti melakukan observasi awal pada pedagang makanan di Amaliun Food Court, pedagang mengatakan bahwa pernah ada konsumen yang melakukan negosiasi atau posisi tawar terhadap kemasan yang diterimanya. Biasanya kemasan Styrofoam digunakan pada pembeli yang ingin dibungkus makanannya, Styrofoam sebelum diletak makanan dialasi dengan kertas nasi yang sudah dibentuk ukuran Styrofoam,

pedagang menggunakan kertas nasi karena susah mencari alas daun pisang. Alasan pedagang menggunakan Styrofoam lebih praktis dan mudah apabila pembeli sudah ramai. Pendapat dari konsumen yang membeli makanan dengan kemasan

Styrofoam adalah konsumen menerima kemasan Styrofoam walaupun konsumen mengetahui bahaya dari kemasan

Styrofoam, konsumen beralasan bahwa malas ingin menukar dengan kemasan lain dan tidak pernah terjadi kasus keracunan kalau menggunakan Styrofoam.

Adapun yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap konsumen terhadap kemasan Styrofoam, dengan terjadinya posisi tawar konsumen terhadap penggunaan kemasan Styrofoam

sebagai wadah makanan.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap konsumen dengan tindakan posisi tawar terhadap penggunaan kemasan

Styrofoam sebagai wadah makanan.

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan masukan kepada masyarakat sebagai konsumen yang sering membeli makanan menggunakan kemasan

Styrofoam tentang bahaya dari kemasan

Styrofoam. Memberikan masukan kepada BPOM sebagai perwakilan dari pemerintah yang bertugas untuk mengawasi peredaran kemasan pangan berbahaya. Sebagai masukan kepada para penjual makanan atau minuman yang masih menggunakan kemasan Styrofoam.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini ialah konsumen yang membeli makanan menggunakan kemasan

Styrofoam ditemui di Amaliun Foodcourt Medan. Sampel penelitian diambil dari rata-rata perhari selama seminggu yaitu sebanyak 40 konsumen dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

Accidental Sampling. Data primer dalam penelitian ini adalah karakteristik konsumen yang terdiri dari umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Pengetahuan dan sikap diperoleh melalui angket penelitian. Posisi tawar konsumen dalam pemakaian wadah Styrofoam diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Data sekunder

(4)

berupa profil Amaliun Foodcourt, kepustakaan, jurnal, artikel, bahan dokumentasi, situs/website internet dan lain-lain yang dapat mendukung dengan proses penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen

Amaliun Foodcourt merupakan tempat nongkrong makan dan minum oleh sebagian besar masyarakat kota Medan, konsumen yang datang ke Amaliun Foodcourt juga bervariasi mulai dari pekerja kantor, mahasiswa, ibu-ibu arisan, rekanan bisnis, hingga di jadikan tempat makanan favorit keluarga.

Tabel 1 Distribusi karakteristik Konsumen

No Karakteristik Jumlah Persentase (%) 1. Umur 18-28 25 62,5 29-39 11 27,5 40-50 4 10,0 Jumlah 40 100.0 2. Pendidikan SMA 15 37,5 Perguruan Tinggi 25 62,5 Jumlah 40 100.0 3. Jenis Kelamin Laki-laki 25 62,5 Perempuan 15 37,5 Jumlah 40 100.0

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa konsumen dengan umur terbanyak antara 18-28, yaitu sebanyak 25 orang (65,5%), tingkat pendidikan paling banyak adalah kategori perguruan tinggi, yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), jenis kelamin konsumen yang paling banyak ditemui adalah laki-laki, yaitu sebesar 25 orang (62,5%).

Pengetahuan Konsumen dalam Penggunaan Kemasan Styrofoam

Sebagai Wadah Makanan

Pengetahuan konsumen tentang penggunaan kemasan Styrofoam erat kaitannya dalam mempengaruhi pedagang

untuk memakai kemasan Styrofoam

sebagai wadah makanan.

Tabel 2. Distribusi kategorik Pengetahuan Konsumen No Pengetahuan Tentang Kemasan Styrofoam Jumlah % 1. Baik 26 65,0 2. Sedang 12 30,0 3. Kurang 2 5,0 Jumlah 40 100.0

Hasil penelitian dari 40 konsumen yang berada di Amaliun Foodcourt sebanyak 65% dikategorikan memiliki pengetahuan baik. Sebanyak 65% konsumen mengetahui bahaya dari kemasan Styrofoam yang tidak aman untuk menjadi wadah makanan, konsumen mengetahui informasi bahaya kemasan

Styrofoam dari situs internet tentang kesehatan yang membahas bahaya kemasan Styrofoam, selain itu konsumen juga mendapatkan informasi dari televisi.

Sikap Konsumen dalam Penggunaan Kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan

Hasil penelitian dari 40 konsumen yang berada di Amaliun Foodcourt sebanyak 82,5% dikategorikan memiliki sikap baik. Sebanyak 82,5% konsumen dapat menggambarkan ingin mendapatkan kemasan makanan yang aman.

Tabel 3. Distribusi Kategorik Sikap Konsumen

No Sikap Konsumen Jumlah %

1. Baik 33 82,5

2. Sedang 7 17,5

Jumlah 40 100.0

Sebagaimana disebutkan pada Keterangan Pers BPOM RI (2009) tentang Kemasan Makanan “Styrofoam” Nomor:

KH.00.02.1.55.2888 yang menyatakan bahwa masyarakat sebagai konsumen dihimbau untuk memperhatikan hal-hal dalam rangka melaksanakan tindakan kehati-hatian diantaranya jangan menggunakan kemasan Styrofoam yang rusak atau berubah bentuk untuk

(5)

mewadahi makanan berminyak/berlemak apalagi dalam keadaan panas, selain itu residu monomer stiren yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas ke dalam makanan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas.

Posisi Tawar Konsumen dalam Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan

Posisi tawar konsumen dalam penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan pada penelitian ini diukur bersamaan dengan pengukuran pengetahuan dan sikap dari konsumen.

Posisi tawar tentang penggunaan

Styrofoam sebagai wadah makanan kemudian dikategorikan, maka ditemukan hanya 12,5% posisi tawar konsumen kategori baik.

Tabel 4. Distribusi Kategorik Posisi tawar Konsumen No Posisi Tawar Konsumen Jumlah % 1. Baik 5 12,5 2. Sedang 19 47,5 3. Kurang 16 40,0 Jumlah 40 100.0

Alasan konsumen tidak melakukan tidakan posisi tawar dan tetap menerima makanan dengan kemasan Styrofoam karena selain keinginan akan makanannya juga pedagang tidak mempunyai alternatif kemasan lain.

Pengaruh Pengetahuan Terhadap Posisi Tawar Konsumen Tentang Kemasan

Styrofoam

Pengetahuan konsumen dianggap penting karena akan mempengaruhi keputusan pembelian. Ketika konsumen memiliki pengetahuan yang lebih banyak, maka konsumen akan lebih baik dalam mengambil keputusan, konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu merecall informasi dengan lebih baik.

Tabel 5. Distribusi Posisi Tawar Menurut Tingkat Pengetahuan Konsumen

Tingkat Pengeta

huan

Posisi Tawar Tentang Kemasan

Styrofoam

Baik Sedang Kurang

N % n % n %

Baik 2 7,7 14 53,0 10 38,5 Sedang 3 25,0 5 41,7 4 33,3 Kurang 0 0 0 0 2 100 Hasil dari tabulasi silang menunjukkan hanya 7,7% konsumen yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dan melakukan posisi tawar dengan pedagang, dan berani tidak menerima makanan dengan kemasan Styrofoam. Mengacu kepada hasil tabulasi silang tersebut bahwa konsumen yang mempunyai pengetahuan baik tidak semuanya melakukan tindakan posisi tawar terhadap kemasan Styrofoam

yang dijadikan wadah makanan. Konsumen hanya dapat menerima makanan dengan kemasan Styrofoam dan dapat melakukan posisi tawar jika pedagang mempunyai kemasan jenis lain dan jika Styrofoam dilapisi dengan daun pisang.

Menurut Azwar (2005),

pengetahuan seseorang akan

mempengaruhi sikap dan tindakannya. pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam hal ini posisi tawar dapat dikatakan sejalan apabila pengetahuan seseorang baik dan sikapnya juga baik. Berdasarkan teori tersebut pengetahuan konsumen belum sejalan dengan tindakan posisi tawar konsumen karena pengetahuan konsumen yang baik dengan posisi tawar baik hanya 7,7% sedangkan dengan pengetahuan baik dan posisi tawar sedang sebesar 53,0%.

Pengaruh Sikap Terhadap Posisi Tawar Konsumen Tentang Kemasan Styrofoam Sikap dari konsumen juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Sikap yang digunakan konsumen memilih makanan yang dikemas dengan kemasan yang aman dapat mempengaruhi posisi tawar.

(6)

Tabel 6. Distribusi Posisi Tawar Tentang kemasan Styrofoam Sebagai Wadah Makanan Menurut Sikap konsumen

Tingkat Sikap

Posisi Tawar Tentang Kemasan

Styrofoam

Baik Sedang Kurang

N % n % n %

Baik 5 15,2 19 15,7 9 27,3

Sedang 0 0 0 0 7 100

Hasil dari tabulasi silang menunjukkan bahwa sikap konsumen dengan kategori baik sebanyak 15,2%. Sebanyak 27,3% sikap konsumen baik tetapi tindakan posisi tawar kurang.

Mengacu kepada hasil tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa sikap konsumen yang baik tidak sejalan dengan tindakan posisi tawar terhadap kemasan Styrofoam sebagai wadah makanan. Sikap yang ditunjukkan konsumen dengan memilih kemasan daun pisang lebih aman dari kemasan Styrofoam

tidak mempengaruhi posisi tawar konsumen, karena dalam hal ini pedagang tidak memiliki kemasan selain Styrofoam, sehingga konsumen tidak dapat melakukan tindakan posisi tawar.

Alasan konsumen dengan menerima makanan dengan kemasan

Styrofoam adalah pedagang tidak memiliki kemasan selain Styrofoam sedangkan konsumen menginginkan makanan yang dijual pedagang, sehingga konsumen terpaksa menerima makanan yang dikemas dengan Styrofoam. Selain itu konsumen juga merasa kemasan Styrofoam praktis dan terlihat bagus untuk kemasan makanan sehingga konsumen menerima makanan yang dikemas dengan kemasan Styrofoam. Apalagi konsumen enggan meminta tukar kemasan karena akan memakan waktu lama untuk mengganti kemasan Styrofoam

dengan kemasan lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap dengan posisi tawar konsumen tentang penggunaan kemasan

Styrofoam sebagai wadah makanan di

Amaliun Foodcourt ditemukan bahwa pengetahuan dan sikap konsumen tidak sejalan dengan posisi tawar, konsumen memilih menerima makanan dengan kemasan Styrofoam karena selain keinginan akan makanannya juga pedagang yang tidak mempunyai alternatif kemasan jenis lain untuk dipilih oleh konsumen. Sedangkan alasan pedagang tidak mempunyai kemasan selain

Styrofoam karena kemasan Styrofoam

sudah dapat membungkus makanan yang dijual dan lebih hemat serta praktis menggunakannya, jika menambah kemasan lain pedagang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk kemasan.

Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa konsumen memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, tetapi pada tindakan posisi tawar konsumen tidak bisa melakukan Karena tidak tersedianya alternatif kemasan jenis lain.

SARAN

1. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk wilayah Medan hendaknya meningkatkan pemberian informasi kepada masyarakat tentang kemasan yang aman digunakan untuk pembungkus makanan. Selain itu BPOM harusnya memberikan solusi kemasan yang aman sebagai kemasan pangan kepada masyarakat.

2. Kepada pedagang yang menggunakan kemasan Styrofoam agar menambah pengetahuan dan informasi dalam hal kemasan yang aman untuk makanan, terutama kemasan yang aman untuk makanan berminyak/berlemak dan panas.

3. Kepada masyarakat sebagai konsumen jika ingin membeli makanan yang berminyak/berlemak dalam keadaan panas dan ingin dibawa pulang sebaiknya membawa wadah sendiri dari rumah, atau menyantap makanan langsung di lokasi tempat makan.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin., 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. InfoPOM, 2008. Kemasan Polistirena

Foam (Styrofoam). InfoPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Vol. 9, No. 5,

September 2008: 1-3.

http://perpustakaan.pom.go.id/Kolek siLainnya/ InfoPOM/0508.pdf. Diakses pada 27 Agustus 2015. Khomsan, Ali., 2003. Pangan dan Gizi

Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali Press. Jakarta.

Sulchan, Mohammad., & Nur, Endang., 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Maj Kedokt Indon, Volum: 57.

Sumarwan, U., 2004. Perilaku

Konsumen, Teori dan

Penerapannya dalam Pemasaran. Penerbit Kerja Sama : PT. Ghalia Indonesia dengan MMA-Institut Pertanian Bogor.

Warta POM, Press Release & Public Warning Kemasan Pangan Vol 7

edisi Juli

2009.http://perpustakaan.pom.go.id/ KoleksiLainnya/Buletin%20Warta% 20POM/0409.pdf 2009. Diakses 27 agustus 2015.

(8)

Gambar

Tabel  2.  Distribusi  kategorik  Pengetahuan  Konsumen   No  Pengetahuan Tentang  Kemasan Styrofoam  Jumlah  %  1
Tabel  4. Distribusi  Kategorik Posisi  tawar  Konsumen    No  Posisi Tawar  Konsumen  Jumlah  %  1

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan pemilik tempat makanan jajanan tentang penggunaan Styrofoam sebagai kemasan makanan di Kelurahan

Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya responden dengan tindakan sedang telah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan..

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap produk mi instan yang dikemas dalam styrofoam dengan pengetahuan penggunaan bahan styrofoam pada

Selain itu pada penelitian ini yang respondennya adalah penjual makanan Online , dari hasil analisis masih menemukan bahwa ada 9 orang (28,2%) yang memiliki

Dimana tujuan khusus dari penelitian ini ialah, (1) untuk mengetahui karakteristik penjamah makanan kapal penumpang yang berlabuh di Pelabuhan Makassar tahun 2016,

Bermaksud melakukan penelitian mengenai FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN WADAH STYROFOAM SEBAGAI KEMASAN MAKANAN PADA PENJUAL MAKANAN JAJANAN DI DKI

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih tahun 2010 tentang “Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pemilik Tempat Makanan Jajanan tentang

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap sebagian pedagang memiliki sikap unfavourable pedagang faktor yang mempengaruhi pemilik warung rumah makan masih memilih menggunakan