• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Kecenderungan angka penemuan kasus baru kusta di 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Sejak tahun 2006 – 2010 kecenderungan angka penemuan kasus baru kusta dari 38 kabupaten/kota provinsi Jawa Timur menunjukkan penurunan meskipun terjadi lonjakan kenaikan angka penemuan kasus pada tahun 2009. Kecenderungan tersebut ditampilkan dalam grafik seperti berikut:

Universitas Indonesia

Grafik 5.1 Kecenderungan angka penemuan kasus baru penyakit kusta (CDR) per 100.000 penduduk dari 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Dari grafik 5.1 di atas terlihat bahwa pada tahun 2006 rata-rata angka penemuan kasus baru dari 38 kabupaten/kota adalah 14,29 per 100.000 penduduk. Angka tersebut terus menurun hingga tahun 2008 sehingga menjadi 12,83 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2009, terjadi kenaikan angka penemuan yaitu sebesar 14,63 per 100.000 penduduk, kemudian pada tahun 2010 kembali menurun hingga menjadi 12,37 per 100.000 penduduk.

26

Universitas Indonesia

Grafik 5.2 Kecenderungan angka penemuan kasus baru penyakit kusta (CDR) per 100.000 penduduk berdasarkan wilayah kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun

2006-2010

Dari grafik 5.2 di atas terlihat bahwa angka penemuan kasus baru kusta di 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006 hingga tahun 2008 cenderung menurun meskipun pada tahun 2009 menunjukkan peningkatan dan kembali menurun pada tahun 2010. Wilayah kabupaten/kota yang menunjukkan penurunan angka penemuan kasus baru kusta antara lain Jombang, Kediri, Malang, kota Malang Mojokerto, Ngawi, Pacitan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Sampang, Tuban, dan Sidoarjo.

Universitas Indonesia Gambar 5.2 Penemuan kasus baru penyakit kusta (CDR) per 100.000 penduduk

28

Universitas Indonesia

Gambar 5.2 di atas menunjukkan bahwa wilayah kabupaten/kota yang berada di sebelah utara penemuan kasus baru kustanya lebih tinggi dibandingkan wilayah kabupaten/kota yang terletak di sebelah selatan. Penemuan kasus baru kusta paling tinggi berada di kabupaten Sampang dengan CDR 64,29 per 100.000 penduduk. Penemuan kasus baru penyakit kusta terendah berada di kota Batu dengan CDR 0,22 per 100.000 penduduk.

5.2.2 Kecenderungan proporsi penemuan kasus kusta secara pasif di 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Penemuan kasus kusta secara pasif dari 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006-2010 cenderung menunjukkan peningkatan meskipun pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan. Berikut adalah tampilan kecenderungan penemuan kasus kusta secara pasif dari 38 kabupaten/kota provinsi Jawa Timur.

Grafik 5.3 Kecenderungan penemuan kasus kusta secara pasif dari 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Dari grafik 5.3 di atas terlihat bahwa pada tahun 2006 rata-rata proporsi penemuan kasus kusta secara pasif dari 38 kabupaten/kota adalah 64,71%. Angka tersebut meningkat hingga tahun 2007 sehingga menjadi 71,46%. Pada

Universitas Indonesia

tahun 2008 dan 2009, terjadi penurunan dan kembali meningkat hingga menjadi 73,59% pada tahun 2010.

Grafik 5.4 Kecenderungan penemuan kasus kusta secara pasif berdasarkan wilayah kabupaten/kota provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Dari grafik 5.4 di atas terlihat bahwa proporsi penemuan kasus kusta secara pasif di 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 cenderung menunjukkan peningkatan meskipun terjadi penurunan penemuan di tahun 2008 dan 2009. Proporsi penemuan kasus kusta secara pasif paling tinggi berada di kabupaten Magetan dan kota Blitar dengan proporsi 100%. Proporsi penemuan kasus baru penyakit kusta secara pasif terendah berada di kabupaten Sumenep dengan proporsi 19,47%.

30

Universitas Indonesia

5.2.3 Kecenderungan penemuan kasus kusta secara aktif di 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Penemuan kasus kusta secara aktif dari 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 cenderung menunjukkan penurunan. Berikut adalah tampilan kecenderungan penemuan kasus kusta secara aktif dari 38 kabupaten/kota provinsi Jawa Timur.

Grafik 5.5 Kecenderungan penemuan kasus kusta secara aktif dari 38 kabupaten/kota provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Dari grafik 5.5 di atas terlihat bahwa pada tahun 2006 rata-rata proporsi penemuan kasus kusta secara aktif dari 38 kabupaten/kota adalah 32,66%. Angka tersebut terus menurun hingga tahun 2010 sehingga menjadi 23,78%.

Universitas Indonesia

Grafik 5.6 Kecenderungan penemuan kasus kusta secara aktif berdasarkan wilayah kabupaten/kota provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Dari grafik 5.6 di atas terlihat bahwa proporsi penemuan kasus kusta secara aktif di 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 cenderung menunjukkan penurunan. Proporsi penemuan kasus kusta secara aktif paling tinggi berada di kabupaten Sumenep dengan proporsi 80,53%. Proporsi penemuan kasus baru penyakit kusta secara pasif terendah berada di kota Batu, kota Blitar dan kabupaten Magetan dengan proporsi 0%.

5.2.4 Kecenderungan cakupan imunisasi BCG di 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Cakupan imunisasi BCG dari 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 cenderung menunjukkan peningkatan meskipun terjadi penurunan di tahun 2007. Berikut adalah tampilan kecenderungan cakupan imunisasi BCG dari 38 kabupaten/kota provinsi Jawa Timur.

32

Universitas Indonesia

Grafik 5.7 Kecenderungan cakupan imunisasi BCG dari 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Dari grafik 5.7 di atas terlihat bahwa pada tahun 2006 rata-rata cakupan imunisasi BCG dari 38 kabupaten/kota adalah 91,67%. Angka tersebut menurun pada tahun 2007 sehingga menjadi 88,97%. Namun sejak tahun 2007 cakupan imunisasi BCG terus meningkat hingga menjadi 103,10% pada tahun 2010.

Universitas Indonesia

Grafik 5.8 Kecenderungan cakupan imunisasi BCG berdasarkan wilayah kabupaten/kota provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Dari grafik 5.8 di atas terlihat bahwa proporsi cakupan imunisasi BCG di 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 cenderung menunjukkan peningkatan. Proporsi cakupan imunisasi BCG paling tinggi berada di kota Mojokerto dengan proporsi 119,64%. Cakupan imunisasi BCG terendah berada di kabupaten Sumenep dengan proporsi 67,67%.

5.2.5 Kecenderungan kepadatan penduduk di 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Kepadatan penduduk di 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 cenderung menunjukkan peningkatan. Berikut adalah tampilan kecenderungan kepadatan penduduk di 38 kabupaten/kota provinsi Jawa Timur.

34

Universitas Indonesia

Grafik 5.9 Kecenderungan kepadatan penduduk di 38 kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2006-2010

Dari grafik 5.9 di atas terlihat bahwa pada tahun 2006 rata-rata kepadatan penduduk dari 38 kabupaten/kota adalah 1714 jiwa. Angka tersebut terus menunjukkan peningkatan sehingga menjadi 1756 jiwa pada tahun 2010.

Grafik 5.10 Kecenderungan kepadatan penduduk berdasarkan wilayah kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur Tahun 2006-2010

Universitas Indonesia

Dari grafik 5.10 di atas terlihat bahwa kepadatan penduduk di 38 kabupaten/kota sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 cenderung menunjukkan peningkatan. Kepadatan penduduk paling tinggi berada di kota Surabaya yaitu sebesar 8285 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk terendah berada di kabupaten Pacitan dengan 380 jiwa per kilometer persegi.

5.2.6. Topografi di 38 wilayah kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur tahun 2010 Secara umum, provinsi Jawa Timur terbagi menjadi dua dataran yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Dataran tinggi merupakan dataran yang terletak di atas 100mdpl sedang dataran rendah merupakan dataran yang terletak di bawah 100mdpl.

Gambar 5.3

Topografi wilayah kabupaten/kota, provinsi Jawa Timur Tahun 2010

Dari gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa beberapa kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur memiliki topografi yang tinggi. Wilayah kabupaten/kota yang topografinya paling tinggi berada di kota Batu dengan ketinggian 871

36

Universitas Indonesia

mdpl. Sedang kota yang topografinya paling rendah berada di kota Surabaya dengan 2 mdpl.

Dokumen terkait