• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Analisis Univariat

5.1.1. Karakteristik Siswa SMA Raksana 1 Medan

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui sebagian besar responden berada pada kelompok umur > 15 Tahun 59,0%. Mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebesar 54,1% dan mayoritas pendidikan kelas XI dan kelas XII sebesar 65,6%. Karakteristik responden utuk tingkat pendidikan hanya dibagi kedalam dua bagian yaitu kelas X dan kelas XI/XII . Sejalan dengan hasil yang dikutip oleh Soebagijo (2008), ada sekitar 80% remaja berusia 15 sampai 17 tahun yang sudah mengakses materi pornografi di internet. Sedangkan untuk usia anak termuda pengakses situs porno yaitu usia 11 tahun atau sekitar anak kelas V sampai VI SD. Menurut Hurlock (2004) pada kelompok usia ini, teman sebaya memiliki peran yang penting dalam sebuah perubahan perilaku. Remaja juga mengembangan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

5.1.2. Jenis Media Sosial

Media-media yang telah banyak beredar tersebut memiliki daya tarik sendiri bagi remaja karena penyajiannya yang mudah dipahami dan terdapat banyak pilihan (Bungin 2001). Tetapi apapun bentuk media yang menyuguhkan pornografi dan dapat diakses oleh semua orang. Dari hasil penelitian ini terdapat pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang menggunakan media sosial 1-2 jenis media sosial sebanyak 67,1-2% responden dan yang menggunakan lebih dari 2 media sosial ada sebanyak 32,8% responden. Dalam penelitian terkait lainnya pada skala nasional Niesen (2014) terdapat 70% pengguna smartphone menggunakan Facebook sebagai jejaring sosial favorit mereka, diikuti oleh Twitter (36%) dan Google+ (11%). Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki media sosial dan mengunakan lebih dari dua media sosial. Media sosial yang bebagai jenis ini memberikan ketertarikan bagi para siswa untuk memperluas hubungan mereka dengan orang lain dan tidak sedikit juga yang menggunakannya untuk menambah jumlah teman baru.

5.1.3. Situs

Berdasarkan pengetahuan responden terhadap alamat situs porno, yang bisa dilihat pada tabel 4.3 diketahui bahwa sebanyak 16 orang siswa yang mengetahui situs porno (26,2%) siswa tidak mengetahui situs porno dan sebanyak 45 orang (73,8%) siswa mengetahui alamat situs porno. Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip oleh Eriandany (2006), bahwa situs porno mendorong terjadinya tindak kriminal dan perilaku seksual menyimpang. Selain itu juga situs

porno memungkinkan para penggunanya untuk melakukan berbagai komunikasi erotik melalui komputer mulai dari tingkatan bersifat godaan atau lelucon porno, pencarian dan tukar-menukar informasi mengenai pelayanan seksual sampai pada sikusi terbuka tentang perilaku seksual menyimpang. Komunikasi melalui internet seringkali digunakan untuk mengeksploitasikan pornographi yang melibatkan anak-anak dan remaja serta alat yang dipakai untuk menyamarkan identitas seksual seseorang dengan tujuan tertentu. Jadi ada kecenderungan mereka yang mengetahui situs porno untuk membukanya dan mengalami perilaku seks yang beresiko daripada mereka yang tidak mengetahui.

5.1.4. Intensitas Akses

Berdasarkan lamanya waktu mengakses situs porno, dari tabel 4.4 diketahui sebanyak 43 orang (70,5%) siswa intensitas penggunaanya ≤ 1 jam dan sebanyak 18 orang (29,5%) siswa intensitas penggunaanya >1 jam. Jika dikaitkan dengan kemudahan dalam mengakses melalui gadget yang saat ini ditawarkan beragam dengan harga yang ekonomis, dan di lapangan sendiri melalui wawancara secara informal peneliti menemukan bahwa semua responden memakai Handphone yang sudah dapat mengakses media sosial tanpa harus ke warnet. Hasil survey Nielsen (2014) menemukan bahwa mayoritas pengguna smartphone di Indonesia menggunakan media sosial lebih dari 4 jam perharinya.

5.1.5. Perilaku Seks

Perilaku seksual remaja meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan sebagai berikut ini:

5.1.5.1 Pengetahuan Responden

Pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang individu agar ia berbuat sesuatu , adapun salah satu unsurnya adalah keyakinan dan kebenaran dari apa yang dilakukannya .Berdasarkan analisis diketahui dari tabel 4.5 Pengetahuan responden tentang seksual mayoritas siswa paling banyak menjawab salah yaitu pengertian perilaku seksual sebesar 55,7%. Mayoritas siswa menjawab kurang tepat penyebab remaja melakukan hubungan seksual sebesar 57,4% sedangkan mayoritas siswa menjawab tepat yaitu menunjukkan bacaan/gambar/video berbau pornografi melalui media elektronik dilarang secara hukum sebesar 65,6%. Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan informasi.

Hal berbeda yang didapatkan peneliti ketika melakukan penelititan yang menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa berasal dari sumber informasi yang telah di sosialisasikan dari teman dan media Internet yang ada oleh karena itu, Salah satu media yang banyak dikonsumsi oleh remaja terutama kaum pelajar SMA adalah media sosial karena itu perlu diperhatikan karena media sosial sekarang sudah menjadi salah satu cara berkomunikasi era modern yang lebih efektif diantara media lainnya dari hasil penelitian ini berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa siswa lebih banyak tahu pengertian situs porno adalah situs yang berisikan gambar-gambar porno yang dapat diperoleh dalam bentuk gambar dan video (94,2%) daripada situs yang berisikan cerita berbagai versi hubungan

seksual dalam bentuk narasi atau pengalaman pribadi detail dan vulgar (58,7%). Sejalan dengan pendapat Anonim (2006), dimana situs porno merupakan situs yang berisikan cerita fiksi, gambar-gambar maupun video yang didesain untuk keperluan kepuasan atau kesenangan seksual. Dalam berbagai bentuk situs-situs porno tersebut dapat dengan mudah diakses oleh anak-anak dan remaja. Situs-situs porno di internet pun seolah menjadi “lokasi hiburan” para remaja dalam memuaskan hasrat seksualnya. Menurut hasil catatan Sony Set (2007), perkembangan situs dan video porno di dunia luar biasa besar dan hampir 10 kali lipat tiap tahunnya. Sampai pada tahun 2005 sudah ada sekitar 4,5 juta situs dan video porno di internet.

Sedangkan situs porno yang kini tersedia lebih beragam dan dapat dijangkau oleh siapa pun termasuk anak-anak dan remaja. Umumnya materi yang disajikan hadir bukan secara kebetulan atau tanpa tujuan.

5.1.5.2.Sikap Responden

Distribusi sikap responden tentang seksual sebanyak 12 orang (19,7%) yang bersikap baik dan yang berap buruk sebanyak 49 orang (80,3%). Menurut Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu terperilaku yang tertutup sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Setiap orang memiliki

sikap dan perilaku yang berbeda terhadap sebuah persoalan. Terkait dengan fenomena pornografi yang menjadi bahan gunjingan hangat di masyarakat, remaja mempunyai sikap-sikap yang berbeda-beda. Berdasarkan pemahaman yang beragam yang dikemukakan oleh para remaja, sikap mereka pun sesungguhnya juga beragam. Sikap itu tidak terpisahkan dengan pandangannya. Artinya, sikap para remaja sejalan dengan pandangannya masing-masing. Ada yang menyatakan bahwa pornografi itu merupakan sesuatu yang terbuka dan tidak layak dipertontonkan.

5.1.5.3. Tindakan Responden

Sebuah tindakan merupakan suatu bentuk perilaku yang sudah konkrit berubah perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar yang dapat dibedakan menjadi bentuk persepsi,respon terpimpin,mekanisme dan adopsi. Suatu tindakan perlu diamati dan dilakukan penelitian yang dikarenakan sebua sikap dan pengetahuaan yang sudah baik belum tentu tertutup menjadi suatu tindakan yang baik hal ini sesuai menurut Notoatmodjo (2007) yang mnyatakan bahwa suatu sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Distribusi tindakan responden tentang seksual yaitu tindakan siswa baik sebanyak 41 orang (67.2%) dan tindakan siswa buruk sebanyak 20 orang (32,8%).

Dokumen terkait