• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku Seks Pada Pelajar Raksana 1 Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku Seks Pada Pelajar Raksana 1 Medan Tahun 2014"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU SEKS PADA PELAJAR SMA RAKSANA 1 MEDAN 2014

SKRIPSI

Oleh

YOGIE TOGAMA SIMANUNGKALIT NIM. 081000184

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU SEKS PADA PELAJAR SMA RAKSANA 1 MEDAN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

YOGIE TOGAMA SIMANUNGKALIT NIM. 081000184

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ii

mampu memilah bahkan membatasi diri dalam penggunaan internet. Mengakses pornografi di internet adalah hal yang paling mudah diakses oleh siapapun, bahkan media sosial sekarang ini telah terpengaruh dengan hal-hal berupa pornografi seperti video singkat atau pesan berupa iklan yang menampilkan konten dewasa. Indonesia menempati peringkat ketujuh dunia dalam hal mengakses situs porno dan remaja merupakan kaum yang paling rentan terkena dampak pornografi dari mengakses media sosial.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku seks bebas pada pelajar SMA Raksana 1 Medan tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Raksana 1 Medan dan sampel yang diambil sebanyak 61 Siswa SMA Raksana 1 Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu stratified Random Sampling. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Chi-Square.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa ada hubungan bermakna antara intensitas terhadap jenis media dengan pengetahuan siswa di SMA Swasta Raksana 1, tidak ada hubungan antara jenis media dan alamat situs terhadap jenis media dengan pengetahuan. Tidak ada hubungan antara jenis media, alamat situs dan intensitas terhadap sikap siswa. Ada hubungan bermakna antara jenis media, alamat situs, intensitas penggunaan media sosial terhadap tindakan seksual pada remaja

Sebagai rekomendasi dalam penelitian ini maka diharapkan kepada pihak sekolah dan orang tua agar lebih mengawasi serta memberikan pengertian yang baik terhadap pengguanan media sosial bagi para siswa.

(5)

iii

able to sort out even limiting themselves for using the internet. Accessing pornography on the internet can be easily accessed by anyone, even social media now have been affected by things such as pornography as a short video or message in the form of advertisements that feature adult content. Indonesia as ranks seventh world in terms of accessing porn sites and adolescents are the most vulnerable to the impact of pornography from accessing social media.

This study was purposed to determine the effect of using the social media to the free sex on students Raksana 1 High School Medan.This research is a quantitative analytical research. The population in this study were all student in Raksana 1 High School Medan and samples taken as many as 61 students Raksana 1 High School Medan. The sampling technique used is stratified random sampling. Data were obtained through interviews with the questionnaire and analyzed using Chi-Square test.

Based on the research results obtained that there is a significant relations between the intensity of the media types with high school students' knowledge in Raksana 1 High School Medan , there is no relationship between the type of media and website address of the types of media with knowledge. There is no relationship between the type of media, website address and the intensity of the attitudes of students. There is a significant relationship between the type of media, website address, the intensity of using social media to sexual behavious in adolescents

As a recommendation in this research it is expected that the school and parents to better supervise and provide a better understanding for students to use social media.

(6)

iv

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 17 April 1990

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jalan Sei. Mencirim no. 104/60 - Medan. Nama Orangtua: Ayah : AKBP. AE. Simanungkalit, S.H., M.H.

Ibu : S. Napitupulu, S.H.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 – 1996 : TK. Santo Thomas 1 Medan

Tahun 1996 – 2002 : SD Swasta Santo Antonius 1 Medan Tahun 2002 – 2005 : SMP Swasta Putri Cahaya

(7)

v

kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : ”Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku Seks Pada Pelajar Raksana 1 Medan Tahun 2014.”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Peasihat Akademik. 2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan

Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr.Drs. R.Kintoko.R, MKM selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 5. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

(8)

vi

Mama Sondang Napitupulu, S.H. Serta Kakak dan Adik kandung saya ( Nancy Afriany Simanungkalit, Amd. Kep., Bripda. Inyoman Wira Simanungkalit, Bripda. Pamawinda Simanungkalit.) Keluarga Besar saya (Keluarga Simanungkalit dan Napitupulu) yang tidak pernah lelah memberikan dukungan baik secara moral ataupun material dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman sekaligus keluarga baru saya, PARBADA terutama Vina Rahayu Purba, Dwisyahputra Hutagalung. SKM., Rindika Bondon Siregar, SKM., dan Vita Ivana Melina Tambunan. SKM. yang telah banyak membantu saya serta memberikan semangat kepada penulis dan telah berbagai suka dan duka selama belajar di FKM USU

9. Dan terimakasih juga untuk Teman- teman HKBP MORIA saya.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2015 Penulis

(9)

vii

Abstract ………. ii

Daftar Riwayat Hidup ……… iii

Kata Pengantar ……….. iv

Daftar Isi ……… vii

Daftar Tabel ……… xi

Daftar Gambar ……… xii

Daftar Lampiran ………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Konsep Perilaku ... 8

2.2. Domain Perilaku ... 10

2.2.1. Pengetahuan ... 10

2.2.2. Sikap ... 12

2.2.3. Tindakan ... 13

2.3. Faktor Terjadinya Perilaku ... 14

2.3.1. Faktor Predisposisi (predisposing Factor) ... 14

2.3.2. Faktor pemungkin (Enabling Factor)... 15

2.2.3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor) ... 15

(10)

viii

2.6.2. Bentuk Media Sosial ... 22

2.6.3. Situs Jejaring Sosial ... 25

2.6.4. Klasifikasi Pengguna Internet ... 26

2.7. Remaja dan Perkembangannya ... 28

2.7.1. Pengertian Masa Remaja ... 28

2.7.2. Ciri Masa Remaja ... 28

2.7.3. Tahap Perkembangan Masa Remaja ... 31

2.8. Perkembangan Seksual Masa Remaja ... 33

2.9. Kerangka Konsep Penelitian ... 34

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 35

3.2.2. Waktu Penelitian ... 35

3.3. Populasi dan Sampel ... 35

3.3.1. Populasi ... 36

3.3.2. Sampel ... 36

3.4. Teknik pengumpulan data ... 37

3.4.1. Data Primer ... 37

3.4.2. Data Sekunder ... 37

(11)

ix

3.6.1.2. Pengukuran Sikap ... 40

3.6.1.3. Pengukuran Tindakan ... 40

3.6.2. Instrumen ... 41

3.7. Teknik Analisa dan Pengolahan Data ... 42

3.7.1. Analisa Data ... 42

3.7.2. Pengolahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 44

4.2. Karakteristik Responden... 44

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 45

4.3. Penggunaan Media Sosial ... 45

4.3.1. Jenis Media... 45

4.3.2. Alamat Situs ... 45

4.3.3. Intensitas Penggunaan ... 46

4.4. Perilaku Seksual ... 46

4.4.1. Pengetahuan Responden... 46

4.4.2. Sikap Responden ... 48

4.4.3. Tindakan Responden ... 51

4.5. Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Pengetahuan pada Remaja... 53

4.5.1. Hubungan Jenis Media dengan Pengetahuan pada Remaja ... 53

(12)

x

4.6.2. Hubungan Alamat Situs dengan Sikap pada Remaja ... 56

4.6.3. Hubungan Intensitas dengan Sikap pada Remaja ... 56

4.7. Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Tindakan pada Remaja... 57

4.7.1. Hubungan Jenis Media dengan Tindakan pada Remaja ... 57

4.7.2. Hubungan Alamat Situs dengan Tindakan pada Remaja ... 58

4.7.3. Hubungan Intensitas dengan Tindakan pada Remaja ... 59

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1. Analisis Univariat ... 60

5.1.1. Karakteristik Siswa SMA Raksana 1 Medan ... 60

5.1.2. Jenis Media Sosial ... 61

5.1.3. Situs ... 61

5.1.4. Intensitas Akses ... 62

5.1.5. Perilaku Seks ... 63

5.1.5.1. Pengetahuan Responden ... 63

5.1.5.2. Sikap Responden... 65

5.1.5.3. Tindakan Responden... 65

5.2. Analisis Bivariat ... 66

5.2.1. Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Pengetahuan pada Remaja... 66

5.2.1.1. Hubungan Jenis Media dengan Pengetahuan pada Remaja ... 66

5.2.1.2. Hubungan Alamat Situs dengan Pengetahuan pada Remaja... 66

(13)

xi

5.2.2.3. Hubungan Intensitas dengan Sikap pada Remaja ... 68

5.2.3. Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Tindakan pada Remaja... 69

5.2.3.1. Hubungan Jenis Media dengan Tindakan pada Remaja ... 69

5.2.3.2Hubungan Alamat Situs dengan Tindakan pada Remaja ... 70

5.2.3.3. Hubungan Intensitas dengan Tindakan pada Remaja ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Saran ... 75

(14)

ii

mampu memilah bahkan membatasi diri dalam penggunaan internet. Mengakses pornografi di internet adalah hal yang paling mudah diakses oleh siapapun, bahkan media sosial sekarang ini telah terpengaruh dengan hal-hal berupa pornografi seperti video singkat atau pesan berupa iklan yang menampilkan konten dewasa. Indonesia menempati peringkat ketujuh dunia dalam hal mengakses situs porno dan remaja merupakan kaum yang paling rentan terkena dampak pornografi dari mengakses media sosial.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku seks bebas pada pelajar SMA Raksana 1 Medan tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Raksana 1 Medan dan sampel yang diambil sebanyak 61 Siswa SMA Raksana 1 Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu stratified Random Sampling. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Chi-Square.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa ada hubungan bermakna antara intensitas terhadap jenis media dengan pengetahuan siswa di SMA Swasta Raksana 1, tidak ada hubungan antara jenis media dan alamat situs terhadap jenis media dengan pengetahuan. Tidak ada hubungan antara jenis media, alamat situs dan intensitas terhadap sikap siswa. Ada hubungan bermakna antara jenis media, alamat situs, intensitas penggunaan media sosial terhadap tindakan seksual pada remaja

Sebagai rekomendasi dalam penelitian ini maka diharapkan kepada pihak sekolah dan orang tua agar lebih mengawasi serta memberikan pengertian yang baik terhadap pengguanan media sosial bagi para siswa.

(15)

iii

able to sort out even limiting themselves for using the internet. Accessing pornography on the internet can be easily accessed by anyone, even social media now have been affected by things such as pornography as a short video or message in the form of advertisements that feature adult content. Indonesia as ranks seventh world in terms of accessing porn sites and adolescents are the most vulnerable to the impact of pornography from accessing social media.

This study was purposed to determine the effect of using the social media to the free sex on students Raksana 1 High School Medan.This research is a quantitative analytical research. The population in this study were all student in Raksana 1 High School Medan and samples taken as many as 61 students Raksana 1 High School Medan. The sampling technique used is stratified random sampling. Data were obtained through interviews with the questionnaire and analyzed using Chi-Square test.

Based on the research results obtained that there is a significant relations between the intensity of the media types with high school students' knowledge in Raksana 1 High School Medan , there is no relationship between the type of media and website address of the types of media with knowledge. There is no relationship between the type of media, website address and the intensity of the attitudes of students. There is a significant relationship between the type of media, website address, the intensity of using social media to sexual behavious in adolescents

As a recommendation in this research it is expected that the school and parents to better supervise and provide a better understanding for students to use social media.

(16)

1

Sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat dunia dalam suatu demonstrasi di International Computer Communication Conference (ICCC) pada bulan Oktober 1972, media internet telah mengalami perkembangan pesat. Terbukti dari yang semula hanya beberapa unit di lingkungan ARPANET (Advanced Research Projects Agency NETwork), internet diperkirakan.

Country Ambassador Yahoo! Indonesia, Roy Simangunsong, mengatakan bahwa untuk saat ini pengguna internet tiap harinya mencapai kurang lebih 87 juta pengguna, berdasarkan data yang dimiliki pengguna berdasarkan sebuah situs yang bernama Detikinet, diketahui bahwa jumlah pengguna internet di dunia hingga bulan Januari 2012 mencapai angka 2,4 miliar user (pengguna) dan jumlah situs yang tercatat ada lebih dari 654 juta website. Hal ini mengindikasikan bahwa kehadiran internet sebagai media informasi dan komunikasi semakin diterima dan dibutuhkan oleh masyarakat dunia.

(17)

dapat dilihat juga fenomena makin meluasnya fasilitas-fasilitas yang menyediakan akses internet di kota-kota besar Indonesia saat ini, dimana tempat akses internet tidak hanya bisa ditemui di warung internet (warnet) saja, tapi juga di sekolah, perpustakaan-perpustakaan, bahkan di area-area publik yang telah memasang hotspot wifi (wireless fidelity).

Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information Communication and Technology (ICT) menjadi sangat pesat. Hal ini terjadi pada negara-negata di dunia, baik negara-negara maju maupun negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia, sebagai akibat terjadinya revolusi interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Menurut Soekanto (1974), terdapat dua syarat utama dalam sebuah interaksi sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Perkembangan teknologi dewasa ini, telah menyebabkan seseorang melakukan kontak sosial tidak hanya melalui hubungan badaniah, tetapi juga melalui hubungan jarak jauh yang dijembatani oleh media komunikasi seperti internet.

(18)

Di Indonesia, perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat juga telah dirasakan akibat masuknya pengaruh internet. Bagi orang-orang yang tinggal di kota, khususnya kota-kota yang ada di Indonesia, peran internet dijadikan kebutuhan informasi utama karena saat ini masyarakat kota cenderung haus akan informasi, apabila tidak mengenyam informasi satu hari saja rasa-rasanya hidup ini menjadi serba gelisah tidak menentu dan takut dianggap ketinggalan zaman (Purwaningsih, 2008). Teknologi ini sudah dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat. Remaja sebagai salah satu pengguna fasilitas internet belum mampu memilah bahkan membatasi diri dalam penggunaan internet. Tidak seperti orang dewasa yang pada umumnya sudah mampu menyaring hal-hal baik ataupun buruk dari internet, remaja sebagai salah satu pengguna internet justru sebaliknya.

Mengakses pornografi di internet adalah hal yang paling mudah diakses oleh siapapun, apalagi perkembangan situs porno yang semakin hari semakin meningkat di internet. Hal ini sejalan dengan apa yang dilaporkan oleh American Demographics Magazine bahwa situs-situs porno di internet dewasa ini meningkat dari 22.100 situs pada 1997 menjadi 280.000 pada tahun 2000 atau melonjak lebih banyak dari kurun waktu tiga tahun, (Mudiarjo Nainggolan, 2008). Cooper (1998) juga menegaskan bahwa seks ataupun hal-hal yang berbau porno menempati urutan pertama topik yang paling digemari dan dicari oleh para pengguna internet di Amerika.

(19)

ketujuh dunia dalam hal mengakses situs porno setelah Pakistan, India, Mesir, Turki, Aljazair, dan Maroko. Namun kondisi ini terus meningkat menjadi peringkat kelima pada tahun 2007 dan menjadi peringkat ketiga pada tahun 2009.

Selain, belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, remaja juga cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial mereka tanpa mempertimbangkan terlebih dulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Apalagi rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada masa remaja sangat kritis dan penting guna pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Menurut Robby Susatyo, para remaja mengenal seks pertama kali bukan dari sumber yang tepat. Sekitar 50% remaja ternyata mengenal seks dari kawannya, 35% tahu tentang seks dari film porno, dan hanya 15% remaja yang merasa nyaman berbicara masalah seks dengan ibunya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika selama ini perilaku online remaja selalu dijadikan sorotan utama untuk dikaji, baik oleh pihak pemerintah maupun lingkungan akademi.

(20)

dunia kerja, sekolah, dan layanan kesehatan yang bernama Pew Internet and American Life Project, dimana objek studi yang kerapkali dijadikan survei mereka

adalah remaja. Kegiatan mengakses situs sosial dilakukan pelajar tingkat SMA saat ini sedikit banyaknya menyita waktu mereka di samping memakan sejumlah biaya untuk mengkases tidak menjadi hirauan bagi sejumlah pelajar dan mereka merasa bahwa itu sudah menjadi kebutuhan penting bagi mereka. Saat ini peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh pengunaan media sosial terhadap perilaku seks remaja tingkat SMA.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa masalah remaja bukan hanya persoalan narkoba dan HIV/AIDS. Persoalan seks bebas kini juga menjadi masalah utama remaja di Indonesia. Hal tersebut harus segera ditangani mengingat jumlah remaja terbilang besar, yakni mencapai 26,7 persen dari total penduduk Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada 2007 lalu menemukan perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2009 pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. Hasilnya menunjukkan sebanyak 35,9 % remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, sebanyak 6,9 % responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.

(21)

biasanya benteng pertahanan masih labil, terangsang sajian yang ada di internet yang berbau pornografi membuat remaja tidak mampu menahan dorongan seksualnya, karena tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melindungi diri dari kesulitan yang tidak diharapkan.

Fenomena terbaru dari dampak negatif penggunaan internet saat ini adalah cybersex. Fenomena seks yang baru dan fenomena yang sedang hangat-hangatnya

diperbincangkan dalam perkembangan teknologi internet, dimana cybersex tersebut semakin hari semakin banyak penggemarnya terutama pada remaja dan hal seperti cybersex ini ditawarkan oleh situs media sosial yang beragam dari layanan gratis hingga media sosial yang mengkomersilkan diri. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dalam rangka mengetahui hubungan penggunaan media sosial dengan perilaku seksual pada remaja.

1.2. Perumusan Masalah

Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku seksual pada pelajar SMA Raksana 1 Medan tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku seks bebas pada pelajar SMA Raksana 1 Medan tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

(22)

2. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang seks bebas.

3. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap penggunaan media sosial dan tindakan seks bebas.

4. Untuk mengetahui hubungan penggunaan media sosial dengan perilaku seks bebas.

5. Mengetahui faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku seks bebas pada pelajar SMA Raksana 1 Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi berbagai pihak.

1. Bagi pihak sekolah sebagai bahan informasi mengenai perilaku kebiasaan siswa dalam menggunakan media sosial dengan perilaku seksual sehingga pihak sekolah dapat melakukan pengendalian perilaku siswa SMA Raksana 1 Medan tahun 2014.

(23)

8

Seperti yang dikemukakan mengenai perilaku dimana perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003). Manusia sebagai salah satu mahluk hidup mempunyai aktifitas yang dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu aktivitas yang dapat dilihat oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

2.1. Konsep Perilaku

Pada dasarnya setiap perilaku berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan mengenai tujuan spesifik tersebut (Winardi, 2004). Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil dari konstruksi teori-teori dan riset, sebagai berikut:

Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karena sesuatu hal Perilaku ditunjukan ke arah sasaran tertentu

Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur

(24)

Perilaku dimotivasi

Menurut seorang ahli psikologi Skinner yang dikutip dari Notoatmodjo (2007) beliau mendapati bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus (rangsangan dari luar). Oleh sebab itu perilaku manusia terjadi melalui proses Stimulus, Organisme, dan Respons, sehingga teori Skinner disebut teori “S-O-R”. Teori Skinner juga menjelaskan adanya 2 jenis respons yaitu:

a. Responden respon atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan dan sebagainya.

b. Operant respon atau instrumental respon yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Skinner dalam Notoatmodjo (2003) juga membedakan dengan dua bentuk hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Bentuk respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang lain. Respons terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

b. Perilaku terbuka (overt behaviour)

(25)

"observable behavior". Yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.2. Domain Perilaku

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (seorang ahli psikologi pendidikan) dalam Notoatmodjo (2003) membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 tingkat ranah yakni :

a. Kognitif (cognitive) b. Afektif (affective)

c. Psikomotor (psychomotor)

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1. Tahu (know)

(26)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.2. Sikap

(27)

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek . b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Menurut Notoatmodjo (2007), sikap juga memiliki beberapa tingkatan seperti yang dimiliki oleh pengetahuan, yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

(28)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo (2007) membagi tingkatan tindakan atau praktik menjadi 4, yaitu :

a. Persepsi (perception)

Mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Dimana seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

(29)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Faktor Terjadinya Perilaku

Green (Notoatmodjo,2005) menganalis bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Sedangkan perilaku itu sendiri khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga faktor yaitu :

2.3.1. Faktor Predisposisi ( Predisposing factor )

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain :

a) Pengetahuan b) Sikap

c) Kepercayaan d) Keyakinan e) Nilai-nilai f) Tradisi dsb.

2.3.2. Faktor pemungkin (Enabling factor)

(30)

fasilitas untuk terjadinya perilaku, misalnya majalah atau internet yang dapat digunakan siswa sebagai sarana untuk mengetahui tentang kesehatan reproduksi, misalnya :

a) Puskesmas b) Posyandu c) Rumah sakit

d) Media cetak dan elektronik

2.3.3. Faktor Penguat (Reinforcing faktor )

Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya, misalnya :

a) Ada anjuran dari orang tua, guru, toga, toma, sahabat, dll.

Secara sistematis, perilaku menurut green itu dapat digambarkan sebagai berikut :

B : Behavior F : Fungsi

Pf : Predisposising factor Ef : Enabling factor Rf : Reinforcing factor

(31)

2.4. Perilaku Seks Bebas

Bentuk perilaku seks pranikah memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam aktivitasnya. Bentuk perilaku seks pranikah ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pasangan tanpa ada ikatan pernikahan.

Reiss (dalam Duvall & Miller 1985), membagi bentuk perilaku seks pranikah itu menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Bersentuhan (touching), antara lain berpegangan tangan, berpelukan. 2. Berciuman (kissing), batasan dari perilaku ini adalah mulai dari hanya

sekedar kecupan (light kissing), sampai dengan (french kiss) yaitu adanya aktivitas atau gerakan lidah di mulut (deep kissing).

3. Bercumbu (petting), yaitu merupakan bentuk dari berbagai aktivitas fisik secara seksual, antara pria dan perempuan, yang lebih dari sekedar berciuman atau berpelukan yang mengarah kepada pembangkit gairah seksual, namun belum sampai berhubungan kelamin. Pada umumnya bentuk aktivitas yang terlibat dalam petting ini, melibatkan perilaku mencium, menyentuh atau meraba, menghisap, dan menjilat pada daerah-daerah pasangan; seperti mencium payudara pasangan perempuan, atau mencium alat kelamin pasangan pria.

4. Berhubungan kelamin (sexsual intercourse), yaitu adanya kontak antara penis dan vagina, dan terjadi penetrasi penis kedalam vagina.

(32)

1. Berciuman (kissing) 2. Berpelukan (necking) 3. Bercumbu (petting)

4. Kontak alat vital (genital contact)

Menurut Nevid, Rathus & Rathus (1995), terdapat beberapa bentuk perilaku seks pranikah, yaitu:

1. Berciuman (kissing), ciuman dapat menjadi bentuk afeksi seseorang terhadap pasangannya, teman atau kerabatnya. Untuk itu ciuman bisa sebatas pada pipi, atau yang lebih jauh lagi yaitu ciuman pada bibir. Berciuman bibir dapat dengan adanya gerakan lidah pada mulut pasangan (deep kissing), atau hanya sekedar menempelkan bibir pada bibir pasangan. Pada setiap deep kissing hampir selalu disertai dengan adanya gerakan erotis tangan pada tubuh pasangan.

2. Stimulasi payudara, antara lain mencium, menghisap, atau menjilat payudara pasangan. Bagian tubuh lain yang biasanya juga dicium termasuk tangan dan kaki, leher, dan lubang telinga, paha dalam, dan alat kelamin.

(33)

Jadi dapat disimpulkan komponen-komponen perilaku seks pranikah antara lain adalah bersentuhan (touc hing), berciuman (kissing), bercumbu (petting) dan berhubungan kelamin (sexual intercourse).

2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut (Sarwono, 1994) adalah :

a. Perubahan-perubahan hormonal pada usia remaja yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.

b. Penyaluran tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan, mental, dll).

c. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecendrungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

d. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran perempuan dengan pria. Menurut (Dianawati, 2006) alasan seorang remaja melakukan hubungan seks diluar nikah terbagi dalam beberapa faktor, diantaranya adalah :

(34)

Pada umumnya, remaja tersebut melakukannya hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti yang diinginkan.

b. Adanya tekanan dari pacarnya

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nanti dihadapinya.

c. Adanya kebutuhan badaniah

Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Wajar saja jika semua orang, tidak tekecuali remaja menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang akan mereka hadapi.

d. Rasa penasaran

Pada masa remaja, rasa keingintahuan begitu besar terhadap seks. Apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya. e. Pelampiasan diri

(35)

tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya. Maka dengan pikirannya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas. Pembahasan tentang pengetahuan diatas berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, dimana akan di ketahui sejauh mana pengetahuan remaja tentang seks bebas.

2.6. Media Sosial

Social media atau dalam bahasa Indonesia disebut media sosial adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah. Media sosial berbasis pada teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke banyak audiens (Paramitha, 2011:42).

Defenisi media sosial dalam arti luas adalah demokratisasi informasi, mengubah orang dari pembaca konten ke penerbit konten. Hal ini merupakan pergeseran dari mekanisme siaran ke model banyak ke banyak, berakar pada percakapan antara penulis, orang, dan teman sebaya. Berdasarkan defenisi tersebut diketahui unsur-unsur fundamental dari media sosial yaitu pertama, media sosial melibatkan saluran sosial yang berbeda dan online menjadi saluran utama. Kedua, media sosial berubah dari waktu ke waktu, artinya media sosial terus berkembang. Ketiga, media sosial adalah partisipatif. “penonton” dianggap kreatif sehingga dapat memberikan komentar (Evans, 2008 : 34).

2.6.1. Ciri Media Sosial

(36)

Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.

Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper. Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya.

Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.

Perkembangan media sosial berdampak pada cara berkomunikasi organisasi. Munculnya web memungkinkan orang membangun hubungan bisnis dan sosial serta berbagi informasi. Pemasaran melalui media sosial biasanya berpusat pada upaya membuat konten yang menarik perhatian dan mendorong pembaca untuk berbagi dengan jaringan sosial mereka. media sosial menjadi platform yang mudah diakses oleh siapapun, maka peluang perusahaan untuk meningkatkan kesadaran merek mereka dan memfasilitasi percakapan dengan pelanggan.

(37)

2.6.2. Bentuk Media Sosial

Media sosial dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk forum internet, papan pesan, weblog, wiki, podcast, gambar dan video. Teknologi seperti blog, berbagi gambar, dinding posting, e-mail, instant messaging, music-sharing, pembuatan grup dan voice over IP.

Beberapa jenis aplikasi media sosial adalah Bookmarking, Content Sharing, Wiki, Flikcr, Connecting, Creating-opinion, Blog (Puntoadi, 2011: 34).

a. Bookmarking

Berbagi alamat website yang menurut pengguna bookmark sharing menarik minat mereka. Social bookmarking memberikan kesempatan untuk share sebagai link dan tag yang mereka minati, hal ini bertujuan agar lebih banyak orang menikmati apa yang kita sukai. Beberapa contoh bookmarking site yakni www.dig.com, www.muti.com, www.reddit.com.

b. Content Sharing

Melalui situs-situs content sharing orang-orang menciptakan berbagai media dan mempublikasikannya dengan tujuan berbagi kepada orang lain. YouTube dan Flickr adalah situs content sharing yang sering dikunjungi oleh khalayak. Youtube menyajikan fasilitas bagi orang-orang yang ingin berbagi video dari YouTube ke website/blog, demikian juga Flickr memberikan kesempatan untuk dapat mem-print out berbagai gambar dari Flickr.

c. Wiki

(38)

merasa informasi yang diajukan kurang tepat, salah, atau kurang lengkap. Beberapa situs Wiki yang memiliki berbagai karakteristik yang berbeda seperti wikipedia yang merupakan situs knowledge sharing, wikitravel yang memfokuskan diri dalam informasi tempat dan ada juga yang menganut konsep komunitas secara lebih eksklusif.

d. Flickr

Situs milik yahoo yang mengkhususkan pada image sharing dengan kontributor yang ahli di bidang fotografi dari seluruh dunia. Flickr dapat dijadikan sebagai “photo catalog” bagi produk yang ingin dipasarkan.

e. Social network

Aktivitas yang menggunakan berbagai fitur yang disediakan oleh situs tertentu untuk menjalin hubungan, interaksi dengan sesama. Situs social networking adalah facebook, MySpace, Linkedin.

f. Creating Opinion

Sosial media yang memberikan sarana untuk berbagi opini dengan orang lain di seluruh dunia. Melalui social media creating opinion, semua orang dapat menulis, jurnalis sekaligus komentator. Blog merupakan website yang memiliki sifat creating-opinion.

Menurut Daneback (Novika 2010) , situs-situs di internet juga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu interaktif dan non-interaktif.

(39)

diketahui siapa penggunanya sehingga pembuat situs memberikan keterangan jumlah pengunjung situs.

b. Interaktif meliputi www chat rooms, web communities dan instant massaging software. Karakteristik dari situs ini adalah bertujuan untuk komunikasi dan

berinteraksi dengan yang lain. Pengguna web chat rooms dapat tidak diketahui identitasnya kecuali instant massaging sofware masih dapat diketahui identitas penggunanya, namun pengguna dapat memalsukan identitasnya.

2.6.3. Situs Jejaring Sosial

Aditya Firmansyah (2010: 10), mengemukakan bahwa situs jejaring sosial merupakan sebuah situs berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna serta informasi yang berhubungan dengan pengguna (user).

(40)

juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya baik itu untuk tujuan komersial maupun non-komersial dan penggunaannya juga terkadang bersifat pribadi dan umum.

2.6.4. Klasifikasi Pengguna Internet

Cooper, Delmonico, dan Burg (dalam Carners, Delmonico & Griffin, 2001) mengklasifikasikan tiga kategori individu yang menggunakan internet untuk tujuan seksual, ketiga kategori tersebut adalah:

(41)

seksual kurang dari 1 jam per minggu dan sedikit konsekuensi negatif, tergolong menjadi Recreational users.

2. At-risk users yaitu ditujukan pada orang yang tanpa adanya seksual kompulsif, tetapi mengalami beberapa masalah seksual setelah menggunakan internet untuk mendapatkan materi seksual. Individu menggunakan internet dengan kategori waktu yang moderat untuk aktivitas seksual dan jika penggunaan yang dilakukan individu berkelanjutan, maka akan menjadi kompulsif.

3. Sexual Compulsive users yaitu individu menunjukkan kecenderungan seksual kompulsif dan adanya konsekuensi negatif, seperti merasakan kesenangan/keasikan terhadap pornografi, menjalin hubungan percintaan dengan banyak orang, melakukan aktivitas seksual dengan banyak orang yang tidak dikenal, karena menggunakan internet sebagai forum atau tempat untuk aktivitas seksual, dan yang lainnya berdasarkan DSM-IV.

Cooper, Delmonico, dan Burg (Novika 2010) juga mengatakan bahwa berdasarkan waktu mengakses materi seksual, maka individu dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Low users yaitu individu yang mengakses materi seksual kurang dari 1 jam setiap minggu.

(42)

3. High users yaitu individu yang mengakses materi seksual 11 jam atau lebih setiap minggu, individu ini menunjukkan perilaku kompulsif.

2.7. Remaja Dan Perkembangannya 2.7.1. Pengertian Masa Remaja

Remaja adalah usia peralihan antara masa anak-anak untuk menuju masa kedewasaan. Batasan usia remaja menurut World Health Organization (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri yang bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Agustiani, 2009).

2.7.2. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Dra. Soesilowindradinin, MA (dalam psikologi perkembangan masa) ciri-ciri khas masa remaja antara lain :

(43)

2. Anak remaja lebih emosional. Emosi-emosi yang dialami oleh anak-anak remaja antara lain adalah : marah, takut, cemas, rasa ingin tahu, iri hati, sedih dan kasih sayang.

3. Anak remaja tidak stabil keadaannya adalah akibat dari perasaan yang tidak pasti mengenai dirinya. Perasaan yang tiba-tiba berganti kesedihan-kegembiraan, percaya diri sendiri-meragukan diri sendiri, egoisme-antusiasme-apatisme, semua ini adalah sikap yang wajar dari anak remaja.

4. Anak remaja menghadapi banyak masalah. Beberapa macam masalah yang dihadapi oleh remaja, adalah :

Masalah berhubungan dengan keadaan jasmaninya. Dalam masa remaja anak mulai memikirkan mengenai tampangnya serta bentuk badan yang diidam-idamkannya. Dia selalu membandingkan dirinya dengan iklan dan film-film.

Masalah berhubungan dengan kebebasan. Anak remaja menginginkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, misalnya cara berpakaian, musik yang digemari, cara menata rambut dan lain-lain.

(44)

Masalah berhubungan dengan peranannya. Anak remaja ingin menjalankan peranannya sebagai anak perempuan atau anak laki-laki dengan baik.

Masalah berhubungan dengan masyarakat. Dengan mulainya masa remaja, anak remaja mulai menyadari betapa penting arti hubungan baik dengan masyarakat.

Masalah berhubungan dengan jabatan. Anak remaja biasanya sangat memikirkan masa depannya, khususnya yang berhubungan dengan pemilihan dan persiapan untuk suatu jabatan.

Masalah berhubungan dengan kemampuan. Anak remaja ingin berhasil dalam mengerjakan sesuatu, untuk dapat memiliki rasa mampu ia harus dapat berhasil menyelesaikan sesuatu.

5. Sikap orang dewasa cenderung berpandangan negatif terhadap para remaja. Hal ini disebabkan anak remaja seringkali bersikap keras kepala, mengerjakan sebaliknya apa yang disuruh atau diharapkan dari padanya. Hal ini menimbulkan ketegangan antara anak remaja dengan orang tuanya dan menyebabkan jarak antara remaja dengan orang tuanya.

6. Masa ini adalah masa kritis. Dikatakan demikian karena dalam masa ini merupakan masa penentuan apakah anak remaja dapat menghadapi persoalan-persoalan dengan baik bila ia dewasa nanti.

(45)

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat menjauhkan ia dari keluarganya.

2. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orangtua pun melemah.

3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul dapat menakutkan, membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.

4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orangtua.

2.7.3. Tahap Perkembangan Masa Remaja

Tahap perkembangan masa remaja menurut Jahja (2011), adalah sebagai berikut:

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus pada tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

(46)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu. 3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dalam tahap ini.

2.8. Perkembangan Seksual Masa Remaja

Perkembangan seksual pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon seks, baik pada laki-laki, maupun wanita, seperti testoteron dan estrogen. Perkembangan seksual yang terjadi pada masa remaja mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja (Monks & Knoers, 1999).

(47)

muncul dalam bentuk ketertarikan dengan lawan jenisnya, keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual, dan sebagainya. Mereka akan melakukan berbagai tingkah laku tertentu, misalnya pacaran dan juga mulai timbul minat dalam keintiman secara fisik (Daccy & Kenny, 1997).

Perubahan dari perkembangan yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual. Hormon-hormon ini berpengaruh terhadap dorongan seksual seseorang. Dengan adanya perubahan hormononal pada remaja, baik pria maupun wanita, dapat meningkatkan dorongan seksual.

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan perilaku remaja yang mengakses media sosial dan kaitannya dengan perilaku seksual remaja. Dari

Faktor-faktor Predisposisi :

- Intensitas - Alamat Situs - Jenis Media - Umur

- Jenis Kelamin

Perilaku seksual Pada Remaja

Faktor Pendukung : - Media massa

(cetak dan elektronik) - Internet/Media

(48)
(49)

34

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan metode kuantitatif, yang menggambarkan tentang pengaruh penggunaan media sosial terhadap perilaku seksual pada pelajar SMA Raksana Medan tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Raksana, Medan, Kecamatan Medan Petisah. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena :

1. Dari hasil survei pendahuluan diketahui sekitar 99% siswa SMA Raksana Medan pernah mengakses media sosial.

2. Dari hasil survei pendahuluan diketahui peraturan sekolah mengijinkan siswa untuk membawa handphone dan gadget ke dalam lingkungan sekolah.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2013 sampai Juli 2014.

(50)

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengakses media sosial dan jenis media sosial yang diakses di SMA Swasta Raksana 1 Medan X, XI, dan XII yang berjumlah 620 siswa.

3.3.2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah sebagian siswa kelas X, XI, dan XII yang memiliki akun di media sosial. Cara menentukan sampel adalah, menurut Lemeshow (1994), sebagai berikut :

Keterangan : N = Besar Populasi (620) n = Jumlah sampel

d = Galat pendugaan 10% atau 0,1 Z = Tingkat kepercayaa (90% = 1,96) P = Proporsi Populasi (0,5)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 243 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional staratified random sampling.

n = 61 siswa (proportional staratified random sampling)

(51)

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah karakteristik siswa, sumber informasi, pengetahuan, dan sikap serta prilaku seksual yang diperoleh langsung dari responden atau siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung kepada siswa dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang telah disusun tentang gambaran karakteristik siswa SMA dengan prilaku seksual mereka.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dengan mengumpulkan data siswa melalui catatan-catatan, arsip-arsip yang diperoleh peneliti melalui bagian tata usaha SMA Swasta Raksana 1 Medan yaitu data-data mengenai jumlah siswa X, XI, dan XII yang mengakses media sosial.

3.5. Defenisi Operasional 1. Karakteristik Siswa

- Umur adalah lama hidup seorang siswa yang bersekolah di SMA Swasta Raksana 1 Medan.

- Jenis kelamin adalah sifat/ciri siswa yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.

(52)

2. Sumber Informasi adalah asal keterangan yang diperoleh siswa SMA Swasta Raksana 1 Medan tentang perilaku seksual,

3. Media sosial adalah adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah.

4. Jenis Media adalah ragam fungsi dari media sosial itu sendiri yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan user, dikategorikan menjadi:

1. 1-2 media 2. > 2 media

5. Alamat situs adalah tujuan host link website yang akan dituju untuk mengakses internet itu sendiri, dikategorikan menjadi:

1. Tidak tahu 2. Tahu

6. Pengetahuan yaitu tingkat pengetahuan responden tentang perilaku seksual.

7. Sikap yaitu tanggapan responden saat menggunakan media sosial.

8. Kebiasaan mengakses media sosial adalah cara responden dalam memilih jenis media sosial sebagai kebiasaannya sehari-hari.

9. Intensitas adalah kekerapan menggunakan media sosial per hari, yang dinyatakan dalam ukuran, dikategorikan menjadi:

(53)

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen 3.6.1. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pernyataan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada.

Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

1. Memberikan skor pada tiap butir pertanyaan 2. Menjumlahkan skor dari pertanyaan-pertanyaan

3. Memberikan penilaian 2 kategori yaitu baik dan buruk sesuai dengan pengelompokkan skor.

3.6.1.1. Pengukuran Pengetahuan

Variabel pengetahuan terdiri dari 12 pertanyaan. Adapun bobot penilaian sebagai berikut:

1. Pada pertanyaan nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7 dan 10 dalam pengukurannya dengan criteria jawaban :

10.Jawaban benar, skornya 2 11.Jawaban salah,skornya 1 12.Jawaban tidak tahu, skornya 0

(54)

3. Pada pertanyaan 11dalam pengukurannya, bila responden menjawab benar maka diberi nilai 1, apabila responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Kriteria variabel :

1) Tingkat pengetahuan siswa yang baik, apabila nilai yang diperoleh > 50% dari nilai tertinggi total nilai adalah 27 yaitu > 13,5

2) Tingkat pengetahuan siswa yang buruk, apabila nilai yang diperoleh < 50 % dari nilai tertinggi total nilai adalah 27 yaitu ≤ 13.5.

3.6.1.2. Pengukuran Sikap

Variabel sikap terdiri dari 10 pertanyaan. Adapun bobot penilaian sebagai berikut : pada pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 dan 10 dalam pengukurannya, bila responden menjawab Setuju (S) diberi nilai 2, apabila responden menjawab Tidak Setuju (TS), maka diberi nilai 0. Pada pertanyaan nomor : 7 dalam pengukurannya, bila responden menjawab Setuju (S) diberi nilai 0, apabila responden menjawab Tidak Setuju (TS) maka diberi nilai 2.

Kriteria variabel :

1) Sikap siswa baik, apabila nilai yang diperoleh > 50% dari nilai tertinggi total nilai adalah 20 yaitu > 10

2) Sikap siswa Buruk, apabila nilai yang diperoleh ≤ 50% dari nilai tertinggi total nilai adalah 20 yaitu ≤ 10

3.6.1.3. Pengukuran Tindakan

(55)

1. Untuk pertanyaan nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, dan 10, apabila responden menjawab Ya diberi nilai 1, apabila responden menjawab Tidak maka di beri nilai 0.

2. Untuk pertanyaan nomor 5 tidak diberi skor karena hanya memberikan keterangan dari pertanyaan sebelumnya.

3. Untuk pertanyaan nomor 2, nilai tertinggi adalah 2, dengan kriteria : - Jawaban a, skornya 0

- Jawaban b/c, skornya 2 - Jawaban d, skornya 1

4. Untuk pertanyaan nomor 9, nilai tertinggi adalah 3, dengan kriteria : - Jawaban 1, skornya 1

- Jawaban 2-3, skornya 2 - Jawaban 3-5, skornya 3

Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) kategori yaitu :

1) Kebiasaan baik, apabila jumlah nilai responden > 5 ( > 50%) 2) Kebiasaan Buruk, apabila jumlah nilai responden ≤ 5 (≤ 50%) 3.6.2. Instrumen

(56)

3.7. Teknik Analisa Data dan Pengolahan Data 3.7.1. Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisa dilakukan dengan menggunakan analisa yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan karakteristik siswa SMA dengan prilaku seksual.

3.7.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan komputer yang menggunakan program SPSS. Dalam pengolahan data yang pelaksanaannya dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Editing (Pengeditan)

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan baik dan menghasilkan informasi yang benar atau melakukan pengecekan pada kuesioner yang telah diisi sehingga nantinya menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding (Pengkodean)

Setelah data diperoleh dan melakukan pengeditan maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.

3. Entri

(57)

4. Tabulasi

(58)

43 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA swasta Raksana 1 Medan merupakan salah satu sekolah milik swasta yang berlokasi di Jalan Gajah Mada No.1 Kecamatan Medan Petisah Kabupaten Deli Serdang. Batas batas SMA swasta Raksana 1 Medan .

- Sebelah Utara berbatasan Jalan Nibung Raya dengan Jalan Mengkaraya, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Gajah Mada berseberangan

dengan Toko buku Gramedia,

- Sebelah Timur berbatasan Jalan Sriwijaya dan Sebelah Barat berbatasan dengan TPU Gajah Mada.

4.2. Karakteristik Responden

(59)
[image:59.595.107.517.140.299.2]

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

No Karakteristik n %

1 Umur

14 dan 15 tahun > 15 tahun

25 36

41,0 59,0 2 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 28 33 45.9 54.1 3 Pendidikan

X

XI dan XII

21 40

34.4 65.6

Total 61 100,0

4.3. Penggunaan Media Sosial

Analisis univariat yang penggunaan media sosial meliputi jenis media, alamat situs, dan intensitas penggunaan

4.3.1. Jenis Media

Distribusi jenis media yang digunakan siswa didapatkan 1-2 yang menggunakan media sosial sebanyak orang 41 (67,2%) dan > 2 media sebanyak 20 orang (32,8%) seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Media Sosial yang Digunakan Responden

Jenis Media N %

1-2 41 67,2

>2 media 20 32,8

Jumlah 61 100,0

4.3.2. Alamat Situs

[image:59.595.111.515.141.299.2]
(60)
[image:60.595.113.525.143.205.2]

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Alamat Situs yang Diketahui Responden

Alamat Situs N %

Tidak tahu 16 26,2

Tahu 45 73,8

Jumlah 61 100,0

4.3.3. Intensitas Penggunaan

[image:60.595.113.523.373.434.2]

Distribusi intensitas penggunaan didapatkan sebanyak 43 orang (70,5%) siswa intensitas penggunaanya ≤ 1 jam dan sebanyak 18 orang (29,5%) siswa intensitas penggunaanya >1 jam seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Intensitas Penggunaan Media Responden

Intensitas Penggunaan n %

≤ 1 jam 43 70,5

>1 jam 18 29,5

Jumlah 61 100,0

4.4. Perilaku Seksual

Perilaku seksual remaja meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan sebagai berikut ini:

4.4.1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden tentang seksual mayoritas siswa paling banyak menjawab salah yaitu pengertian perilaku seksual sebesar 55,7%. Mayoritas siswa menjawab kurang tepat penyebab remaja melakukan hubungan seksual sebesar 57,4% sedangkan mayoritas siswa menjawab tepat yaitu menunjukkan bacaan/gambar/video berbau pornografi melalui media elektronik dilarang secara hukum sebesar 65,6%

(61)

No Pertanyaan Salah Kurang tepat

Tepat Total

N % N % N % n %

1. Pengertian perilaku

seksual 34 55,7 5 8,2 22 36,1 61 100,0

2. Apakah yang dimaksud dengan seks pranikah?

5 8,2 5 8,2 51 83.6 61 100,0 3. Apakah penyebab

remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah

0 0 35 57,4 26 42,6 61 100,0 4 Penyakit Menular

Seksual (PMS) adalah

19 31,1 17 27,9 25 41,0 61 100,0 5 Pengertian media

sosial adalah 10 16,4 12 19,7 39 63,9 61 100,0 6 Fungsi media sosial

dibawah ini 7 11,5 1 1,6 53 86,9 61 100,0

7 ciri-ciri dari media

sosial kecuali 13 21,3 4 6,6 44 72,1 61 100,0 8 Yang bukan

merupakan contoh penyalahgunaan media sosial dibawah ini

8 13,1 22 36,1 31 50,8 61 100,0

9 Dampak negatif dari

penyalahgunaan media sosial

3 4,9 0 0 58 95,1 61 100,0 10 Menunjukkan

Bacaan/gambar/vid eo berbau

pornografi melalui media elektronik dilarang secara hukum

11 18,0 10 16,4 40 65,6 61 100,0

(62)
[image:62.595.111.531.143.210.2]

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Pengetahuan N %

Baik 28 45.9

Buruk 33 54.1

Jumlah 61 100,0

4.4.2. Sikap Responden

Sikap Siswa tentang seks menunjukkan bahwa lebih banyak Siswa yang menyatakan sangat setuju bahwa Seseorang boleh berhubungan seks jika orang tersebut dan pasangannya telah resmi nenikahsebesar 59.0%Mayoritas siswa menyatakan setuju bahwa Mempunyai media sosial merupakan sebuah keharusan bagi setiap pelajar agar tidak ketinggalan zaman, sebesar 55,7%. Mayoritas siswa menyatakan Ragu-ragu bahwa media sosial merupakan wadah untuk mengekspresikan diri sebebas-bebasnya dan merupakan hal yang wajar jika dalam media sosial di temui konten-konten atau iklan yang berbau pornografi masing-masing sebesar 32,8%. Mayoritas siswa menyatakan tidak setujuuntuk mencari tahu tentang pengetahuan seksual melalui situs media sosial dewasa sebesar 32,8%. Mayoritas siswa menyatakan tidak sangat setujubahwa seks boleh dilakukan remaja sebagai ekspresi cinta yang tulus untuk sebesar 59,0 .Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut ini:

Tabel 4.7 Karakteristik Jawaban Sikap Responden

No Keterangan

Sangat

Setuju Setuju

Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak setuju Total

n % n % n % N % N % N %

1 Mempunyai media sosial merupakan sebuah

9 14, 8

3 4

55,

7 6 9,8 9 14,

[image:62.595.108.541.629.749.2]
(63)

keharusan bagi setiap pelajar agar tidak ketinggalan zaman 2 Seseorang

boleh

berhubungan seks jika orang tersebut dan pasangannya telah resmi nenikah 3 6 59, 0 2 1 34,

4 3 4,9 0 0 1 1,6 61 100

3 Seks merupakan bagian dari cinta yang tidak perlu dibatasi oleh ikatan

perkawinan

1 1,6 4 6,6 1 0 16, 6 1 8 29, 5 2 8 45,

9 61 100

4 Mencari tahu tentang

pengetahuan seksual

melalui situs media sosial dewasa

4 6,6 2 0

32, 8 9

14, 8

2 0

32, 8 8

13,

1 61 100

5 Media sosial merupakan wadah untuk mengekspresik

an diri

sebebas- bebasnya

7 11, 5 1 4 23, 0 2 0 32, 8 1 6 26,

2 4 6,6 61 100

6 Menggunakan media sosial karena

pengaruh teman sebaya

6 9,8 2 3 37, 7 1 1 18, 0 1 2 19, 7 9

14,

8 61 100

7 Mempublikasi kan status berpacaran dalam media sosial adalah

4 6,6 2 6 42, 6 1 3 21, 3 1 7 27,

(64)

sebuah kewajaran 8 Merupakan hal

yang wajar jika dalam media sosial di temui konten-konten atau iklan yang berbau

pornografi

4 6,6 7 11, 5 2 0 32, 8 1 4 23, 0 1 6 26,

2 61 100

9 Seks boleh dilakukan remaja sebagai ekspresi cinta yang tulus untuk

pasangannya (pacar)

1 1,6 4 6,6 8 13, 7 1 2 19, 7 3 6 59,

0 61 100

10

Hubungan seks boleh

dilakukan yang penting tidak menyebabkan kehamilan

4 6,6 4 6,6 8 13, 1 1 6 26, 2 2 9 47,

5 61 100

11 Membuka situs media sosial dewasa untuk melampiaskan kepuasan seksual, atau sekedar

mencari

pasangan di dunia maya

0 0 9 14, 8 1 1 18, 0 1 7 27, 9 2 4 39,

3 61 100

12 Bacaan/gamba r/film porno dapat

menambah pengetahuan tentang seks

3 4,9 2 0 32, 8 1 7 27, 9 1 1 18, 0 1 0 16,

4 61 100

13 Fenomena perilaku

seksual bebas yang akhir-akhir ini banyak

2 3,3 5 8,2 9 14, 8 1 7 27, 9 2 8 45,

(65)

disoroti, tidak akan membuat saya

terpengaruh untuk

melakukannya.

[image:65.595.108.541.111.199.2]

Distribusi sikap responden tentang seksual sebanyak 12 orang (19,7%) yang bersikap baik dan yang berap buruk sebanyak 49 orang (80,3%) seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden

Sikap N %

Baik 12 19,7

Buruk 49 80,3

Jumlah 61 100,0

4.4.3. Tindakan Responden

(66)
[image:66.595.108.544.114.760.2]

Tabel 4.9 Karakteristik Jawaban Tindakan Responden No Keterangan Sering Jarang

Tidak Pernah

Tidak

Setuju Total

n % n % n % n % N %

1 Saya

mengunggah bacaan, gambar atau video dalam akun media sosial pribadi <

Gambar

Tabel 4.1  Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Alamat Situs yang Diketahui Responden
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan  Responden
tabel berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berat labur adalah banyaknya perekat yang diberikan pada permukaan kayu, berat labur yang terlalu tinggi selain dapat menaikkan biaya produksi juga akan mengurangi

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.. Makalah ini disusun

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan

Kami sadari penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, Tiada Gading Yang Tak Retak , oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam

Pimpinan, seluruh staff serta pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat yang dengan sukarela membantu dalam penyusunan laporan kegiatan magang ini.. Herry

Sebelum menggali lebih jauh bagaimana teknik pemeriksaan prostat, didalam karya tulis ini penulis terlebih dahulu membahas tentang anatomi prostat, anatomi vas

Starting from the left, we have a Consumer bundle (represented using a component icon); it is utilizing Blueprint Container to import services from OSGi Service Registry