• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran Ahli Psikiatri Forensik Dalam Membantu Penyidik Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peran Ahli Psikiatri Forensik Dalam Membantu Penyidik Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM MEMBANTU PENYIDIK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

(Studi di Polisi Daerah Jawa Timur Kota Surabaya)

PENULISAN HUKUM

Oleh :

ABDUL LATIF KHASUNA 09400114

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(2)

PENULISAN HUKUM

ANALISIS PERAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM MEMBANTU PENYIDIK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

(Studi di Polisi Daerah Jawa Timur Kota Surabaya)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan

dalam bidang ilmu hukum

Oleh :

ABDUL LATIF KHASUNA 09400114

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbi ’alamin

Puji syukur Penulis panjatkan kepada ALLAH S.W.T atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Adapun judul Skripsi ini adalah: ANALISIS PERAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM MEMBANTU PENYIDIK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Allah S.W.T dan Nabi Muhammad S.A.W

2. Bapak Syaiful Anwar dan Khuzaimah selaku orang tua tercinta dari penulis yang selalu memberikan bantuan baik materil dan Dorongan do’a dalam setiap langkah yang penulis lakukan.

3. Siti Nurul Khafsah, Kharisma Ahmad Rizki, dan Abdullah Ibnu Mubarrak selaku adik dari penulis yang selalu memberi motivasi dan menyemangati dalam penulisan hukum ini.

4. Bapak Dr.Muhadjir Effendy, M.Ap selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

(7)

6. Bapak Dr. Tongat, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Ibu Fifik Afriani, SH, M.Si, M.Hum., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

8. Bapak Sofyan Arief SH, M.Knselaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

9. Bapak Dr. Tongat, SH, MH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat selesai.

10. Ibu Catur Wido Haruni, SH, M.Si, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat selesai.

11. Ibu Komariah, SH, M.Si, M.Hum, selaku dosen wali penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

12. Bapak dan Ibu dosen, serta para pegawai Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi penulis selama mengikuti perkuliahan.

13. Hafida Ardinda yang sangat banyak membantu penulis dengan kesabaran dan keluarbiasaannya menemani penulis dan juga banyak memberi masukan dan semangat untuk kelancaran hingga tulisan ini selesai.

(8)

(tomber), Nur Median, Fitri Andayani, Fitri Retna Lestari, Agustina Miko Indriyani, Rosyid, Panji Yudistira, Rolland, Miftakhur, Rahmat Hidayat, Bagoes Sudrajat, Izzudin, Junaedi Salam, Dedi Bima, Nurhadi, Fadli Irawan, Khristofher, Gilang agung, Sutan Rasyad, Taufiq Utomo, Doni Wijaya, Cholid Tiar, Jeki Bimaruci, Marlitha G, Agung Ariefudin, Joe Unpad.

15. Kawan-kawan di Front Mahasiswa Nasional (FMN) beserta alumninya, Aremania di Malang Raya, Korwil-korwil Aremania di daerah manapun berada.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Maka saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermafaat untuk semua pihak. Akhir kata, penulis tetap berharap kelak skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Terima Kasih.

Malang, Oktober 2014

Abdul Latif Khasuna

(9)

Ungkapan Pribadi :

“Perbedaan antara “Yang Tidak Mungkin” dan Yang Mungkin” terletak di dalam Tekad.

“Siapa yang memandang dirinya buruk maka dia adalah orang yang baik. Dan siapa yang memandang dirinya baik, dia adalah orang yang buruk.”

Motto :

“K etika harapan itu sudah mulai sirna berjalanlah dengan usahamu

walaupun itu berjalan dengan lambat ”

“K ebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh

.

“Salawat serta salam tidak lupa senantiasa kita panjatkan kepada

A llah SW T serta baginda nabi M uhammad SA W dan para

(10)

DAFTAR ISI

D. Manfaat dan Kegunaan penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 6

F. Analisis Data ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Psikiatri Forensik dalam Penyidikan ... 11

1. Konsep atau Pengertian Peran ... 11

2. Pengertian Psikiatri Forensik ... 11

3. Tugas-tugas Psikiatri Forensik ... 12

B. Tinjauan umum tentang Penyelidikan, Penyidik, Penyidikan Tindak Pidana. ... 13

1. Penyelidikan, Penyidik, Penyidikan ... 13

(11)

C. Pengaturan Tentang kebijakan Psikiatri Forensik dalam

Hukum Pidana ... 16

1. Justifikasi dalam Hukum Materiil Terhadap Kebutuhan Akan Psikiatri Forensik Pada Tahap Penyidikan ... 16

2. Pengertian Kesalahan ... 19

3. Justifikasi dalam Hukum Formil Terhadap Kebutuhan akan Informasi Psikiatri dalam proses penyidikan ... 27

D. Klasifikasi Hukum atas Informasi Psikiatri dalam Hukum Forensik ... 28

1. Keterangan Langsung dihadapan Penyidik ... 29

2. Bentuk Keterangan Tertulis ... 30

E. Tindak Pidana dalam Hukum ... 32

1. Pengertian dan Istilah Tindak Pidana... 32

2. Pengertian Tindak Pidana ... 33

3. Unsur – Unsur Tindak Pidana ... 34

4. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan ... 35

5. Unsur – Unsur Tindak Pidana Pembunuhan ... 35

F. Tinjauan Alat bukti Surat Keterangan Saksi Ahli psikiatri ... 39

1. Visum at repertum Pshyciatricum ... 39

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian R.S Bhayangkara TK II H.S. Samsoeri Mertojoso Polda Jatim Surabaya ... 40

1. Lokasi Penelitaian ... 40

(12)

3. Jumlah Team Ahli Psikiatri Forensik R.S Bhayangkara TK II H.S. Samsoeri Mertojoso

Polda Jatim Surabaya ... 43

B. Dokter dan peranannya dalam pembuktian pidana ... 44

C. Peran Psikiatri Forensik Dalam Membantu Penyidik Mengungkap Kasus Tindak Pidana Pembunuhan di Rumah sakit Bhayangkara Surabaya Polisi Daerah Jawa Timur. ... 55

1. Peranan Psikiatri Sebagai Saksi Ahli ... 55

2. Peranan Psikiatri Forensik Terkait Pembuktian dan Pertanggung jawaban Pidana Terdakwa yang Mengalmi Gangguan Kejiwaan. ... 59

3. Kebutuhan akan Saksi Ahli Psikiatri Forensik dalam Proses Penyidikan. ... 65

4. Pemerksaan Psikiatri Forensik pada Kasus Pidana dalam hal membantu Penyidikan terhadap pelaku untuk mengetahui kejiwaanya. ... 69

5. Proses Penghentian Penyidikan oleh penyidik terhadap orang yang tidak mampu bertanggung jawab 73

6. Peranan Visum Et Repertum Psychiatricum ... 73

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi, 2001 Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta

Andi Hamzah, 1993. Asas – Asas Hukum Pidana Indonesia. Jakarta, Penerbit CV Sapta Artha Jaya

Andi Hamzah, 1987 Pengantar Hukum Acara Pidana, (Cet.3; Jakarta: Ghalia Indonesia)

Bambang Poernomo,1982 Hukum Pidana dan Kumpulan Karangan Ilmiah, (Cet. 1; Jakarta: Bina Aksara

H.M.A Kuffal, 2005 Penerapan Kuhap Dalam Praktik Keadilan, Malang,

Hasan Basri Saanin Dt.Tan Pariaman.1983. Psikiater dan Pengdilan Psikiatri Forensik Indonesia. Jakarta timur.

Leden Marpaung. 2009. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika

M. Drs. E. Utrecht, 1958, Hukum Pidana 1, Pustaka Tinta Mas, Bandung,

M. Yahya Harahap, 2004. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta. Sinar Grafika.

Merriam Webster. 1968 .Webster Third New International Dictionary. Springfield.

Moeljiatno. 2008. Asas – Asas Hukum Pidana. Jakarta. Penerbit Rineka cipta. Mukti Fajar ND. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme penelitian Hukum

Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, 2010, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Kesehatan, Jakarta, Sinar Grafika,

R. Soeparmono, 1989 Keterangan Ahli dan Visum et Repertum dalam aspek Hukum Acara Pidana(Cet. 1; Semarang: Satya Wacana,)

R.Soesilo,1976, Kitab Undang-undang Hukum Pidana serta Komentar- komentarnya lengkap Pasal demi Pasal, (Cet. 1; Bogor: Politeia,)

(14)

S.R Sianturi.1996, Asas – asas hukum pidana Indonesia dan penerapannya. Jakarta, Alumni aheam pataheam.

Saleh Roeslan. 1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana dua pengertian dalam Hukum Pidana. Jakarta. Penerbit Aksara Baru.

Sanjaya Yasin. 2013. Pengertian peran. http://www.sarjanaku.com. Diakses pada tanggal 24 Desember 2013

Soeparmono, Keterangan Ahli Visum et Repertum Dalam Aspek Hukum Acara Pidana, Mandar Maju, 2002

Tongat, 2012 Dasar dasar Hukum Pidanna indonesia dalam Perspektif Pembaharuan,Umm press

Tongat Hukum Materiil, 2003, tinjauan atas tindak pidana terhadap subyek Hukum, Jambatan,

W. J. S. Poerwadarminta. 1976 Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta.

Wahjadi Darmabrata dan Adhi Wibowo Nurhidayat.2003. Psikiatri Forensik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Yahya harahap.2005.” Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Jakarta. Sinar Grafika Indonesia

Internet:

Newsilham.http://newsilham.blogdetik.com/category/tak-berkategori/page/2/ Diakses pada tanggal

http://Panduan doedik setia wisata kota Surabaya.htm.com/2013, diakses tanggal 19 Februari 2014. Jam 19.45

I Putu Arya Rhamadan.2013.”Visum at Rapertum”.http://www. I Putu Arya Rhamadan.com. Diakses tanggal 17 november,pukul 12.52

Dr.Natalia Widiasih Raharyanti, SPKJ (K). Mpd Ked. Ruang lingkup dan pemeriksaan psikiatri forensik, devisi psikiatri forensik Departemen psikiatri FKUI- RSCM FHUI, diakses pada tanggal 25 maret 2014.

Undang – Undang:

Kitab Undang-undang Hukum Pidana Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses Peradilan dalam suatu tindak pidana yang mengakibatkan matinya orang misalkan pembunuhan, aparat kepolisian sebagai penyidik yang berwenang melakukan penyelidikan memiliki kemampuan yang terbatas. Aparat kepolisian di tuntut untuk mencari kebenaran matriil, yang dimana kebenaran-kebenaran tersebut akan mengantarkan pertanggungjawaban pelaku atas pristiwa tindak pidana yang terjadi.dengan diketemukan suatu kebenaran materiil yang akan digunakan sebagai barang bukti, yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh hakim di persidangan.

(16)

2

KUHP dengan ancaman penjara 9 bulan pada perkara pidana serta 6 bulan pada perkara lain.

Dalam hal initerdapat peran salah satu saksi ahli dalam memecahkan kassus tindak pidana yang dimaksud saksi ahli tersebut yang penulis angkat ialah saksi ahli Psikologi forensik/Psikiatri forensik, Psikologi Forensik itu ialah aplikasi psikologi ke sistem peradilan kriminal atau tindak pidana, orang yang mendalami tentang psikiatri adalah seorang psikiater, salah satu kewajiban seorang psikiater Indonesia yang cukup berat ialah bertindak sebagai saksi ahli di depan pengadilan,suatu tugas yang dalam ilmu kedokteran umum dilakukan oleh seorang ahli ilmu kedokteran Kehakiman.1

Seorang saksi ahli harus membantu hakim supaya dapat memberikan keputusan yang adil. Seorang Psikiaterakan mengemukakan fakta-fakta, membuat diagnosa tentang keadaan seseorang tertuduh yang telah melanggar hukum,kemudian mengambil kesimpulandan menyatakan pendiriannya apakah tertuduh dapat mempertanggungjawabkan atau tidak perbuatannnya tersebut. Peran psikolog forensik dalam peradilan pidana di pengadilan, dapat sebagai saksi ahli, bagi korban misal kasus, (KDRT, kasus dengan korban anak-anakseperti perkosaan, dan penculikan anak), dan bagi pelaku dengan permasalahan psikologis misal (Mental retarded, pedophilia, dan psikopat). Untuk kepentingan suatu proses penyelidikan dimana ada ketentuan yang menyangkut aspek psikis keluarga korban pembunuhan maka di dalam pasal 134 KUHAP telah dijelaskan,

1

(17)

3

1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukan pembedahan tersebut.

3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberi tahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3)Kitab undang-undang hukum acara pidana.

Di Indonesia terdapat banyak kasus tindak pidana yang melibatkan seorang ahli psikiatri forensik dalam proses penyidikan.seperti contoh pada kasus dua Pasutri tewas di Bungurasih yang melibatkan Ahli Psikiatri Polri cabang Surabaya berikut ini kronologi yang terjadi :

(18)

4

diri setiap manusia, pada kasus diatas mengambarkan bahwa aparat kepolisian dalam proses penyidikan masih melibatkan tim ahli forensik untuk mencari suatu kebenaran materiil. Dalam hal ini aparat Kepolisian masih kurang memadai dalam bidang psikologi forensik dimana hal ini dapat di ungkapkan langsung oleh seoarang hukum yang lain yaitu ahli hukum kedokteran forensik.

Ada kasus dari pura-pura sakit atau jawaban yang berbelit-belit sehingga psikolog harus tahu bagaimana mengenali gejala-gejala nyata serta mengevaluasi konsistensi informasi di sumber yang berbeda. Sebagian besar jawaban untuk memahami apa itu psikologi forensik berarti mampu menjelaskan atau merumuskan istilah psikologis atau prinsip-prinsip dalam kerangka hukum.Untuk mengatasi berbagai problem yang menimpa khususnya dalam hal kekerasan dalam kasus pembunuhan yang melibatkan masalah dengan hal kejiwaan peran ahli yang disini adalah ahli psikologi forensik atau psikiatri forensik sangat dibutuhkan untuk memecah kasus yang di alami oleh keluarga tersebut.

(19)

5

korban anak-anakseperti perkosaan, dan penculikan anak), dan bagi pelaku dengan permasalahan psikologis (misal mental retarded, pedophilia, dan psikopat).

Dari latar belakang penulisan tersebut,penulis mengangkat permasalahan dalam skripsi ini dengan judul ANALISIS AHLI PSIKIATRI FORENSIK

DALAM MEMBANTU PENYIDIK MENGUNGKAP KASUS

PEMBUNUHAN (Studi di labfor Polri daerah Surabaya)

B. Rumusan Maasalah

1. Bagaimana peran Ahli Psikiatri Forensik dalam membantu penyidik mengungkap kasus tindak pidana Pembunuhan?

2. Apa hambatan yang di alami Ahli Psikiatri Forensik dalam mengungkap kasus dalam pembunuhan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui, memahami dan mengkaji peran Ahli Psikiatri forensik dalam membantu penyidik untuk mengungkap kasus tindak pidana pembunuhan.

(20)

6

D. Manfaat dan Kegunaan penelitian 1. Manfaat Penelitian

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan pemahaman dan gambaran mengenai penerapan hubungan ilmu hukum khususnya ilmu hukum pidana,hukum acara pidana dengan ilmu lainnya yaitu ilmu kedokteran.Kepentigan penyidik untuk mendapatkan kebenaran materiil suatu perkara yang di tanganinya merupakan aplikasi dari ketentuan hukum acara pidana,sedangkan pembuktian yang dilakukan oleh ahli Psikologi forensik merupakan implementasi dari ilmu kedokteran yang dapat berperan dan membantu penyidik dalam tugasnya menemukan kebenaran materiil tersebut. b) Pemamaparan hasil penelitian ini di maksudkan agar dapat

memberikan informasi dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai peran ahli Psikiatri forensik dalam membantu penyidik mengungkap kasus tindak pidana pembunuhan dan menemukan kebenaran materiil secarah sah.

E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

(21)

7

namun mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja di dalam masyarakat2.

2. Sumber Data

Penulis akan menggunakan 3 (tiga) jenis sumber data yaitu: a) Data Primer

Data yang bersifat utama yakni data yang di peroleh melalui wawancara dengan responden yang berkompeten yaitu bapak Dr.Roni Subagya Sp.Kj, hasil wawancara tersebut di analisis dan disusun dengan sistematis.

b) Data Sekunder

Bahan-bahan penunjang bahan data primer yaitu Buku, Jurnal, informan, ataupun komentar-komentar para ahli hukum psikiatrik forensik.

c) Data Tersier

yaitu bahan yang menjadi penunjang bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum, Ensklopedia, dsb.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam tekhnik pengumpulan data dalam penelitian hukum empiris atau lapangan teknik tersebut adalah wawancara dan observasi. Penulis disini menekankan pada tekhnik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi adapun pengertian wawancara yaitu :

2

(22)

8

a) Wawancara

Dalam penulisan ini penulis ini melakukan serangkaian tanya jawab kepada saksi Ahli Psikiatri forensik yaitu Dr. Roni Subagyo. Sp. Kj. untuk memperoleh data yang dibutuhkan guna mencari tahu dan mengakaji penelitian hukum terutama penelitian hukum yuridis sosiologis.

b) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data-data atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan peranan dan fungsi Ahli psikiatri dalam perkara pembunuhan.Seperti panduan yang digunakan oleh ahli psikiatri dalam melakukan olah investigasi.

F. Analisis Data

Analisa Data adalah satu bentuk kegiatan dalam hal penelitian yang merupakan kajian atau menelaah terhadap hasil pengolaan data yang dibantu dengan teori - teoriyang telah didapatkan sebelumnya, dalam analisis ini mempunyai tiga sifat3 yaitu:

1. Deskriptif, yang maksudnya adalah penulis memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian.

2. Evaluatif, yang maksudnya penulis memberikan penilaian atas hasil penelitian, apakah hipotesis dari teori hukum yang diajukan diterima atau ditolak.

(23)

9

3. Persepektif, yang maksudnya penulis memberikan argumentasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan. Argumentasi ini dilakukan untuk memberikan penilaian benar atau salah atau apa yang seharusnya menurut hukum terhadap fakta atau pristiwa hukum dari hasil penelitian.

Penulis akan meneliti dan menganalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penulis akan mengunakan gambaran umum tentang permasalahan yang diteliti yang tidak berdasarkan bilagan kuantitatif tetapi lebih pada analisa berupa data dari hasil wawancara, dokumentasi atau penelitian guna melengkapi hasil wawancara, dalam menunjang objek yang diteliti dalam menyusun argumentasi penulis, penulis menggunakan Undang-undang (KUHP dan KUHAP) sebagai data primer dan ditunjang bahan pustaka maupun doktrin-doktrin para ahli yang berkaitan dengan objek yang diteliti oleh penulis.

G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Dalam hal ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,kegunaan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(24)

10

tindak pidana, Saksi Ahli, Visum at Repertum, Psikiatri forensik, Pembunuhan, Pengertian Penyidikan.

BAB III : HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

.Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran ahli psikiatri forensik dalam membantupenyidik mengungkap kassus tindak pidana pembunuhan dan hambatan yang dialami ahli psikiatri forensik dalam kasus tindak pidana pembunuhan

BAB IV : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Saksi merupakan salah satu alat bukti untuk menjadi acuan dalam mengungkap tindak pidana apa lagi tindak pidana Pembunuhan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Khususnya

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui peran penyidik dalam penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh penyidik

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui fungsi dan peran Laboratorium Forensik dalam mengungkap tindak

1. Peran penyidik polisi dalam mengungkap proses penyelesaian tindak pidana narkotika terwujud dalam rangkaian tindakan polisi yang berawal dari adanya informasi masyarakat

Kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengungkapan tindak pidana Pembunuhan antara lain yaitu, jika jenazah yang ditemukan dalam kondisi hancur atau rusak

Di dalam Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), sanksi bagi orang yang membantu melakukan suatu tindak pidana diatur dalam Pasal 56 dan 57 KUHP.. Dalam hukum pidana Islam,

PEMBAHASAN Peranan dan Kedudukan Dokter Dalam Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan Melalui Visum di Puskesmas Tanggetada Berangkat dari ketidakmampuan Hakim dalam menjatuhkan

ABSTRAK PERANAN RESERSE KRIMINAL POLISI DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN Negara Republik Indonesia adalah salah satu dari beberapa negara yang menganut asas negara hukum,