• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tentang Usaha Keluarga Kurang Mampu Dalam Menyekolahkan Anaknya

ANALISIS LAPORAN PENELITIAN

B. Analisis Tentang Usaha Keluarga Kurang Mampu Dalam Menyekolahkan Anaknya

Keadaan perekonomian suatu negara dan masalahnya biaya pendidikan sangat berkaitan erat dengan kemampuan masyarakat atau penduduknya dalam menyekolahkan anak-anaknya dalam lembaga pendidikan,kenaikan juga mempengaruhi Keluarga kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya, Karena biaya pendidikan juga dipengaruhi oleh keadaan itu.

Begitu pula yang terjadi di keluarga miskin Di Jalan Langen Rejo Gendongan. Keadaan ekonomi, mata pencaharian juga mempengaruhi dalam upaya masyarakat jalan Langen Rejo untuk menyekolahkan anggota keluarganya untuk menempuh jenjang pendidikan di suatu lembaga pendidikan. ini terlihat dari Tabel IV di Bab III tentang tingkat kelulusan dan tingkat pendidikan di masyarakat Langen Rejo yang sangat maju dan berimbang.

Dengan realita yang ada membuktikan bahwa upaya keluarga kurang mampu di Langen Rejo dari berbagai keadaan ekonomi yang sedang , menengah, dan atas.

Melihat kondisi dan keadaan di atas , jelas bahwa pendidikan merupakan alasan yang vital atau kata lain sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkn oleh apapun dari kehidupan ini.

Meskipun melihat dengan kenyataan yang ada bahwa pendidikan di negara ini dari hari kehari bahkan tahun ke tahun biaya pendidikan sangat meningkat tajam dan tidak dapat dijangkau oleh kalangan masyarakat tingkat ekonomi menengah ke bawah. Bahkan pendidikan di Indonesia sekarang ini tidak mengedepankan kualitas dan kwantitas mutu pendidikan dari tenaga pengajar, pelayanan untuk keperluan sekolah akan tetapi mengedepankan komersialisasi saja dalam pelaksanaan di lapangan yang nampak pada masa sekarang ini .

Namun hal itu tidak menyurutkan sebagai kalangan kurang mampu untuk menyekolahkan , akan tetapi bagi keluarga yang mempunyai uang atau dana yang sudah lebih, biaya pendidikan yang begitu mahal tidak dirasakan oleh mereka dikarenakan mereka mampu untuk menyekolahkan anaknya tanpa berpikir lebih dibandingkan keluarga yang kurang mampu mereka memutar otak dalam menyekolahkan anaknya dengan dana yang minim.

Dari berbagai hal yang muncul dari permasalahan yang telah dituliskan peneliti dari wawancara dengan masyarakat Langen Rejo pada kelas ekonomi menengah ke bawah ternyata mempunyai cara, ataupun upaya agar anaknya bisa melanjutkan sekolah setinggi – tingginya minimal sampai lulus sekolah menengah atas bahkan sampai keperguruan tinggi.

Untuk lebih menguatkan tentang bagaimana upaya usaha keluarga kurang mampu dalam menyekolahkan anaknya maka peneliti akan memberikan gambaran ataupun paparan dari masyarakat Langen Rejo melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti .Wawancara peneliti dilakukan dengan 6 responden yang mewakili dari berbagai ataupun jumlah keluarga yang mempunyai status sosial menengah dan sedang dan dari berbagai tingkat pendidikan yang berbeda – beda pula.

Wawancara dimulai dari keluarga Bapak siswanto mempunyai 3 orang anak, 1 anak perempuan dan 2 laki – laki. Ketiga anaknya kini 1 anak di SMK sedangkan 2 anak laki – lakinya sudah lulus sekolah bahkan sudahberumah tangga .Anak laki – lakinya yang pertama sudah bekerja di kontraktor dan 1 anak lelakinya lagi bekerja serabutan. Sedangkananaknya yang bernama sigit bersekolah hanya sampai SMP saja karena biaya yang tidak mencukupi dan faktor dari si anak yang tidak berminat lagi untuk melanjutkan sekolah.

Meskipun bapak Siswanto dan Ibu Jumirah hanya mengenyaam pendidikan sekolah menengah pertama,namun semangat mereka berdua untuk menyekolahkan anak – anaknya sangat gigih dan pantang menyerah.

Walaupun bapak Siswanto yang dulu bekerja sebagai kontraktor jalan raya namun telah berhenti dan diteruskan oleh anak laki – lakinya paling besar. Namun kini bekerja sebagai karyawan katering di desanya bersama istrinya dengan penghasilan kurang dari 200 ribu saja, Untuk membeli barang kebutuhan pokok bahkan untuk membiayai sekolah anaknya saja masih kurang dengan penghasilan itu bapak Siswanto dan sang istri ibu Jumirah mensiasatinya dengan mencari pekerjaaan sampingan lainnya, yaitu sebagai karyawan katering yang rata- rata mereka menerima 50 rb -100rb saja.

Selain itu ibu Jumirah juga bekerja sebagai pengasuh anak serta sang suami sebagai buruh bangunan,Dari penghasilan itu bila digabungkan alhamdulillah bisa untuk memnbiayai putrinya ke sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan tambahan bantuan anaknya yang sudah bekerja.Meskipun anaknya sudah berumah tangga namun bisa membantu sedikit untuk menyokong kebutuhan dalam membiayai sekolah adiknya,maka dari itu Bapak Siswanto dan Ibu Jumirah berusaha keras untuk mencari nafkah demi pendidikan anaknya, supaya hidupnya lebih baik dari bapak Siswanto dan ibu Jumirah (Wawancaradi kediaman Bapak Siswanto,2008 :19-20 februari).

Berbeda pula dengan usaha yang dilakukan oleh keluarga bapak Prastiwo dan Ibu Kastini dalam menyekolahkan anaknya, bapak Prastiwo dan Ibu Kastini yang mempunyai 2 orang anak yang bernama Aziz Gunawang, Anak ke 2 dan Ismi Prasetyani sebagai anak pertama. Kedua anaknya sekarang ini sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama

untuk anak yang kedua ,sedangkan anak yang pertama sudah lulus perguruan tinggi bahkan sudah berumah tangga dan menetap di Jakarta bersama Suami.

Namun usaha bapak Prastiwo dan ibu kastini dalam menyekolahkan anak- anaknya sampai ke Perguruan Tinggi tidak mudah sepertimembalikkan telapak tangan. Dari wawancara yang dilakukan peneliti di kediaman Beliau, bapak Prastiwo yang didampingi oleh sang istri, menceritakan bagaimana usaha bapak Prastiwo dan sang istri dalam menyekolahkan anak – anaknya.

Bapak dan ibu Prastiwo yang berpendidikan hanya tamatan SLTP mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anaknyalebih tinggi.bapak Prastiwo dan ibu Kastini yang berprofesi karyawan pabrik dan Suaminya sebagai buruh serabutan . Meskipun penghasilan mereka bisa dikatakan cukup antara 200 - 500 ribu tapi mengingat biaya pendidikan sekarang ini sudah sangat mahal, bapak Prastiwo dan sang istri memutar otak untuk membagi hasil itu .

Diantaranya menambah pemasukan dalam pendapatan keluarga dengan mencari pekerjaan tambahan,misalnya bapak Prastiwo mencari pekerjaan apapun yang penting halal sebagai buruh borongan, buruh bangunan, sedangkan sang istri tetap bekerja sebagi karyawan pabrik yang bergerak di bidang garmen Pekerjaan tambahan itu menambah pemasukan pendapatan rumah tangga, bapak Prastiwo dan ibu Kastini dan pendapatan

tambahan itu dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari dan biaya pendidikan anak- anaknya minimal sudah terpenuhi dan tercukupi.

Dengan begitu pendidikan anaknya akan bisa terjamin sampai keperguruan tinggi. bapak Prastiwo juga memiliki prinsip yaitu agar anak - anaknya kelak lebih mulia, menjadi orang yang berguna bagi keluarga,agama dan bangsa sehingga dengan pendidikanyang tinggi maka kehidupan akan lebih mulia dibandingkan mereka ( Wawancara di rumah Bapak Prastiwo ,2008: 29 Januari).

Dari 2 wawancara tadi sesuai dengan apa yang dikatakan dalam bukunya oleh Prastiwo yaitu”Sesungguhnya pendidikan adalah proses untuk memanusiakan manusia,dan sebenarnya dengan pendidikan manusia menghendakikehidupan yang lebih baik “( Eko Prasetyo, 2008 : 64 ).

Berbeda pula dengan keluarga ibu Nanik yang dimana beliau hidup janda. ibu Nanik yang kini hidup janda bersama orang tuanya dan kedua anaknya, 1 anak laki – laki dan1 anak perempuan.Ibu nanik yang sehari –

harinya bekerja tidak menetap atau serabutan, beliau juga sangat bingung dalam membiayai pendidikan anak - anaknya. karena seperti apa yang disebutkan peneliti dari Bab III yaitu biaya pendidikan yang begitu mahal di negeri ini yang dirasakan ibu Nanik.

Bu Nanik juga sangat mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan sekarang ini yang tidak berpihak kepada keluarga miskin.Tiap lembaga formal mematok harga lebih yang kadang tidak bisa dijangkau oleh keluarga miskin seperti Ibu Nanik ,Namun dengan kondisi yang serba kekurangan

Ibu Nanik tetap berjuang agar anak perempuannya yang bernama Mery tetap bersekolah dan tidak berhenti ditengah jalan. berbagai usaha ibu Nanik lakukan untuk membiayai sekolah anaknya, ketiga anaknya yang abernama Rizky Herlani, Yudistira, dan Mery Herlani yang semua mengedepankan pendidikan mulai dari SD sampai SLTA. Namun kedua anaknya yang bernama Rizky Herlani hanya sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas , sedangkan anaknya Yudistira hanya sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dikarena tidak ada biaya untuk memnbiayai pendidikan anaknya. Sedangkan Rizky Herlani tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi diakibatkan juga ketiadaan biaya untuk melanjutkan sekolahnya .

Namun anaknya ketiga yang bernama Mery Herlani sekarang duduk di kelas 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ini juga membutuhkan biaya yang sangat besar walaupun SPP di Sekolah Tingkat Pertama sudah digratiskan oleh pihak sekolah melalui dana bos yang dikucurkan Pemerintah untuk sekolah dan membantu keluarga yang kurang mampu dalam pendidikan ,Akan tetapi ibu Nanik tetap kesulitan untuk membiayai kebutuhan yang lain di samping kebutuhan biaya pendidikan yaitu kebutuhan sehari - hari . Sehingga ibu Nanik tetap memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari - hari dengan biaya pendidikan bagi anak – anaknya yang sekarang hanya satu yang dibiayai oleh Beliau yaitu Meri Herlani.

Berbagai cara ibu Nanik lakukan untuk membiayai pendidikan anaknya, Mulai dari berjualan makanan kecil . walaupun hasil dari berjualan makanan kecil tidak mencukupi, ibu Nanik tidak putus asa untuk mencari uang tambahan demi membiayai pendidikan anaknya juga agar anaknya tetap bisa melanjutkan sekolah nya dan tidak berhenti di tengah jalan .

Ibu Nanik mempunyai pandangan” bahwa dengan manusia mempunyai pendidikan yang tinggi,Akan bisa mempunyai kwalitas dan kehidupan yang akan lebih baik” .

Hal itu sesuai dengan isi buku yang dikarang oleh Mangekar yang berbunyi“ Kualitas manusia tidak dapat dipungkiri dari peranan

pendidiakan dalam memberikan kemampuan kepada manusia untuk

memperkaya horizon pilihanya itu “( .M.Mangekar , 2008 :50 )

Meskipun penghasilan dari jualan makanan kecil dan tambahan kerjaan tidak cukup untuk mencukupi, namuncukup untuk membayar biaya tambahan pendidikan lain. Dengan demikian Ibu Nanik mempunyai penghasilan yang kurang dari cukup, namun Beliau mempunyai semangat tinggi dalam masalah pendidikan ( Wawancara dikediamn Ibu Nanik , 2008 :17- 18 Februari ).

Berbeda dengan keluarga bapak Margono mengenai usaha mereka untuk membiayai pendidikan anak – anaknya Bapak Margono dan istrinya yang bernama juminem, dimana keduanya hanya menempuh pendidikan sekolah dasar saja. Bapak Margono yang dulunya bekerja di perusahaan swasta yang ada di Salatiga sebagi karyawan garmen . Namun sekarang

Bapak Margono sudah pensiun sebagai karyawan garmen dan sekarang bekerja sebagai pekerja serabutan,Seperti kuli bangunan, bahkan sebagai pengembala atau perawat kambing tetangganya dengan bayaran yang tidak lumayan besar dari gaji pekerjaan Bapak Margono dulu, sekitar 100 - 150 ribu. Akan tetapi pendapatanya sekarang juga dibantu oleh Sang Istri yang bernama Tuminem yang membuat makanan kecil yaitu kerupuk rambak, dan hasilnya bisa menambahi keperluan sehari - hari untuk keluarga .

Bapak Margono dan ibu Tuminem yang dikaruniai 2 orang anak yang sekarang telah berumah tangga dan bekerja di perusahaan swasta sebagai karyawan. Menceritakan perjuangan bapak Margono dan Ibu Tuminem untuk menyekolahkan anak - anaknya mulai dari tk sampai sma, Meskipun tidak sampai perguruan tinggi dilakukan dengan perjuangan dan kemauan keras, mereka menyekolahkan anaknya agar tidak seperti Bapak Margono dan ibu tuminem yang hanya duduk sampai sekolah dasar saja, bapak Margono dan ibu Tuminem tidak ingin kedua anaknya memperoleh pendidikan hanya sampai sekolah dasar akan tetapi,Berkeinginan agar anaknya bisa sampai yang lebih tinggi minimal lulus Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Berbagai usaha bapak Margono dan Ibu Tuminem lakukan untuk membiayai pendidikan bagi kedua anaknya yang bernama Slamet Sugiarto sebagai anak yang pertama dan Haryanto sebagai anak kedua putra bapak Margono. awalnya bapak Margono juga sangat bingung bagaimana

membiayai kedua putranya untuk bisa menempuh pendidikan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas walaupun tidak sampai keperguruantinggi ,Dulu bapak Margono bekerja sebagai karyawan damatex dan masih mempunyai penghasilan yang cukup untuk kebutuhan sehari - hari maupununtuk membiyai keperluan pendidikan anak – anaknya yaitu Slamet Sugiarto dan Haryanto.

Namun dalam membiayai sekolah anaknya bapak Margono dan ibu Tuminem berusaha keras dan saling bekerja sama agar anaknya mendapatakan pendidikan yang layak dan lebih tinggi dari bapak Margono dan ibu Tuminem, dan pada akhirnya dapat mnenyekolahkan anak lelakinya yang pertama sampai SMA ,Setelah bapak Margono sudah tidak bekerja sebagai karyawan diperusahaan, yang dulu bapak margono bekerja,beliau melajutkan dengan pekerjaan serabutan yang mana penghasilan dari pekerjaan serabutan itu tidak terlalu besar untuk membiayai pendidikan anak keduanya yaitu Haryanto. Meskipun uang pesangon dari perusahaan, cukup untuk membiayai pendidikan anaknya yang kedua ,namun uang itu digunakan juga untuk kebutuhan pokok dan sebagian diberikan kepada sang istri ibu Tuminem untuk membuka usaha kecil membuat kerupuk rambak , walaupun anak keduanya sudah bekerja dan terkadang memberikan bantuan kepada bapak Margono dan ibu Tuminem setelah anaknya itu mendapatkan gaji, namun tidak bisa menutup untuk membiayai keperluan anaknya Haryanto yang sudah duduk dibangku STM, Dimana membutuhkan biaya yang lebih , hal ini tidak menyusutkan bapak Margono

dan sang istri untuk lebih keras lagi demi membiayai sekolah anaknya yang kedua. Segala cara bapak Margono lakukan sebagaimana sudah peneliti sampaikan di depan tadi apa pekerjaan bapak Margono.

Oleh karena itu bapak Margono banyak memutar otak bagaimana bisa membiayai pendidikan anaknya Haryanto agar tidak putus sekolah, sang istri ibu Tuminem membantu bapak Margono berjualan makanan kecil yang berupa kerupuk kerambak. Kerupuk itu dititipkan di warung - warung kecil,Pembuatan kerupuk rambak dibantu oleh suaminya,dan kedua putranya. Selain dijual di warung, kerupuk itu ada yang dijual secara perkiloan di rumah beliau.

Walaupun hasil dari menjual kerupuk rambak tidak selalu memperoleh hasil yang tak menentu,tapi setidaknya bisa membantu membiayai pendidikan putranya Haryanto, yang pada akhirnya anaknya itu lulus dari STM. Kegigihan bapak Margono dan ibu Tuminem sekarang mendapatkan hasil, Kedua anaknya yang telah lulus sekolah tingkat pertama bahkan sekarang kedua anaknya sudah bekerja dan berkeluarga, dan hidup sudah mulia,Walaupun tidak sampai menyekolahklan anaknya sampai keperguruan tinggi, Tetapi bapak Margono dan ibu tuminem tetap senang karena anaknya sudah bisa bekerja dan hidup dengan layak ( Wawancara di rumah bapak Margono ,2008:21-22 Februari ).

Berbeda pula dengan usaha yang dilakukan keluarga bapak Mulyono dan ibu Ersa yang mempunyai 2 orang anak laki – laki bernama Dicky dan yoga.

Bapak Mulyono dan ibu Ersa yangbekerja sebagai karyawan di perusahaan garmen di salatiga yang mempunyai penghasilan perbulan bila digabung dengan sang suami sebesar 1 juta 6 ratus,Uang itu dibagiuntuk kebutuhan sehari – hari, Semisal membayar listrik,air, dan untuk membiayai pendidikan anak - anaknya. bapak Mulyono yang kini sudah berhenti sebagai karyawan garmen,tinggal seorang istri yang masih bekerja. bapak Mulyono yang hanya berpendidikan sampai SLTA, sedangkan ibu Ersa juga berpendidikan hanya sampai SLTP,Yang kini mempunyai 2 orang anak, Anak yang pertama sudah menempun jenjang pendidikan SLTP sedangkan anak yang kedua menempuh SD.

Melihat kondisi seperti itu bapak Mulyono yang sudah tidak bekerja lagi karena masa kontrak di perusahaan garmen sudah berakhir, tinggal istrinya saja yang bekerja, bapak Mulyono harus berpikir keras lagi untuk mengelolauang penghasilan bersama sang istri ibu Ersa akhirnya mempunyai jalan keluar untuk pengelolaan uang penghasilannya,yaitu dengan menabung sebagian penghasilannya di Bank. Karena dengan begitu uanganya bisa dipilah – pilah untuk kebutuhan sehari – hari dan untuk pendidikan anaknya.

Bahkan setelah bapak Mulyono tidak bekerja lagi diperusahaan garmen, beliau belum dapat pekerjaan lagi , dan hanya mengandalkan dari sang istri saja, walaupun biaya pendidikan sekarang sangat mahal.

Namun bapak Mulyono dan sang istri tetap menyekolahkan anaknya, Meskipun harga kebutuhan juga mahal, Namun beliau tetap menyekolahkan anaknya sampai keperguuan tinggi.

Kerja keras bapak Mulyono dan ibu Ersa menui hasilnya kedua anaknaya kini masih tetap bersekolah, anaknya sekarang duduk di kelas 5 sekolah dasar yang bernama Yoga, Sedangkan anaknya yang pertama sekarang sudah duduk di sekolah menengah kejuruan. bapak Mulyono dan sang istri ingin anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan hidup lebih baik dari bapak dan ibu Mulyon (Wawancara dirumah bapak Mulyono,2008;23- 24 Februari).

Dari wawancara yang terakhir ini peneliti mewawancarai dari keluarga bapak Suwarno dan sang istri ibu Sujinem yang keduanya merupakan keluarga menengah ke bawah. bapak Suwarno yang berprofesi sebagai buruh di sebuah agen besar yang menjual kebutuhan pokok seperti gandum , minyak goreng ,beras,dan minyak tanah, Sedangkan sang istri ibu Sujinem bekerja sebagi ibu rumah tangga.Keluarga bapak Suwarno dan sang istri dikaruniai 2 orang anak, anak pertama laki - laki yang bernama Agus Widodo dan anak kedua perempuan yang bernama Riris Setyo.

Seperti halnya keluarga yang lainya dalam masalah usaha membiayai pendidikananak - anaknya bapak Suwarno serta sang istri ibu Sujinem juga mempunyai cerita tersendiri melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti di rumah bapak Suwarno dan istrinya ibu Sujinem.

Awalnya bapak Suwarno yang bekerja sebagai buruh agen kebutuhan sehari– hari,sangat bingung ketika anaknya mulai masuk jenjang TK sampai SLTA , bapak Suwarno yang hanya mengandalkan gaji dari buruh selama 1 bulan ,sedangkan sang istri hanya bisa membantu dengan berjualan makanan kecil,Itu tidak berlangsung lama hanya sebentar.Namun dengan begitusedikit meringankan bapak Suwarno dalam memenuhi kebutuhan sehari - hari danpaling penting adalah bisa membiayai pendidikan anak - anaknya. Mengingat upah yang diterima bapak Suwarno sebagai buruh tidak menentu terkadng mendapat upah banyak dan terkadang mendapatkan upah sedikit antara 150 ribu - 450 ribu tergantung ramai tidak barang yang didatangkan di agen untuk diangkut atau di pikul oleh bapak Suwarno.

Bapak Suwarno tidak patah arang untuk bisa mencari uang dengan sang istri, Pendidikan kedua anaknya dengan cara yang halal. Saat kedua anaknya meminta uang spp dan bapak Suwarno belum mendapatakn gaji, beliau meminta sang istri ibu Sujinem untuk meminjam uang kepada tetangga guna keperluan pembayaran spp anaknya, supaya anaknya tetap sekolah , dan masalah biaya pendidikan untuk saat ini memang dirasakan sangat mahal bagi keluarga ekonomi menengah kebawah dan tidak berpihak kepada mereka.

Meskipun nantinya bapak Suwarno dan sang istri memutar otak untuk melunasi hutang tetangga, namun tidak dirasakan oleh bapak suwarno dan istri asalkan anaknya bisa tetap sekolah .bapak Suwarno dan Ibu Sujinem mempunyai keinginan agar anak - anaknya tidak mendapatkan pendidikan seperti bapak dan ibu suwarno yang hanya sampai pendidikan dasar saja, dan keinginan bapak serta ibu suwarno ingin membekali anak –

anaknya dengan ilmu yang tinggi , dan agar anak - anaknya mendapatkan penghidupan yang lebih baik lagi dari pada ibu dan bapak suwarno di kemudian hari.

Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Eko Prasetyo dalam bukunya yang berjudul pendidikan kritisSejatinya pendidikan itu mengembalikan manusia yang berada dalam jeratan krisis sosial, dan menghendakikehidupan

yang lebih baik “ ( Eko Prasetyo , 2008 :64 ).

Pada akhirnya kerja keras bapak dan ibu Suwarno menghantarkan anaknya lulus sampai SLTA,Bahkan anaknya ada yang sudah bekerja dan impian bapak Suwarno bisa terwujud juga untuk menyekolahkan kedua anaknya ke jejang SLTA (Wawancara dirumahdi rumah bapak Suwarno , 2008 :25- 26 Februari ).

Dari berbagai wawancara yang disebutkan oleh peneliti bagaimana usaha yang dilakukan oleh keluarga kurang mampu di jalan Langen Rejo Gendongan,mulai dari keluarga yang kurang mampu, dan setengah mampu dapat disimpulkan,bahwa keadaan ekonomi yang menimpa 6 keluarga yang berbeda statussosial ekonomi ,tidak menyurutkan mereka untuk menyekolahkan anak- anaknya ke jejang sekolah dasar sampai keperguruan tinggi .

Meskipun dengan usaha yang keras dan membanting tulang mencari uangbahkan mencari dengan usaha kecil yang penting halal , asalkan anak - anaknya mendapatkan pendidikan yang layak seperti orang berstatus sosial tinggi .

Walaupun biaya pendidikan sekarang ini begitu mahal yang dirasakan oleh keluarga ibu Nanik ,bapak Prastiwo ,bapak Margono, bapak Mulyono ,dan bapak Suwarno ,Bahkan tidak berpihak kepada mereka, mereka tidak berputus asa untuk menyekolahkn anak – anaknya walaupun biayanya setinggi langit ,asalkan anaknya bisa mengenyam pendidikan .

Kemudian pada akhirnya anak - anaknya bisa sampai mengeyam pendidikan SLTA bahkan sampai keperguruan tinggi. itulah kesimpulan analisis dariwawancara yang dilakukan peneliti kepada 6 responden dari 6 keluarga yang berbeda dalam tingkat ekonomi, dan jenjang pendidikan mapun profesi pekerjaaan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwa kondisi pendidikan Keluarga kurang mampu di Langen Rejo,Sebagaimana dalam analisis di bab IV sudah bisa digolongkan sangat tinggi terlihat dari hasil wawancara dengan peneliti, juga diperkuat dengan data – data mengenai tingkat pendidikan masyarakat Langen Rejo mencapai 333 orang ,dengan rincian perguruan tinggi 11 orang ,sekolah Dasar 19 orang, 13 orang masyarakat mengeyam SLTP,2 orang lagi SLTA, lalu kelulusannya juga sangat seimbang pula, Misalnya lulusan sekolah dasar 53 orang,43 lulusan SLTP, serta lulus SLTA 129 ,walaupun ada pula yang tidak bisa melanjutkan Pendidikan sebanyak 10 orang

Dokumen terkait