• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Analisis Usaha Ternak

Menurut Rahim dan Hastuti (2007), analisis R/C (revenue cost ratio) merupakan perbandingan (ratio/nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Menurut Soekartawi (1995) dalam Abas, (2012), komponen biaya dapat dianalisis keuntungan usaha ternak dengan menggunakan analisis R/C Ratio. R/C adalah singkatan dari (revenue/cost ratio) atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya.

31

Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah usaha ternak itu menguntungkan atau tidak dan layak untuk dikembangkan. Jika hasil R/C Ratio lebih dari satu maka usaha ternak tersebut menguntungkan, sedangkan jika hasil R/C Ratio sama dengan satu maka usaha ternak tersebut dikatakan impas atau tidak mengalami untung dan rugi dan apabila hasil R/C Ratio kurang dari satu maka usaha ternak tersebut mengalami kerugian.

2.5 Kopi

Kopi adalah minuman yang diekstrasi dari penyangraian biji kopi, yang berasal dari biji pohon kopi. Kopi merupakan salah satu komiditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (coffea canephora) dan Kopi Arabika (coffea arabica).

Pemrosesan kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang yaitu dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun dengan tangan kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan sebelum menjadi kopi gelondong. Proses selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat derajat yang bervariasi. Setelah penyangraian biji kopi digiling atau dihaluskan menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat diminum.

Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Ethiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik,

32

kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).

2.5.1 Kopi arabika

Kopi Arabika (Coffea arabica) tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1700 mdpl, suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut. Kopi arabika peka terhadap penyakit karat daun Hemileia vastatrix (HV), terutama bila ditanam di daerah dengan elevasi kurang dari 700 mdpl.

Kopi yang berasal dari Brasil dan Etiopia ini menguasai 70% pasar kopi dunia. Kopi arabika memiliki banyak varietas, tergantung negara, iklim, dan tanah tempat kopi ditanam, diantaranya kopi toraja, mandailing, kolumbia dan brasilia. Berikut ciri-ciri pohon kopi arabika

1. Aromanya wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah. Hidup di daerah

yang sejuk dan dingin.

2. Memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis robusta. 3. Memiliki bodi atau rasa kental saat disesap di mulut.

4. Rasa kopi arabika lebih mild atau halus. 5. Kopi arabika juga terkenal pahit.

Ciri-ciri pohon kopi arabika

1. Cenderung tumbuh di daratan tinggi (1000m – 2000m).

2. Jumlah biji kopi yang dihasilkan lebih rendah.

3. Butuh waktu 9 bulan untuk proses bunga menjadi buah. 4. Berbuah di suhu yang lebih dingin.

33

2.5.2 Kopi robusta

Kopi Robusta merupakan keturunan beberapa spesies kopi,

terutama Coffea canephora. Tumbuh baik di ketinggian 400-700 mdpl, temperatur 21-24° C dengan bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman. Kualitas buah lebih rendah dari Arabika dan Liberika.

Menguasai 30% pasar dunia. Kopi ini tersebar di luar Kolumbia, seperti di Indonesia dan Filipina. Kopi robusta sama seperti arabika, kondisi tanah, iklim, dan proses pengemasan kopi ini berbeda untuk setiap negara dan menghasilkan rasa yang sedikit banyak juga berbeda. Berikut ciri-ciri kopi robusta.

1. Memiliki rasa yang lebih seperti cokelat. 2. Bau yang dihasilkan khas dan manis.

3. Warnanya bervariasi sesuai dengan cara pengolahan. 4. Memiliki tekstur yang lebih kasar dari arabika. Ciri – ciri pohon kopi robusta

1. Lebih rentan diserang serangga.

2. Tumbuh di daratan rendah (700 m dpl). 3. Jumlah biji kopi yang dihasilkan lebih tinggi.

4. Butuh waktu 10-11 bulan untuk proses bunga menjadi buah.

5. Berbuah di suhu udara yang lebih hangat 2.5.3 Kopi luwak

Asal mula kopi luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman, pada era

34

"Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna.

Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim,maka kopi luwak menjadi kopi yang mahal sejak zaman kolonial.

Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Indera penciumannya yang peka, luwak memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak.

35

2.6 Luwak

Luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang dan garangan (viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus dan di Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Hewan ini juga dipanggil dengan

berbagai sebutan lain seperti musang (nama umum, Betawi), careuh

bulan (bahasa sunda), luak atau luwak (bahasa jawa), serta common palm civet, common musang, house musang atau toddy cat dalam bahasa Inggris. Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.

Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar di sebelah tubuhnya.

Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.

Dokumen terkait