• Tidak ada hasil yang ditemukan

.

/

.

/

X

Xi

X

X

LQ

ij

=

ij j Keterangan :

LQij : Indeks Location Quotient iuntuk komoditas j

Xij : Luas areal pengusahaan komoditas i di kecamatan j (ha) X.j : Luas areal total pengusahaan komoditas di kecamatan j (ha)

Xi. : Luas areal total pengusahaan komoditas i di Kabupaten Tulang Bawang (ha)

X.. : Luas areal total pengusahaan seluruh komoditas di wilayah Kabupaten Tulang Bawang (ha)

Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, digunakan batasan sebagai berikut :

- Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktivitas di kecamatan-j secara relatif dibandingkan dengan total kabupaten atau terjadi pemusatan aktifitas di kecamatan-j.

- Jika nilai LQij = 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total atau konsentrasi aktifitas di kecamatan-j sama dengan rata-rata total kabupaten.

- Jika nilai LQij < 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dengan aktifitas secara umum ditemukan di seluruh kabupaten. Untuk mendukung analisis LQ ini digunakan analisis Location Index (LI) dengan persamaan :α = (Xij/X.j)−Xi./X..). Setelah diperoleh hasil perhitungan, maka hasil perhitungan yang bernilai positif saja yang digunakan untuk komoditas yang diselidiki. Nilai α yang mendekati 1 artinya pengusahaan komoditas tersebut terkonsentrasi di suatu daerah.

C. Analisis Usahatani

Analisis usahatani dilakukan untuk mengetahui nilai tambah yang akan diperoleh petani di Kawasan Transmigrasi Mesuji, apakah usaha yang dilakukan petani menguntungkan atau tidak, sehingga dalam jangka panjang usahatani tersebut layak dikembangkan atau tidak. Metode analisis finansial untuk

mengetahui nilai ekonomis usaha tani melalui perhitungan nilai BC Rasio, IRR, dan NPV.

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Metode ini menghitung selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang sekarang (at present value) dengan rumus :

=

+

=

n t t

i

Ct

Bt

NPV

1

(1 )

(

dimana :

Bt = Penerimaan kotor dari usahatani pada waktu t; Ct = Biaya kotor dalam usahatani padawaktu t

n = Umur ekonomis tanaman

i = Discout rate

Kriteria yang digunakan adalah apabila : (a) nilai NPV>0, maka pengembangan komoditi layak untuk diusahakan; (b) nilai NPV<0, maka pengembangan komoditi tidak layak untuk diusahakan; dan (c) nilai NPV = 0, maka pengembangan komoditi mencapai break even point.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang dihasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0). Tingkat bunga tersebut merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk faktor produksi yang digunakan. Perhitungan IRR ditulis dengan rumus :

)

'

"

(

)

"

'

(

'

i

i

NPV

NPV

NPV

i

IRR

+

=

Dimana :

i’ = nilai percobaan pertama untuk discount rate; i” = nilai percobaan kedua untuk discount rate; NPV’ = nilai percobaan pertama untuk NPV; NPV” = nilai percobaan kedua untuk NPV.

Kriteria yang digunakan adalah apabila : (a) nilai IRR> 1, maka pengembangan komoditas layak untuk diusahakan ; (b) nilai IRR<1, maka pengembangan komoditas tidak layak untuk diusahakan; dan (c) nilai IRR = 1, maka pengembangan komoditi mencapai break even point.

c. Net Benefit Cost Ratio (Net BCR)

Net Benefit Cost Ratio (Net BCR) adalah nilai perbandingan antara nilai manfaat bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya saat ini. Net BCR dengan menggunakan rumus :

+ − + − = n i t n t t i Bt Ct t i Ct Bt NBCratio ) 1 ( ) ( ) 1 ( ( 1 dimana :

Bt = Penerimaan kotor usahatani pada tahun t; Ct = Biaya kotor dalam usahatani pada tahun t;

n = Umur ekonomis lada rakyat

i = Discount rate.

Hasil perhitungan NBCR ratio akan memiliki dua kategori, yaitu jika Net BCR 1 maka pengusahaan komoditas terpilih tersebut layak, namun jika nilai Net BCR < 1 maka pengusahaan komoditas terpilih tersebut tidak layak.

Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan petani dan pedagang pengumpul. Sampling diambil pada desa yang mewakili hierarki I, II dan III (hasil analisis Skalogram). Tiap-tiap hierarki diwakili oleh 2 desa, masing masing desa diwakili 5 kelompok tani, masing-masing kelompok tani diwakili oleh 3 orang. D. Analisis Efisiensi Margin Pemasaran

Marjin pemasaran diartikan sebagai perbedaan harga pada tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen. Analisis marjin pemasaran dapat digunakan untuk melihat efisiensi dan efektivitas pemasaran (Benu, 1991 dalam

Hastuti, 2001). Marjin pemasaran terbagi dan tersebar diantara para pelaku pemasaran seperti petani sebagai produsen, pedagang pengumpul, pedagang semantara, eksportir (apabila komoditas diekspor).

Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran komoditas dalam aktivitas agribisnis. Analisis ini dilakukan pada komoditas tertentu saja yang merupakan komoditas unggulan terpilih, yang ditentukan berdasarkan kriteria tertentu, seperti kekhasan komoditas tersebut pada suatu wilayah, permintaan pasar terhadap komoditas tersebut, nilai ekonomis, penyerapan tenaga kerja dan lain-lain. Selanjutnya untuk meramalkan kemungkinan dampak yang ditimbulkan berupa peningkatan pendapatan dan perluasan penyerapan tenaga kerja dilakukan juga dianalisis secara spasial terhadap rantai pemasaran beberapa komoditas utama dalam bentuk pipa-pipa aliran yang menunjukkan keterkaitan hubungan antar rantai pemasaran yang ada.

Komoditas yang dikaji dalam analisis marjin pemasaran ini meliputi padi, jagung, kelapa sawit dan karet. Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data primer yang diperoleh melalui survei dan wawancara kepada petani, pedagang pengumpul, pedagang besar.

Sampling pada tingkat petani diambil terhadap petani pada masing-masing desa yang mewakili hierarki I, II dan III (hasil analisis Skalogram). Tiap-tiap hierarki diwakili oleh 2 desa, masing masing desa diwakili 5 kelompok tani, masing-masing kelompok tani diwakili oleh 3 orang. Untuk tingkat kelembagaan pemasaran yang lebih tinggi dilakukan berdasarkan survei terhadap pedagang pengumpul dan pedagang besar pada jalur pemasaran komoditas unggulan yang diproduksi kawasan transmigrasi Mesuji.

Di Kawasan Transmigrasi Mesuji diidentifikasi terdapat beberapa jalur pemasaran utama terhadap hasil produksi petani daiantaranya :

1. Produksi padi : Petani – Pedagang Pengumpul I – Pedagang Pengumpul II– Konsumen Metro

Petani – Pedagang Pengumpul I – Pedagang Pengumpul II – Konsumen Bandar Lampung

1. Produksi jagung : Petani – Pedagang Pengumpul I – pedagang Pengumpul II – Konsumen Bandar Lampung

2. Produksi Sawit : Petani – Pedagang Pengumpul I – Pabrik di Kecamatan Tanjung Raya

3. Produksi Karet : Petani – Pedagang Pengumpul I – Pedagang Pengumpul II– Pabrik Bandar Lampung

Petani – Pedagang Pengumpul I – Pedagang Pengumpul II – Pabrik Palembang

Model yang digunakan untuk menghitung margin pemasaran tersebut :

fi ji ji P P M = − atau π + =b Mji Dimana :

Mji = Marjin pemasaran pada tingkat lembaga pemasaran ke-j di wilayah ke-i Pji = Harga komoditas unggulan di tingkat lembaga pemasaran ke j pada

wilayah ke i

Pfi = Harga Komoditas unggulan di tingkat lembaga pemasaran ke f (sebelum lembaga pemasaran ke j) pada wilayah ke i

b = Biaya Pemasaran

π = Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran.

Total marjin pemasaran pada setiap subsistem dalam agribisnis merupakan penjumlahan dari marjin pada setiap lembaga pemasaran pada setiap sub sistem dan wilayah tersebut.

Identifikasi Pusat Pertumbuhan dan Pusat Aktivitas Pelayanan (Hirarki Wilayah)

Dokumen terkait