• Tidak ada hasil yang ditemukan

=b Mji Dimana :

Mji = Marjin pemasaran pada tingkat lembaga pemasaran ke-j di wilayah ke-i Pji = Harga komoditas unggulan di tingkat lembaga pemasaran ke j pada

wilayah ke i

Pfi = Harga Komoditas unggulan di tingkat lembaga pemasaran ke f (sebelum lembaga pemasaran ke j) pada wilayah ke i

b = Biaya Pemasaran

π = Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran.

Total marjin pemasaran pada setiap subsistem dalam agribisnis merupakan penjumlahan dari marjin pada setiap lembaga pemasaran pada setiap sub sistem dan wilayah tersebut.

Identifikasi Pusat Pertumbuhan dan Pusat Aktivitas Pelayanan (Hirarki Wilayah)

A. Analisis Skalogram

Analisis skalogram dilakukan untuk menentukan hierarki desa-desa di kawasan KTM. Dalam metode skalogram, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit desa didata dan disusun dalam satu tabel. Metode skalogram ini bisa digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas setiap desa, atau menuliskan ada/tidaknya fasilitas tersebut di suatu desa tanpa memperhatikan jumlah/kuantitasnya.

Analisis skalogram pada penelitian ini menggunakan data Potensi Desa (Podes) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2006. Variabel yang digunakan sebagai penentu hirarki adalah jumlah jenis fasilitas, jumlah unit fasilitas dan

jumlah penduduk. Adapun fasilitas-fasilitas umum yang diidentifikasi berupa fasilitas pendidikan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, olah raga, industri dan fasilitas perdagangan,

Tahapan dalam penyusunan skalogram adalah sebagai berikut :

1. Fasilitas disusun sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam unit-unit desa. Fasilitas yang tersebar merata diseluruh desa diletakkan dalam urutan paling kiri dan seterusnya sampai fasilitas yang terdapat paling jarang penyebarannya di seluruh unit desa yang ada diletakkan di kolom tabel paling kanan. Angka yang dituliskan adalah jumlah fasilitas yang dimiliki setiap unit desa seperti ilustrasi yang tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Ilustrasi Tabel Penyusunan Jumlah Fasilitas dan Penyebaranya di Dalam Unit-Unit Desa

Desa Populasi (Jiwa) Puskesmas SD Bank

Utara 355555 4 5 1

Selatan 25555 3 3 1

Barat 17555 2 3 0

Timur 23000 1 2 0

2. Penyusunan dilakukan sedemikian rupa dimana unit desa yang mempunyai ketersedian fasilitas paling lengkap terletak pada susunan paling atas, sedangkan unit desa dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap terletak pada susunan paling bawah

3. Seluruh fasilitas dijumlahkan secara horizontal, baik jumlah jenis fasilitas maupun jumlah unit fasilitas di setiap unit desa.

4. Masing-masing unit fasilitas dijumlahkan secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar diseluruh unit desa.

5. Dari hasil penjumlahan ini diharapkan diperoleh urutan. Posisi teratas merupakan desa yang mempunyai fasilitas umum terlengkap, sedangkan posisi terbawah merupakan desa dengan ketersediaan fasilitas umum paling tidak lengkap. Hal ini disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Jumlah dan Jenis Sarana dan Prasarana

Kec. Populasi Puskesmas SD Bank Jumlah Jenis Jumlah Unit Utara 355555 4 5 1 3 10 Selatan 25555 3 3 1 3 7 Barat 17555 2 3 0 2 5 Timur 23000 1 2 0 2 3

6. Jika dari hasil penjumlahan dan pengurutan ini diperoleh dua desa dengan jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang sama, maka pertimbangan ketiga adalah jumlah penduduk. Desa dengan jumlah penduduk lebih tinggi diletakkan pada posisi di atas.

7. Disamping cara sebagaimana telah disebutkan diatas terdapat cara lain yang merupakan modifikasi dari metode skalogram yaitu dengan penentuan indeks perkembangan desa dengan berdasarkan jumlah penduduk dan jenis fasilitas pelayanan (Rustiadi et al., 2005). Model untuk menentukan nilai indeks perkembangan desa (IPj) suatu wilayah atau pusat pelayanan adalah sebagai berikut :

= n i ij j I IP ' i ij ij SD I I I' = imin Dimana :

IPj = Indeks Perkembangan desa ke-j

Iij = Nilai indikator perkembangan ke-i desa ke-j I’ij = Nilai indikator perkembangan ke-i

terkoreksi/terstandarisasi desa ke-j

Ii min = Nilai indikator perkembangan ke-i terkecil SDi = Standar deviasi indikator perkembangan ke-i Nilai-nilai yang diperoleh berdasarkan hasil penjumlahan tahapan skalogram diatas akan digunakan untuk mengelompokkan unit desa dalam kelas-kelas yang dibutuhkan atau hierarki desa. Diasumsikan bahwa kelompok yang diperoleh berjumlah 3, yaitu kelompok I dengan tingkat perkembangan tinggi, kelompok II dengan tingkat perkembangan sedang dan kelompok III dengan tingkat perkembangan rendah. Selanjutnya ditetapkan suatu konsensus misalnya jika nilainya adalah lebih besar atau sama dengan (2 x standar deviasi + nilai rata-rata) maka dikategorikan tingkat perkembangan tinggi, jika antara nilai rata-rata

samapai ( 2 x standar deviasi + nilai rata-rata) maka termasuk tingkat perkembangan sedang, dan jika nilai kurang dari nilai rata-rata maka termasuk dalam tingkat perkembangan rendah.

Secara matematis kelompok tersebut adalah : IPj > X rata-rata + 2Stdev (tinggi)

Xrata-rata < IPj < + 2 Stdev (sedang)

IPj < Xrata-rata (rendah)

B. Penggalian Persepsi Masyarakat dengan Analisis AHP (Analytical

Hierarchy Process)

Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan untuk mengetahui dan menggali persepsi dari unsur-unsur pengambil kebijakan dan masyarakat terhadap penentuan pusat aktivitas KTM. Dalam menetapkan suatu kebijakan, maka perumusan kebijakan akan dihadapkan pada banyak faktor, baik yang besifat kuantitatitf maupun kualitatif. Dengan menggunakan metode AHP, maka semua faktor yang dianggap berpengaruh terhadap suatu kebijakan akan dilakukan dalam perhitungan.

Beberapa keuntungan dari penggunaan metode AHP antara lain adalah : 1. Dapat mempresentasikan suatu sistem yang dapat menjelaskan bagaimana

perubahan pada level yang lebih tinggi mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur pada level yang lebih rendah.

2. Membantu memudahkan analisis guna memecahkan persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan memberikan skala pengukuran yang jelas guna mendapatkan prioritas.

3. Mampu mendapatkan pertimbangan yang logis dalam menentukan prioritas dengan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Mengukur secara komprehensif pengaruh unsur-unsur yang mempunyai korelasi dengan maslah dan tujuan, dengan memberikan skala pengukuran yang jelas.

Menurut Saaty (1980) dalam Mirza (2006), langkah-langkah yang dilakukan dalam metode AHP adalah :

1. Mengidentifikasi/menetapkan masalah yang muncul; 2. Menetapkan tujuan, kriteria dan hasil yang ingin dicapai;

3. Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang mempunyai pengaruh terhadap masalah yang ditetapkan;

4. Menetapkan struktur hierarki. Hierarki adalah suatu sistem yang tersusun dari beberapa level/tingkatan, dimana masing-masing tingkat mengandung beberapa unsur atau faktor.

5. Menentukan hubungan antara masalah dengan tujuan, hasil yang diharapkan, pelaku/objek yang berkaitan dengan masalah, dan nilai masing-masing faktor.

6. Membandingkan alternatif (comparative judgement)

7. Menentukan faktor-faktor yang menjadi prioritas (synthesis of priority) 8. Menentukan urutan alternatif dengan memperhatikan logical consistency

Sarana yang digunakan dalam AHP adalah dengan memberikan kuisioner kepada responden terpilih yang mengetahui dan memahami dengan baik masalah yang menjadi objek penelitian. Metode sampling yang digunakan adalah

purposive sampling. Kriteria responden adalah pihak-pihak yang terlibat langsung atau minimal pernah terlibat dalam perumusan kebijakan serta dianggap memahami tentang perencanaan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi Mesuji, terutama masyarakat dan Pemerintah daerah kabupaten Tulang bawang. Kriteria responden tersebut dimaksudkan agar jawaban yang diperoleh dapat mencerminkan kondisi yang lebih realistis dalam penentuan prioritas kebijakan pengembangan KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji.

Responden diambil terhadap Responden untuk analisis AHP terdiri dari unsur masyarakat dan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang masing-masing di wakili oleh satu orang yang dianggap mengerti dan terlibat langsung dalam penyusunan kebijakan. Responden yang dipilih tersebut antara lain Sekretaris Daerah Kabupaten, unsur Bappeda Kabupaten Tulang Bawang, unsur perencanaan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Tulang Bawang, unsur perencanaan Dinas Pertanian Kabupaten Tulang Bawang, unsur perencanaan Dinas Perkebunan Kabupaten Tulang Bawang dan perwakilan anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang. Dalam penelitian ini analisis AHP dilakukan dengan menggunakan program aplikasi Axpert Choice 200.

Goal Kriteria Alternatif

Gambar 2. Struktur AHP Terhadap Penentuan Pusat Aktivitas Pelayanan KTM Identifikasi Tiplologi Kelembagaan

Analisis Tipologi Kelembagaan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berbagai tipologi kelembagaan yang ada di di Kawasan Transmigrasi Mesuji. Tipologi kelembagaan di kawasan transmigrasi Mesuji didasarkan pada tingkat keberlanjutan kelembagaan. Dalam studi ini penentu keberlanjutan kelembagaan didasarkan pada tiga hal, yaitu: (1) pelayanan terhadap anggota; (2) peranserta anggota; dan (3) good governance. Dari Perspektif Social Capital, yang intinya membangun dan mengembangkan hubungan kelembagaan (institutional-networking), dapat dijelaskan bahwa interaksi atau “keseimbangan dinamis” antara “pelayanan” dan “peranserta” merupakan suatu kapital sosial kelembagaan yang mengindikasikan bahwa secara kelembagaan dicapai suatu “keberhasilan proses manajemen”. Sedangkan good governance (tata kelola yang baik) mengindikasikan bahwa telah terjadi proses

PUSAT AKTIVITAS SumberDaya Wilayah Sosial Fisik Wilayah Perekonomian Wilayah SDA Desa B Sarana Kelembagaan kependudukan Kesetrategisan Lokasi Pertanian

Industri dan Jasa

pelembagaan pada kelembagaan tersebut yang berlandaskan pada prinsip-prinsp demokrasi, transparansi, dan akauntabilitas.

Dengan dua variabel di atas: “keseimbangan pelayanan-peranserta” dan “good governance”, dibangun tipologi kelembagaan dalam bentuk kuadran. Suatu garis kontinum horisontal (ordinat) menggambarkan tingkat keberhasilan proses manajemen yang diindikasikan dengan rendah sampai tinggi “keseimbangan pelayanan-peranserta” dalam suatu kelembagaan. Garis vertikal (absis) mengambarkan tidak berfungsi sampai dengan berfungsinya good governance. “Perpotongan” garis ordinat dan absis tersebut di atas membentuk suatu “model” kuadran atau tipologi kelembagaan.

Kuadran Pertama adalah “ruang” yang disediakan bagi sejumlah kelembagaan yang memiliki tingkat “keseimbangan pelayanan-peranserta” tinggi dan berfungsinya prinsip-prinsip good governance. Dalam Kuadran Pertama ini kelembagaan merupakan suatu kelembagaan yang sustain. Kuadran Kedua adalah “ruang” yang menjadi tempat bagi sejumlah kelembagaan yang memiliki tingkat “keseimbangan pelayanan-peranserta” rendah, tetapi prinsip-prinsip good governance nya berfungsi. Dalam Kuadran Kedua ini kelembagaan merupakan suatu kelembagaan yang semi-sustain dengan kendala manajemen. Kuadran Ketiga adalah “ruang” yang menjadi tempat bagi sejumlah kelembagaan yang memiliki tingkat “keseimbangan pelayanan-peranserta” rendah dan tidak berfungsinya prinsip-prinsip good governance atau bad governance. Dalam Kuadran Ketiga ini kelembagaan merupakan kelembagaan-kelembagaan yang tidak Sustain. Kuadran Keempat adalah ruang yang disediakan bagi sejumlah kelembagaan yang memiliki tingkat “keseimbangan pelayanan-peranserta” tinggi, tetapi prinsip-prinsip good governance nya tidak berfungsi. Dalam Kuadran Keempat ini kelembagaan merupakan kelembagaan yang semi-sustain dengan kendala good governance.

Penentuan responden untuk pengambilan sampel data kelembagaan dan dilakukan dengan stratified purposive sampling, yang dilakukan berdasarkan hasil analisis skalogram terhadap seluruh desa yang ada di Kecamatan Mesuji dan Mesuji Timur. Sampling diambil pada desa yang mewakili hierarki I, II dan III (hasil analisis Skalogram). Untuk data kelembagaan kelompok tani, tiap-tiap

hierarki diwakili oleh 2 desa, masing masing desa diwakili 5 kelompok tani, sedangkan untuk P3A dan Koperasi karena jumlahnya yang terbatas, dilakukan pengambilan data kelembagaan pada semua kelembagaan tersebut

Data dan informasi kuantitatif di tingkat responden, kelembagaan, dan satuan wilayah kecamatan diolah dan dianalisis melalui tabulasi frekuensi, tabulasi silang, dan regresi linier dengan menggunakan software SPSS 10. Ilustrasi hasil tabulasi tipologi kelembagaan di kawasan transmigrasi mesuji seperti disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Tabulasi Silang Tipologi Kelembagaan di Kawasan Transmigrasi Mesuji

Tata Kelola yang baik

Tipe 2 Tipe 1

Rendah Tinggi

Keseimbangan Pelayanan Peran Serta Keseimbangan Pelayanan Peran Serta

Tipe3 Tipe4

Tata Kelola yang buruk

Matriks Tujuan, Kerangka Ana$lisis Penelitian, Data yang dibutuhkan dan Hasil yang diharapkan.

Berdasarkan tujuan, kerangka analisis penelitian, data yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan maka disusun matriks sebagaimana tertera pada Tabel 6 dan diagram alir pada Gambar 3.

Tabel 6. Matrik Tujuan, Analisis, Data yang Dibutuhkan dan Hasil yang Diharapkan

No Tujuan Analisis Data dan Sumber Data Hasil yang diharapkan

Primer Skunder 1 Mengidentifikasi Potensi Pengembangan Komoditas Unggulan Analisis Potensi Komoditas Unggulan Analisis Kesesuaian Lahan, LQ, Analisis Usahatani, Analisis Efisiensi dan Margin Pasar Harga Pasar, Kelembagaan pasar Data Pengusahaan Komoditas Pertanian, Harga Pasar dan Peta Kesesuaian Lahan (Masterplan pengambangan KTM) Pengembangan dan Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Unggulan yang Dikembangkan di Kawasan Transmigrasi 2 Mengetahui Pusat-Pusat Pertumbuhan dan Pusat Aktivitas Pelayanan KTM Berdasarkan Jumlah dan Jenis Termasuk Infrastrukturnya serta Aspirasi Masyarakat dan Kelembagaan yang Mendukung.

Analisis Skalogram dan Analisis AHP Perspesi, aspirasi masyarakat dan kelembagaan yang mendukung

Fasilitas Umum dan Jumlah Penduduk (Podes 2006,BPS) Identifikasi Hierarki Pusat-pusat Aktifitas KTM dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 3. Mengidentifikasi Tipologi Kelembagaan Agribisnis di Kawasan Transmigrasi Analisis Tipologi Kelembagaan meliputi : Analisis Tabulasi Frekuensi, Tabulasi Silang, dan Analisis Regresi Wawancara dengan Kuisioner - Pengembangan Kelembagaan Masyarakat yang Berkelanjutan (Institutional Sustainable) 4 Menyusun Strategi Pengembangan KTM pada Kawasan Transmigrasi Mesuji Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan

Analisis Skalogram dan Analisis AHP, Analisis Sumberdaya Fisik Wilayah (Kesesuaian Lahan), LQ, Analisis Usaha tani, Analisis Efisiensi dan Margin Pasar, serta Analisis Kelembagaan Harga Pasar, Kelembagaan, Wawancara dengan kuisioner Data Pengusahaan Komoditas Pertanian, Harga Pasar dan Peta Kesesuaian Lahan, Fasilitas Umum dan Jumlah Penduduk (Podes 2006,BPS)

Strategi Pengembangan KTM Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat dan Kawasan pada Kawasan Transmigrasi Mesuji

Gambar 3. Bagan Alir Kegiatan Penelitian

Fasilitas Pelayanan dan Infrastruktur, Aspirasi mayarakat dan kelembagaan

yang mendukung

Sumber Daya Fisik Wilayah (Kesesuaian Lahan)

Luas Pengusahaan Komoditas Pertanian

- Peran serta anggota - Pelayanan thd. Anggota - Manfaat bagi anggota - Good governance

- Kompleksitas

Analisis Kesesuaian Lahan

Harga Pasar Komoditas Pertanian

Identifikasi Pusat Aktivitas Pelayanan

(Hirarki Wilayah)

Analisis LQ Analisis Usahatani,

Analisis Margin Pasar

Identifikasi Tipologi Kelembagaan Agribisnis Pengembangan Pusat-pusat Aktivitas Pelayanan Pengembangan Potensi Komoditas Unggulan Pengembangan Kelembagaan Masyarakat

Arahan Strategi Pengembangan KTM pada Kawasan Transmigrasi Berbasis Potensi Agribisnis Masyarakat

dan Kawasan

Analisis Skalogram, AHP Identifikasi Potensi Pngembangan Komoditas Unggulan

Analisis tabulasi frekuensi, tabulasi silang, dan metode

Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut Depnakertrans (2006) dalam hal ini pengembangan KTM menggunakan konsep Agropolitan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTM diantaranya luas kawasan transmigrasi, memiliki produk unggulan, skala ekonomi, akses, dan tingkat kepadatan penduduk yang relatif rendah. Disamping itu unit-unit permukiman transmigrasi yang telah ada diarahkan menjadi KTM harus memenuhi beberapa persayaratan diantaranya ketersediaan lahan, potensi sumber daya alam dan manusia, serta kelembagaan masyarakat yang mendukung.

Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

Kabupaten Tulang Bawang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.02 Tahun 1997, yang semula merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Utara. Luas wilayah Kabupaten Tulangbawang adalah 7.770,84 Km2 dan merupakan Kabupaten terluas di Propinsi Lampung, kurang lebih 22% dari luas wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang dipilih sebagai salah satu lokasi KTM karena memiliki potensi yang sangat besar sebagai kawasan pengembangan pertanian pangan dan perkebunan seperti padi, jagung, karet dan kelapa sawit.

Kawasan Transmigrasi Mesuji dipilih sebagai lokasi KTM karena letaknya yang strategis. Kawasan Transmigrasi Mesuji terletak di sekitar Jalan Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan antara Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung dan Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

Lokasi Kota Terpadu Mandiri (KTM) berada di Kawasan Transmigrasi Mesuji yang meliputi Kecamatan Mesuji Timur dan Mesuji Lampung. Secara geografis, lokasi KTM Mesuji Kabupaten Tulang Bawang berada pada posisi lintang dan bujur masing-masing antara 03o42’ – 04o5’ Lintang Selatan sampai dengan 105o23’ - 105o38’ Bujur Timur. Luas wilayah KTM Mesuji Kabupaten

Tulang Bawang ini adalah 46.559,94 Ha. Batas-batas lokasi ini adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Sebelah Selatan : Kecamatan Rawajitu Utara, dan

Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Raya.

Kecamatan Mesuji Timur dan Mesuji Lampung terdiri dari 22 desa, sebagaimana disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 4.

Tabel 7. Desa-desa di Lokasi KTM Kabupaten Tulang Bawang

No Nama Desa Lokasi Penempatan Tahun

Penempatan

Kecamatan Keterangan

1 Tanjung Mas

Makmur

Mesuji Atas SP6 1995-1996 Mesuji Timur Transmigrasi

2 Pangkal Mas Jaya Mesuji Atas UPT II 1993-1994 Mesuji Timur Transmigrasi

3 Pangkal Mas

Mulya

Mesuji Atas SP SP4 1994-1995 Mesuji Timur Transmigrasi

4 Muara Mas Mesuji Atas SP5 1994-1995 Mesuji Timur Transmigrasi

5 Tanjung Mas Jaya Mesuji Atas SP7 1995-1996 Mesuji Timur Transmigrasi

6 Tanjung Mas

Mulya

Mesuji Atas SP8 1995-1996 Mesuji Timur Transmigrasi

7 Eka Mulya Mesuji F SP1 1992-1993 Mesuji Timur Transmigrasi

8 Dwi Karya

Mustika

Mesuji F SP2 1993-1994 Mesuji Timur Transmigrasi

9 Wonosari Mesuji F SP3 1992-1993 Mesuji Timur Transmigrasi

10 Sungai Cambai Kampung Asli - Mesuji Timur Kampung Asli

11 Tanjung Meneng Mesuji I SP2 1983-1984 Mesuji Timur Transmigrasi

12 Talang Batu Kampung Asli - Mesuji Timur Kampung Asli

13 Margojadi Mesuji F SP1 1983-1984 Mesuji Timur Transmigrasi

14 Wiralaga I Kampung Asli - Mesuji

Lampung

Kampung Asli

15 Wiralaga II Kampung Asli - Mesuji

Lampung

Kampung Asli

16 Sungai Badak Kampung Asli - Mesuji

Lampung

Kampung Asli

17 Nipah Kuning Kampung Asli - Mesuji

Lampung

Kampung Asli

18 Sidomulyo Mesuji B SP 8 1983-1984 Mesuji

Lampung

Transmigrasi

19 Mulyasari Mesuji Atas SP11 1997-1999 Mesuji

Lampung

Transmigrasi

20 Sumber Makmur Mesuji Atas SP12 1997-1999 Mesuji

Lampung

Transmigrasi

21 Tanjung Serayan Mesuji Atas SP 10

A,B

1996-1998 Mesuji

Lampung

Transmigrasi

22 Tirta Laga Msuji Atas SP9 1996-1997 Mesuji

Lampung

Transmigrasi

Ibukota Kecamatan Mesuji Lampung adalah Wiralaga, sedangkan Ibukota Kecamatan Mesuji Timur adalah Tanjung Mas Makmur. Jarak tempuh dari Wiralaga ke ibukota Kabupaten adalah 102 km, sedangkan jarak tempuh dari Tanjung Mas Makmur ke Ibukota Kabupaten adalah 117 km.

Berdasarkan studi Widiatmaka et al. (2006) rencana pusat Kota Transmigrasi Mandiri adalah Desa Tanjung Mas Makmur (Mesuji Atas SP.6). Jumlah transmigran yang telah dimukimkan di Desa Tanjung Mas Makmur adalah 500 Kepala Keluarga dan Penempatannya dilaksanakan pada Tahun 1995/1996. Secara administratif pembinaan warga transmigran di Desa Tanjung Mas makmur telah diserahkan kepada Pemda Kabupaten Tulangbawang pada Tahun 1999/2000.

Sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah tersebut adalah jalan dan jembatan yang dibangun pada awal penempatan transmigran, sehingga kedua sarana dan prasarana tersebut kondisinya sudah memprihatinkan. Di musim kemarau jalan masih dapat dilalui, namun pada saat musim hujan kendaraan roda empat tidak dapat melintas di jalan tersebut.

Ruas jalan yang terdapat pada wilayah KTM Mesuji adalah ruas jalan Simpang Pematang – Wiralaga sepanjang 40 Km dan ruas jalan Wiralaga – Mesuji Atas sepanjang 14 Km. Kondisi kedua ruas jalan ini dalam keadaan rusak berat. Ruas jalan ini juga merupakan jalan utama menuju ke Unit Pemukiman Transmigrasi binaan dan memiliki nilai aspek ekonomis untuk mendukung kegiatan ekonomi terhadap wilayah pemukiman transmigrasi disekitarnya.

Kawasan Transmigrasi Mesuji dipilih sebagai Lokasi KTM karena letaknya yang strategis yaitu terletak di antara Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung dan Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang dihubungkan oleh Jalan Lintas Timur Sumatera. Sehingga apabila didukung dengan pengembangan aksesbilitas di Kawasan tersebut diharapkan tingkat pertumbuhannya akan tinggi, sebagai pengaruh dari adanya mobilitas ekonomi antara Sumatera Selatan dan Lampung yang melintasi kawasan tersebut.

Kondisi Fisik Wilayah

Kawasan Transmigrasi Mesuji merupakan wilayah dataran. Lokasi KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji, lahannya didominasi oleh kelas lereng <3 %, yaitu dengan luas lahan 46.411,68 hektar atau 97,95 % dari luas calon KTM Tulang Bawang. Di areal calon lokasi KTM tidak terdapat lahan yang memiliki kelas lereng >25 %. Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah calon KTM sebagian besar memiliki kelas ketinggian <10 m dpl, yaitu dengan luas mencapai 87,86 % dari luas wilayah atau 41.631,83 hektar (Widiatmaka et al., 2006). Sebaran lahan berdasarlakan lereng dan ketinggian disajikan pada Tabel 8 dan 9

Tabel 8 Sebaran Lahan Berdasarkan Tingkat Kelerengan di Lokasi KTM Kawasan Transmigrasi Mesuji

No Lereng (%) Luas Ha % 1 <3 46.411,68 97,95 2 3 – 8 969,00 2,04 3 8 – 15 3,28 0,01 4 15 – 25 - - 5 25 – 40 - - 6 >40 - - Jumlah 47.383,96 100,00

Tabel 9. Sebaran Lahan Berdasarkan Ketinggian di Lokasi KTM Kawasan Transmigrasi Mesuji No Ketinggian (mdpl) Luas Ha % 1 <10 41.631,83 87,86 2 10 – 20 3.932,25 8,30 3 20 – 30 1.610,20 3,40 4 30 – 40 209,69 0,44 5 40 – 50 - - 6 50 – 60 - - 7 >60 - - Jumlah 47.383,96 100,00

Jenis tanah di kawasan transmigrasi Mesuji dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar tanah, yaitu kelompok-kelompok tanah lahan kering, kelompok-kelompok tanah lahan basah yang memiliki ciri hidromorfik dan kelompok tanah gambut. Kelompok terakhir ini hanya memiliki luasan yang sangat kecil. Kelompok tanah lahan kering diantaranya adalah dari ordo tanah

(USDA, 1987) Kanhapludults, Hapludox, dan Tropohumods. Kelompok tanah dengan ciri hidromorfik diantaranya adalah dari ordo Dystropepts, Fluvaquents, Sulfaquents, Quartzipsamments dan Psammaquents. Kelompok tanah pertama terutama menempati areal lahan kering di bagian barat areal studi, sementara kelompok tanah lahan basah berada di bagian timur, di sepanjang aliran Sungai Mesuji. Kelompok tanah gambut, yaitu dari ordo Tropohemists dan Sulfihemists hanya ada dalam jumlah sangat sedikit.

Cakupan formasi geologi di di Lokasi KTM di Kawasan Transmigrasi Mesuji terdiri atas Formasi Aluvium, Endapan Rawa, dan Muaraenim. Formasi Aluvium tersebar di sepanjang Sungai Mesuji yang merupakan batas dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan cakupan areal sebesar 10.914,40 hektar atau 23,44 % luas wilayah calon KTM Tulang Bawang. Formasi geologi lainnya adalah Endapan Rawa, yaitu mencakup 27.589,62 hektar (59,26 %). Formasi ini merupakan formasi yang memiliki luasan terbesar di wilayah calon lokasi KTM Mesuji. Formasi Muaraenim merupakan formasi yang paling kecil di wilayah calon KTM, cakupannya hanya sebesar 17,30 % dari luas calon KTM atau sebesar 8.055,92 hektar. Sebaran formasi geologi ini berada di bagian barat sampai ke selatan Lokasi calon KTM (Widiatmaka et al. 2006). Sebaran formasi geologi

Dokumen terkait