BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.16 Analisis Variance
Model F Sig.
Regression 11,243 0,000b
a. Dependent Variable: Pemberdayaan masyarakat
b. Predictors: (Constant), Corporate relation Program, CSR Goal, CSR Issue
Hail uji parsial (uji T) digunakan untuk menentukan apakah masing- masing variabel independen berpengaruh pada variabel dependen. Dalam penelitian ini antara CSR goal, CSR issue, dan Corporate Relation Programe dengan Pemberdayaan masyarakat. Seperti terlihat dalam Tabel 4.15 nilai signifikan dari CSR goal adalah 0.541 yang berarti lebih dari 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak, ini mengindikasikan bahwa CSR goal tidak memiliki hubungan signifikan pada Pemberdayaan Masyarakat. CS R issue dalam Tabel 4.15 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.022 dimana lebih kecil dari 0.05 maka hasilnya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Pemberdayaan Masyarakat dipengaruhi oleh CSR
issue. Untuk Corporate Relation Program memperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil dari 0.05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Corporate Relation Program juga berpengaruh signifikan terhadap Pemberdayaan Masyarakat.
Pengaruh Corporate Social Responsibility Goal terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Mapisangka (2009) dijelaskan bahwa program CSR perusahaan ditujukan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam komunitas sosial masyarakat. Hal ini penting, karena secara sebuah entitas bisnis keberadaan sebuah korporat tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dan suport dari masyarakat. Secara ekonomi, filosofi profit maximizing perusahaan tidak akan tercapai manakala produk yang dijual di pasar tidak laku. Dalam hal ini peran konsumen sebagai bagian dari komunitas masyarakat sangat penting dalam menunjang keberlangsungan perusahaan. Pada sisi lain juga dapat dijelaskan bahwa, keberadaan perusahaan di suatu lingkungan masyarakat akan terasa nyaman dan tenang dalam kegiatan operasionalnya manakala masyarakat sekitar perusahaan bersifat kooperatif dengan perusahaan. Oleh karena itulah peranan CSR perusahaan sangat penting manakala perusahaan masih tetap ingin menjalankan fungsi bisnisnya.
Menurut Susanto (2007), perusahaan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial- nya, perusahaan memfokuskan perhatian-nya kepada tiga hal yakni profit, lingkungan dan masyarakat. Dalam kaitannya dengan fungsi CSR korporat, ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan aktifitas perusahaan yang dapat dilakukan secara simultan sesuai dengan kondisi sosio kemasyarakatan yang berkembang. Dengan menjalankan tanggung jawab sosialnya perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungannya saja, akan tetapi juga dapat memberikan kontribusinya yang arif dan bijaksana dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar perusahaan.
Implementasi program-program CSR PT. Perkebunan Nusantara III dilakukan sedemikian rupa secara sistematis, terstruktur dan periodik. Kegiatan yang dilakukan mengedepankan persoalan-persoalan vital yang dihadapi masyarakat dalam peningkatan kesejahteraannya, seperti bidang agama, ekonomi, pendidikan dan infrastruktur. Berbagai kegiatan tersebut dapat dilaksanakan manakala perusahaan telah memiliki visi, misi, strategi kebijakan dan program yang jelas dan terarah dalam pelaksanaannya. Seperti telah diuraian di atas visi CSR PT. Perkebunan Nusantara III “Menjadi Perusahaan Agribisnis Kelas Dunia dengan Kinerja Prima dan Melaksanakan Tata Kelola Bisnis Terbaik”. Tujuan ini dapat dicapai melalui berbagai upaya/langkah yang tersaji dalam rumusan misi.
Berdasarkan pada hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa corporate social responsibility goal PT. Perkebunan Nusantara III dapat memberikan pengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat Kecamatan Torgamba. Hal ini terjadi karena secara konseptual program-program CSR perusahaan sudah diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan sosial seperti terungkap pada rumusan visi dan misi perusahaan. Berdasarkan tujuan-tujuan CSR tersebut, implementasi kegiatan-kegiatan CSR perusahaan senantiasa akan mengikuti arah dari kepentingan perusahaan di tengah-tengah komunitas lingkungan hidup masyarakat. Tujuan-tujuan CSR tersebut seperti tujuan dalam kerangka tanggung jawab pendidikan, ekonomi, moral, filantropi (kedermawanan) dan tujuan dalam tanggung jawab hukum.
Pengaruh Corporate Social Issue terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Isu-isu sosial akan terus berkembang seiring dengan dinamika yang terjadi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Isu-isu sosial tersebut berkembang sebagai wujud dari adanya perubahan dalam cara pandang hidup masyarakat yang harus segera direspon oleh perusahaan. Ekses dari ketidakmampuan perusahaan dalam menangkap isu sosial yang
berkembang di masyarakat akan berdampak pada gesekan/bentrokan yang terjadi di tengah- tengah komunitas kehidupan sosial masyarakat. Apalagi dalam suasana krisis ekonomi dunia yang sedang terjadi, persoalan-persoalan perburuhan, komunikasi pemerintah dan perusahaan, bahkan hubungan pekerja di dalam perusahaan sendiri akan dapat terganggu dari mencuatnya isu sosial dalam masyarakat (Mapisangka, 2009).
Dalam hal ini menurut Giddens (dalam Budimanta et al., 2008) dampak dari globalisasi yang terjadi dewasa ini, tidak hanya mempunyai dimensi ekonomi saja akan tetapi juga mempunyai dimensi politik, teknologi dan budaya. Pemikiran tersebut juga akan mempengaruhi cara berfikir kalangan usahawan dalam meman- dang strategi usahanya. Korporat tidak lagi dipandang sebagai bagian luar dari masyarakat tetapi perusahaan sudah menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. Dari sinilah sebenarnya letak korporat dalam komunitas masyarakat yang heterogen.
Berdasarkan pada temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa corporate social issue PT. Perkebunan Nusantara III telah mampu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Hal ini terjadi karena dalam penyusunan program CSR PT. Perkebunan Nusantara III senantiasa memperhatikan isu-isu sosial yang hangat berkembang di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan jelas kebijakan umum perusahaan dalam menempatkan CSR perusahaan sebagai instrumen investasi sosial perusahaan guna tercipta lingkungan bisnis yang harmonis diantara kepentingan para stakeholdernya, yaitu pengusaha berikut karyawannya, komunitas masyarakat dan lingkungan hidup sekitarnya.
Oleh karena itu prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan CSR adalah kepatuhan terhadap semua peraturan dan persyaratan (compliance responsibilities) bagi terselenggaranya kegiatan usaha baik persyaratan mutu, perlindungan lingkungan hidup, ketenagakerjaan, imigrasi dan kepabeanan serta keamanan dan ketertiban masyarakat atau
kamtibmas. Kedua, adalah prinsip pengembangan sosial kemasyarakatan baik bersifat penyiapan infrastruktur sarana dan prasarana, maupun dukungan kegiatan dan kelembagaan. Ketiga adalah keberlanjutan dari setiap program baik sosial maupun ekonomi (sustainable empowerment) sehingga tumbuh modal sosial yang kuat menuju masyarakat mandiri.
Pengaruh Corporate Relation Program terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Implementasi pogram CSR merupakan realisasi dan aktualisasi dari upaya perusahaan untuk terus dekat dengan masyarakat. Menurut Budimanta et al. (2008) CSR pada dasarnya merupakan suatu elemen yang penting dalam kerangka sustainability
yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya yang merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya dan keuntungan kegiatan bisnis dengan
stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders dan penanam modal), maupuan eksternal (kelembagaan, pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain).
Berdasarkan pada hasil penelitian ini memberikan hasil bahwa corporate relation program PT. Perkebunan Nusantara III dapat memberikan pengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan karena strategi dalam implementasi CSR perusahaan merupakan respon atas kebutuhan riil masyarakat atas pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini menurut Untung (2008) kontribusi CSR dalam pembangunan ekonomi masyarakat adalah dengan melibatkan seluruh komponen
masyarakat dalam kegiatan CSR perusahaan. Kemiskinan sudah menjadi musuh bersama yang harus ditanggulangi oleh semua pihak. Untuk melasakanakan hal tersebut paling tidak terdapat 4 pilar utama yang harus diperhatikan, yaitu: pertama, format CSR yang sesuai dengan nilai lokal masyarakat; kedua, kemampuan diri perusahaan terkait dengan kapasitas
SDM dan institusi, dan ketiga adalah peraturan dan kode etik dalam dunia usaha. Berdasarkan pada integrasi ketiga pilar tersebut, masyarakat akan dapat dibangun kemampuan dan kekuatannya dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam pencapaian kesejahteraan hidup yang lebih baik. Berdasarkan sudut pandang yang ada menunjukkan bahwa apa yang telah dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III telah menggambarkan keberhasilan dalam pelaksanaan CSR perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator program-program kegiatan yang telah dapat dilaksanakan secara periode dan kontinyu.
Dari penjabaran tersebut dapat diketahui tujuan dan hipotesis dari penelitian ini sudah dapat dijawab bahwa implementasi Corporate Social Responsibility berupa CSR Goal, CSR Issue dan Corporate Relation Program memberikan pengaruh positif dan signifikant dalam pemberdayaan masyarakat. Hal ini disebabkan pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan tidak terlepas dari : pertama, tujuan/maksud perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial (CSR Goal) tersebut baik untuk ketaatan terhadap peraturan, mengurangi konflik sosial, atau meningkatkan image perusahaan. Kedua, pelaksanaan/impementasi tanggung jawab yang dilaksanakan perusahaan juga tidak terlepas dari isu-isu mengenai tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri (CSR Issue)
baik isu kerusakan lingkungan, konflik sosial, kesenjangan ekonomi, dan hukum, dimana para pemangku perusahaan harus peka terhadap isu-isu tersebut dalam rangka meredam gejolak yang terjadi di dalam masyarakat. Ketiga, program kemitraan (Corporate Relation Program), diperlukan hubungan dan kerjasama yang baik saling menguntungkan antara perusahaan dan masyarakat sekitar untuk menjalin harmonisasi dan peningkatan taraf kehidupan ekonomi masyarakat sekitar menjadi lebih baik dengan keberadaan perusahaan tersebut.
Secara parsial variabel CSR Issue dan Corporate Relation Program memiliki pengaruh significan terhadap pemberdayaan masyarakat Kecamatan Torgamba, sedangkan untuk variabel CSR Goal kurang memberikan pengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat dan perusahaan kurang memahami tujuan dari pelaksanaan CSR tersebut. World Business Council and Sustainable Development (1998), mendefinisikan secara jelas bahwa tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk komitmen oleh entitas bisnis tentang bagaimana dapat berkontribusi untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan. Kemudian secara detail WBCSD memberi rincian bentuk kontribusi yaitu korporasi dapat melakukan aksi Corporate Social Responsibility
(CSR) dengan membantu karyawan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan masyarakat secara luas untuk mengembangkan kualitas kehidupan mereka sejalan dengan keuntungan bisnis dan pembangunan komunitas.
4.5. Respon Masyarakat terhadap Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II
Hasil yang diperoleh berdasarkan quisioner yang telah diisi, dengan menggunakan skala likert dengan skala 1 sampai 5 (1 = Sangat Tidak Bermanfaat, 2 = Tidak Bermanfaat, 3 = Kurang Bermanfaat, 4 = Bermanfaat, dan 5 = Sangat Bermanfaat) diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 4.3 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Pinjaman Modal/Kredit Usaha
Dari Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap pemberian pinjaman modal/kredit usaha secara umum (78%) bermanfaat. Masyarakat sebagian besar telah merasakan manfaat dari bantuan pinjaman modal/kredit usaha dari perusahaan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam pengembangan usahanya sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat.
Hasil wawancara dengan Bapak Adam pemilik usaha “Anugrah Abadi” yang bergerak di bidang usaha penjualan alat tulis kantor dan fotocopy menyatakan bahwa pinjaman modal yang diberikan perusahaan bermanfaat bagi pengembangan usahanya karena selain usaha tersebut, sekarang Bapak Adam sudajh memiliki usaha minimarket yang meningkatkan pendapatannya sampai 15 sampai 20 %. PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II telah memberikan pinjaman kredit modal kepadanya selama dua kali , yang pertama sebesar Rp. 50.000.000,- (2008) dan pinjaman kedua (85.000.000,- (2011). Pencairan dana sekaligus dilaksanakan pada awal akad kredit yang ditransfer melalui rekening masing-masing mitra binaan. Sebelumnya para calon mitra binaan yang telah lulus seleksi diundang untuk hadir dan mengikuti pembinaan mengenai kewirausahaan di Pusat Pelatihan Wisata Agro Sei Karang selama tiga hari. Setelah pencairan dana, mitra binaan diberi waktu selama tiga bulan untuk mempergunakan dana tersebut untuk pengembangan usaha tanpa membayar angsuran.
Selanjutnya pada bulan keempat, staf PTPN III yang bertugas melaksanakan pengutipan angsuran kepada masing-masing mitra binaan yang jumlahnya telah ditetapkan
sesuai dengan pinjaman hingga lunas selama tiga tahun. Menurut keterangan dari Bapak Adam, sebelum tahun 2011 jumlah angsuran dan bunga akan semakin menurun jika jumlah pinjaman yang dilunasi semakin berkurang. Namun pada tahun 2011 (pinjaman kedua), walaupun angsuran pinjaman semakin menurun tetapi bunga tetap. Pemberian pinjaman modal/kredit usaha oleh PTPN III menciptakan harmonisasi dan hubungan kerjasama yang baik dengan mitra binaan. Usaha-usaha yang ada dapat membantu memenuhi kebutuhan perusahaan dan karyawan PTPN III Distrik Labuhanbatu II.
Dari Gambar 4.3 terlihat juga bahwa 11 % menyatakan pemberian pinjaman modal/kredit usaha kurang bermanfaat. Hal ini dikarenakan jumlah dana yang diajukan hanya 30 sampai 50 % yang dapat direalisasikan, sehingga tidak semua kebutuhan mitra binaan dapat dipenuhi dengan pinjaman yang diberikan.
Gambar 4.4 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Bantuan Pengembangan Fasilitas Usaha
Dari Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa respon masyarakat terhadap pemberian bantuan pengembangan fasilitas usaha sebesar 44 % sangat bermanfaat. Masyarakat mengharapkan bahwa perusahaan tidak hanya membantu dengan pemberian kredit modal saja, tetapi juga memberikan bantuan pengembangan fasilitas usaha yang dibutuhkan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kemapanan usaha menjadi lebih berkembang.
Gambar 4.5 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Pengembangan dan Pelatihan Kewirausahaan
Gamabr 4.5 menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap pemberian pengembangan dan pelatihan kewirausahaan (62 %) menyatakan kurang bermanfaat. Hal ini terjadi karena pelatihan kewirausahaan yang diberikan perusahaan hanya sekali saja diawal pelaksanaan akad kredit yang dilaksanakan selama tiga hari di Pusat Pelatihan Wisata Agro Sei Karang sehingga kurang dirasakan manfaatnya. Selain itu, sebagian besar masyarakat sekitar perusahaan jarang mengikuti pelatihan dan pengembangan kewirausahaan. Hal ini disebabkan karena kesibukan menjalankan usahanya, baik langsung sebagai pedagang maupun mengawasi usahanya.
Hasil wawancara dengan Ibu Erika pemilik usaha fotocopy dan penjualan alat tulis kantor “Damai Fotocopy” menyatakan bahwa sulit untuk mengubah kebiasaan yang sudah ada terutama dalam manejemen usaha baik itu administrasi dan keuangan sehingga pelatihan yang diberikan perusahaan kurang dirasakan manfaatnya bagi pengembangan usaha.
Gambar 4.6 Respon Masyarakat terhadap Bantuan Perusahaan dalam Pembangunan/Renovasi Fasilitas Umum
Dari Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap bantuan perusahaan dalam pembangunan fasilitas umum dirasakan bermanfaat. bagi masyarakat (48%). Hal ini terlihat dari pembangunan/renovasi sarana ibadah dan sarana pendidikan di Desa Aek Batu yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan di desa-desa yang lain. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum lainnya yang lebih banyak di Desa Aek Batu menyebabkan perkembangan wilayah di Desa Aek Batu lebih maju dibandingkan desa-desa lain. Namun 38 % masyarakat menyatakan kurang bermanfaat, dikarenakan bantuan terhadap fasilitas umum tersebut tidak secara langsung dirasakan manfaatnya bagi masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya terutama bagi masyarakat dengan ekonomi lemah, yang tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya.
Gambar 4.7 Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Mitra Binaan PTPN III Secara Berkelanjutan
Dari Gambar 4.7 diketahui bahwa respon masyarakat terhadap pelaksanaan program mitra binaan PTPN III secara berkelanjutan (52 %) bermanfaat. Masyarakat sebagian besar telah mengetahui bahwa pelaksanaan program tersebut secara berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam jangka panjang. Program Mitra Binaan dalam hal ini tidak hanya berfokus pada pada bantuan modal/dana kredit saja, tetapi bantuan pengembangan fasilitas usaha, pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan motivasi menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Dengan demikian, output dari pelaksanaan CSR untuk mengurangi pengangguran, mengurangi kemisikinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai. Hasil wawancara dengan Bapak Sugino pemilik “Anugrah Ponsel” dengan bidang usahanya berdagang voucher dan hp second, dimana pada Tahun 2010 memperoleh kredit Rp. 25.000.000,-, setelah lunas pada Tahun 2012 mengajukan kembali dan menperoleh kredit sebesar Rp.50.000.000,- dan pinjaman yang diberikan bermanfaat dalam mengembangkan usahanya.
Secara umum respon masyarakat terhadap program-program Coorporate Social Responsibility yang dilaksanakan bermanfaat, dimana program bantuan pinjaman
kredit/modal, bantuan pengembangan fasilitas usaha kerja, pelaksanaan program kemitraan secara berkelanjutan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan sehingga masyarakat bisa lebih berdaya, mandiri dan sejahtera. Sumodiningrat (1999) menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi tidak cukup hanya dengan pemberian modal bergulir, tetapi juga harus ada penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat, penguatan sumberdaya manusianya, penyediaan prasarananya, dan penguatan posisi tawarnya. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi atau penguatan ekonomi rakyat, harus dilakukan secara elegant tanpa menghambat dan mendiskiriminasikan ekonomi kuat, untuk itu kemitraan antar usaha mikro, usaha kecil usaha menengah dan usaha besar adalah jalan yang harus ditempuh.
Damanhuri dalam Suparjan dan Hempri (2013) menyatakan bahwa pemberdayaan ekonomi rakyat merupakan salah satu elemen strategis dalam paradigma baru pembangunan. Bila ekonomi rakyat berkembang, maka pendapatan dan kesejahteraan rakyat akan meningkat sebab kebutuhan ekonomi mereka semakin terpenuhi. Dengan pemberdayaan ekonomi rakyat maka partisipasi aktif dalam pembangunan akan menjadi pendorong dari dalam (inner drive). Bila partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan meningkat maka tujuan akhir pembangunan akan lebih mudah dicapai terutama dalam hal mengurangi pengangguran.
Pelaksanaan CSR beperan dalam penciptaan lapangan pekerjaan yang secara langsung maupun tidak langsung mengurangi angka kriminalitas dan kemiskinan. Selain itu, biaya sewa lokasi-lokasi usaha berperan dalam peningkatan retribusi daerah dan pendapatan asli daerah. Menurut Purnomosidi (1981) keseluruhan usaha yang menjurus pada perbaikan dalam tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, dapat dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses perkembangan wilayah (Purnomosidi, 1981). Meskipun
terdapat banyak konsep tentang perencanaan pembangunan wilayah tetapi pakar ekonomi wilayah sependapat bahwa tujuan pembangunan wilayah merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional yang antara lain adalah mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang lebih tepat dan menyediakan kesempatan kerja yang cukup serta wilayah menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sektor jasa, industri, pertanian dan sektor lainnya dengan memperhatikan dan menyelaraskan penggunaan potensi yang ada secara baik dan benar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi Corporate Social Responsibility PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II berupa Program Bina Mitraan berupa pinjaman modal usaha dan Program Bina Lingkungan berupa pembangunan/renovasi fasilitas umum. Pelaksanaan impelentasi Corporate Social Responsibility PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II yang dilaksanakan tepat sasaran dan tepat guna sesuai kebutuhan masyarakat Kecamatan Torgamba.
2. Impelementasi Corporate Social Responsibility berupa CSR Goal, CSR Issue, dan Corporate Relation Program memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat.
3. Secara umum respon masyarakat terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dirasakan bermanfaat oleh masyarakat, khususnya bantuan pinjaman kredit/modal usaha yang diberikan perusahaan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
5.2 Saran
1. Dalam rangka untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) maka P T.Pe r ke b u na n Nus a nt a r a I I I be r s a ma - s a ma de nga n pe me r i nt a h melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan program-program CSR untuk jangka panjang dan mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) tidak hanya berupa bantuan kedermawanan saja.
2. Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai aspek-aspek lain yang berpengaruh dalam implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) P T.P e r ke bun a n Nus a nt a r a I I I da l a m pe mbe r da ya a n ma s y a r a ka t .
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, J. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. PT Elex Media Komputindo :Jakarta.
Asy’ari, H. 2009. Implementasi Corporate Social Responsibility sebagai Modal Sosial Pada PT Newmont. (http://eprints.undip.ac.id/pdf diakses pada tanggal 15 Maret 2013).
Achda, T. 2006. “Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social Responsibility
(CSR) dan Implementasinya di Indonesia”
www.menlh.go.id/serbaserbi/csr/sosiologi.pdf (diakses tanggal 18 Maret 2013).
BPS Kabupaten Labuhanbatu. 2012. Kecamatan Torgamba dalam Angka Torgamba In Figures 2012. Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kotapinang.
Budimanta, A., et.al. 2008. Corporate Social Responsibility Alternatif bagi Pembangunan Indonesia. Indonesian Centre For Sustainability Development (ICSD) : Jakarta.
Care IPB Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment. 2011. Laporan Akhir Penyusunan Masterplan CSRP PT.Pupuk Kaltim. IPB: Bogor.
Elkington, J. 1998. Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business, Gabriola Island, BC: New Society Publishers.
Fadhli, S. 2011. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PTArun NGL terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Muara Satu Kabupaten Lhokseumawe.Tesis. Universitas Sumatera Utara : Medan.
Fukuyama, F. 1999. The Great Disruption: Human Nature and the Reconstitution of Social Order. New York, London, Toronto, Sidney, Singapore: Simon and Schuster. Hardiansyah, HAM. 2007. CSR dan Modal Sosial Untuk Membangun Sinergi Kemitraan
Bagi Upaya Pengentasan Kemiskinan. Makalah disampaikan pada Seminar dan TalkShow CSR 2007 ”Kalimantan 2015: Menuju Pembangunan Berkelanjutan, Tantangan, dan Harapan”, Jum’at 10 Agustus 2007.
Hasbullah, T. 2012. Desain Strategi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Sumberdaya Pesisir Kota Bontang (Studi Kasus PT. Pupuk Kaltim). Tesis. IPB : Bogor.
Irawan, R. 2008. “Corporate Social Responsibility: Tinjauan Menurut Peraturan
Perpajakan di Indonesia”
(diakses tanggal 25 Maret 2013).
Juliyanti, N. 2008. Persepsi Masyarakat terhadap Program - Program Corporate Social Responsibility PT.Aqua Golden Mississippi (Studi Kasus di Desa Babakanpari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat). Tesis. IPB : Bogor.
Lusa, S. J. 2007. ”Mencari Bentuk Ideal Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (diakses tanggal 25 Maret
2013).
Marlia, M. A. 2008.“Pentingnya Implementasi Corporate Social Responsibility pada Masyarakat Indonesia”. mamrh.wordpress.com/2008/07/21/53/ (diakses tanggal 25 Maret 2013).
Mapisangka, A. 2009. Impelementasi CSR Terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat
dalam JESP Vol 1.No.1.
Mulyandari.R, et.al. 2009. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam