KAJIAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
DISTRIK LABUHANBATU II DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KECAMATAN TORGAMBA
KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
TESIS
Oleh :
SIRRI HIDAYANI SIREGAR
117003013/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KAJIAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
DISTRIK LABUHANBATU II DALAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KECAMATAN TORGAMBA
KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Pedesaan Pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
SIRRI HIDAYANI SIREGAR 117003013 / PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : KAJIAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III DISTRIK LABUHANBATU II
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
Nama Mahasiswa : Sirri Hidayani Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 117003013
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Tanggal Lulus : 17 Oktober 2013 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
Ketua
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Ketua
Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Anggota
Ketua Program Studi,
Prof. Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE
Direktur,
Telah diuji pada
Tanggal : 17 Oktober 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. Anggota : 1. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.
PERNYATAAN Judul Tesis
“KAJIAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DISTRIK LABUHANBATU II DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan
hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu
dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan
hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan
sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Medan, Oktober 2013 Penulis,
ABSTRAK
SIRRI HIDAYANI SIREGAR, Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Prof. Dr. BADARUDDIN, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing).
Keberadaan perusahaan di suatu wilayah secara langsung dan tidak langsung akan bersinggungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Selain itu, keterbasan dana pemerintah untuk pembangunan di berbagai sektor merupakan salah satu alasan sehingga peran serta dan kerjasama antara pemerintah dan perusahaan sangat diperlukan. Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai kabupaten pemekaran memerlukan banyak pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor. Salah satu potensi kabupaten ini yaitu memiliki banyak perusahaan perkebunan baik swasta nasional, asing, dan negara salah satunya PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II yang memiliki areal kebun terluas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sesuai karakteristik dalam rumusan masalah yang ada, maka penelitin ini merupakan penelitian eksplanatori, yakni jenis penelitian yang mencoba menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution).
Oleh karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) dengan stakeholder-stakeholder lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat melalui penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dimana biaya yang diperlukan untuk itu dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan serta pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Corporate Social Responsibility
PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II berupa Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program-program tesebut telah direncanakan dan direalisasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Program Kemitraan berupa bantuan pinjaman modal usaha bergulir kepada mitra binaan. Program Bina Lingkungan dalam bentuk bantuan bahan material untuk pembangunan sarana ibadah, pendidikan dan infrastruktur. Impelementasi Corporate Social Responsibility berupa CSR Goal, CSR Issue, dan Corporate Relation Program memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat. Secara umum, implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
ABSTRACT
SIRRI HIDAYANI SIREGAR, The Implementation Study of Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II in empowering the community of Torgamba Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District, Under the supervision of Prof. Dr. Badaruddin, M.Si (Chair) and Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si
(Member).
The existence of a company in an area, directly or indirectly, will overlap with the surrounding community and environment. Therefore, the company need to remember and pay attention to the socio-cultural aspect in which one of them is to build a good reciprocal relation wiyh the other srakeholders such as the government, private and those from several levels of community elements through the orgnization of Corporate Social Responsibility program. Law No. 40/2007 on Limited Liability Company states that a company which is active in and/or related to the field of natural resources is obliged to perform its social and environmental responsibility and the cost needed for the program is budgeted and calculated as the company’s expense, and its implementation is carried out in accordance with appropriateness and reasonableness.
In addition, the limitation of government’s fund for the development of variopus sectors is one of the reasons why the role and cooperation between the government and the company is very much needed. Labuhanbatu Selatan District as a district which was newly separated from its mother district needs a lot of development in various sectors. One of the poptentials owned by this district is that it has a lot of plantation companies owned either by national private companies, foreign companies or the government., and one of them is PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District with the largest plantation area in Labuhanbatu Selatan District. Based on this ground, this explanatory study explained the intervariable relationship by using SPSS program.
The result of this study showed that the implementation of Corporate Social responsibility of PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District in the forms of Partnership Program and Environmental development Program has been planned and realized in line with the need of community. Partnership Program is a working capital loan provided through a revolving fund system to the trained partners. Environmental Development Program is the assistance in the form of providing the materials to build religious and educational facilities and infrastructure. The implementation of Corporate Social responsibility in the forms of CSR Goal, CSR Isssue, and Corporate Relation Program has brouight a positive and significant impact to communityempowerment. As a whole, the implementation of Corporate Social Responsibility Program implemented by PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District has been useful for the community members in Torgamba Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
karunia, rahmat dan izin-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada program studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Tesis ini berjudul "Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan".
1.
Keberhasilan penulisan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
2.
Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan ketulusan,
kearifan, dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
membimbing penyusunan tesis ini.
3.
Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
4.
Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak dan Ir.
Supriadi, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran
demi kesempurnaan tesis ini.
Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
5.
6.
Bapak Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan , Bapak Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan seluruh staf.
7.
Bapak Camat Torgamba, Kepala Desa Aek Batu dan jajarannya yang telah membantu dalam proses penelitian ini.
8.
Kepala Bidang Umum, Staf Humas dan PKBL PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II yang telah membantu dalam memberikan informasi dan data-data dalam penelitian.
9.
Ayahanda , Ibunda , Abangda, dan Adinda tercinta atas segala motivasi dan do'anya.
10.
Teman-teman kuliah di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Regular Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Tahun 2011/2012.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran akan diterima untuk perbaikan. Namun harapan penulis,
semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah Swt
memberkati kita semua, Amin.
Medan, Oktober 2013
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Rantauprapat 15 Oktober 1987 dengan ayah bernama H. Fuad
Siregar, SH, MM dan mama bernama Hj. Rostati Nasution. Penulis merupakan anak kedua
dari empat bersaudara, seorang diri perempuan dan tiga orang laki-laki. Penulis menempuh
pendidikan mulai umur empat tahun dimulai tingkat Taman Kanak-Kanak Janji (1992).
Usia lima tahun penulis melanjut ke Sekolah Dasar Negeri 112139 Rantauprapat
(1993-1998), setelah selesai dilanjutkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3
Rantauprapat (1998-2001), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 2 Rantauprapat
(2001-2004). Setelah lulus SLTA, penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Baru pada Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian. Penulis wisuda pada tanggal 13 Oktober 2009 dan memperoleh gelar Sarjana
Pertanian (SP).
Semasa kuliah, penulis aktif ikut di berbagai organisasi berupa Koperasi
Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Profesi, Dewan Perwakilan
Mahasiswa, dan Himpunan Mahasisiwa Islam. Setelah selesai kuliah, pada tahun yang
sama penulis diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil dan bekerja di Kantor Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Tahun 2011, penulis
melanjutkan pendidikan strata dua pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Pedesaan
Universitas Sumatera Utara. Penulis berminat mengambil jurusan ini terkait dengan daerah
penulis bekerja merupakan daerah pemekaran sehingga diperlukan perencanaan di berbagai
DAFTAR ISI
2.2.1 Pengertian dan jenis Corporate Social Responsibility (CSR) ... 19
2.2.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan ... 21
2.2.3 Implementasi dan model atau Pola Corporate Social Responsibility (CSR) ... 25
2.2.3.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Goal 27 2.2.3.2 Corporate Social Responsibility (CSR) Issue 29 2.2.3.3 Corporate Relation Program ... 30
2.3 Pemberdayaan Masyarakat ... 31
2.4 Pelaksanaan CSR oleh Perusahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 32
2.5 Pembangunan dan Pengembangan Wilayah ... 35
2.6 Hubungan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Pembangunan ... 38
3.6.1 Uji Validitas ... 47
3.6.2 Uji Reliabilitas ... 47
3.7 Metode Penelitian dan Analisis Data ... 48
3.7.1 Uji Parsial ... 51
3.7.2 Uji Simultan ... 52
3.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 52
3.7.3.1 Uji Normalitas ... 52
3.7.3.2 Uji Multikolineritas ... 52
3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 52
3.8 Definisi Variabel Operasional ... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 55
4.2 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 56
4.3 Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PTPN III DLAB II ... 59
4.4 Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PTPN III dalam Pemberdayaan Masyarakat .... 66
4.4.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 67
4.4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 70
4.4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 72
4.4.3.1 Uji Normalitas ... 72
4.4.3.2 Uji Multikolinieritas ... 73
4.4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 74
4.4.4 Hasil Uji Korelasi Product Moment ... 75
4.4.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 76
4.4.6 Hasil Uji F dan T ... 78
4.5 Respon Masyarakat terhadap Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PTPN III ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 94
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Perbedaan dan Persamaan CSR-PKBL... ... 16
4.1 Realisasi Objek Program Bina Lingkungn Tahun 2010-2012 60 4.2 Realisasi Dana Program Mitra Binaan Tahun 2010-2012 . 62 4.3 Uji Validitas Variabel CSR Goals (X1)………... 67
4.4 Uji Validitas Variabel CSR Issue (X2) ... 68
4.5 Uji Validitas Corporate Relation Programe (X3) ... 68
4.6 Uji Validitas Variabel Pemberdayaan Masyarakat (Y) ... 69
4.7 Uji Reliabilitas CSR Goals (X1) ... 69
4.8 Uji Reliabilitas CSR Issue (X2) ... 69
4.9 Uji Reliabilitas Corporate Relation Programe (X3) ... 69
4.10 Uji Reliabilitas Pemberdayaan Masyarakat (Y) ... 70
4.11 Hasil Analisis Deskriptif... . 70
4.12 Pengujian Multikolinieritas... 73
4.13 Matriks Korelasi Variabel Independent... 74
4.14 Hasil Uji Korelasi Product Moment... 76
4.15 Hasil Analisis Regresi Berganda... 75
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian... 43
4.1 Grafik P-P Plot... 72
4.2 Grafik Scatter Plot... 75
4.3 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Pinjaman
Modal/Kredit Usaha... 86
4.4 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Bantuan
Pengembangan Fasilitas Usaha... 88
4.5 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Pengembangan dan
Pelatihan Kewirausahaan... 88
4.6 Respon Masyarakat terhadap Bantuan Perusahaan dalam
Pembangunan/Renovasi Fasilitas Umum... 89
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuisioner Penelitian... 100
2 Dokumentasi Penelitian... 103
3. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III... 105
ABSTRAK
SIRRI HIDAYANI SIREGAR, Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Prof. Dr. BADARUDDIN, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing).
Keberadaan perusahaan di suatu wilayah secara langsung dan tidak langsung akan bersinggungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Selain itu, keterbasan dana pemerintah untuk pembangunan di berbagai sektor merupakan salah satu alasan sehingga peran serta dan kerjasama antara pemerintah dan perusahaan sangat diperlukan. Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai kabupaten pemekaran memerlukan banyak pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor. Salah satu potensi kabupaten ini yaitu memiliki banyak perusahaan perkebunan baik swasta nasional, asing, dan negara salah satunya PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II yang memiliki areal kebun terluas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sesuai karakteristik dalam rumusan masalah yang ada, maka penelitin ini merupakan penelitian eksplanatori, yakni jenis penelitian yang mencoba menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution).
Oleh karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) dengan stakeholder-stakeholder lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat melalui penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dimana biaya yang diperlukan untuk itu dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan serta pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Corporate Social Responsibility
PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II berupa Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program-program tesebut telah direncanakan dan direalisasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Program Kemitraan berupa bantuan pinjaman modal usaha bergulir kepada mitra binaan. Program Bina Lingkungan dalam bentuk bantuan bahan material untuk pembangunan sarana ibadah, pendidikan dan infrastruktur. Impelementasi Corporate Social Responsibility berupa CSR Goal, CSR Issue, dan Corporate Relation Program memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat. Secara umum, implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
ABSTRACT
SIRRI HIDAYANI SIREGAR, The Implementation Study of Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II in empowering the community of Torgamba Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District, Under the supervision of Prof. Dr. Badaruddin, M.Si (Chair) and Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si
(Member).
The existence of a company in an area, directly or indirectly, will overlap with the surrounding community and environment. Therefore, the company need to remember and pay attention to the socio-cultural aspect in which one of them is to build a good reciprocal relation wiyh the other srakeholders such as the government, private and those from several levels of community elements through the orgnization of Corporate Social Responsibility program. Law No. 40/2007 on Limited Liability Company states that a company which is active in and/or related to the field of natural resources is obliged to perform its social and environmental responsibility and the cost needed for the program is budgeted and calculated as the company’s expense, and its implementation is carried out in accordance with appropriateness and reasonableness.
In addition, the limitation of government’s fund for the development of variopus sectors is one of the reasons why the role and cooperation between the government and the company is very much needed. Labuhanbatu Selatan District as a district which was newly separated from its mother district needs a lot of development in various sectors. One of the poptentials owned by this district is that it has a lot of plantation companies owned either by national private companies, foreign companies or the government., and one of them is PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District with the largest plantation area in Labuhanbatu Selatan District. Based on this ground, this explanatory study explained the intervariable relationship by using SPSS program.
The result of this study showed that the implementation of Corporate Social responsibility of PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District in the forms of Partnership Program and Environmental development Program has been planned and realized in line with the need of community. Partnership Program is a working capital loan provided through a revolving fund system to the trained partners. Environmental Development Program is the assistance in the form of providing the materials to build religious and educational facilities and infrastructure. The implementation of Corporate Social responsibility in the forms of CSR Goal, CSR Isssue, and Corporate Relation Program has brouight a positive and significant impact to communityempowerment. As a whole, the implementation of Corporate Social Responsibility Program implemented by PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District has been useful for the community members in Torgamba Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak
dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa
pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta budaya. Perusahaan memiliki potensi
mengembangkan wilayah karena beroperasinya perusahaan di suatu wilayah masyarakat
dapat mengundang aktivitas-aktivitas masyarakat lokal. Seperti halnya, penyerapan tenaga
kerja lokal oleh perusahaan, termasuk fenomena menjamurnya masyarakat lokal yang
membuka usaha baru untuk pemenuhan kebutuhan karyawan dan juga seluruh pihak
yang berkaitan dengan adanya aktivitas perusahaan.
Dalam perjalanannya, aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bersinggungan,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Oleh
karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah
satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) dengan stakeholder-stakeholder lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat. Hubungan baik ini dapat dibentuk dari adanya interaksi
antar stakeholder dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program CSR (Corporate Social Responsibility).
Dewasa ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) (Wibisono, 2007). Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Masing-masing
stakeholders melakukan perannya sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki. Dunia usaha sebagai salah satu stakeholders memegang peranan yang cukup penting karena potensinya dalam hal modal (capital) dan sumber daya manusia.
Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan
mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat di sekitarnya yang
disebut tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) atau disingkat CSR. Hal ini terkait dengan sering terjadinya kesenjangan sosial dan konflik antara pihak
perusahaan dengan masyarakat serta semakin sadarnya masyarakat dampak dari kerusakan
lingkungan. Seiring hal tersebut, berbagai kalangan baik swasta, pemerintah, organisasi
masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung
jawab sosial perusahaan dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang disebut juga Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini bukan lagi bersifat sukarela yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib atau
menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal
ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU
PT) Pasal 74 yang disahkan pada 20 Juli 2007 yang berbunyi:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Konsep Corporate Social Responsibiliy (CSR) yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut adalah mengutamakan kepada pembangunan yang berkelanjutan berupa
penguatan ekonomi kerakyatan dan program-program sosial jangka panjang. Program
pembangunan yang demikian tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dan
berpengaruh langsung terhadap kehidupan. Masyarakat punya andil dan tanggung jawab
dalam pelaksanaannya, baik dalam perencanaan program maupun dalam
mengimplementasikannya. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibiliy (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin
tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam.
Menurut Rosyida dan Fredian (2011), perusahaan sebagai sebuah sistem dalam
keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan
dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta
budaya. Dalam perjalanannya, aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bersinggungan,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Oleh
karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah
stakeholder dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program Corporate Social Responsibility (CSR).
Tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan untuk membantu pemerintah dalam
pembangunan antara lain melalui program peningkatan produktivitas masyarakat dan
kemampuan sosial ekonomi kerakyatan secara mandiri dan berkesinambungan. Elkington
(1998) menyatakan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan
ekonomi (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan
(planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) sendiri sebenarnya bertujuan untuk memperkuat perusahaan dengan jalan membangun kerjasama antara stakeholders
yang difasilitasi oleh perusahaan yang bersangkutan dengan jalan menyusun
program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. Disamping itu, implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) membantu perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholders terkait dengan perusahaan, baik lokal, nasional maupun global, karena pengembangan Corporate Social Responsibility (CSR) ke depan mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Keterbasan dana pemerintah untuk pembangunan di berbagai sektor merupakan salah satu
alasan sehingga peran seta dan kerjasama antara pemerintah dan perusahaan sangat
diperlukan.
Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Provinsi Sumatera Utara dijelaskan
bahwa tujuan dilaksanakannya pemekaran adalah untuk meningkatkan pelayanan di bidang
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam
pemekaran memerlukan banyak pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor.
Secara umum, masalah pokok dalam pembangunan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
meliputi sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memiliki luas 311.600 ha yang terdiri
dari 5 (lima) kecamatan yaitu Kotapinang, Kampung Rakyat, Torgamba, Sungai Kanan,
dan Silangkitang. Sebagian besar areal Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan areal
perkebunan dengan Kecamatan Torgamba sebagai kecamatan terluas wilayahnya. Jumlah
perusahaan perkebunan yang beroperasi di daerah tersebut juga terbanyak salah satunya
PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II.
PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang memiliki areal kebun terluas yang berada di Kecamatan
Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan memiliki 3 (tiga) industri pengolahan
kelapa sawit. PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II meliputi : PT.
Perkebunan Nusantara III Kebun Aek Raso, Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan
Nusantara III Aek Raso, PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Aek Torop, Pabrik Kelapa
Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Aek Torop, PT. Perkebunan Nusantara III
Kebun Sei Baruhur dan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Sei Kebara. Menurut
Alexander (2012), bahwa PT. Perkebunan Nusantara III telah menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp. 3,3 milyar kepada distrik yang tersebar di kab/kota Provinsi Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam hal
ini memperoleh dana sebesar Rp. 161.770.000,-.
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor
KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha MiIik Negara dengan Usaha
BUMN wajib menyisihkan laba setelah pajak sebesar 1 % (satu persen) sampai dengan 3 %
(tiga persen) untuk dana program kemitraan dan penyisihan laba setelah pajak maksimal 1
% (satu persen) untuk dana Program Bina Lingkungan. Secara konsep Program Kemitraan
dan Bina lingkungan (PKBL) yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
tidak jauh berbeda dengan best practise Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan swasta sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan
praktek (Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh BUMN. Cakupan pelaksanaan PKBL-BUMN diharapkan mampu mendukung 3 (tiga) pilar utama
pembangunan nasional (triple track) yang telah dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik kepada masyarakat yaitu (1) pengurangan jumlah pengangguran; (2)
pengurangan jumlah penduduk misikin, dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk memberdayakan
potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan linglkungan masyarakat dengan fokus diarahkan
pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan.
Sementara cakupan Corporate Social Responsibility(CSR) disamping mewujudkan 3 (tiga) pilar tadi, juga berdimensi kepada pewujudan pelaksanaan operasi perusahaan yang tidak
melanggar HAM, praktek yang jujur, dan dimensi lain yang tercantum dalam ISO 26000.
citra perusahaan, para stakeholder yang terkait, dan membantu menciptakan kehidupan dimasyarakat yang lebih sejahtera, harmonis dan mandiri.
Dalam hal ini, atas dasar pertimbangan penjelasan tersebut diatas yang
melatarbelakangi saya melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Implementasi
Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II terhadap Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu
Selatan” .
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunanan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II di Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu
Selatan?
2. Bagaimana pengaruh implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam pemberdayaan masyarakat
Kecamatan Torgamba?
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap program Corporate Social Responsibility
(CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam pemberdayaan masyarakat?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan yang ingin
1. Mengkaji implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II di Kecamatan Torgamba.
2. Mengkaji pengaruh implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam pemberdayaan masyarakat
Kecamatan Torgamba?
3. Mengkaji respon masyarakat Kecamatan Torgamba terhadap program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam pemberdayaan masyarakat.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan dan langkah-langkah strategis yang terkait
dengan Program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung pembangunan.
2. Bagi PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II sebagai bahan evaluasi dan
masukan dalam implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan mendukung pengembangan wilayah Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
4. Bagi peneliti lain dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, sebagai bahan rujukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan
implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) antara lain sebagai berikut hasil penelitian Windarti (2004) menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat ini belum diatur secara jelas dalam hirarki
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, tetapi diatur secara teknis dalam keputusan Menteri
dan Surat Edaran Menteri. Dalam Kepmen BUMN Nomor : Kep-236/MBU/2004 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, mengatur
bahwa BUMN wajib menyisihkan satu persen dari laba perusahaan untuk Program
Kemitraan yang dilakukan oleh satuan kerja Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi
(PUKK), dan Program Bina Lingkungan yang dilaksanakan oleh satuan kerja community development (comdev).
Bentuk Program Kemitraan yang dilakukan PUKK sebagai pelaksana tanggung
jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah antara lain :
pemberian kredit usaha kecil dengan bunga ringan sebagai dana bergulir, pembekalan
keterampilan bagi remaja yang belum bekerja, membantu mepromosikan produk mitra
binaan, dan pendidikan manajemen bagi mitra binaan. Bentuk Program Bina Lingkungan
yang dilakukan oleh satuan kerja comdev sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat antara lain yaitu pembangunan
irigasi, pembangunan jalan, pembangunan pasar, dan lain-lain yang mendukung kegiatan
pemberdayaan ekonomi masyarakat memberikan dampak positif bagi masyarakat maupun
bagi perusahaan. Dampak nyata bagi perusahaan adalah terciptanya image yang baik bagi perusahaan sehingga meningkatnya kepercayaan publik dan dampak nyata bagi masyarakat
adalah tumbuhnya usaha perekonomian rakyat sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian kesenjangan sosial yang merupakan bibit konflik sosial
dapat dijembatani dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Josua (2007), menyimpulkan bahwa motif utama
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. melaksanakan tanggung jawab sosialnya adalah untuk
mengamankan operasional pabrik. Hal tersebut mengaburkan aspek kerelaan (voluntarism) dan kemitraan yang dibangun atas dasar hubungan subordinasi, di mana masing-masing
partisipan memiliki status, kemampuan dan kekuatan yang tidak seimbang. Yayasan yang
dibentuk idealnya adalah merupakan representasi dari sektor sukarela (voluntary) yang berperan sebagai agen pembaru (change agent) untuk mendinamisasi program dalam rangka pemberdayaan masyarakat, namun kenyataannya lebih cenderung sebagai korporasi
negara.
Selain itu penelitian yang dilakukan Siti Zaleha (2008) yang menyimpulkan bahwa
PT. Inalum masih menganggap CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai biaya (cost) dan belum dianggap sebagai investasi sosial (social investment) sehingga belum memiliki program yang mampu memandirikan dan memberdayakan masyarakat melalui program
pengembangan masyarakat. Selain itu, Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum memiliki peran dalam meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dilihat dari
penyerapan tenaga kerja lokal langsung perusahaan maupun sebagai tenaga kerja tidak
Responsibility (CSR) terhadap perkembangan pasar lokal sebagai akibat tidak adanya kebijakan pengembangan ekonomi lokal wilayah.
Hasil penelitian Syahputra (2008) menyimpulkan bahwa Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat di Lingkungan PTPN IV unit Kebun Dolok Ilir berupa Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun
demikian, sebagian besar bantuan yang diberikan perusahaan kepada masyarakat masih
bersifat karitas ketimbang filantropis, artinya bantuan dan sumbangan tersebut hanya untuk
pemenuhan kebutuhan sesaat saja, belum memikirkan aspek keberlanjutan dalam
pemberdayaan masyarakat secara optimal. Dampak penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN IV unit Kebun Dolok Ilir Kabupaten Simalungun
berdasarkan penelitian dan observasi kurang memenuhi unsur kemanfaatan dan keadilan.
Hal ini dikarenakan bentuk bantuan kurang menyentuh bagi pemberdayaan ekonomi
masyarakat dan kurang dirasakan manfaatnya.
Menurut Sumaryo (2009) dalam penelitiannya : (1) Persepsi masyarakat terhadap
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan perusahaan membantu masyarakat di bidang fisik, sosial, budaya, dan atau ekonomi agar masyarakat lebih
berdaya dan mandiri sehingga mereka terbantu dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Manjemen perusahaan memahami bahwa dengan memberikan bantuan di bidang fisik
untuk pembangunan prasarana pendidikan, ibadah, dan sosial, bantuan pendidikan, dan
menjalin kemitraan dengan masyarakat berarti perusahaan telah melaksanakan tanggung
jawab sosialnya. Pengelolaan limbah cair dengan instalasi pengolahan limbah yang
lingkungannya. (2). Model Corporate Social Responsibility (CSR) Integratif dan CSR Partisipatif lebih tepat diterapkan dalam implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Provinsi Lampung. Model Corporate Social Responsibility(CSR) Integratif dapat meminimalkan konflik antara perusahaaan dengan masyarakat sekitarnya, sedangkan
Model Corporate Social Responsibility (CSR) Partisipatif dapat menampung aspirasi dan kebutuhan dasar masyarakat sekitar perusahaan yang diakomodasi dalam program
Corporate Social Responsibility(CSR) yang dijalankan perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hasbullah (2012), diperoleh kesimpulan
bahwa tingkat efektifitas program PKBL PKT secara umum efektif dalam memenuhi
ekspetasi/harapan masyarakat, walaupun diperlukan optimalisasi kinerja di beberapa aspek
yaitu aspek perencanaan, koordinasi dan keberlanjutan program serta pendampingan
masyarakat. Hasil penelitian dari Maulidiana (2012) diperoleh kesimpulan 1. Ketentuan-
ketentuan hukum yang mengatur Corporate Social Responsibility (CSR) dalam sistem perundang - undangan di Indonesia adalah Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas
Nomor 40 Tahun 2007, Undang – Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 88,
Undang – Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 15 dan Pasal 34 dan
Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009
tidak memberikan definisi yang sama mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)
sehingga implementasinya diinterpretasikan masing-masing korporat sesuai dengan visi
pengembangan masyarakat yang diselenggarakan secara sistematis, terencana dan
diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi
dan kualitas kehidupan lebih baik.
2.2. Corporate Social Responbility (CSR)
Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai
lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprocal (timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling
memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan
keberhasilan pembangunan bangsa. Dua aspek penting yaitu aspek ekonomi dan sosial
harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya sehingga keberadaan
perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup
masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan keuntungan
(profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
perolehan keuntungan/laba perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung
jawab sosial dan lingkungannya. Jika masyarakat (terutama masyarakat sekitar)
menganggap perusahaan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta tidak
merasakan kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari
beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan resistensi
masyarakat atau gejolak sosial. Komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam
lingkungan itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social Responsibility
(CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat. Adanya Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa ”Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan / atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”setiap
penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”
(Susiloadi, 2008).
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah terlebih dahulu terwadahi dalam
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-236/MBU/2003 dan Nomor :
PER-05/MBU/2007, tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan (PKBL), dimana masing-masing BUMN membentuk unit sendiri yang khusus
untuk melaksanakan PKBL. Ada tiga persoalan dalam menerapakan program PKBL.
Pertama, Kepmen-236/MBU/2003 yang menyangkut pembatasan terhadap lima objek
bantuan (pendidikan, kesehatan, sarana ibadah, dan bencana alam). Kedua, terkait dengan
manajemen program di tingkat BUMN yang masih bersifat top down dan memerlukan persetujuan dari manajemen pusat bagi BUMN. Ketiga menyankut minimnya blueprint
atau cetak biru kebijakan. Adapun perbandingan CSR dan PKBL disajikan pada Tabel 1.
berikut :
Aspek CSR PKBL
Dasar Hukum Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007
Pasal 2 ayat (1) huruf e dan Pasal 88 ayat (1) UU nomor 19 Tahun 2003 ji. Peraturan Meneg BUMN Nomor Peraturan 05/MBU/2007
1. Program Kemitraan : Untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri.
apabila tidak
Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 (tidak sebatas wilayah tempat kegiatan usaha Persero atau
1.Maksimal 2 % (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan.
2.Maksimal 2 % (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.
Sumber : CARE LPPM IPB, 2011.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan atau dikenal dengan PKBL adalah
bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada masyarakat. PKBL
dilaksanakan dengan dasar U n d a n g - U n d a n g N o m o r 19 tahun 2003 Tentang
BUMN serta Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 yang menyatakan
maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan melainkan turut
aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi dan masyarakat (Kementrian BUMN, 2010).
PKBL memiliki 2 (dua) program, pertama adalah Program Kemitraan
BUMN dengan Usaha Kecil dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Kedua adalah Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua
laba bersih untuk Program Bina Lingkungan. Sedangkan menurut Asisten Deputi
Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan, Kementrian BUMN (2010), sebenarnya
peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding praktek Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan swasta karena PKBL-BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 (tiga) pilar utama pembangunan (triple track) yaitu ; (1). pengurangan jumlah pengangguran (pro-job), (2) pengurangan jumlah penduduk miskin (pro-poor), dan (3). peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth).
2.2.1. Pengertian dan Jenis Corporate Social Responsibility (CSR)
Bibit Corporate Social Responsibility (CSR) berawal dari semangat filantropik
(kedermawanan) perusahaan namun karena adanya tekanan yang kuat dari masyarakat,
terutama di tengah masyarakat yang kritis seperti masyarakat Eropa, Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi seperti social license to operation bagi sebuah perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) mengandung pengertian yang lebih luas daripada sekedar menyisihkan dana untuk kegiatan sosial. Awalnya Corporate Social Responsibility
(CSR) memang lebih banyak diwujudkan dalam bentuk karitas dan filantropi perusahaan. Kini mulai ada upaya untuk mendorong agar Corporate Social Responsibility (CSR) bergeser dari filantropi menjadi corporate citizenship yang berarti terdapat rekonsiliasi dengan ketertiban sosial dan lebih memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Dilihat dari asal katanya, Corporate Social Responsibility (CSR) berasal dari literatur etika bisnis di Amerika Serikat dikenal sebagai corporate social responsibility
atau social responsibility of corporation. Kata corporation atau perusahaan telah dipakai dalam bahasa Indonesia yang diartikan sebagai perusahaan, khususnya perusahaan besar.
berarti badan. Dalam sejarah perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan itu merupakan suatu
badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum (not for profit), namun dalam perkembangannya justru menumpuk keuntungan (for profit) (Isa & Busyra 2007).
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sendiri sebenarnya bukanlah hal baru sama sekali, dan pengertiannya tidaklah statis. Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali muncul dalam diskursus resmi akademik sejak Howard R Bowen menerbitkan
bukunya berjudul Social Responsibilitity of the Businessman pada tahun 1953. Ide dasar
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan
yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaannya beroperasi. Ia menggunakan
istilah sejalan dalam konteks itu untuk meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka
memiliki visi yang melampaui kinerja finansial perusahaan. Ia mengemukakan
prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan. Prinsip-prinsip-prinsip yang dikemukakannya mendapat
pengakuan publik dan akademisi sehingga Howard R Bowen dinobatkan sebagai ”Bapak
Corporate Social Responsibility (CSR)”. Ada beraneka ragam definisi Corporate Social Responsibility dan sulit diseragamkan.
Komisi Eropa mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai ”essentially a concept whereby companies decide voluntary to contribute to better society and a cleaner environment”. Definisi ini menekankan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep yang menunjukkan bagaimana perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan
(profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.
Menurut Achda (2006), Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam
dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus-menerus menjaga agar dampak
tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Konsep
tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibiliy (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap
perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan
kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya
kesadaran dan kepekaan dari stakeholders perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan
di masa yang akan datang. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai suatu konsep yang mewajibkan perusahan untuk memenuhi dan
memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud diantaranya adalah para shareholder, karyawan (buruh), pelanggan, komunitas lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
dan lain sebagainya. Lusa (2007) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial secara lebih
sederhana dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan
lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat
dan lingkungan sekitarnya. Dimana dalam proses pengambilan keuntungan tersebut
seringkali perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan ataupun dampak sosial lainnya.
Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan
perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan
fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya.
Dengan perolehan laba yang memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada
pemegang saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan
sebagian laba yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan,
membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan
aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan, kualitas hidup dan kompetensi masyarakat di berbagai bidang. Dengan
memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian
lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka panjang.
Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan
berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak
bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Dengan menjalankan tanggung
jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga
ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan
(terutama lingkungan sekitar) dalam jangka panjang.
profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik. Banyak
perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan program Corporate Social Responsibility (CSR) menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham; (2) Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar, karena sesungguhnya
substansi keberadaan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan, dengan jalan
membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian
kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan
stakeholder yang terkait; (3) Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate image building).
Social Marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi.
Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap volume unit produksi yang
terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar terhadap
peningkatan laba perusahaan. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diarahkan memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam
jangka panjang (Susiloadi, 2008).
Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam)
perusahaan. Perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) secara konsisten akan mendapat dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat dari
aktivitas yang dijalankannya. Corporate Social Responsibility (CSR) akan mengangkat citra perusahaan, yang dalam rentang waktu yang panjang akan meningkatkan reputasi
perusahaan. Kedua, Corporate Social Responsibility (CSR) dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu
krisis. Sebagai contoh adalah sebuah perusahaan produsen consumer goods yang beberapa waktu yang lalu dilanda isu adanya kandungan bahan berbahaya dalam produknya. Namun
karena perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam Corporate Social Responsibility (CSR) maka masyarakat menyikapinya dengan tenang sehingga relatif tidak mempengaruhi aktivitas dan kinerjanya.
Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten
melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan
loyalitas sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi
kemajuan perusahaan. Keempat, Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan
dengan para stakeholdersnya. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang
berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih.
sehingga memiliki reputasi yang baik. Keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.
Menurut Irawan (2008), perusahaan memperoleh beberapa keuntungan karena
menerapkan tanggungjawab sosialnya antara lain : untuk mempertahankan dan
mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan; layak mendapatkan ijin untuk beroperasi (social license to operate), mereduksi risiko bisnis perusahaan; melebarkan akses sumber daya; membentangkan akses menuju market; mereduksi biaya; memperbaiki
hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator; dan meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
2.2.3. Implementasi dan Model atau Pola Corporate Social Responsibility
Dalam menjalankan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) tidak ada standar atau praktik-praktik tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki
karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka
memandang tanggung jawab sosial. Setiap perusahaan memiliki kondisi yang beragam
dalam hal kesadaran akan isu berkaitan dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
serta beberapa banyak hal yang telah dilakukan dalam hal mengimplementasikan
pendekatan Corporate Social Responsibility (CSR). Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan sangat bergantung kepada misi, budaya, lingkungan dan profil risiko, serta kondisi operasional
masing-masing perusahaan.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilaksanakan menurut prioritas yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
Meskipun tidak terdapat standar atau praktik-praktik tertentu yang dianggap terbaik dalam
yang luas dalam pengimplemantasian Corporate Social Responsibility (CSR) masih dapat dirumuskan, yang didasarkan pada pengalaman dan juga pengetahuan dalam bidang seperti
manajemen lingkungan. Kerangka kerja yang disodorkan oleh industri Kanada dapat
dijadikan panduan. Kerangka kerja ini mengikuti model ”plan, do,check, improve” dan bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi oleh
masing-masing perusahaan (Susanto, 2007). Model atau pola Corporate Social Responsibility (CSR) yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai berikut : 1. Corporate Social Responsibility (CSR) bisa dilaksanakan secara langsung oleh
perusahaan. Perusahaan menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR)
secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan
bisa menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas divisi human resource development
atau public relations.
2. Corporate Social Responsibility (CSR) bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri di bawah perusahaan atau group-nya yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke
CEO atau ke dewan direksi. Model ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di
negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi
yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.
instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik dalam
mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-sama
menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan
sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan
kemudian mengembangkan program yang telah disepakati (Marlia, 2008).
Aspek-aspek yang berpengaruh dalam implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai berikut :
2.2.3.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Goal
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) sangat berkaitan erat dengan konsep etika bisnis (business ethics) yang di dalamnya memberikan justifikasi sebagai bentuk komitmen dari entitas bisnis terhadap masyarakat.
Dalam buku Howard R. Bowen (1953) “Social Responsibilities of the Businessman”
dikutip dari Kementrian BUMN Republik Indonesia tahun 2010, konsep Corporate Social Responsibility (CSR) mulai diperkenalkan dalam dunia bisnis. Sampai saat ini terdapat banyak definisi Corporate Social Responsibility (CSR) karena tidak adanya kesepakatan definisi Corporate Social Responsibility (CSR). Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa definisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkembang saat ini mengarah pada kesamaan konsep yaitu pada konsep Triple Bottom Line (Profit, People and Planet), yang berarti bahwa program tanggung jawab sosial perusahaan diarahkan pada isu ekonomi,
World Business Council and Sustainable Development (1998), mendefinisikan secara jelas bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk komitmen oleh entitas bisnis tentang bagaimana dapat berkontribusi untuk pembangunan ekonomi
berkelanjutan. Kemudian secara detail WBCSD memberi rincian bentuk kontribusi yaitu
korporasi dapat melakukan aksi Corporate Social Responsibility (CSR) dengan membantu karyawan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan masyarakat secara luas untuk
mengembangkan kualitas kehidupan mereka sejalan dengan keuntungan bisnis dan
pembangunan komunitas.
Peneliti tentang Corporate Social Responsibility (CSR), Carroll (1979) mendeskripsikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai kombinasi dari beberapa aspek tanggung jawab perusahaan yang berbeda yaitu tanggung jawab ekonomi, hukum,
etika dan kontribusi pada beberapa isu sosial. Dengan demikian program tanggung jawab
sosial perusahaan harus mampu menjawab beberapa pertanyaan, pertama sudahkah
tanggung jawab perusahaan berjalan dengan tidak hanya sekedar memenuhi tanggung
jawab ekonomi dan hukum saja? Kedua, area manakah diluar ekonomi dan hukum yang
juga menjadi perhatian dalam program Corporate Social Responsibility(CSR) perusahaan seperti aspek sosial? Ketiga, apakah perusahaan hanya bersikap reaktif atau pro aktif dalam
isu- isu Corporate Social Responsibility (CSR). Beberapa pertimbangan perusahaan melakukan program CSR adalah menyangkut beberapa hal yaitu diantaranya:
1. Legal aspect yaitu untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan yang mengaturnya. 2. Social investment yaitu untuk alasan pencitraan dengan tujuan image yang positif.
4. Risk Management strategy yaitu bertujuan untuk meredam dan menghindari konflik sosial.
2.2.3.2. Corporate Social Responsibility (CSR) Issue
Perusahaan pastinya memiliki ketertarikan, kepentingan dan orentasi sehubungan
dengan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR). Hess (2001), menyebutkan bahwa laporan Corporate Social Responsibility (CSR) harus mempertimbangkan keinginan dari pemangku kepentingan. Ada tiga elemen menurut Hess
yang patut menjadi rujukan perusahaan yaitu: memperhatikan keinginan pemangku
kepentingan, adanya dialog antara pemangku kepentingan, dan membangun strategi untuk
menentukan mana keputusan yang diambil karena berbagai macam kepentingan
stakeholder. Kolk (2004) berpendapat bahwa secara umum sustainability report harus memfokuskan diri pada isu kesehatan dan keselamatan, hubungan dengan karyawan, aksi
philantropi dan charity. O‘Rouke (2004) menambahkan bahwa perusahaan harus mencakup beberapa isu dalam laporan Corporate Social Responsibility(CSR) yaitu: kinerja lingkungan, pembangunan ekonomi dan sosial, ketenagakerjaan, kontribusi untuk
pemerintah, hubungan dengan pemangku kepentingan, supply chain management.
Isu-isu sosial akan terus berkembang seiring dengan dinamika yang terjadi dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan. Isu-isu sosial tersebut berkembang sebagai wujud dari
adanya perubahan dalam cara pandang hidup masyarakat yang harus segera direspon oleh
perusahaan. Ekses dari ketidakmampuan perusahaan dalam menangkap isu sosial yang
berkembang di masyarakat akan berdampak pada gesekan/bentrokan yang terjadi di
tengah-tengah komunitas kehidupan sosial masyarakat. Apalagi dalam suasana krisis