• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

DISTRIK LABUHANBATU II DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT KECAMATAN TORGAMBA

KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

TESIS

Oleh :

SIRRI HIDAYANI SIREGAR

117003013/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

DISTRIK LABUHANBATU II DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT KECAMATAN TORGAMBA

KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Pedesaan Pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

SIRRI HIDAYANI SIREGAR 117003013 / PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : KAJIAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III DISTRIK LABUHANBATU II

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

Nama Mahasiswa : Sirri Hidayani Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 117003013

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Tanggal Lulus : 17 Oktober 2013 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

Ketua

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Ketua

Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Anggota

Ketua Program Studi,

Prof. Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE

Direktur,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Oktober 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. Anggota : 1. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.

(5)

PERNYATAAN Judul Tesis

KAJIAN IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DISTRIK LABUHANBATU II DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN

LABUHANBATU SELATAN”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan

Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan

hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu

dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya

secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan

hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis

bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan

sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

(6)

ABSTRAK

SIRRI HIDAYANI SIREGAR, Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Prof. Dr. BADARUDDIN, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing).

Keberadaan perusahaan di suatu wilayah secara langsung dan tidak langsung akan bersinggungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Selain itu, keterbasan dana pemerintah untuk pembangunan di berbagai sektor merupakan salah satu alasan sehingga peran serta dan kerjasama antara pemerintah dan perusahaan sangat diperlukan. Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai kabupaten pemekaran memerlukan banyak pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor. Salah satu potensi kabupaten ini yaitu memiliki banyak perusahaan perkebunan baik swasta nasional, asing, dan negara salah satunya PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II yang memiliki areal kebun terluas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sesuai karakteristik dalam rumusan masalah yang ada, maka penelitin ini merupakan penelitian eksplanatori, yakni jenis penelitian yang mencoba menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution).

Oleh karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) dengan stakeholder-stakeholder lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat melalui penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dimana biaya yang diperlukan untuk itu dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan serta pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Corporate Social Responsibility

PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II berupa Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program-program tesebut telah direncanakan dan direalisasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Program Kemitraan berupa bantuan pinjaman modal usaha bergulir kepada mitra binaan. Program Bina Lingkungan dalam bentuk bantuan bahan material untuk pembangunan sarana ibadah, pendidikan dan infrastruktur. Impelementasi Corporate Social Responsibility berupa CSR Goal, CSR Issue, dan Corporate Relation Program memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat. Secara umum, implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

(7)

ABSTRACT

SIRRI HIDAYANI SIREGAR, The Implementation Study of Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II in empowering the community of Torgamba Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District, Under the supervision of Prof. Dr. Badaruddin, M.Si (Chair) and Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

(Member).

The existence of a company in an area, directly or indirectly, will overlap with the surrounding community and environment. Therefore, the company need to remember and pay attention to the socio-cultural aspect in which one of them is to build a good reciprocal relation wiyh the other srakeholders such as the government, private and those from several levels of community elements through the orgnization of Corporate Social Responsibility program. Law No. 40/2007 on Limited Liability Company states that a company which is active in and/or related to the field of natural resources is obliged to perform its social and environmental responsibility and the cost needed for the program is budgeted and calculated as the company’s expense, and its implementation is carried out in accordance with appropriateness and reasonableness.

In addition, the limitation of government’s fund for the development of variopus sectors is one of the reasons why the role and cooperation between the government and the company is very much needed. Labuhanbatu Selatan District as a district which was newly separated from its mother district needs a lot of development in various sectors. One of the poptentials owned by this district is that it has a lot of plantation companies owned either by national private companies, foreign companies or the government., and one of them is PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District with the largest plantation area in Labuhanbatu Selatan District. Based on this ground, this explanatory study explained the intervariable relationship by using SPSS program.

The result of this study showed that the implementation of Corporate Social responsibility of PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District in the forms of Partnership Program and Environmental development Program has been planned and realized in line with the need of community. Partnership Program is a working capital loan provided through a revolving fund system to the trained partners. Environmental Development Program is the assistance in the form of providing the materials to build religious and educational facilities and infrastructure. The implementation of Corporate Social responsibility in the forms of CSR Goal, CSR Isssue, and Corporate Relation Program has brouight a positive and significant impact to communityempowerment. As a whole, the implementation of Corporate Social Responsibility Program implemented by PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District has been useful for the community members in Torgamba Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan

karunia, rahmat dan izin-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada program studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Tesis ini berjudul "Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan".

1.

Keberhasilan penulisan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

2.

Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.

Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan ketulusan,

kearifan, dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam

membimbing penyusunan tesis ini.

3.

Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

4.

Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak dan Ir.

Supriadi, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran

demi kesempurnaan tesis ini.

Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

(9)

5.

6.

Bapak Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan , Bapak Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan seluruh staf.

7.

Bapak Camat Torgamba, Kepala Desa Aek Batu dan jajarannya yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

8.

Kepala Bidang Umum, Staf Humas dan PKBL PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II yang telah membantu dalam memberikan informasi dan data-data dalam penelitian.

9.

Ayahanda , Ibunda , Abangda, dan Adinda tercinta atas segala motivasi dan do'anya.

10.

Teman-teman kuliah di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Regular Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Tahun 2011/2012.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran akan diterima untuk perbaikan. Namun harapan penulis,

semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah Swt

memberkati kita semua, Amin.

Medan, Oktober 2013

Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Rantauprapat 15 Oktober 1987 dengan ayah bernama H. Fuad

Siregar, SH, MM dan mama bernama Hj. Rostati Nasution. Penulis merupakan anak kedua

dari empat bersaudara, seorang diri perempuan dan tiga orang laki-laki. Penulis menempuh

pendidikan mulai umur empat tahun dimulai tingkat Taman Kanak-Kanak Janji (1992).

Usia lima tahun penulis melanjut ke Sekolah Dasar Negeri 112139 Rantauprapat

(1993-1998), setelah selesai dilanjutkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3

Rantauprapat (1998-2001), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 2 Rantauprapat

(2001-2004). Setelah lulus SLTA, penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor

(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Baru pada Jurusan Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian. Penulis wisuda pada tanggal 13 Oktober 2009 dan memperoleh gelar Sarjana

Pertanian (SP).

Semasa kuliah, penulis aktif ikut di berbagai organisasi berupa Koperasi

Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Profesi, Dewan Perwakilan

Mahasiswa, dan Himpunan Mahasisiwa Islam. Setelah selesai kuliah, pada tahun yang

sama penulis diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil dan bekerja di Kantor Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Tahun 2011, penulis

melanjutkan pendidikan strata dua pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Pedesaan

Universitas Sumatera Utara. Penulis berminat mengambil jurusan ini terkait dengan daerah

penulis bekerja merupakan daerah pemekaran sehingga diperlukan perencanaan di berbagai

(11)

DAFTAR ISI

2.2.1 Pengertian dan jenis Corporate Social Responsibility (CSR) ... 19

2.2.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan ... 21

2.2.3 Implementasi dan model atau Pola Corporate Social Responsibility (CSR) ... 25

2.2.3.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Goal 27 2.2.3.2 Corporate Social Responsibility (CSR) Issue 29 2.2.3.3 Corporate Relation Program ... 30

2.3 Pemberdayaan Masyarakat ... 31

2.4 Pelaksanaan CSR oleh Perusahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 32

2.5 Pembangunan dan Pengembangan Wilayah ... 35

2.6 Hubungan antara Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Pembangunan ... 38

(12)

3.6.1 Uji Validitas ... 47

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 47

3.7 Metode Penelitian dan Analisis Data ... 48

3.7.1 Uji Parsial ... 51

3.7.2 Uji Simultan ... 52

3.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 52

3.7.3.1 Uji Normalitas ... 52

3.7.3.2 Uji Multikolineritas ... 52

3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 52

3.8 Definisi Variabel Operasional ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 55

4.2 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 56

4.3 Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PTPN III DLAB II ... 59

4.4 Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PTPN III dalam Pemberdayaan Masyarakat .... 66

4.4.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 67

4.4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 70

4.4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 72

4.4.3.1 Uji Normalitas ... 72

4.4.3.2 Uji Multikolinieritas ... 73

4.4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 74

4.4.4 Hasil Uji Korelasi Product Moment ... 75

4.4.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 76

4.4.6 Hasil Uji F dan T ... 78

4.5 Respon Masyarakat terhadap Implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PTPN III ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Perbedaan dan Persamaan CSR-PKBL... ... 16

4.1 Realisasi Objek Program Bina Lingkungn Tahun 2010-2012 60 4.2 Realisasi Dana Program Mitra Binaan Tahun 2010-2012 . 62 4.3 Uji Validitas Variabel CSR Goals (X1)………... 67

4.4 Uji Validitas Variabel CSR Issue (X2) ... 68

4.5 Uji Validitas Corporate Relation Programe (X3) ... 68

4.6 Uji Validitas Variabel Pemberdayaan Masyarakat (Y) ... 69

4.7 Uji Reliabilitas CSR Goals (X1) ... 69

4.8 Uji Reliabilitas CSR Issue (X2) ... 69

4.9 Uji Reliabilitas Corporate Relation Programe (X3) ... 69

4.10 Uji Reliabilitas Pemberdayaan Masyarakat (Y) ... 70

4.11 Hasil Analisis Deskriptif... . 70

4.12 Pengujian Multikolinieritas... 73

4.13 Matriks Korelasi Variabel Independent... 74

4.14 Hasil Uji Korelasi Product Moment... 76

4.15 Hasil Analisis Regresi Berganda... 75

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian... 43

4.1 Grafik P-P Plot... 72

4.2 Grafik Scatter Plot... 75

4.3 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Pinjaman

Modal/Kredit Usaha... 86

4.4 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Bantuan

Pengembangan Fasilitas Usaha... 88

4.5 Respon Masyarakat terhadap Pemberian Pengembangan dan

Pelatihan Kewirausahaan... 88

4.6 Respon Masyarakat terhadap Bantuan Perusahaan dalam

Pembangunan/Renovasi Fasilitas Umum... 89

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian... 100

2 Dokumentasi Penelitian... 103

3. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III... 105

(16)

ABSTRAK

SIRRI HIDAYANI SIREGAR, Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Prof. Dr. BADARUDDIN, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing).

Keberadaan perusahaan di suatu wilayah secara langsung dan tidak langsung akan bersinggungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Selain itu, keterbasan dana pemerintah untuk pembangunan di berbagai sektor merupakan salah satu alasan sehingga peran serta dan kerjasama antara pemerintah dan perusahaan sangat diperlukan. Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai kabupaten pemekaran memerlukan banyak pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor. Salah satu potensi kabupaten ini yaitu memiliki banyak perusahaan perkebunan baik swasta nasional, asing, dan negara salah satunya PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II yang memiliki areal kebun terluas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sesuai karakteristik dalam rumusan masalah yang ada, maka penelitin ini merupakan penelitian eksplanatori, yakni jenis penelitian yang mencoba menjelaskan hubungan antar variabel dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution).

Oleh karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) dengan stakeholder-stakeholder lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat melalui penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dimana biaya yang diperlukan untuk itu dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan serta pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Corporate Social Responsibility

PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II berupa Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Program-program tesebut telah direncanakan dan direalisasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Program Kemitraan berupa bantuan pinjaman modal usaha bergulir kepada mitra binaan. Program Bina Lingkungan dalam bentuk bantuan bahan material untuk pembangunan sarana ibadah, pendidikan dan infrastruktur. Impelementasi Corporate Social Responsibility berupa CSR Goal, CSR Issue, dan Corporate Relation Program memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat. Secara umum, implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

(17)

ABSTRACT

SIRRI HIDAYANI SIREGAR, The Implementation Study of Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II in empowering the community of Torgamba Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District, Under the supervision of Prof. Dr. Badaruddin, M.Si (Chair) and Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

(Member).

The existence of a company in an area, directly or indirectly, will overlap with the surrounding community and environment. Therefore, the company need to remember and pay attention to the socio-cultural aspect in which one of them is to build a good reciprocal relation wiyh the other srakeholders such as the government, private and those from several levels of community elements through the orgnization of Corporate Social Responsibility program. Law No. 40/2007 on Limited Liability Company states that a company which is active in and/or related to the field of natural resources is obliged to perform its social and environmental responsibility and the cost needed for the program is budgeted and calculated as the company’s expense, and its implementation is carried out in accordance with appropriateness and reasonableness.

In addition, the limitation of government’s fund for the development of variopus sectors is one of the reasons why the role and cooperation between the government and the company is very much needed. Labuhanbatu Selatan District as a district which was newly separated from its mother district needs a lot of development in various sectors. One of the poptentials owned by this district is that it has a lot of plantation companies owned either by national private companies, foreign companies or the government., and one of them is PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District with the largest plantation area in Labuhanbatu Selatan District. Based on this ground, this explanatory study explained the intervariable relationship by using SPSS program.

The result of this study showed that the implementation of Corporate Social responsibility of PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District in the forms of Partnership Program and Environmental development Program has been planned and realized in line with the need of community. Partnership Program is a working capital loan provided through a revolving fund system to the trained partners. Environmental Development Program is the assistance in the form of providing the materials to build religious and educational facilities and infrastructure. The implementation of Corporate Social responsibility in the forms of CSR Goal, CSR Isssue, and Corporate Relation Program has brouight a positive and significant impact to communityempowerment. As a whole, the implementation of Corporate Social Responsibility Program implemented by PT. Perkebunan Nusantara III Labuhanbatu II District has been useful for the community members in Torgamba Subdistrict, Labuhanbatu Selatan District.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa

pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta budaya. Perusahaan memiliki potensi

mengembangkan wilayah karena beroperasinya perusahaan di suatu wilayah masyarakat

dapat mengundang aktivitas-aktivitas masyarakat lokal. Seperti halnya, penyerapan tenaga

kerja lokal oleh perusahaan, termasuk fenomena menjamurnya masyarakat lokal yang

membuka usaha baru untuk pemenuhan kebutuhan karyawan dan juga seluruh pihak

yang berkaitan dengan adanya aktivitas perusahaan.

Dalam perjalanannya, aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bersinggungan,

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Oleh

karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah

satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) dengan stakeholder-stakeholder lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat. Hubungan baik ini dapat dibentuk dari adanya interaksi

antar stakeholder dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program CSR (Corporate Social Responsibility).

Dewasa ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan

(19)

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) (Wibisono, 2007). Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Masing-masing

stakeholders melakukan perannya sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki. Dunia usaha sebagai salah satu stakeholders memegang peranan yang cukup penting karena potensinya dalam hal modal (capital) dan sumber daya manusia.

Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan

mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat di sekitarnya yang

disebut tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) atau disingkat CSR. Hal ini terkait dengan sering terjadinya kesenjangan sosial dan konflik antara pihak

perusahaan dengan masyarakat serta semakin sadarnya masyarakat dampak dari kerusakan

lingkungan. Seiring hal tersebut, berbagai kalangan baik swasta, pemerintah, organisasi

masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung

jawab sosial perusahaan dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang disebut juga Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini bukan lagi bersifat sukarela yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib atau

menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal

ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU

PT) Pasal 74 yang disahkan pada 20 Juli 2007 yang berbunyi:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan

(20)

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan

yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Konsep Corporate Social Responsibiliy (CSR) yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut adalah mengutamakan kepada pembangunan yang berkelanjutan berupa

penguatan ekonomi kerakyatan dan program-program sosial jangka panjang. Program

pembangunan yang demikian tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dan

berpengaruh langsung terhadap kehidupan. Masyarakat punya andil dan tanggung jawab

dalam pelaksanaannya, baik dalam perencanaan program maupun dalam

mengimplementasikannya. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibiliy (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin

tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam.

Menurut Rosyida dan Fredian (2011), perusahaan sebagai sebuah sistem dalam

keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan

dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta

budaya. Dalam perjalanannya, aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bersinggungan,

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Oleh

karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah

(21)

stakeholder dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program Corporate Social Responsibility (CSR).

Tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan untuk membantu pemerintah dalam

pembangunan antara lain melalui program peningkatan produktivitas masyarakat dan

kemampuan sosial ekonomi kerakyatan secara mandiri dan berkesinambungan. Elkington

(1998) menyatakan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan

ekonomi (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan

(planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) sendiri sebenarnya bertujuan untuk memperkuat perusahaan dengan jalan membangun kerjasama antara stakeholders

yang difasilitasi oleh perusahaan yang bersangkutan dengan jalan menyusun

program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. Disamping itu, implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) membantu perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholders terkait dengan perusahaan, baik lokal, nasional maupun global, karena pengembangan Corporate Social Responsibility (CSR) ke depan mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Keterbasan dana pemerintah untuk pembangunan di berbagai sektor merupakan salah satu

alasan sehingga peran seta dan kerjasama antara pemerintah dan perusahaan sangat

diperlukan.

Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Provinsi Sumatera Utara dijelaskan

bahwa tujuan dilaksanakannya pemekaran adalah untuk meningkatkan pelayanan di bidang

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam

(22)

pemekaran memerlukan banyak pembangunan dan pengembangan di berbagai sektor.

Secara umum, masalah pokok dalam pembangunan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

meliputi sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi

masyarakat. Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memiliki luas 311.600 ha yang terdiri

dari 5 (lima) kecamatan yaitu Kotapinang, Kampung Rakyat, Torgamba, Sungai Kanan,

dan Silangkitang. Sebagian besar areal Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan areal

perkebunan dengan Kecamatan Torgamba sebagai kecamatan terluas wilayahnya. Jumlah

perusahaan perkebunan yang beroperasi di daerah tersebut juga terbanyak salah satunya

PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II.

PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II merupakan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang memiliki areal kebun terluas yang berada di Kecamatan

Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan memiliki 3 (tiga) industri pengolahan

kelapa sawit. PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II meliputi : PT.

Perkebunan Nusantara III Kebun Aek Raso, Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara III Aek Raso, PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Aek Torop, Pabrik Kelapa

Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Aek Torop, PT. Perkebunan Nusantara III

Kebun Sei Baruhur dan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Sei Kebara. Menurut

Alexander (2012), bahwa PT. Perkebunan Nusantara III telah menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp. 3,3 milyar kepada distrik yang tersebar di kab/kota Provinsi Sumatera Utara. PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam hal

ini memperoleh dana sebesar Rp. 161.770.000,-.

Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor

KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha MiIik Negara dengan Usaha

(23)

BUMN wajib menyisihkan laba setelah pajak sebesar 1 % (satu persen) sampai dengan 3 %

(tiga persen) untuk dana program kemitraan dan penyisihan laba setelah pajak maksimal 1

% (satu persen) untuk dana Program Bina Lingkungan. Secara konsep Program Kemitraan

dan Bina lingkungan (PKBL) yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

tidak jauh berbeda dengan best practise Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan swasta sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan

praktek (Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh BUMN. Cakupan pelaksanaan PKBL-BUMN diharapkan mampu mendukung 3 (tiga) pilar utama

pembangunan nasional (triple track) yang telah dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik kepada masyarakat yaitu (1) pengurangan jumlah pengangguran; (2)

pengurangan jumlah penduduk misikin, dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk memberdayakan

potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan linglkungan masyarakat dengan fokus diarahkan

pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan.

Sementara cakupan Corporate Social Responsibility(CSR) disamping mewujudkan 3 (tiga) pilar tadi, juga berdimensi kepada pewujudan pelaksanaan operasi perusahaan yang tidak

melanggar HAM, praktek yang jujur, dan dimensi lain yang tercantum dalam ISO 26000.

(24)

citra perusahaan, para stakeholder yang terkait, dan membantu menciptakan kehidupan dimasyarakat yang lebih sejahtera, harmonis dan mandiri.

Dalam hal ini, atas dasar pertimbangan penjelasan tersebut diatas yang

melatarbelakangi saya melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Implementasi

Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II terhadap Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu

Selatan” .

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunanan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II di Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu

Selatan?

2. Bagaimana pengaruh implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam pemberdayaan masyarakat

Kecamatan Torgamba?

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap program Corporate Social Responsibility

(CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam pemberdayaan masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan yang ingin

(25)

1. Mengkaji implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II di Kecamatan Torgamba.

2. Mengkaji pengaruh implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam pemberdayaan masyarakat

Kecamatan Torgamba?

3. Mengkaji respon masyarakat Kecamatan Torgamba terhadap program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II dalam pemberdayaan masyarakat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu sebagai

berikut:

1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam membuat kebijakan dan langkah-langkah strategis yang terkait

dengan Program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung pembangunan.

2. Bagi PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II sebagai bahan evaluasi dan

masukan dalam implementasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan mendukung pengembangan wilayah Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.

(26)

4. Bagi peneliti lain dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, sebagai bahan rujukan

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan

implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) antara lain sebagai berikut hasil penelitian Windarti (2004) menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat ini belum diatur secara jelas dalam hirarki

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, tetapi diatur secara teknis dalam keputusan Menteri

dan Surat Edaran Menteri. Dalam Kepmen BUMN Nomor : Kep-236/MBU/2004 tentang

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, mengatur

bahwa BUMN wajib menyisihkan satu persen dari laba perusahaan untuk Program

Kemitraan yang dilakukan oleh satuan kerja Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi

(PUKK), dan Program Bina Lingkungan yang dilaksanakan oleh satuan kerja community development (comdev).

Bentuk Program Kemitraan yang dilakukan PUKK sebagai pelaksana tanggung

jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah antara lain :

pemberian kredit usaha kecil dengan bunga ringan sebagai dana bergulir, pembekalan

keterampilan bagi remaja yang belum bekerja, membantu mepromosikan produk mitra

binaan, dan pendidikan manajemen bagi mitra binaan. Bentuk Program Bina Lingkungan

yang dilakukan oleh satuan kerja comdev sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat antara lain yaitu pembangunan

irigasi, pembangunan jalan, pembangunan pasar, dan lain-lain yang mendukung kegiatan

(28)

pemberdayaan ekonomi masyarakat memberikan dampak positif bagi masyarakat maupun

bagi perusahaan. Dampak nyata bagi perusahaan adalah terciptanya image yang baik bagi perusahaan sehingga meningkatnya kepercayaan publik dan dampak nyata bagi masyarakat

adalah tumbuhnya usaha perekonomian rakyat sehingga meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Dengan demikian kesenjangan sosial yang merupakan bibit konflik sosial

dapat dijembatani dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Josua (2007), menyimpulkan bahwa motif utama

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. melaksanakan tanggung jawab sosialnya adalah untuk

mengamankan operasional pabrik. Hal tersebut mengaburkan aspek kerelaan (voluntarism) dan kemitraan yang dibangun atas dasar hubungan subordinasi, di mana masing-masing

partisipan memiliki status, kemampuan dan kekuatan yang tidak seimbang. Yayasan yang

dibentuk idealnya adalah merupakan representasi dari sektor sukarela (voluntary) yang berperan sebagai agen pembaru (change agent) untuk mendinamisasi program dalam rangka pemberdayaan masyarakat, namun kenyataannya lebih cenderung sebagai korporasi

negara.

Selain itu penelitian yang dilakukan Siti Zaleha (2008) yang menyimpulkan bahwa

PT. Inalum masih menganggap CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai biaya (cost) dan belum dianggap sebagai investasi sosial (social investment) sehingga belum memiliki program yang mampu memandirikan dan memberdayakan masyarakat melalui program

pengembangan masyarakat. Selain itu, Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Inalum memiliki peran dalam meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dilihat dari

penyerapan tenaga kerja lokal langsung perusahaan maupun sebagai tenaga kerja tidak

(29)

Responsibility (CSR) terhadap perkembangan pasar lokal sebagai akibat tidak adanya kebijakan pengembangan ekonomi lokal wilayah.

Hasil penelitian Syahputra (2008) menyimpulkan bahwa Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat di Lingkungan PTPN IV unit Kebun Dolok Ilir berupa Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL) membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun

demikian, sebagian besar bantuan yang diberikan perusahaan kepada masyarakat masih

bersifat karitas ketimbang filantropis, artinya bantuan dan sumbangan tersebut hanya untuk

pemenuhan kebutuhan sesaat saja, belum memikirkan aspek keberlanjutan dalam

pemberdayaan masyarakat secara optimal. Dampak penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN IV unit Kebun Dolok Ilir Kabupaten Simalungun

berdasarkan penelitian dan observasi kurang memenuhi unsur kemanfaatan dan keadilan.

Hal ini dikarenakan bentuk bantuan kurang menyentuh bagi pemberdayaan ekonomi

masyarakat dan kurang dirasakan manfaatnya.

Menurut Sumaryo (2009) dalam penelitiannya : (1) Persepsi masyarakat terhadap

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan perusahaan membantu masyarakat di bidang fisik, sosial, budaya, dan atau ekonomi agar masyarakat lebih

berdaya dan mandiri sehingga mereka terbantu dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Manjemen perusahaan memahami bahwa dengan memberikan bantuan di bidang fisik

untuk pembangunan prasarana pendidikan, ibadah, dan sosial, bantuan pendidikan, dan

menjalin kemitraan dengan masyarakat berarti perusahaan telah melaksanakan tanggung

jawab sosialnya. Pengelolaan limbah cair dengan instalasi pengolahan limbah yang

(30)

lingkungannya. (2). Model Corporate Social Responsibility (CSR) Integratif dan CSR Partisipatif lebih tepat diterapkan dalam implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Provinsi Lampung. Model Corporate Social Responsibility(CSR) Integratif dapat meminimalkan konflik antara perusahaaan dengan masyarakat sekitarnya, sedangkan

Model Corporate Social Responsibility (CSR) Partisipatif dapat menampung aspirasi dan kebutuhan dasar masyarakat sekitar perusahaan yang diakomodasi dalam program

Corporate Social Responsibility(CSR) yang dijalankan perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hasbullah (2012), diperoleh kesimpulan

bahwa tingkat efektifitas program PKBL PKT secara umum efektif dalam memenuhi

ekspetasi/harapan masyarakat, walaupun diperlukan optimalisasi kinerja di beberapa aspek

yaitu aspek perencanaan, koordinasi dan keberlanjutan program serta pendampingan

masyarakat. Hasil penelitian dari Maulidiana (2012) diperoleh kesimpulan 1. Ketentuan-

ketentuan hukum yang mengatur Corporate Social Responsibility (CSR) dalam sistem perundang - undangan di Indonesia adalah Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas

Nomor 40 Tahun 2007, Undang – Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 88,

Undang – Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 15 dan Pasal 34 dan

Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009

tidak memberikan definisi yang sama mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)

sehingga implementasinya diinterpretasikan masing-masing korporat sesuai dengan visi

(31)

pengembangan masyarakat yang diselenggarakan secara sistematis, terencana dan

diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi

dan kualitas kehidupan lebih baik.

2.2. Corporate Social Responbility (CSR)

Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai

lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprocal (timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling

memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan

keberhasilan pembangunan bangsa. Dua aspek penting yaitu aspek ekonomi dan sosial

harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya sehingga keberadaan

perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup

masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan keuntungan

(profit) dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada

perolehan keuntungan/laba perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung

jawab sosial dan lingkungannya. Jika masyarakat (terutama masyarakat sekitar)

menganggap perusahaan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta tidak

merasakan kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari

beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan resistensi

masyarakat atau gejolak sosial. Komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam

(32)

lingkungan itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social Responsibility

(CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan

kualitas kehidupan masyarakat. Adanya Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa ”Perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan / atau berkaitan dengan sumber daya alam

wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”setiap

penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”

(Susiloadi, 2008).

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah terlebih dahulu terwadahi dalam

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-236/MBU/2003 dan Nomor :

PER-05/MBU/2007, tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan (PKBL), dimana masing-masing BUMN membentuk unit sendiri yang khusus

untuk melaksanakan PKBL. Ada tiga persoalan dalam menerapakan program PKBL.

Pertama, Kepmen-236/MBU/2003 yang menyangkut pembatasan terhadap lima objek

bantuan (pendidikan, kesehatan, sarana ibadah, dan bencana alam). Kedua, terkait dengan

manajemen program di tingkat BUMN yang masih bersifat top down dan memerlukan persetujuan dari manajemen pusat bagi BUMN. Ketiga menyankut minimnya blueprint

atau cetak biru kebijakan. Adapun perbandingan CSR dan PKBL disajikan pada Tabel 1.

berikut :

(33)

Aspek CSR PKBL

Dasar Hukum Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007

Pasal 2 ayat (1) huruf e dan Pasal 88 ayat (1) UU nomor 19 Tahun 2003 ji. Peraturan Meneg BUMN Nomor Peraturan 05/MBU/2007

1. Program Kemitraan : Untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri.

(34)

apabila tidak

Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 (tidak sebatas wilayah tempat kegiatan usaha Persero atau

1.Maksimal 2 % (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan.

2.Maksimal 2 % (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan.

Sumber : CARE LPPM IPB, 2011.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan atau dikenal dengan PKBL adalah

bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada masyarakat. PKBL

dilaksanakan dengan dasar U n d a n g - U n d a n g N o m o r 19 tahun 2003 Tentang

BUMN serta Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 yang menyatakan

maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan melainkan turut

aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,

koperasi dan masyarakat (Kementrian BUMN, 2010).

PKBL memiliki 2 (dua) program, pertama adalah Program Kemitraan

BUMN dengan Usaha Kecil dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha

kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba

BUMN. Kedua adalah Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan

kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba

BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua

(35)

laba bersih untuk Program Bina Lingkungan. Sedangkan menurut Asisten Deputi

Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan, Kementrian BUMN (2010), sebenarnya

peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding praktek Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan swasta karena PKBL-BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 (tiga) pilar utama pembangunan (triple track) yaitu ; (1). pengurangan jumlah pengangguran (pro-job), (2) pengurangan jumlah penduduk miskin (pro-poor), dan (3). peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth).

2.2.1. Pengertian dan Jenis Corporate Social Responsibility (CSR)

Bibit Corporate Social Responsibility (CSR) berawal dari semangat filantropik

(kedermawanan) perusahaan namun karena adanya tekanan yang kuat dari masyarakat,

terutama di tengah masyarakat yang kritis seperti masyarakat Eropa, Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi seperti social license to operation bagi sebuah perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR) mengandung pengertian yang lebih luas daripada sekedar menyisihkan dana untuk kegiatan sosial. Awalnya Corporate Social Responsibility

(CSR) memang lebih banyak diwujudkan dalam bentuk karitas dan filantropi perusahaan. Kini mulai ada upaya untuk mendorong agar Corporate Social Responsibility (CSR) bergeser dari filantropi menjadi corporate citizenship yang berarti terdapat rekonsiliasi dengan ketertiban sosial dan lebih memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Dilihat dari asal katanya, Corporate Social Responsibility (CSR) berasal dari literatur etika bisnis di Amerika Serikat dikenal sebagai corporate social responsibility

atau social responsibility of corporation. Kata corporation atau perusahaan telah dipakai dalam bahasa Indonesia yang diartikan sebagai perusahaan, khususnya perusahaan besar.

(36)

berarti badan. Dalam sejarah perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan itu merupakan suatu

badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum (not for profit), namun dalam perkembangannya justru menumpuk keuntungan (for profit) (Isa & Busyra 2007).

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sendiri sebenarnya bukanlah hal baru sama sekali, dan pengertiannya tidaklah statis. Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali muncul dalam diskursus resmi akademik sejak Howard R Bowen menerbitkan

bukunya berjudul Social Responsibilitity of the Businessman pada tahun 1953. Ide dasar

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan

yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaannya beroperasi. Ia menggunakan

istilah sejalan dalam konteks itu untuk meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka

memiliki visi yang melampaui kinerja finansial perusahaan. Ia mengemukakan

prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan. Prinsip-prinsip-prinsip yang dikemukakannya mendapat

pengakuan publik dan akademisi sehingga Howard R Bowen dinobatkan sebagai ”Bapak

Corporate Social Responsibility (CSR)”. Ada beraneka ragam definisi Corporate Social Responsibility dan sulit diseragamkan.

Komisi Eropa mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai ”essentially a concept whereby companies decide voluntary to contribute to better society and a cleaner environment”. Definisi ini menekankan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep yang menunjukkan bagaimana perusahaan secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan

(37)

(profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.

Menurut Achda (2006), Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam

dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus-menerus menjaga agar dampak

tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Konsep

tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibiliy (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap

perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan

kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya

kesadaran dan kepekaan dari stakeholders perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan

di masa yang akan datang. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat didefinisikan secara

sederhana sebagai suatu konsep yang mewajibkan perusahan untuk memenuhi dan

memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud diantaranya adalah para shareholder, karyawan (buruh), pelanggan, komunitas lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM),

dan lain sebagainya. Lusa (2007) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial secara lebih

sederhana dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan

lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat

dan lingkungan sekitarnya. Dimana dalam proses pengambilan keuntungan tersebut

seringkali perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan ataupun dampak sosial lainnya.

(38)

Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan

perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan

fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya.

Dengan perolehan laba yang memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada

pemegang saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan

sebagian laba yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan,

membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi

terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan

aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan

kesejahteraan, kualitas hidup dan kompetensi masyarakat di berbagai bidang. Dengan

memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian

lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka panjang.

Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan

berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak

bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Dengan menjalankan tanggung

jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga

ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan

(terutama lingkungan sekitar) dalam jangka panjang.

(39)

profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik. Banyak

perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan program Corporate Social Responsibility (CSR) menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham; (2) Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar, karena sesungguhnya

substansi keberadaan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan, dengan jalan

membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian

kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan

stakeholder yang terkait; (3) Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate image building).

Social Marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi.

Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap volume unit produksi yang

terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar terhadap

peningkatan laba perusahaan. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diarahkan memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam

jangka panjang (Susiloadi, 2008).

Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam)

(40)

perusahaan. Perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) secara konsisten akan mendapat dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat dari

aktivitas yang dijalankannya. Corporate Social Responsibility (CSR) akan mengangkat citra perusahaan, yang dalam rentang waktu yang panjang akan meningkatkan reputasi

perusahaan. Kedua, Corporate Social Responsibility (CSR) dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu

krisis. Sebagai contoh adalah sebuah perusahaan produsen consumer goods yang beberapa waktu yang lalu dilanda isu adanya kandungan bahan berbahaya dalam produknya. Namun

karena perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam Corporate Social Responsibility (CSR) maka masyarakat menyikapinya dengan tenang sehingga relatif tidak mempengaruhi aktivitas dan kinerjanya.

Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten

melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup

masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan

loyalitas sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi

kemajuan perusahaan. Keempat, Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan

dengan para stakeholdersnya. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang

berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih.

(41)

sehingga memiliki reputasi yang baik. Keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.

Menurut Irawan (2008), perusahaan memperoleh beberapa keuntungan karena

menerapkan tanggungjawab sosialnya antara lain : untuk mempertahankan dan

mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan; layak mendapatkan ijin untuk beroperasi (social license to operate), mereduksi risiko bisnis perusahaan; melebarkan akses sumber daya; membentangkan akses menuju market; mereduksi biaya; memperbaiki

hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator; dan meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.

2.2.3. Implementasi dan Model atau Pola Corporate Social Responsibility

Dalam menjalankan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) tidak ada standar atau praktik-praktik tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki

karakteristik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka

memandang tanggung jawab sosial. Setiap perusahaan memiliki kondisi yang beragam

dalam hal kesadaran akan isu berkaitan dengan Corporate Social Responsibility (CSR)

serta beberapa banyak hal yang telah dilakukan dalam hal mengimplementasikan

pendekatan Corporate Social Responsibility (CSR). Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan sangat bergantung kepada misi, budaya, lingkungan dan profil risiko, serta kondisi operasional

masing-masing perusahaan.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilaksanakan menurut prioritas yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

Meskipun tidak terdapat standar atau praktik-praktik tertentu yang dianggap terbaik dalam

(42)

yang luas dalam pengimplemantasian Corporate Social Responsibility (CSR) masih dapat dirumuskan, yang didasarkan pada pengalaman dan juga pengetahuan dalam bidang seperti

manajemen lingkungan. Kerangka kerja yang disodorkan oleh industri Kanada dapat

dijadikan panduan. Kerangka kerja ini mengikuti model ”plan, do,check, improve” dan bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi oleh

masing-masing perusahaan (Susanto, 2007). Model atau pola Corporate Social Responsibility (CSR) yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai berikut : 1. Corporate Social Responsibility (CSR) bisa dilaksanakan secara langsung oleh

perusahaan. Perusahaan menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR)

secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan

sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan

bisa menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas divisi human resource development

atau public relations.

2. Corporate Social Responsibility (CSR) bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri di bawah perusahaan atau group-nya yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke

CEO atau ke dewan direksi. Model ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di

negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi

yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.

(43)

instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik dalam

mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-sama

menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan

sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang

mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan

kemudian mengembangkan program yang telah disepakati (Marlia, 2008).

Aspek-aspek yang berpengaruh dalam implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai berikut :

2.2.3.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Goal

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) sangat berkaitan erat dengan konsep etika bisnis (business ethics) yang di dalamnya memberikan justifikasi sebagai bentuk komitmen dari entitas bisnis terhadap masyarakat.

Dalam buku Howard R. Bowen (1953) “Social Responsibilities of the Businessman”

dikutip dari Kementrian BUMN Republik Indonesia tahun 2010, konsep Corporate Social Responsibility (CSR) mulai diperkenalkan dalam dunia bisnis. Sampai saat ini terdapat banyak definisi Corporate Social Responsibility (CSR) karena tidak adanya kesepakatan definisi Corporate Social Responsibility (CSR). Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa definisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkembang saat ini mengarah pada kesamaan konsep yaitu pada konsep Triple Bottom Line (Profit, People and Planet), yang berarti bahwa program tanggung jawab sosial perusahaan diarahkan pada isu ekonomi,

(44)

World Business Council and Sustainable Development (1998), mendefinisikan secara jelas bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk komitmen oleh entitas bisnis tentang bagaimana dapat berkontribusi untuk pembangunan ekonomi

berkelanjutan. Kemudian secara detail WBCSD memberi rincian bentuk kontribusi yaitu

korporasi dapat melakukan aksi Corporate Social Responsibility (CSR) dengan membantu karyawan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan masyarakat secara luas untuk

mengembangkan kualitas kehidupan mereka sejalan dengan keuntungan bisnis dan

pembangunan komunitas.

Peneliti tentang Corporate Social Responsibility (CSR), Carroll (1979) mendeskripsikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai kombinasi dari beberapa aspek tanggung jawab perusahaan yang berbeda yaitu tanggung jawab ekonomi, hukum,

etika dan kontribusi pada beberapa isu sosial. Dengan demikian program tanggung jawab

sosial perusahaan harus mampu menjawab beberapa pertanyaan, pertama sudahkah

tanggung jawab perusahaan berjalan dengan tidak hanya sekedar memenuhi tanggung

jawab ekonomi dan hukum saja? Kedua, area manakah diluar ekonomi dan hukum yang

juga menjadi perhatian dalam program Corporate Social Responsibility(CSR) perusahaan seperti aspek sosial? Ketiga, apakah perusahaan hanya bersikap reaktif atau pro aktif dalam

isu- isu Corporate Social Responsibility (CSR). Beberapa pertimbangan perusahaan melakukan program CSR adalah menyangkut beberapa hal yaitu diantaranya:

1. Legal aspect yaitu untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan yang mengaturnya. 2. Social investment yaitu untuk alasan pencitraan dengan tujuan image yang positif.

(45)

4. Risk Management strategy yaitu bertujuan untuk meredam dan menghindari konflik sosial.

2.2.3.2. Corporate Social Responsibility (CSR) Issue

Perusahaan pastinya memiliki ketertarikan, kepentingan dan orentasi sehubungan

dengan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR). Hess (2001), menyebutkan bahwa laporan Corporate Social Responsibility (CSR) harus mempertimbangkan keinginan dari pemangku kepentingan. Ada tiga elemen menurut Hess

yang patut menjadi rujukan perusahaan yaitu: memperhatikan keinginan pemangku

kepentingan, adanya dialog antara pemangku kepentingan, dan membangun strategi untuk

menentukan mana keputusan yang diambil karena berbagai macam kepentingan

stakeholder. Kolk (2004) berpendapat bahwa secara umum sustainability report harus memfokuskan diri pada isu kesehatan dan keselamatan, hubungan dengan karyawan, aksi

philantropi dan charity. O‘Rouke (2004) menambahkan bahwa perusahaan harus mencakup beberapa isu dalam laporan Corporate Social Responsibility(CSR) yaitu: kinerja lingkungan, pembangunan ekonomi dan sosial, ketenagakerjaan, kontribusi untuk

pemerintah, hubungan dengan pemangku kepentingan, supply chain management.

Isu-isu sosial akan terus berkembang seiring dengan dinamika yang terjadi dalam

kehidupan sosial kemasyarakatan. Isu-isu sosial tersebut berkembang sebagai wujud dari

adanya perubahan dalam cara pandang hidup masyarakat yang harus segera direspon oleh

perusahaan. Ekses dari ketidakmampuan perusahaan dalam menangkap isu sosial yang

berkembang di masyarakat akan berdampak pada gesekan/bentrokan yang terjadi di

tengah-tengah komunitas kehidupan sosial masyarakat. Apalagi dalam suasana krisis

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 4.1 Realisasi Objek Program Bina Lingkungan Tahun 2010 sampai 2012
Tabel 4.4 Uji Validitas Variabel CSR Issue (X2)
Tabel 4.5 Uji Validitas Corporate Relation Programe (X3)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerena dari kelima variabel di atas dikategorikan sangat baik dan baik kemudian draf modul II sudah direvisi sesuai dengan respon siswa pada uji coba kecil maka

Pembahasan mengenai unsur intrinsik karya sastra yang diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMP dan SMA dijadikan acuan oleh peneliti untuk menganalisis penokohan,

[r]

Menjadi menarik ketika etnis Minang merupakan salah satu etnis yang sering diangkat pada Media, namun banyak penggambaran akan etnis Minang yang disajikan membuat etnis ini

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N

Y = 76.715+ 0.429X1 dengan kontribusi 36,4%.. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah, supervisi akademik

Pada titrasi 2 Metode titrasi ini dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling melarut sempurna yaitu air dan asam asetat

Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima berupa sungai yang jika tidak