PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III(PERSERO) DALAM
PEMBERDAYAAN UMKM KABUPATEN ASAHAN
(studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III(Persero)
Distrik Asahan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara
Disusun Oleh:
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SITI HARUM MUNTHE
100903034
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:
Nama :SITI HARUM MUNTHE
NIM :100903034
Departemen :Ilmu Administrasi Negara
Judul :PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III(PERSERO)
DALAM PEMBERDAYAAN UMKM KABUPATEN ASAHAN (Studi pada Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Asahan)
Medan, 12 Juli 2014
Dosen Pembimbing
Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Negara
Dra.Asima yanti siahaan, MA., Ph.D NIP. 196004201988031002
Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 196401081991021001
DEKAN
FISIP USU
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala syukur penulis panjatkan kepada Allah
Tuhan Semesta Alam yang selalu mengingatkan penulis dengan kasihnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara IIIDalam Pemberdayaan UMKM
Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan
Nusantara IIIDistrik Asahan)”. Skripsi ini salah satu syarat yang
ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pertama
dan terutama sekali skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang
tua tercinta Aminullah Munthe dan Roslina Sinaga terima kasih atas
semua kasih sayang yang besar, perhatian, dukungan moril dan materil,
memotivasi dan selalu mendoakan penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan penelitian ini. Selanjutnya dengan rasa hormat penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara dan Ibu Elita Dewi, M.Si selaku Sekretaris
Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
3. Ibu Dra. Asima yanti siahaan, MA., Ph.D sebagai Dosen
Pembimbing Penulis yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis selama Proses Penyelesaian Skripsi ini.
4. Seluruh dosen-dosen Departemen Ilmu Administrasi negara yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.
5. Seluruh pegawai administrasi di Lingkungan FISIP USU khususnya
pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik, Kak Dian dan Kak Mega yang telah memberikan
masukan serta membantu dalam urusan administrasi kampus.
6. Bapak pur yang menangani bidang riset mahasiswa di bagian umum
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
7. Japinde Sihaloho selaku krani PKBL PT. Perkebunan Nusantara III
Distrik Asahan.
Tidak lupa juga ucapan terimakasih khusus penulis sampaikan kepada:
1. Abang Amanda Surya Lufti Munthe, S.H, Adik Azmul Izmi
Munthe, Adik Aria Kirani Munthe, dan Fenni Ardilla.
Terimakasih atas dukungan, bantuan dan kasih sayang selama ini.
2. Teman seperjuangan saat susah dan senang Fitri Puspita, Rhenata
Claudia Tarigan, Mahniarta Sembiring, Artha Karina br.Karo,
Adek Handayani, Ratih Paramitha, Devi Sahrani, Laura Silvina
Rahman dan Helvrizky Kaniza dan yang lainnya untuk dukungan,
bantuan, semangat, kebersamaan, pengalaman, dan kenangan selama
3. Terimakasih kepada UKMI As-siyasah FISIP USU yang telah
membantu penulis untuk fastabiqul khairat, membawa penulis menuju
keridhoan Allah SWT.
4. Teman-teman kos 448 yang luar biasa Uwi, Fitri Puspita, Puspawati,
Nurhayati Tampubolon, Titi Dwijayati, Sri Purwanti dan Rida
Maryeti. Terima kasih atas kebersamaan berbagi suka dan duka,
melewati hari-hari penuh kenangan luar biasa, menjadi teman dan
keluarga diperantauan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 12 Juli 2014
Penulis
ABSTRACK
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III(PERSERO) DALAM
PEMBERDAYAAN UMKM KABUPATEN ASAHAN
(studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Distrik Asahan)
Nama : Siti Harum Munthe
NIM : 100903034
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) secara singkat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder.
Sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan yang dibiayai oleh BUMN agar UMKM menjadi lebih tangguh dan mandiri.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) dalam memberdayakan UMKM di Kabupaten Asahan (studi pada program kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) distrik Asahan) dan dampak dari pelaksanaan program kemitraan kepada Mitra Binaan. Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan program kemitraan belum berjalan sesuai prinsip pemberdayaan yang merupakan maksud dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini disebabkan kurangnya kesiapan perusahaan dan kurangnya sumberdaya pelaksana program kemitraan di tingkat Distrik Asahan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRACK... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Fokus masalah ... 9
1.3 Rumusan Masalah ... 10
1.4 Tujuan Penelitian ... 10
1.5 Manfaat ... 11
1.6 Sistematika penulisan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good Corporate Governance (GCG) ... 13
2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ... 15
2.1.2. Defenisi Corporate Social Responsibility (CSR) ... 19 2. 2. Model implementasi CSR Perusahaan di Indonesia ... 24
2.2.1 Pengertian Program Kemitraan BUMN ... 29
2.2.2 Tujuan program kemitraan ... 28
2.2.3 Kriteria Usaha Kecil Yang Bisa Mendapatkan Program Kemitraan 30 2. 3. Konsep pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) . 31 2. 4. Sejarah Singkat Kepedulian BUMN terhadap Usaha Mikro Kecil 31 2.4.1. Defenisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ... 33
2.4.2. Pemberdayaan UMKM ... 35
2. 5. Defenisi Konsep ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Bentuk Penelitian ... 40
3. 2. Lokasi Penelitian ... 41
3. 4. Instrumen Penelitian ... 43
3. 5. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3. 6. Teknik Analisis Data ... 45
3. 7. Validitas data ... 46
3. 8. Etika Penelitian ... 47
3. 9. Kesulitan dalam penelitian ... 49
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Ringkas Perusahaan ... 44
4.1.1. Sejarah PTPN III Secara Umum ... 44
4.1.2. Sejarah Perkebunan Distrik Asahan ... 46
4.2 Jenis Usaha / kegiatan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) .... 47
4.3 Visi, Misi ... 57
4.4 Tata Hubungan Organisasi ... 58
4.4.1. Struktur Organisasi ... 58
4.5 Uraian ... 59
4.6 Pelanggan dan Stakeholder ... 63
4.7 Program Kemitraan PT Perkebunan Nusantara III ... 64
BAB V PROGRAM KEMITRAAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III 5.1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai strategi dalam melaksanakanCorporate Social Responsibility (CSR) di PT.Perkebunan Nusantara III ... ……….. 74
5.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran Program Kemitraan ... 75
5.3. Cakupan Wilayah ... 76
5.4. Proporsi Bantuan ... 77
5.5. Karakteristik Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Mitra Binaan) 78 5.6. Proses Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III 80 5.6.1 Jaminan Sebagai Ikatan Moralitas Dan Kepercayaan (Trust) 83
5.7. Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III dalam Memberdayakan UMKM ... 85
5.7.1 .Rendahnya Transparansi Informasi Program Kemitraan ... 86
5.7.4 Sikap dan Komitmen Pelaksana Program Kemitraan ... 90
BAB VI PEMBERDAYAAN DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM KEMITRAAN
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III
6.1. Rendahnya Pelatihan dan Pendampingan Usaha ... 92
6.2.Dampak Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III
dalam Memberdayakan UMKM ... 96
BAB VII PENUTUP
7.1. Kesimpulan ... 103
7.2. Saran ... 104
ABSTRACK
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III(PERSERO) DALAM
PEMBERDAYAAN UMKM KABUPATEN ASAHAN
(studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Distrik Asahan)
Nama : Siti Harum Munthe
NIM : 100903034
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) secara singkat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder.
Sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan yang dibiayai oleh BUMN agar UMKM menjadi lebih tangguh dan mandiri.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) dalam memberdayakan UMKM di Kabupaten Asahan (studi pada program kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) distrik Asahan) dan dampak dari pelaksanaan program kemitraan kepada Mitra Binaan. Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan program kemitraan belum berjalan sesuai prinsip pemberdayaan yang merupakan maksud dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini disebabkan kurangnya kesiapan perusahaan dan kurangnya sumberdaya pelaksana program kemitraan di tingkat Distrik Asahan.
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1.Latar Belakang
Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari
stakeholder pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia
melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan yang telah
mereka tentukan. Perusahaan berusaha meningkatkan kinerjanya dengan
kegiatan terencana untuk mendapatkan keuntungan yang optimal supaya
dapat bersaing dengan perusahaan lainnya.
Perusahaan telah memberikan sumbangan bagi kemajuan ekonomi
dan peningkatan sumber daya manusia. Namun selain dampak positif,
perusahaan juga membawa dampak negatif dengan jumlah yang sama.
Marginalisasi kelompok yang rentan, semakin lebarnya kesenjangan
ekonomi antara masyarakat sekitar perusahaan dan pekerja kasar
perusahan dengan staf dan pimpinan perusahan, proses pemiskinan, dan
kerusakan lingkungan42
Dari dampak yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan maka
perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial kepada lingkungan sekitar.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) secara singkat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder. Stakeholder
.
merupakan pihak-pihak yang berkepentingan langsung maupun tidak
langsung terhadap aktivitas maupun eksistensi perusahaan, seperti
karyawan, pemegang saham, konsumen, masyarakat, pers, dan
pemerintah.
Saat ini mengimplentasikan CSR menjadi tren bagi dunia usaha.
Komitmen untuk bertanggung jawab secara sosial disadari bahwa
keuntungan untuk keberlangsungan jangka panjang perusahaan yang
hanya bisa didapat dengan adanya kesejahteraan masyarakat. Demonstrasi
Aqua Klaten pada saat itu menggunakan isu kekeringan yang disuarakan
oleh Walhi. Gerakan advokasi Walhi ini merupakan respon terhadap
ditetapkannya Undang-Undang no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
yang dinilai banyak LSM sebagai pemberian tiket ke pihak swasta
melakukan privatisasi air. Pelaksanaan CSR PT.Danone Aqua adalah
demi keberlanjutan usaha jangka panjang. Dan contoh lain yaitu PT.
Bogasari memiliki program CSR yang terintegrasi dengan strategi
perusahaan, melalui pendampingan para pelaku usaha mikro ,kecil, dan
menengah (UMKM) berbasis terigu, dan mereka adalah konsumen utama
dari produk perusahaan ini.
Dengan adanya tekanan masyarakat agar perusahaan lebih peduli
kepada lingkungan merupakan kesempatan untuk memperkuat antara
perusahaan dengan karyawan dan masyarakat sekitar. Perusahaan harus
menyadari pengembangan bisnis sangat penting, di samping untuk
dan operasi perusahaan. Bagaimanapun hubungan yang harmonis baik
dan efektif serta menguntungkan bagi perusahaan dengan masyarakat
diperoleh melalui proses komunikasi yang terus menerus dengan
masyarakat. Perusahaan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk
menjalankan tanggung jawab sosial.
Banyak Perusahaan yang akhirnya mengalami kesulitan karena
kurangnya kepedulian terhadap lingkungan dengan kata lain tidak
mengimplementasikan CSR dengan baik. Kasus CSR PT. Freeport
Indonesia adalah salah satu kasus yang menunjukkan kurangnya tanggung
jawab perusahaan kepada masyarakat sekitar yang telah terkena dampak
akibat eksploitasi pertambangan yang dilakukan terutama masyarakat
yang menjadi pekerja PT. Freeport Indonesia tidak mendapatkan bentuk
tanggung jawab yang sesuai atas resiko pekerjaan dan kerusakan
lingkungan yang dihasilkan perusahaan43
43
. Contoh Kasus lain masalah
kerusakan lingkungan adalah kerusakan yang diakibat PT.Lapindo
Brantas yang dikenal dengan peristiwa Lumpur Lapindo. Kerusakan yang
terjadi merupakan dampak dari kegiatan perusahan yang telah merugikan
masyarakat sekitar. Sampai saat ini bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan PT. Lapindo Brantas Inc belum sesuai dengan kerugian yang
harus ditanggung masyarakat. Perusahaan akhirnya mengeluarkan
anggaran lebih besar lagi untuk penaggulangan bencana akibat kegiatan
perusahaan44
Dalam rangka merespon kondisi tersebut pihak perusahaan
melakukan program tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial yang
dilakukan perusahaan dengan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
sekitar melalui pembangunan ekonomi. .
Dalam perekonomian Indonesia dunia usaha memegang peranan
yang penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian dari dunia usaha
yang memegang peranan yang penting dalam meningkatkan kesempatan
kerja, pemerataan pendapatan dan akselerasi perekonomian di pedesaan,
peningkatan ekspor non migas dan peningkatan di sektor perekonomian
lainnya.
Berbagai peran strategis dimiliki sektor UMKM, namun sektor ini
juga dihadapkan berbagai permasalahan. Kurangnya dukungan dari
pemerintah menjadi salah satu penyebab pelaku Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) ataupun Industri Kecil Menengah (IKM) di Sumatera
Utara tidak mampu berkembang seperti di Jawa atau daerah lainnya45
44
.
Kendala dan permasalahan antara lain dari aspek permodalan, pemasaran,
kemampuan manajemen usaha, dan kualitas sumberdaya manusia
pengelolanya. Permodalan menjadi masalah klasik UMKM yang
mengakibatkan usaha dari tahun ke tahun tidak berkembang menjadi lebih
besar. Kecilnya jatah kredit untuk sektor pembiayaan rupanya menjadi
perhatian pemerintah. Bank Indonesia menetapkan pada tahun 2003
kucuran kredit untuk UMKM sebesar 42,3 Trilyun rupiah. Dana kredit
tersebut berasal dari perbankan nasional termasuk Bank Syariah, BPR dan
BPRS. Selanjutnya tahun 2004 meningkat secara signifikan sebesar 60, 4
Trilyun46. Tahun 2012 Bank Indonesia menyalurkan dana Rp526,4 triliun
kredit untuk UMKM47.Dari data Lembaga Pengelola Dana Bergulir-
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Tahun
2012 penyaluran dana bergulir mencapai Rp 1.32 triliun untuk UMKM
strategis48
Di Indonesia, UMKM adalah tulang punggung ekonomi
Indonesia. Jumlah UMKM hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UMKM
di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari .
keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UMKM yang
mendapat akses ke lembaga keuangan49
46 Wahyuni, E, dkk.
Lilitan Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Kontroversi Kebijakan (Studi Kasus Sumatera Utara). (Medan:Penerbit BitraIndonesia, 2005)
. Dari data diatas jelas akses
permodalan UMKM sulit , para pelaku UMKM masih saja mengeluh
sebagai akibat dari rumitnya mengakses kredit di perbankan. Bank selalu
saja memberlakukan persyaratan standar bagi debitur, termasuk berlaku
juga bagi kalangan UMKM, misalnya mengharuskan adanya agunan dan
kelengkapan surat-surat izin usaha. Disnilah Badan Usaha Milik Negara
atau disingkat dengan BUMN mengambil peran dan fungsinya turut
membantu peningkatan perekonomian dengan pengembangan UMKM
melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility.
PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu BUMN pada
sektor perkebunan khususnya bergerak dibidang agroindustri kelapa
sawit. Sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate
Social Responsibility) yang juga merupakan salah satu bentuk
implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), PT.
Perkebunan Nusantara III juga mengembangkan program yang bersifat
sosial guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilingkungan sekitar
kebun. Sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)50
Program Kemitraan merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil
dan pemberdayaan kondisi lingkungan yang dibiayai oleh BUMN agar
UMKM menjadi lebih tangguh dan mandiri. PT.Perkebunan Nusantara III
sebagai salah satu perusahaan BUMN terus meningkatkan pelaksanaan .
program CSR-nya. Hal ini terlihat awal Juli 2012 Program Kemitraan
PTPN III yaitu dengan menyerahkan 297 kepada mitra binaan dengan
dana pinjaman lunak sebesar Rp 11.060.000.000. Selain itu pihak PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero) bekerjasama dengan PT. sang Hyang
seri juga menyerahkan pinjaman dana senilai Rp 10.000.000.000 dalam
rangka pelaksanaan sinergi BUMN program peningkatan Produktivitas
Pangan berbasis Korporasi ( GP3K ) untuk penamaan jagung hibrida
seluas 1624 hektar di wiliyah Deli serdang, Serdang Bedagai, Langkat dan
Simalungun. Sedangkan untuk pinjaman dana penanaman jagung dengan
dengan pola klaster seluas 103,5 hektar di desa Tanjung Mblang, Kec.
Tiga Nderket Kab.Karo senilai Rp 1.000.000.00051
Dari penelitian yang dilakukan Nurul Widya Siska Usman tentang
analisis pelaksanaan program kemitraan dalam rangka pemberdayaan
UKM di kota Padang menemukan bahwa ketidakberhasilan mitra binaan
dalam mengembangkan usahanya bukan hanya disebabkan aspek
permodalan tetapi disebabkan kendala lain yang tidak diatasi dengan baik
yaitu dalam aspek manajemen terhadap usaha yang kurang baik, perluasan
pemasaran hasil usaha yang tidak bertambah, tidak adanya pengembangan
tekhnik produksi, serta kurangnya kemauan dan motivasi dari mitra binaan
untuk memajukan dan mengembangkan usahanya. Hal ini menyebabkan
mitra binaan kurang berhasil dalam mengembangkan usahanya. Modal .
51
yang telah terpenuhi tanpa pelatihan manajemen usaha yang baik,
pelatihan pengembangan teknik produksi, bantuan perluasan pemasaran,
serta membangun motivasi demi kemajuan usaha maka kegagalan
pengembangan usaha yang muncul52
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada Program
Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik
Asahan)”. Penulis memilih lokasi penelitian PT. Perkebunan Nusantara
III (Persero) Distrik Asahan karena perkembangan UMKM Asahan cukup
baik terlihat terpenuhinya target Dinas Koperasi dan UKM untuk tahun
2010 sebesar Rp 30 juta, namun hingga Agustus dinas tersebut telah
menyetorkan PAD-nya sebesar 48 juta lebih .
Akan tetapi sering muncul pertanyaan yaitu apakah tujuan program
CSR sudah sesuai dengan pelaksanaan program Kemitraan (PK) PTPN III
tersebut? Apakah program kemitraan mampu memberdayakan UMKM
mitra binaannya tersebut?
53
52 Nurul Widya Siska Usman,
Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Dalam Rangka Pemberdayaan Ukm Di Kota Padang(Studi Kasus Program Kemitraan Pt. Semen Padang). Tesis S2 Universitas Andalas. Padang. 2011.
. Distrik Asahan merupakan
salah satu distrik dari 8 wilayah yang tersebar di beberapa Kabupaten/Kota
yang ada di Sumatera Utara, yaitu, Distrik Labuhan Batu-I, Distrik
Labuhan Batu II, Distrik Labuhan Batu III, Distrik Asahan, Distrik
Simalungun, Distrik Deli Serdang 1, Distrik Deli Serdang 2, dan Distrik
Tapanuli Selatan54
I. 2. Fokus Penelitian .
Program CSR merupakan salah satu upaya untuk menjalin
keharmonisan tersebut dengan komunitas sekitar perusahaan. Program
Kemitraan adalah salah satu wujud implementasi program CSR PT.
Perkebunan Nusantara III. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini
adalah mencoba menjawab bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan
PT. Perkebunan Nusantara III dalam memberdayakan UMKM. Peneliti
berusaha melihat komunikasi yang dijalin antara perusahaan dengan
masyarakat yaitu PT. Perkebunan Nusantara III dan Mitra binaan.
Komunikasi yang dijalin secara timbal balik yaitu satu arah atau dua arah.
Hal ini akan mempengaruhi pelaksanaan program tersebut, karena tanpa
komunikasi yang baik maka perusahaan tidak dapat mengetahui kebutuhan
Mitra binaan atau kelemahan dari program kemitraan yang sedang
dilaksanaan atau telah dilaksanakan.
I. 3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan permasalahan
penelitian adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara
III Distrik Asahan dalam memberdayakan UMKM?
2. Bagaimanakah dampak pelaksanaan Program Kemitraan
PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam memberdayakan
UMKM?
I. 4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan
PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam memberdayakan
UMKM
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak pelaksanaan Program
Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam
I. 5. Manfaat Penelitian
Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penelitian karya ilmiah dan untuk
menerapkan teori-teori yang penulis telah terima selama masa
perkuliahan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;
2. Bagi Departemen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan
bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian baik secara teoritis
maupun praktis yang telah dilakukan oleh peneliti.
3. Penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran atau masukan tentang analisis pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan
Nusantara III Distrik Asahan dalam Memberdayakan UMKM.
I. 6. Sistematika Penulisan
Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka
penulisan ini dibuat ke dalam beberapa bab dalam subbab dengan
sistematika penulisan .
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Fokus Penelitian, Rumusan Masalah,
Bab II STUDI KEPUSTAKAAN
Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian.
Teori-teori di sini tidak berfungsi untuk membangun kerangka berpikir,
tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami situasi sosial
yang diteliti.
Bab III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari subbab Alasan Menggunakan Metode Penelitian
Kualitatif, Lokasi Penelitian, Teknik Pengambilan Subjek Penelitian,
Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis
Data,Pengujian Keabsahan Data, Jadwal Waktu Penelitian dan
Implementasi Metode Penelitian.
Bab IV TEMUAN PENELITIAN
Bab ini menguraikan temuan penelitian diperoleh selama penelitian
dilapangan dan dokumentasi-dokumentasi.
Bab V ANALISIS TEMUAN
Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara
mengutip pendapat-pendapat dari informan yang dianggap kredibel.
Bab VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban
atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good Corporate Governance (GCG)
Mewujudkan Corporate Social Responsibility adalah gagasan
utama dari penerapan good corporate governance (GCG), hal ini sejalan
dengan kesimpulan yang terangkum dalam konferensi CSR yang
diselenggarakan oleh Indonesia Business Link (IBL)55
“Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN
untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka . Penerapan good
corporate governance atau dapat diartikan sebagai tata kelola perusahaan
yang baik muncul sebagai akibat dari maraknya skandal perusahaan yang
menimpa perusahaan-perusahaan besar, baik di Indonesia maupun luar
negeri.
Pengertian Good Corporate Governance menurut Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/ M-MBU/ 2002,
Tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance Pada BUMN
dijelaskan bahwa Corporate Governance adalah :
55Etty Murwaningsari,
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”.
Prinsip – prinsip GCG sesuai pasal 3 Surat Keputusan Menteri
BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan
Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN sebagai berikut :
1. Transparansi (transparency): keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan mengemukakan informasi
materil yang relevan mengenai perusahaan.
2. Pengungkapan (disclosure): penyajian informasi kepada
stakeholders, baik diminta maupun tidak diminta, mengenai hal –
hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan, dan
resiko usaha perusahaan.
3. Kemandirian (independence): suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip – prinsip
korporasi yang sehat.
4. Akuntabilitas (accountability): kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Manajemen perusahaan sehingga pengelolaan
5. Pertanggungjawaban (responsibility): kesesuaian dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan
yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.
6. Kewajaran (fairness): keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak–hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang–undangan yang berlaku.
2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Sejak abad ke-19, berawal dari perkembangan pesat perusahaan
sebagai organisasi bisnis di Amerika56
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sudah muncul
sejak tahun 1933, dalam The Modern Corporatation And Private
Property, dikemukakan bahwa korporasi modern seharusnya
mentransformasikan diri menjadi institusi sosial, ketimbang institusi
ekonomi yang semata memaksimalkan laba. Pemikiran ini dipertajam . Kemudian kebijakan publik
secara tegas merubah lingkup sosial yang mesti direspon perusahaan
secara lebih spesifik, seperti kesehatan dan keselamatan kerja (K3),
jaminan sosial pekerja, pelestarian lingkungan, perlindungan konsumen,
dll. Perusahaan perlu merespon tuntutan pasar sukarela,karena
merflesikan tuntutan moral dan sosial konsumen, disisi lain juga memiliki
tanggung jawab sosial, juga harus patuh terhadap hukum dan kebijakan
publik.
56
oleh Peter F Drucker pada tahun 1946, lewat bukunya The Concept Of
Corporation57
Kemudian pada tahun 1953 nama CSR pertama kali digaungkan
dalam diskursus resmi akademik Howard R. Bowen dengan bukunya
yang berjudul Social Responsibility of the Businessman .
58
. Ide dasar yang
dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk
menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak
dicapai masyarakat ditempat perusahaannya beroperasi59
.
Tetapi pada tahun 1970, ekonomi Milton Friedman menjelaskan
pandangan yang berbeda tentang CSR, Bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan adalah menghasilkan menghasilkan keuntungan (profit)
dalam batasan moral masyarakat dan hukum. Ia mengingatkan bahwa
inisiatif perusahaan untuk menjalankan CSR dapat membuat arah
manajemen menjadi tidak fokus, membuat pengelolaan sumber daya
menjadi tidak efesien, memperlemah daya saing, serta mempersempit
pilihan-pilihan dan kesempatan. Namun seiring waktu berjalan, CSR
semakin berkembang dan terus menjadi isu kunci dalam konteks
manajemen, pemasaran dan akuntansi di Inggris, Amerika, Eropa,
Canada, dan Negara-negara lain.
58 Prinsip-prinsip yang dikemukakannya mendapatkan pengakuan publik dan akademisi
sehingga Howard R. Bowen dinobatkan sebagai “Bapak CSR”
59
Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering
diidentikkan dengan CSR ini antara lain Pemberian/Amal Perusahaan
(Corporate Giving/Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate
philanthropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate
Community/PublicRelations), dan Pengembangan Masyarakat
(Community Development). Keempat nama itu bisa pula dilihat sebagai
dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks Investasi Sosial Perusahaan
(Corporate Social Investment/Investing) yang didorong oleh spectrum
motif yang terentang dari motif “amal” hingga “pemberdayaan”60
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun
1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA
(Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun
tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep
CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian”
perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep
investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen
Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai
perusahaan nasional. Perusahaan menyadari untuk mempertahankan
eksistensinya perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup,
potensi kewirausahaan dan kualitas lingkungan sekitar. Karena perusahaan .
60
tidak bisa bertahan ditengah masyarakat miskin dan lingkungan yang tidak
mendukung kemajuannya. Untuk itu, perusahaan memberikan perhatian
besar pada perlunya memberdayakan berbagai potensi masyarakat sebagai
unsur penting yang menunjang survival perusahaan sejak sekarang.
Namun demikian, tidak dapat pula dipungkiri bahwa
perkembangan pelaksanaan CSR akhir-akhir ini juga mengalami
kecenderungan positif dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Timbul
kesadaran pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam
strategi bisnis suatu korporasi, dimana pelaksanaan CSR justru
mendukung tujuan-tujuan bisnis inti.
Perubahan arah kecenderungan perkembangan pelaksanaan CSR
tersebut di Indonesia akhir-akhir ini cukup intens diperbincangkan
berbagai kalangan (pemerintah, pebisnis, akademisi, dan NGOs). Namun
demikian, riset-riset yang terkait dengan implementasi CSR belum banyak
dilakukan. Riset yang dilakukan masih berkisar pada praktek CSR yang
sedang berlangsung saat ini, seperti yang dilakukan Rusfadia Saktiyanti
Jahya (2006)61
61
Jahja, Rusfadia Saktiyanti. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility Perusahaan Ekstraktif dalam Jurnal Galang, Vol.1, No.2, Hal.22-35, Edisi Januari 2006.
dan Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto (2006). Dari
beberapa hasil riset tersebut secara umum dapat disimpulkan antara lain:
pertama, bahwa pebisnis umumnya melihat praktek CSR sabagai kegiatan
yang memiliki makna sosial dan bisnis sekaligus. Artinya, praktek CSR
kedua, praktek CSR yang dilakukan belum mencapai hasil seperti yang
diharapkan dalam arti pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat. Hal ini terjadi antara lain disebabkan oleh kebijakan program
yang terlalu kaku, implementasi yang salah, dan belum siapnya
masyarakat calon penerima bantuan.
2.1.2. Defenisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang
masih terus berkembang sehingga CSR memiliki beraneka ragam definisi.
Belum ada definisi tunggal serta kriteria spesifik mengenai konsep CSR
dikarenakan implementasi dan penjabaran CSR yang dilakukan
perusahaan juga berbeda-beda62
1. Aspek ekonomi dan sosial .
Dari keragaman pengertian CSR maka pengertian CSR dilihat
beberapa aspek yaitu:
Anatan mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk
bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi, untuk
meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal, dan komunitas luas63
62Sumardiyono, E.
Evaluasi Pelaksanaan Community Development dalam Perolehan PROPER Hijau (Studi Kasus di PT Pupuk Kaltim Bontang). Tesis. Semarang: Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro 2007. Hal 37
.
63
Anatan, L. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktik di
Indonesia 2009, (Online),
World Business Council for Sustainable Development
mendefinisikan CSR sebagai komitmen berkelanjutan kalangan bisnis
untuk berperilaku etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan
ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat secara keseluruhan64
CSR dikemukakan ISO 26000 adalah Tanggung jawab sebuah
organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan
kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat,
mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan
hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional serta
terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh
.
65
Nuryana menyatakan Corporate Social Responsibility (CSR)ialah
Sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian
sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan
para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan .
66
64
Rahadhini, M.D. Peran Public Relations dalam Membangun Citra Perusahaan melalui Program Corporate Social Responsibility. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan 2010. Vol. 10, No. 1:14. (online)
.
13 maret 2014
65 Martono Anggusti,
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, (Bandung : Books Terrace & Library, 2010) hal. 9.
66
2. Aspek lingkungan
The European Commission mendefinisikan CSR sebagai “being
socially responsible means not only fulfilling legal expectations, but also
going beyond compliance and investing more into human capital, the
environment,and relations with stakeholders”. Artinya CSR bukan hanya
sebagai kewajiban, tetapi dilaksanakan secara suka rela dan ada dorongan
yang tulus dari dalam, serta merupakan investasi untuk lingkungan dan
stakeholders67
Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan
bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak
positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi
para pemegang saham (shareholders) mereka
.
68
3. Pembangunan berkelanjutan (sustainability development) .
Perkembangan CSR tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan
berkelanjutan. Menurut John Elkington sustainability (keberlanjutan)
adalah keseimbangan antara people-planet-profit, yang dikenal
dengansebutan 3P dalam konsep Triple Bottom Line. Sustainability
terletak pada pertemuan antara tiga aspek, people-sosial,
planet-environment; dan profit-economic. Maka menurut Elkington, perusahan
67J.Wiwoho.
Corporate Social Responsibility (CSR) ditinjau dari Aspek Sejarah, Falsafah, Keuntungan, serta Kendalanya. MMH. Vol. 37 No. 2. 2008 Hal 110
68
harus bertanggung jawab atas dampak positif maupun negatif yang
ditimbulkan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup69
Menurut Akib defenisi CSR adalah upaya manajemen yang
dijalankan oleh entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan
lingkungan dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif
.
Dari definisi tersebut, tersirat makna bahwa CSR harus
dilaksanakan secara terus menerus agar tercipta pembangunan
berkelanjutan yang merupakan inti dari CSR, sehingga elemen profit,
people, dan planet menjadi satu kesatuan utuh yang dapat memberikan
manfaat yang besar dan menyentuh semua aspek kehidupan.
70
Terdapat dua jenis keberlanjutan menurut Dunphy et al yakni
ecological sustainability (keberlanjutan ekologi) dan human sustainability
(keberlanjutan manusia). Keberlanjutan ekologi mencakup desain
organisasi yang dapat memberikan kontribusi kepada sustainable
economic development (pembangunan ekonomi yang berkelanjutan),
perlindungan terhadap lingkungan hidup, dan pembaharuan biosfir
(permukaan bumi dan atmosfir yang ditinggali mahluk hidup). Sementara .
69Radyati, M.R.
CSR dan Sustainable Development. Makalah disajikan dalam acara Launching MM-CSR Universitas Trisakti, Le-Meridien Hotel, Jakarta 2008, 12 Maret. Hal 1
70Akib.
keberlanjutan manusia adalah meningkatkan kemampuan dan keahlian
manusia untuk kinerja perusahaan yang tinggi dan berkelanjutan serta
untuk kesejahteraan sosial (well-being) dan ekonomi masyarakat. Sebuah
organisasi yang berkelanjutan berarti organisasi yang menjalankan
kegiatan dengan memahami kebutuhan dan kepentingan pihak lain
(kelompok masyarakat, lembaga pendidikan dan agama, pekerja, dan
masyarakat umum), serta meningkatkan jaringan kerja sama yang
mempersatukan mereka semua71
Secara umum defenisi Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan
tangung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan
antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan .
72
71
Radyati, Loc.Cit
72
Untung Budi Endrik, Corporate Social Responsibility, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009) Hal. 1
2. 2. Model Implementasi CSR Perusahaan Di Indonesia
Saat ini mengimplentasikan CSR menjadi tren bagi dunia usaha.
Komitmen untuk bertanggung jawab secara sosial disadari bahwa
keuntungan untuk keberlangsungan jangka panjang perusahaan yang
hanya bisa didapat dengan adanya kesejahteraan masyarakat. Seperti yang
dialami PT.Danone Aqua terjadinya demonstrasi di pabrik Aqua Klaten
pada 2004. Demonstrasi Aqua Klaten pada saat itu menggunakan isu
kekeringan yang disuarakan oleh Walhi. Gerakan advokasi Walhi ini
merupakan respon terhadap ditetapkannya Undang-Undang no 7 tahun
2004 tentang Sumber Daya Air yang dinilai banyak LSM sebagai
pemberian tiket ke pihak swasta melakukan privatisasi air. Respon
manajemen saat itu adalah membuka komunikasi dengan para pemangku
kepentingan di Aqua Klaten. Kala itu, Departemen Human Resources
menjadi garda depan karena dipercaya mengurusi social affairs. Cukup
besarnya tekanan pemangku kepentingan memberi pelajaran penting bagi
Danone Aqua, manajemen harus bertindak cepat. Do Something First, saat
itu dilakukan untuk menangani isu dan memperlihatkan kepada publik
bahwa Aqua telah merespon isu yang menjadi perhatian pemangku
kepentingan. Setelahnya Danone mulai membentuk Departemen CSR dan
merekrut orang-orang baru sehingga mulai terjadi perhatian terhadap CSR
Aqua mulai banyak dilakukan diskusi mengenai CSR73
PKBL merupakan program wajib dari pemerintah bagi perusahaan
BUMN untuk melakukan tanggungjawab sosialnya terhadap lingkungan,
pendanaan program tersebut diambil dari penyisihan laba bersih
perusahaan. Sedangkan program CSR, diambil dari dana sukarela
perusahaan. Sukarela berarti perusahaan memang sejak awal
menganggarkan dana khusus untuk program-program CSR. Walupun
mempunyai perbedaan sumber dana, namun baik itu CSR maupun PKBL
mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengajak perusahaan lebih etis
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, sehingga tidak merugikan . Pelaksanaan CSR
PT.Danone Aqua adalah demi keberlanjutan usaha jangka panjang.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai suatu bentuk kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal, belum banyak
dijadikan sebagai nama program atau kegiatan tersebut dalam perusahaan
di Indonesia, termasuk Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) yang merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak jauh
berbeda dengan best practices CSR yang dilakukan oleh perusahaan
swasta sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan praktek CSR
yang dilakukan oleh BUMN.
lingkungan dan masyarakat, dan pada akhirnya terciptalah reputasi baik di
mata stakeholders.
Peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas
dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta karena
PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 pilar utama
pembangunan (triple tracks) yang telah dicanangkan pemerintah dan
merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu: (1) pengurangan jumlah
pengangguran (pro-job) (2) pengurangan jumlah penduduk miskin
(propoor) dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth).
Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi BUMN
untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan
lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan
ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa model implementasi
CSR perusahaan di Indonesia mencakup hal-hal berikut ini:
1. Bantuan sosial meliputi: bakti sosial, pengadaan sarana kesehatan,
rumah ibadah, jalan dan sarana umum lainnya, penanggulangan
bencana alam, pengentasan kemiskinan dan pembinaan masyarakat.
2. Pendidikan dan pengembangan meliputi: pengadaan sarana
pendidikan dan pelatihan, melaksanakan pelatihan dan memberikan
3. Ekonomi meliputi: mengadakan program kemitraan, memberikan
dana atau pinjaman lunak untuk pengembangan usaha dan
memberdayakan masyarakat sekitar.
4. Lingkungan meliputi: pengelolaan lingkungan, penanganan limbah,
dan melestarikan alam dan keanekaragaman hayati.
5. Konsumen meliputi: perbaikan produk secara berkesinambungan,
pelayanan bebas pulsa dan menjamin ketersediaan produk.
6. Karyawan meliputi: program jaminan hari tua, keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dan program renumerasi yang baik74
2.2.1 Program Kemitraan BUMN
.
Kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan
kesempatan berkiprahnya pengusaha kecil dalam percaturan
perekonomian nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat serta
mengurangi kesenjangan sosial. Defenisi kemitraan tersebut mengandung
makna sebagai tanggung jawab moral. Pengusaha menengah/besar untuk
membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu
mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal
untuk meraih keuntungan dan kesejahteraan bersama. Ini berarti
masing-masing pihak yang bermitra harus menyadari bahwa mereka memiliki
perbedaan, masing-masing memiliki keterbatasan, baik di bidang
manajemen, pengusasaan iptek maupun penguasaan sumber daya, mereka
74
harus mempu saling mengisi dan melengkapi kekurangan
masing-masing75
Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya
merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility) BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL
diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat,
meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat
secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut
Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba BUMN .
Kemitraan seperti tercantum dalam UU N. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun
tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai,
memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah.
76
Program Kemitraan didanai dari alokasi hasil laba Perusahaan.
Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2%
(dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan .
77
75 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan,(Bandung : PT. Refika Aditama,
2006), hlm. 65
76
PERMEN-5-MBU-2007 pasal 1
77
Ibid pasal 9
. Program ini
mikro dan koperasi di berbagai sektor yaitu, sektor industri, sektor
perdagangan, sektor pertanian, sektor jasa, dan dengan imbal jasa (bunga)
yang terjangkau. Pengembalian modal kerja tersebut dan hasil
pengembangannya dialokasikan kembali untuk membantu usaha kecil,
mikro dan koperasi lainnya.
Program kemitraan usaha antara UMKM dengan BUMN
merupakan wahana yang strategis dalam mempercepat proses pemerataan
hasil pembangunan. Dengan adanya pinjaman modal dari BUMN pada
UMKM, diharapkan mampu membuat UMKM yang menjadi mitra
binaannya berkembang dan bisa tetap terus bertahan menghadapi gejolak
perekonomian globalisasi pada saat ini.
2.2.2 Tujuan program kemitraan
Adapun tujuan program kemitraan adalah :
• Mewujudkan ekonomi kerakyatan
• Meningkatkan kualitas SDM masyarakat dengan program hibah
melalui pendidikan, pelatihandan lain-lain.
• Menciptakan hubungan yang harmonis antara masyarakat, pemerintah
daerah setempat
• Menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis bagi Pengusaha
Kecil, Menengah dan Koperasi dengan mengurangi kesenjangan
sosial dimasyarakat.
• Pemerataan pembangunan dan perluasan lapangan kerja.
• Meningkatkan taraf hidup Pengusaha Kecil,Menengah dan Koperasi.
• Meningkatkan kemampuan Mitra binaan menjadi tangguh dan
mandiri78
Program Kemitraan ini bertujuan meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui dukungan terhadap modal,
serta pelatihan Sumber Daya Manusia yang profesional dan terampil agar
dapat mendukung pemasaran dan kelanjutan usaha di masa depan. .
2.2.3 Kriteria Usaha Kecil Yang Bisa Mendapatkan Program
Kemitraan
Kriteria Usaha Kecil Yang Bisa Mendapatkan Program Kemitraan
berdasarkan Permen.BUMN No. Per-05/MBU/2007, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (tidak
termasuk tanah dan bangunan) atau; Memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp 1.000.000.000
b. Pengusaha tersebut berkewarganegaraan Indonesia
c. Berusaha secara mandiri (berdiri sendiri) yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki/dikuasai baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha
Besar
d. Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk
koperasi.
78
e. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai
potensi & prospek usaha untuk dikembangkan.
f. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).
2. 3.Konsep Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
2.3.1 Sejarah Singkat Kepedulian BUMN terhadap Usaha Mikro
Kecil
BUMN memiliki peran yang strategis sebagai pelaksana
pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan
turut membantu pengembangan usaha kecil. Peran dan tanggung jawab
dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan lebih lanjut dalam
Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah
disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun 2007
menyebutkan bahwa:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksudkan
pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Kewajiban Perseroan Terbatas untuk melakukan Tanggung Jawab
Sosialnya merupakan wujud kepedulian pemerintah. Selanjutnya
Pemerintah turut mendorong BUMN untuk peduli terhadap lingkungan
dan masyarakat dengan mengeluarkan berbagai peraturan sebagai berikut:
Pertama, Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak
terbitnya peraturan pemerintah nomor 3 tahun 1983 tentang tata cara
pembinaan dan pengawasan Perusaahaan Jawatan (perjan), Perusahaan
Umum (Perum) dan Perseroan terbatas (Persero).
Kedua, Dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan
No.1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989 tentang Pedoman
Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi Melalui Badan
Usaha Milik Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan
sebagian laba sebesar 1% - 5% dari laba setelah pajak. Nama program
saat ini lebih dikenal dengan program Pegelkop.
Ketiga, Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi
Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan No.316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni
1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui
Keempat, keputusan Menteri Pendayagunaan BUMN/Kepala
Badan Pembina BUMN No. Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28
September 1999 tentang Program kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) BUMN.
Kelima, Keputusan Menteri BUMN No.Kep-236/MBU/2007
tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Dan yang terakhir, Peraturan menteri Negara BUMN No.
Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
2.3.2 Defenisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Menurut Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, yang
dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI),
adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.
Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik
warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari
Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan79
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM
berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha .
79
yang memiliki jumlahtenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan
usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20
sampai dengan 99 orang80
1) Pengusaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah. .
Adapun yang dimaksud dengan usaha kecil menurut Pasal 3
Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan ini
adalah:
2) Bangunan tempat usaha, atau pengusaha yang memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar).
Pada 4 Juli 2008 ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang
disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas.
Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan usaha menengah
adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; dan
80
2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.3.3 Pemberdayaan UMKM
Menurut Suharto Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu – individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukan pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berprestasi dalam
kegiatan sosial, dan mandiri dalam mela ksanakan tugas – tugas
kehidupannya81
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil, Dan Menengah, Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara
sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha .
81
terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh
dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil, Dan Menengah, Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM):
a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan;
b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri;
dan
c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
Dengan itu pemberdayaan UMKM sangatlah penting untuk
dilaksanakan. Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah upaya untuk
mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) itu sendiri. Jadi pendekatan pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) titik beratnya adalah
penekanan pada pentingnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka
(UMKM) yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada
individu sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan
yang menentukan masa depan dan kehidupan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM).
Pelaksanaan kebijakan dalam rangka strategi pemberdayaan untuk
pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak bisa
hanya dibidang permodalan saja, namun juga harus berorientasi secara
keseluruhan atas kebutuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
baik secara individu maupun kelompok termasuk mendasarkan pada
potensi sumberdaya manusianya.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
sebagai suatu rencana yang harus direncanakan serius dan lebih
memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat pelaku Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu mengembangkan komunikasi
antar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi
secara kontruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi ketika agen
pengubah, baik yang berasal dari lembaga pemerintahan atau
non-pemerintah telah menyelesaikan program pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) tersebut, pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai suatu proses yang dapat terus
berlangsung82
82
Loc. Cit
Pemberdayaan UMKM adalah untuk memperkuat usaha UKM
agar menjadi tangguh dan mandiri, sehingga dapat menghadapi
perdagangan bebas yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan
perekonomian Indonesia.
2. 4. Defenisi Konsep
Defenisi konsep diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian
yakni dengan penggunaan istilah yang khusus untuk menggambarkan
sebuah fenomena yang hendak diteliti secara tepat83
1. Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dana dari bagian laba BUMN.
. Konsep sangat
diperlukan dalam penelitian agar dapat menjaga fokus masalah dan
timbulnya kekacauan ataupun kesalahpahaman yang dapat mengaburkan
penelitian. Oleh karena itu dalam menjelaskan penelitian ini, perlu
dijelaskan beberapa defenisi konsep antara lain :
2. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah
upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,
dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan
pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri.
83
3. Implementasi program kemitraan dalam pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan Perusahaan untuk meningkatkan kemampuan Usaha
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1. Bentuk Peneitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif. Sebagaimana yang
dikatakan bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap
masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan
atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta
tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan
interpretasi rasional yang akurat84. Menurut Anselm Strauss dan Juliet
Corbin penelitian kualitatif diartikan sebagai jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya85. Menurut Hamidi, penelitian kualittif lebih menggunakan
perspektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita
rinci dari para responden dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan
bahasa, pandangan para responden86
84
Hadani Nawawi, Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta : Gajah Mada Press. 1993) Hal 140 85 Strauss, Anselm dan Juliet Corbin.
Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah danTeknik-teknik Teoritisasi Data (terj: Muhammad Sodiq dan Imam Muttaqien) (Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2003) hal 4
86
Hamidi, Metode Penelitian kualitatif (Malang: UMM Press, 2005), hlm. 14.
. Dengan menggunakan penelitian
kualitatif maka peneliti dapat mewawancarai secara mendalam (indepth
Alasan digunakannya metode penelitian kualitatif disebabkan
selama ini dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode
kuantitatif memiliki kelemahan terutama dalam teknik pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner (angket). Jika penelitian dilakukan
dengan mengisi kuesioner (angket) maka peneliti tidak akan memahami
jawaban yang diberikan secara mendalam. Selain itu dalam penelitian ini
tidak dirumuskan hipotesis karena justru akan menemukan hipotesis.
Metode penelitian kualitatif memiliki keunggulan dalam proses
penelitiannya karena bersifat holistik (menyeluruh) dan dinamis, adanya
hubungan timbal balik (interaksi) antara peneliti dengan yang diteliti serta
transferability (tidak bersifat general) di mana dalam penelitian kualitatif
tidak melakukan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada tingkat
makna. Hanya dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
wawancara yang mendalam (in-dept interview) sampai titik jenuh dengan
informan maka akan terjawab bagaimana pelaksanaan dan bagaimana
dampak pelaksanaan program kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III
Distrik Asahan dalam memberdayakan UMKM Mitra Binaannya dan
dalam penelitian ini memungkinkan terdapat temuan lain dilapangan,
sehingga penelitian ini semakin sempurna.
3. 2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Jarak Distrik Asahan ke kota
Kisaran ± 19 km dan ± 174 km dari Kantor Direksi.
3. 3. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat
generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian
kualitatif tidak dikenal dengan adanya populasi dan sampel87
Menurut Bagong Suyanto informan penelitian meliputi beberapa
macam, yaitu
. Subjek
penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ini ditentukan
secara purposive sampling. Subjek penelitian menjadi informan yang akan
memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama penelitian.
Informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu informan kunci dan
informan utama.
88
1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui
dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
penelitian yaitu Kepala Bagian Program Kemitraan Dan Bina
Lingkunan (PKBL) PTPN III Distrik Asahan yaitu sebagai pihak yang
mengetahui secara jelas program dan pelaksanaan program PKBL. :
Nama informan kunci : Japinde Sihaloho
Jabatan : Krani PKBL Distrik Asahan
87
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. (Jakarta:Prenada Media.2005) hal 171
88
2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti yaitu Mitra Binaan Program Kemitraan
PTPN III sebagai masyarakat yang langsung bersentuhan program
Kemitraan tersebut. Mitra Binaan yang menjadi informan utama
berdasarkan rekomendasi dari Bagian Program Kemitraan Dan Bina
[image:53.595.160.521.305.504.2]Lingkunan (PKBL) PTPN III.
Table 3.1 Nama informan Mitra Binaan
No. Nama Jenis usaha
1. Dedi hari sahputra Fotocopy
2. Sukamto Mebel dan Elektronik
3. Bapak Agus Salim Lubis Jual minyak
4. Bapak Suprianto Jual beli sepeda motor
5. Syarifuddin Mustofa Hsb S.kom Lembaga pendidikan (Les)
6. Bapak Legimin Jual beli barang bekas “botot”
3. 4. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri atau yang
disebut sebagai human instrument. Peneliti berfungsi sebagai instrumen
dan setelah peneliti dapat melihat fokus penelitian secara jelas maka
peneliti harus mengembangkan fokus penelitian tersebut secara sederhana
dengan harapan hasil pengembangan yang dilakukan dapat melengkapi
3. 5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut :
1. Teknik pengumpula