• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V ANALISIS TEMUAN

PROGRAM KEMITRAAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III

5.7. Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III dalam Memberdayakan UMKM Memberdayakan UMKM

. Sejak tahun 2003 perusahaan tidak memiliki kepercayaan (no trust) untuk memberikan bantuan tanpa adanya jaminan Surat Camat

atau Notaris untuk jaminan Surat Tanah sebab berdasarkan pengalaman pengembalian pinjaman sangat rendah (hampir 90 persen tidak dikembalikan). Dengan keputusan yang dibuat perusahaan untuk “no trust” maka terjadi keterikatan moral untuk

mengembalikan pinjaman. Jaminan yang mengikat mereka untuk lebih termotivasi dalam mengembalikan pinjaman lunak program kemitraan.

Kemitraan seperti tercantum dalam UU N. 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kerjasama yang terjadi disini adalah kerjasama antara pihak PTPN III dengan beberapa wirausahawan yang ada

60

ataupun yang bertempat tinggal di dekat kantor PTPN III tersebut. Kerjasama ini dilakukan dengan memberikan bantuan dana pinjaman lunak kepada wirausaha dengan membebankan bunga sebesar 6% per tahun. Bunga tersebut digunakan oleh pihak PTPN sendiri untuk biaya administrasi. Penetapan bunga sebanyak 6% tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 sebagai berikut :

1. Jasa Administrasi Program Kemitraan sebesar 6% tahun dari limit pinjaman 2. Berdasarkan prinsip jual beli yang disetarakan dengan marjin 6% per tahun 3. Atau berdasarkan prinsip bagi hasil 10% (10:90) s/d maksimal 50 % (50:50) 5.7.1. Rendahnya Transparansi Informasi Program Kemitraan

Pelaksanaan suatu program tidak dapat terlepas dari proses komunikasi yang terjalin baik awal dan akhir. Komunikasi bisa menentukan suatu kesuksesan suatu program. Komunikasi adalah hal penting dalam penyaluran program kemitraan. Sosialisasi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang efektif untuk memberitahukan informasi kepada masyarakat mengenai program-program yang ada di PTPN III itu sendiri, khususnya informasi mengenai program kemitraan. Untuk komunikasi awal tentang program kemitraan masyarakat tidak diberi sosilisasi atau ada pemberitahuan secara resmi tentang program kemitraan bagi usaha kecil disekitar baik melalui spanduk, koran, dan baliho.

Seperti penuturan informan yaitu Dedi hari sahputra bahwa:

“….Informasi awal tentang program kemitraan PTPN III didapat karena adanya faktor kedekatan dengan orang yang didalam perusahaan seperti teman atau saudara, ataupun masyarakat sekitar yang telah ikut dalam program kemitraan di PTPN III. Informasi hanya dari mulut ke mulut (mouth to mouth). Kecenderungan informasi tertutup.”

Dari penjelasan informan diatas jelas bahwa Masyarakat mengetahui program kemitraan melalui teman-teman atau saudara yang ada di dalam perusahaan ataupun masyarakat sekitar yang telah ikut dalam program kemitraan di PTPN III. Informasi yang didapat bukan dari sosialisasi melainkan informasi dari keluarga dan teman atau pun rekan kerja mereka. Informasi bersifat mouth to mouth yakni dari keluarga dan

teman ataupun rekan dari Mitra Binaan tersebut.

Perusahaan memiliki anggapan bahwa masyarakat mengetahui program kemitraan sehingga sosialisasi tidak diperlukan. Seperti penuturan Informan kunci yaitu Japinde Sihaloho sebagai Krani pkbl bahwa:

“…Pada tahun 2004 sosialisasi pernah dilaksanakan satu kali dan sekarang tidak ada lagi sosialisasi. Perusahaan mengganggap bahwa masyarakat sudah tahu tentang program kemitraan yang mempunyai program memberikan pinjaman kepada usaha kecil yang ada disekitar perusahaan jadi tidak diperlukan sosialisasi.”

(Wawancara dengan Japinde Sihaloho Tanggal 27 April 2014)

Pada kenyataannya Masyarakat sekitar sebagai sasaran program kemitraan (kelompok sasaran kebijakan) tidak mendapatkan informasi yang seharusnya mereka ketahui secara jelas (clarity) tentang proram kemitraan PTPN III bahwa PTPN III

memberikan pinjaman lunak kepada UMKM melalui program kemitraan kepada masyarakat sekitar perusahan sebagai institusi bisnis yang mempunyai wujud tanggung jawab sosial.

5.7.2. Inkonsistensi Waktu Jadwal Pelaksanaan Program Kemitraan

Untuk konsistensi jadwal pelaksanaan program kemitraan yaitu penerimaan calon Mitra Binaan tergantung pada besarnya dana PKBL (besarnya laba BUMN 2%, lancarnya pengembalian pinjaman Mitra Binaan, dan besarnya bantuan yang

diprogramkan untuk masing-masing Kabupaten/Kota antara lain didasarkan pada luas areal PTPN III di masing-masing wilayah Kabupaten/Kota tersebut)61. Untuk mengatasi hal ini PTPN III selalu menerima proposal yang diajukan untuk kemudian diuji kelayakannya oleh pihak Distrik Asahan sehingga pada saat ada pemberitahuan dari kantor direksi PTPN III bahwa ada jadwal penerimaan calon Mitra Binaan maka pihak pihak PTPN III Distrik Asahan langsung memberikan proposal yang telah diuji kelayakannya oleh pihak Distrik Asahan (Distrik Asahan memasukkan proposal yang layak ke dalam daftar tunggu jadwal penerimaan calon Mitra Binaan) pada saat jadwal penyerahan proposal62

Selanjutnya setelah Calon Mitra Binaan menjadi Mitra Binaan maka Mitra Binaan membayar 3 bulan kemudian setelah pencairan dana pinjaman dan dihitung sebagai bulan pertama pembayaran cicilan pinjaman

calon Mitra Binaan ke kantor direksi PTPN III. Jadwal survey bagian operasional dan tim untuk studi kelayakan ke lapangan semua itu akan di informasikan labih lanjut kepada pihak calon Mitra Binaan terkhusus untuk jadwal penagihan uang mitra sudah ditentukan setiap bulan.

63

61

Dalam satu tahun bisa 1,2 dan 3 kali penerimaan calon mitra binaan.

62

Jadwal penyerahan proposal ke Distrik Asahan tidak ada, semua proposal diajukan diuji kelayakannya dan masuk dalam daftar tunggu.

63

dalam jangka waktu maksimal cicilan 36 bulan ditambah 3 bulan pertama tidak dihitung jadi total jangka watu 39 bulan.

. Hal ini untuk meringankan Mitra Binaan diawal pembayaran. Dan pembayaran langasung dikutip oleh petugas khusus penagihan setiap bulan atau ditransfer. Jika Mitra Binaan mengalami keterlambatan atau penunggakan pembayaran maka tidak ada denda. Selain itu Perusahaan juga memberikan banyak kemudahan yaitu jika mengalami penunggakan

maka dapat diberikan keringanan dengan memperkecil cicilan dan menambah waktu pembayaran (memberikan tambahan bulan).

5.7.3. Aktor pelaksana PKBL

Tanpa memandang seberapapun jelas dan konsistennya perintah pelaksanaan dan tanpa memandang seberapapun akuratnya perintah tersebut ditranmisikan, jika kekurangan sumber daya maka pelaksanaan tidak akan efektif.

Pertama, Sumber daya manusia (staff) adalah mereka yang secara langsung

terlibat di dalam proses pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan yaitu distrik manajer, kepada bidang, staf urusan dan kepala pelaksana. Sementara itu yang melaksanakan ataupun bagian operasional untuk menangani program ini hanya 1 orang saja, yaitu Krani PKBL.

Didalam struktrur Krani PKBL terletak di bawah Kabid Umum dan disebut Krani-1 Administrasi Keuangan Umum. Krani Umum ini menangani mulai dari masalah PKBL, asuransi, dan urusan humas lainnya.

Walaupun yang melaksanakan ataupun bagian operasional untuk menangani program ini hanya 1 orang saja yaitu Krani Umum, Perusahaan merasa hal itu tidak merupakan masalah sebab dalam pelaksanaannya ada yang disebut “Tim survey” yang membantu Krani PKBL untuk menguji atau mengidentifikasi kelayakan suatu proposal sebelum masuk ke daftar tunggu. Kemudian diserah kepada kantor direksi (pusat) untuk menentukan keputusannya.

Tim survey dari PKBL DASAH beserta Krani PKBL yang mendatangi untuk mengidentifikasi kelayakan usaha untuk berpartisipasi dalam Program Kemitraan. Tim

melalui mekanisme yang jelas. Dari sini terlihat bahwa pelaksanaan PKBL belum menjadi sesuatu agenda khusus perusahaan64

5.7.4. Sikap dan Komitmen Pelaksana Program Kemitraan .

Kecenderungan sikap atau perilaku para pelaksana yang diwujudkan dalam tingkah laku seperti keadilan, kesopanan, dll. Komitmen yang tinggi serta kejujuran agar program kemitraan dapat terwujud sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Kejujuran mengarahkan pelaksana agar tetap berada dalam garis aturan. Sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana program kemitraan dalam melaksanakan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Sikap atau perilaku sangat berpengaruh dalam pelaksanaan program.

Dalam pelaksanaan program kemitraan ini penyaluran dana dilakukan secara jujur dan objektif. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Suprianto yaitu :

“…Sikap dari pelaksana program kemitraan baik dan sesuai dengan aturan sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab. Tingkah laku seperti sopan santun juga tergambar dari cara dia berkomunikasi yang bersikap terbuka.”

(Wawancara dengan Bapak Suprianto Tanggal 29 April 2014)

Sifat tanggap dari pelaksana program kemitraan tersebut membuat para Mitra Binaan menjadi lebih nyaman untuk berkomunikasi dengan pelaksana program kegiatan, sehingga nantinya kehidupan harmonis antara pelaksana dan Mitra Binaan diharapkan dapat tercapai.

64

Seorang calon Mitra Binaan menunggu dalam waktu yang lama untuk menjadi Mitra Binaan sebab proses seleksi yang dilakukan oleh pihak PTPN III mempertimbangakan banyak hal penting khususnya mengenai prospek usaha tersebut ke depannya65

65 Hal ini terlihat dari syarat bahwa usaha tersebut telah berjalan minimal 1 tahun, tujuannya bukan

untuk membuka usaha tetapi pengembangan usaha. .

BAB VI

PEMBERDAYAAN DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM KEMITRAAN