BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Corpoorate social responsibility (CSR) merupakan suatu cara agar
perusahaan mengelola usahanya tidak hanya untuk kepentingan para pemegang
kepentingan (stakeholder) tetapi juga untuk pihak - pihak lain diluar perusahaan
seperti pemerintah, lingkungan, Lembaga Swadaya Masyarakat, para pekerja dan
komunitas lokal atau yang sering disebut sebagai pihak stakeholder. Keberhasilan
suatu perusahaan biasanya ditandai dengan kinerja keuangan yang positif baik
dari segi pencapaian laba dan pertumbuhan perusahaan tersebut, namun ada hal
lain yang tak kalah pentingnya menandai keberhasilan suatu perusahaan yaitu
keberlangsungan (sustainability).
Terdapat dua model yang memperdebatkan tentang Corporate Social
Responsibility, yaitu model Neoklasik Ekonomi dan model Filosofi Moral.Pada
Neoklasik ekonomi menganggap bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
Corporate Social Responsibility dengan kinerja perusahaan karena ada
keterbatasan biaya. Dan model Filosofi moral menjelaskan tidak terdapat
hubungan antara Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan karena
tanggung jawab perusahaan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan saja tapi juga kesejahteraan sosial.Pada
akhirnya model hibrid yang berdasarkan fakta yang ada, menjelaskan bahwa suatu
perusahaan atau organisasi harus mengimplementasikan aktivitas strategi dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan para stakeholder, agar perusahaan
Kunci utama pencapaian keberlangsungan adalah penerimaan publik akan
kehadiran perusahaan. Untuk mencapai keberlangsungan tersebut lahirlah suatu
konsep yang dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate
sosial responsibility atau CSR (Chatrine, 2008). CSR merupakan suatu konsep
terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar
perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteran para pemegang
kepentingan( stakeholders), serta dapat mencapai profit maksimum sehingga
dapat meningkatkan harga saham. CSR merupakan kepedulian perusahaan yang
didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines, yaitu:
Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet (lingkungan) (Wibisono :
2007)
Beberapa tahun belakangan ini, wajah industri Indonesia diwarnai dengan
berbagai demonstrasi dan aksi protes yang menggambarkan ketidakpuasan
beberapa elemen stakeholder pada manajemen perusahaan. Para buruh sering
melakukan demo dan mogok kerja akibat kebijakan upah yang tidak sesuai
dengan pemberian fasilitas kesejahteraan yang diterapkan perusahaan yang tidak
mencerminkan rasa keadilan. Kasus yang sering muncul adalah protes dari aksi
masyarakat sekitar pabrik yang merasa terganggu akibat limbah atau polusi yang
dilepas ke lingkungan
Konflik sosial yang terjadi belakangan ini menyebabkan perusahaan
berusaha memperbaiki citra perusahaan dengan melakukan pengungkapan social.
Pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan tidak muncul dengan dengan
sendirinya, melainkan melalui proses yang cukup panjang operasi perusahaan
mengkonsentrasikan diri pada produksi barang dan jasa untuk memperoleh
keuntungan, telah melahirkan sejumlah tuntutan masyarakat. Masyarakat berharap
agar perusahaan lebih peka dan memperhatikan hubungan dan lingkungan
sosialnya. Kebijakan dan kegiatan tersebut meliputi empat tema pengungkapan
social yaitu : kemasyarakatan, ketenagakerjaan, produk dan konsumen, dan
lingkungan hidup.
Dewasa ini, masyarakat sekarang lebih pintar dalam memilih produk yang
akan mereka konsumsi. Masyarakat cenderung untuk memilih produk yang
diproduksi oleh perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan atau
melaksanakan CSR. Survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada
tahun 2001 menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu
produk yang mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat
yang diperoleh perusahaan dengan pelaksanan corporate social responsibility,
CSR merupakan hal yang memiliki peranan yang cukup penting dalam hal
keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Apabila perusahaan mengabaikan
tanggung jawab sosialnya, maka hal tersebut dapat mengganggu going concern
perusahaan yang berupa tuntutan dari lingkungan internal dan eksternal
perusahaan khususnya masyarakat untuk mengantisipasi tertanggungnya going
concern perusahaan perlu sikap yang tegas dan komitmen yang tinggi dari pihak
perusahaan untuk menjaga hubungan yang baik dan berkesinambungan terhadap
stakeholders nya. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan
memperhatikan tanggung jawab sosialnya biasanya akan tampak pada kinerja
perusahaan dan penampilan finansialnya dimana kondisi dan posisi keuangan
perusahaan yang sadar akan pentingnya memperhatikan tanggung jawab sosial
bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usahanya
Menurut konsep CSR sebuah perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
dan pengambilan keputusannya tidak hanya berdasarkan faktor keuangan semata
misalnya deviden dan keuntungan melainkan juga berdasarkan konsenkuensi
sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Kesadaran
akan perlunya menjaga lingkungan hidup di Indonesia sudah mulai berkembang.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan yang mengatur hal tersebut dalam
Undang – Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 Tahun 2007 yang mulai
diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 2007. Undang – undang ini mengatur
perusahaan – perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang atau yang berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggungjawab sosial dan lingkungan
sehingga dapat berkesinambungan perusahaan sangat perlu mempertimbangkan
lingkungan sosialnya dalam melakukan pengambilan keputusan.
Laporan keuangan tahunan merupakan salah satu media yang dapat
digunakan untuk pengungkapan informasi sosial dan lingkungan perusahaan.
Dalam PSAK No 1 (Revisi 1998) paragrap 9 dinyatakan bahwa :
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah (value added statement),
khususnya bagi industri dimana faktor – faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai
sebagai kelompok pengguna laporan keuangan.
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
operasinya perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, dimensi sosial dan
dimensi lingkungan hidup. Dimensi ekonomi dapat diproyeksasikan melalui
profitabilitas perusahaan, sementara dimensi sosial dan dimensi lingkungan hidup
tergambar melalui CSR. Perusahaan yang didirikan harus memiliki dampak positif
bagi lingkungan tempatnya beroprasi apakah itu terhadap manusia atau alam.
Sebagaimana di ungkapkan oleh Kholis dan Maksum (2003) yaitu
pergeseran terhadap filosophi teori keagenan yang menyatakan tanggung jawab
perusahan yang hanya mampu berorientasi terhadap pengelola (agent) dan pemilik
(principle) mengalami perubahan kepada pandangan manajemen moderen yang
didasarkan pada teori stakeholder, yaitu perluasan tanggung jawab perusahaan
dengan dasar pemikiran bahwa pencapaian tujuan sangat berhubungan dengan
pola lingkungan perusahaan berada. Badan usaha sebagai salah satu pelaku
ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan
masyarakat luas, sehingga suatu badan usaha tidak hanya bertanggung jawab
kepada investor dan kreditor, tetapi juga kepada stake holder yang lain.
(Keraf,1998,91)
Para investor maupun manajemen perusahaan sadar bahwa pengambilan
keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan saja sudah tidak
relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994) dalam Anggraini (2006) menemukan
bahwa investor individual tertarik dengan informasi sosial yang dilaporkan oleh
perusahaan dalam laporan tahunan. BAPEPAM ( Badan pengawasan Pasar
modal) juga memiliki regulasi yang sejalan dengan UU No.40 tahun 2007.
Perusahaan yang memperdagangkan sahamnya dipasar modal wajib melaporkan
Bapepam LK No. X K 6 menyatakan uraian mengenai aktivitas dan biaya yang
dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab social perusahaan terutama
mengenai komitmen terhadap perlindungan konsumen, Community Development
Program yang telah di lakukan dan aktivitas lingkungan.
Fenomena perkembangan isu CSR secara khusus dibahas oleh majalah
MIX edisi 16 Oktober 2006. Menurut penelusurannya, dalam lima tahun terakhir
ini istilah CSR sangat popular di Indonesia. Banyak peru sahaan antusias
menjalankan karena beberapa hal, antara lain; dapat meningkatkan citra
perusahaan, dapat membawa keberuntungan perusahaan, dan dapat menjam in
keberlangsungan. Warta Ekonomi pada tahun 2006 melaporkan bahwa
perusahaan sema kin menyadari pentingnya menerapkan program CSR sebagai
bagian dari strategi bisnisnya. Survey globa l yang dilakukan oleh The
Economist Inte lligence Unit menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan
investor dari berbagai organisasi menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama
dalam pengambilan keputusan.
Banyak peristiwa yang ikut menyadarkan pentingnya penerapan tanggung
jawab sosial perusahaan khususnya didukung oleh semakin besarnya kepedulian
masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan. Kasus lumpur
Lapindo merupakan contoh paling nyata yang dapat menyadarkan bahwa konsep
tanggung jawab sosial perusahaan memang sangat penting untuk diterapkan.
Dampak yang ditimbulkan sangat luas, mulai dari kerusakan sarana pabrik,
infrastruktur, jalan tol Surabaya-Gempol yang ditutup total, bahkan perusahaan
yang tergolong industri kecil menengah dan industri besar ikut terkena
Sebagai contoh PT. Petrokimia Gresik terpaksa menghentikan operasi
pabrik amonia dan ureanya untuk beberapa bulan, serta PT. PLN yang terpaksa
menurunkan dayanya dan mensubstitusi bahan bakarnya dengan solar yang mana
biayanya empat kali lipat dibanding dengan gas. Ditambah lagi dengan korban
jiwa baik yang tewas maupun dinyatakan hilang. Fenomena tersebut menunjukkan
dampak yang negatif terhadap kinerja operasional dan keuangan PT. Lapindo
Brantas Sidoarjo karena kurangnya kesadaran tanggung jawab sosialnya.
Keputusan perusahaan akan melaksanakan program tentu tidak terlepas dari
tujuan utamanya untuk menghasilkan keuntungan. Walaupun program CSR
bersifat sosial, tentu perusahaan ingin menjalankan program yang mendukung
kinerja perusahaan dan memberikan manfaat bagi perusahaan sehingga rasio
keuangan dapat membantu dalam mengevaluasi kinerja program selama periode
tertentu.
Penelitian tentang penerapan program CSR dan pengaruh serta
hubungannya dengan kinerja keuangan telah banyak dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya. Dalam studi literatur yang dilakukan oleh Finch (2005), dikatakan
bahwa motivasi perusahaan menggunakan sustainability reporting framework
adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai
keuntungan jangka panjang perusahaan kepada para stakeholder, seperti perbaikan
kinerja keuangan, kenaikan dalam competitive advantage, maksimisasi profit,
serta kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang.
Hasil penelitian Chatrine (2008) dan Julianty (2008) menunjukkan bahwa
program CSR tidak berdampak langsung terhadap profitabilitas perusahaan,
membawa pengaruh Positif yang terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur
melalui ROA. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan profitabilitas setelah
diterapkannya program CSR. Berbagai penelitian yang terkait dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
menunjukkan adanya keanekaragaman hasil. Penelitian yang dilakukan oleh
Yuniati Gunawan(2000), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
size perusahaan denga pengungkapan tanggung jawab sosial. Sementara penelitian
Robert (1992), Davey (1982) tidak menemukan hubungan dari kedua variabel
tersebut.
Berdasarkan fenomena-fenomena tentang CSR dan perbedaan beberapa
penelitian tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh CSR
terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA dan NPM. Berdasarkan
pemaparan tersebut maka peneliti tertarik untuk penelitian terhadap hubungan
CSR dengan nilai perusahaan dengan judul
“Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI”.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah
1. apakah penerapan CSR perusahaan berpengaruh terhadap return on
asset ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. apakah penerapan CSR berpengaruh terhadap return on asset,
2. apakah penerapan CSR berpengaruh terhadap net profit margin.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak
peneliti, bagi pihak emiten, dan bagi peneliti lainnya.
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari bidang
yang diteliti dan hasil penelitian.
2. Bagi emiten, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan dan sebagai
pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial.
3. Bagi Peneliti lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan