• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu model analisis wacana yang dapat digunakan dalam meneliti teks media cetak adalah dengan model Van Dijk. Teun A. Van Dijk merupakan pengajar di Universitas Amsterdam, Belanda dimana

selain mengembangkan pendekatan kognisi social juga mengelaborsi elemen-elemen wacana sehingga mudah diaplikasikan (Sobur, 2012: 73). Dalam penelitian ini menggunakan elemen analisis wacana model Van Dijk dikarenakan yang paling relevam untuk diterapkan dalam tujuan penelitian yang dilakukan penulis.

Apabila menggunakan model analisis yang dikembangkan oleh Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress dan Tony Threw lebih menitik beratan pada tata bahasa dan praktik pemakaianya untuk mengetahui praktik pemakaiannya untuk mengetahui praktik ideologi yang disebarkan (Eriyanto, 2012: 133). Model analisis wacana Theo Van Leeuwen ditujukkan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Dengan kata lain analisis wacana model Theo Van Leeuwen untuk mengetahui bagaimana kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaanya, sementara kelompok lain yang posisinya lebih rendah cenderung untuk terus menerus sebagai objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk (Eriyanto, 2012: 171). Sedangkan model analisis wacana Sara Mills menitikberatkan perhatiannya pada wacana feminism; bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik dalam novel, gambar, foto, ataupun berita (Eriyanto, 2012: 199). Dan model analisis wacana Norman Fiarclough mengkombinasikan secara bersama-sama analisis wacana yang didasarkan pada linguistik dan pemikirian sosial dan politik, dan secara umum diintegrasikan pada

perubahan sosial. Sehingga model Fairclough menghendaki dalam memperoleh pemahaman teks secara utuh, analisisnya harus diletakkan dalam sebuah konteks sosial budaya dan latar belakang aktor pembuat teks tersebut. Sehingga model-model analisis wacana tersebut tidak cocok untuk diterapkan dalam penelitian.

Menurut Van Dijk dalam Sobur (2012: 73) menyebutkan bahwa penelitian atas wacana tidak hanya didasarkan pada analisis teks saja namun juga hasil dari praktik produksinya juga diamati. Ia melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana terdiri atas berbagai struktur atau tingkatan yang saling mendukung, untuk itu Van Dijk dalam Sobur (2012: 73-73) membagi kedalam tiga tingkatan tersebut yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Penelitian teks berita dengan menggunakan model Van Dijk ini akan lebih menghasilkan kejelasan makna yang terkandung dalam struktur kebahasaan pada sebuah media seperti salah satunya adalah surat kabar.

a. Tematik (Struktur Makro)

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks, bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks (Eriyanto, 2012: 229). Tematik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaanya. Tematik menunjukkan konsep dominan, sentral dan paling penting dari

suatu berita, oleh karena itu sering disebut sebagai tema atau topik. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa.

b. Skematik (Superstruktur)

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir, alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti (Eriyanto, 2012: 231). Berita umumnya mempunyai dua kategori skema besar yaitu summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yaitu judul dan lead, dan story yaitu isi berita secara keseluruhan. Isi berita memiliki dua subkategori yaitu proses atau jalannya peristiwa dan komentar yang ditampilkan dalam teks. Menurut Van Dijk arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu (Eriyanto, 2012: 234). c. Semantik (Struktur Mikro)

Semantik dalam skema Van Dijk diketegorikan sebagai makna lokal yaitu makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks (Sobur, 2012: 78). Semantik dapat dilihat dari elemen latar, detail, maksud, praanggapan dan nominalisasi.

Pertama Latar, elemen latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan (Eriyanto, 2012: 235). Latar yang dipilih menentukan pandangan khalayak hendak dibawa. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar peristiwa dipakai untuk menyediakan dasar hendak dibawa ke mana makna teks berita, ini merupakan cerminan ideologis, di mana wartawan dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak bergantung pada kepentingan mereka.

Kedua Detail, elemen detail merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit (Eriyanto, 2012: 238). Elemen wacana detail berhubungan dengan control informasi yang ditampilkan seseorang. Dalam mempelajari detail yang harus diteliti adalah kesuluruhan dimensi peristiwa, bagian mana yang diuraikan secara panjang lebar oleh wartawan, dan bagian mana yan diuraikan dengan detail sedikit? Kenapa wartawan lebih memilih menguraikan dari dimensi tertentu dan bukan dimensi lain? Apa efek dari penguraian detail itu terhadap seseorang/ kelompok/ gagasan yang diberitakan oleh wartawan?

Ketiga Maksud, elemen maksud elemen maksud menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain (Eriyanto,

2012: 241). Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara ekspilisit dan jelas, sedangkan informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator.

Keempat Praanggapan, elemen praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks (Sobur, 2012: 79). Praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan kebenarannya.

d. Sintaksis (Struktur Mikro)

Sintaksis merupakan strategi untuk menampilkan diri dalam media secara negatif maupun positif (Sobur, 2012: 80). Sintaksis menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif, itu juga dilakukan dengan manipulasi politik seperti pada pemaikaian kata ganti, aturan tata kata, dan lain sebagainya. Sintaksis dalam analisis wacana menunjukan bagaimana kalimat itu dipilih, yang terdiri atas bentuk kalimat, koherensi dan kata ganti.

Pertama Bentuk Kalimat, elemen bentuk kalimat merupakan segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas (Sobur, 2012: 81). Bentuk kalimat bukan hanya

teknis kebenaran tata bahasa, tetapu menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.

Kedua Koherensi, elemen koherensi adalah elemen yang menggambarkan bagaimana peristiwa dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan (Eriyanto, 2012: 243). Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal (sebab-akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi, dan lain sebagainya.

Ketiga Kata Ganti, elemen kata ganti merupakan alat yag dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana (Eriyanto, 2012: 253). Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata, akan tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu.

e. Stilistik (Struktur Mikro)

Pada dasarnya elemen leksikon (stilistik) menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia (Eriyanto, 2012: 255). Pilihan kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu.

f. Retoris (Struktur Mikro)

Retoris adalah strategi dalam penggunaan gaya atau style yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis (Sobur, 2012: 83). Misalnya dengan pemakaian kata berlebihan (hiperbolik), atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasive dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak. Elemen grafis dapat dilihat dari elemen grafis, metafora dan ekspresi.

Pertama Grafis, elemen grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks (Eriyanto, 2012: 257). Elemen grafis selain dalam teks juga muncul dalam bentuk foto, gambar, atau tabel untuk mendukung gagasan atau bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.

Kedua Metafora, elemen metafora dalam suatu wacana, seorang wartawan yang tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita (Eriyanto, 2012: 259).

Dokumen terkait