• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG YANG DILAKUKAN TERHADAP ANAK SECARA BERLANJUT

B. Analisis Yuridis Terhadap Putusan No 101/Pid.B/2014/PN Rap

Hukum pidana dalam arti luas terdiri dari hukum pidana materiil dan hukum acara pidana (hukm pidana formil). Penerapan hukum pidana pada kasus ini akan ditelaah dari segi hukum pidana materiil.

Menurut Satochid Kartanegara hukum pidana materiil berisikan peraturan-peraturan tentang :120

1. Perbuatan yang dapat diancam pidana dengan hukuman (strafbarefeiten). 2. Siapa-siapa yang dapat dihukum atau dengan perkataan lain mengatur

pertanggung jawaban terhadap hukum pidana.

120

3. Hukuman apa yang dijatuhkan terhadap orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang.

Pertama-tama akan ditinjau atau dilihat dari dakwaan penuntut umum. Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam dakwaan, hakin akan memeriksa dakwaan tersebut. Untuk dapat diajukan kepengadilan, suatu surat dakwaan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.

syarat sahnya suatu surat dakwaan minimal harus memuat:121

1. Syarat formil, yaitu identitas lengkap terdakwa, diberi tanggal pengajuan surat dakwaan dan ditandatangani oleh Jaksa Penuntut Umum.

2. Syarat Materil yang meliputi :

a. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan.

b. Waktu tindak pidana dilakukan (tempus delicti) c. Tempat tindak pidana dilakukan (locus delicti)

Surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum menggunakan surat dakwaan alternatif yang berarti bahwa hakim harus memilih salah satu pasal yang didakwakan untuk menentukan dakwaan yang terbukti dilakukan oleh terdakwa dengan melihat fakta-fakta dalam proses persidangan.

Terdakwa dalam kasus ini dikenakan dakwaan pertama yaitu melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU RI No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007

121

AL. Wisnubruto, Praktik Persidangan Pidana, (Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014), hal. 50.

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.

Adapun isi pasal tersebut adalah : Pasal 2 ayat (2) :

“Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang

tereksploitasi, maka pelaku pidana dengan pidana yang sama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).”

Bunyi Pasal 2 ayat (1) :

“Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekepan, pemalsuan, penipuan, penyalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat walupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, di pidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit RP.120.000.000,00;- (seratus dua puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp.600.000.000,00;- (enam ratus jutah rupiah).”

Kemudian pada Pasal 17 UUTPPO mengatakan :

“Jika tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 2, pasal 3, dan pasal 4

dilakukan terhadap anak maka ancaman pidanyanya 1/3 (sepertiga).”

Dan Pasal 64 ayat (1) KUHPidana mengatakan:

“Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan

kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan pidana; jika berbeda-beda yang diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang

paling berat.”

Penerapan sanksi pidana materiil yang diterapkan oleh Jaksa Penuntut Umum sudah tepat karena penulis berpendapat bahwa unsur Tindak Pidana Perdagangan Orang semuanya terbukti, berikut akan penulis uraikan unsur-unsur tersebut :

1. Setiap orang;

2. Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekepan, pemalsuan, penipuan, penyalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat walupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia. 3. Yang mengakibatkan orang lain tereksploitasi;

4. Yang dilakukan terhadap anak;

5. Dipandang sebagai perbutan yang diteruskan; Adapun unsur-unsur tersebut :

1. Setiap Orang

Unsur Setiap Orang sebagaimana yang di atur dalam pasal 2 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tidak Pidana Perdagangan Orang Jo pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tidak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana pada dasarnya merujuk pada subjek hukum yaitu setiap orang yang secara juridis yang dapat di mintakan pertanggung jawabannya atas suatu perbuatan yang dituduhkan kepadanya. Dalam hal ini, baik semasa penyidikan maupun setelah diajukan kepersidangan ini, Terdakwa Dewi telah mengakui kebenaran identitas dirinya sebagimana tercantum dalam Berita Acara Penyidikan maupun dalam surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Demikian pula Terdakwa tidak ada

mengajukan upaya eksepsi atau keberatan tentang kebenaran identitas dirinya tersebut. Oleh karena itu, unsur Setiap Orang ini telah terpenuhi.

2. Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan penyalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Republik Indonesia.

Selama penyidikan dan selama persidangan terjadi telah terbukti bahwa benar pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 korban disuruh terdakwa bersetubuh dengan orang lain, yaitu laki-laki yang dipanggil terdakwa, dan sete lah selesai saksi korban diberikan uang sebesar Rp.150.000;- (seratus limah puluh ribu rupiah) lalu terdakwa dimintai uang tersebut dari saksi korban dengan alasan meminjam uang untuk berobat.

Kemudian pada pertengahan bulan Oktober 2013 sekira pukul 00.00 Wib saksi diantarkan oleh tukang ojek yaitu Hermansyah Lubis ke Hotel Safari Aek Kanopn atas suruhan terdakwa melalui Nina, lalu Nina mencarikab laki-laki yang saksi tidak kenal untuk bersetubuh dengan saksi yang mana pada saat itu laki-laki tersebut sudah berada dalam kamar yang saat itu laki-laki tersebut tidak jadi menyetubuhi saksi karena saksi menangis karena sakit gigi dan saat itu hanya diciumnya, dipegang payudara saksi, dan di pegang alat kelamin saksi, lalu saat laki-laki tersebut melihat saksi menangis lalu laki-laki

tersebut memberikan uang kepada saksi sebesar Rp.200.000;- kemudian saksi meminta tolong kepada tukang ojek Hermansyah Lubis untuk mengantarkan saksi ke Aek Kanopan, kemudian keesokan harinya terdakwa meminta uang tersebut dengan alasan untuk menebus HP milik saksi yang sebelumnya digadaikan kepada Kiki als Kajol namun setelah uang dirterima terdakwa, HP tersebut tidak ditebus melaikan terdakwa belikan Shabu-Shabu.saksi korban juga mengaku bahwa ia mau mengikuti perkatan terdakwa karena

diiming-imingi oleh terdakwa dengan mengatakan “kerjalah kau dulu, malam ini cari uang biar bisa rebonding kau besok, biar cantik, nanti kalau ada lagi

uangnya yang lebih, dibeliin emas”.

Keterangan saksi kemudian ditekankan kembali dengan adanya bukti surat berupa Visum Et Repertum No. 445/365/RM-RSUD/2013, yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. H. Ainal Syahputra, SpOG tanggal 23 Oktober 2013 atas permintaan Kepala Polisian Resor Labuhanbatu An. Siti Rahmadani dengan hasil pemeriksaan didapati bahwa kemaluan : pada selaput dara dijumpai luka robek lama di posisi pukul 02.00, 05.00, 06.00, 07.00, 08.00 dan 09.00 tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dengan kesimpulan selaput

dara tidak utuh lagi. Oleh karena itu unsur “Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan penyalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain,

untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Republik Indonesia’’

telah terpenuhi dan terbukti oleh perbuatan terdakwa. 3. Yang mengakibatkan orang lain tereksploitasi

Berdasarkan kebenaran yang terbukti dalam persidangan, pada hari Jumat tanggal 27 September 2013 sekira pukul 15.00Wib, terdakwa mengajak korban untuk menginap di Hotel Safari, lalu keesokan harinya yaitu pada hari Sabtu tanggal 28 September 2013 sekira pukul 11.00 Wib, terdakwa mengajak saksi ke Aek Kanopan Hotel bersama denga Adik Ipar terdawa, lalu sekira pukul 23.00 Wib Kiki als Kajol menyetubuhi saksi korban dan terdakwa bersama suaminya sedang keluar pada waktu itu, kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 sekira pukul 09.00 Wib, terdakwa

mengatakan kepada saksi korban “kan kau udah gak perawan lagi ya udah mulai ini kau kerjalah, kalu tinggal disini payah, kalau gak mau kerja kek gitu (bersetubuh dengan laki-laki), gak makan lah’’.

Kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 saksi korban disuruh terdakwa bersetubuh dengan orang lain, yaitu laki-laki yang dipanggil terdakwa, dan setelah selesai saksi korban diberikan uang sebesar Rp.150.000;- (seratus limah puluh ribu rupiah) lalu terdakwa dimintai uang tersebut dari saksi korban dengan alasan meminjam uang untuk berobat. 4. Yang dilakukan terhadap anak

Terdakwa melakukan hal tersebut kepada anak yang masih berusia 14

Tahun. Oleh karena itu unsur “Yang dilakukan terhadap anak” telah terpenuhi dan terbukti oleh perbuatan terdakwa.

5. Dipandang sebagai perbuatan yang diteruskan

Pada hari Jumat tanggal 27 September 2013 sekira pukul 15.00Wib, terdakwa mengajak saksi korban untuk menginap di Hotel Safari, lalu keesokan harinya yaitu pada hari Sabtu tanggal 28 September 2013 sekira pukul 11.00 Wib, terdakwa mengajak saksi ke Aek Kanopan Hotel bersama denga Adik Ipar terdawa, lalu sekira pukul 23.00 Wib Kiki als Kajol menyetubuhi saksi korban dan terdakwa bersama suaminya sedang keluar pada waktu itu, kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013

sekira pukul 09.00 Wib, terdakwa mengatakan kepada saksi korban “kan kau udah gak perawan lagi ya udah mulai ini kau kerjalah, kalu tinggal disini payah, kalau gak mau kerja kek gitu (bersetubuh dengan laki-laki), gak makan lah’’.

Kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 saksi korban disuruh terdakwa bersetubuh dengan orang lain, yaitu laki-laki yang dipanggil terdakwa, dan setelah selesai saksi korban diberikan uang sebesar Rp.150.000;- (seratus limah puluh ribu rupiah) lalu terdakwa dimintai uang tersebut dari saksi korban dengan alasan meminjam uang untuk berobat.

Perbuatan tersebut kemudian berlanjut pada pertengahan bulan Oktober 2013 sekira pukul 00.00 Wib korban diantarkan oleh tukang ojek yaitu Hermansyah Lubis ke Hotel Safari Aek Kanopn atas suruhan terdakwa melalui Nina, lalu Nina mencarikan laki-laki yang saksi tidak kenal untuk bersetubuh dengan saksi yang mana pada saat itu laki-laki tersebut sudah berada dalam kamar yang saat itu laki-laki tersebut tidak jadi menyetubuhi

saksi karena saksi menangis karena sakit gigi dan saat itu hanya diciumnya, dipegang payudara saksi, dan di pegang alat kelamin saksi, lalu saat laki-laki tersebut melihat saksi menangis lalu laki-laki tersebut memberikan uang kepada saksi sebesar Rp.200.000;-

Adapun yang menjadi Putusan Hakim dalam Putusan Nomor 101/Pid.B/2014/PN Rap yaitu sesuai dengan dakwaan pertama yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum sebagaimana penulis telah kemukakan sebelumnya.

Putusan Hakim atau putusan pengadilan merupakan aspek penting dan diperlukan untuk menyelesaikan perkara pidana. Putusan Hakim berguna bagi terdakwa untuk mendapatkan kepastian hukum tentang statusnya. Dalam menjatuhkan putusan, keputusan Hakim harus mencerminkan keadilan, akan tetapi persoalan keadilan tidak akan berhenti dengan pertimbangan hukum dengan semata-mata, melainkan persoalan keadilan biasanya dihubungkan dengan kepentingan induvidu para pencari keadilan, dan itu berarti keadilan menurut hukum sering diartikan dengan sebuah kemenangan dan kekalahan oleh pencari keadilan.

Penting kiranya untuk memberikan pemahaman bahwa sebuah keadilan itu bersifat abstrak, tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Oleh karena itu dalam rangka memaksimalkan tujuan hukum maka kita tidak hanya memenuhi rasa kepastian hukum tetapi juga memenuhi rasa keadilan.

Hakikat dari pertimbangan yuiridis merupakan pembuktian unsur-unsur dari suatu tindak pidana perbuatan terdakwa tersebut telah memenuhi dan

sesuai dengan tindak pidana yang didakwaan oleh penuntut umum. Dapat dikatakan pertimbangan- pertimbangan yuridis ini secra langsung akan berpengaruh besar terhadap amar putusan hakim.

Adapun amar Putusan Hakim adalah :

1. Menyatakan Terdakwa Dewi, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “Melakukan Perdagangan Terhadap Anak yang Dilakukan Secara Berlanjut”.

2. Menjatuhkan pidan kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6 (enam) Tahun dan denda sebesar Rp.120.000.000;- (seratus dua puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar, maka akan diganti dengan pidana penjara 6 (enam) Bulan.

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada didalam tahanan.

5. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2000;- (dua ribu rupiah).

Pertimbangan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan sebuah putusan sangatlah penting dimana majelis hakim harus mempertimbangkan secra matang fakta-fakta yang terungkap dipersidangan. Majelis Hakim dalam Kasus No.101/Pid.B/2014/PN Rap telah mempertimbangkan kesesuaian Dakwaan Penuntut Umum yang pertama yaitu menyatakan terdakwa telah melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 17 UU RI No. 21

Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.

Menurut penulis, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantau Prapat telah tepat dalam menjatuhkan vonis TPPO Pasal 2 ayat (2) UU RI No. 21 Tahun 2007 Jo Pasal 17 UU RI No. 21 Tahun 2007 Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana dan terdakwa di pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan denda sebesar RP.120.000.000;- (seratus dua puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar, maka akan diganti dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan.

BAB V

Dokumen terkait