• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Anak Secara Berlanjut (Studi Putusan Nomor 101 Pid.B 2014 PN Rap) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Anak Secara Berlanjut (Studi Putusan Nomor 101 Pid.B 2014 PN Rap) Chapter III V"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

A. Sejarah Perkembangan Perdagangan Anak

Sejarah historis, perkembangan anak berawal dari masalah perbudakan yang telah berkembangcukup lama. Namun, tidak ada satu pun studi tentang perbudakan yang memberikan catatan pasti kapan perbudakan mulai terjadi. Studi-studi yang pernah dilakukan dalam konteks tersebut lebih banyak menekankan pada fungsi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan struktur ekonomi kapitalis.

Perubahan idealisme kapitalis pada saat itu berbenturan dengan konteks kebersamaan yang didorong oleh kelompok sosialis yang pada gilirannya menciptakan terminologi perbudakan berdasarkan praktik-praktik ekonomi provitalisme oleh kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.

Di masa lalu dimana norma kultural dan sosial di temukan oleh kekuatan bergaining kekuasaan klan atas klan lainnya, penaklukan atas kelompok-kelompok yang lebih lemah merupakan sumber munculnya praktik perbudakan.91

Hal ini dibuktikan dengan adanya kekuasan ekonomi dan politik yang mengatasnamakan kepada suatu kelompok atau individu yang cenderung menghilangkan kepentingan paralel individu maupun kelompok massa.

91

(2)

Artinya, terjadi pertarungan-pertarungan yang berlangsung dalam skala besar terhadap kelompok-kelomkpok yang lemah.

Praktik-praktik perbudakan yang terjadi lebih dari 2000 tahun yang lalu berawal dari aksi-aksi penaklukan dalam kerangka penguasaan wilayah dan pelebaran kekuasaan yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan dominan.92

Oleh kerena itu, secara historis sesungguhnya perbudakan yang berkembang saat ini merupakan bentuk-bentuk perubahan dari sejarah masa lalu dalam kemasan yang lebih dilihat manusiawi. Jika pada masa lalu perbudakan berkembang sebagai pengabdian mutlak kepada penguasa, maka dalam konteks sekarang ini perbudakan telah banyak mengalami pergeseran.

Bentuk-bentuk praktik perbudakan pada masa sekarang ini bisa dilihat dari meningkatnya prostituasi dari tahun ke tahun yang sering dikenal dengan sebutan perbudakan modern.

Pada abad 18 dan 19 di kawasan Eropa dan Amerika, ada 2 pandangan mengenai prostitusi. Bahwa kelompok pertama yaitu aliran regulasionalisme yang merupakan aliran yang mengandung legalitas praktik prostitusi, tetapi juga memperjuangkan hak-hak Perkerja Seks Komersial (PSK) melalui sistem perundangan yang menjamin perlindungan hukum dan kesehatan yang memadai bagi PSK. Sedangkan kelompok kedua, yakni aliran abolisionisme yang secara spesifik merespon berkembangnya praktik prostitusi dan

92

(3)

perdagangan perempuan dan anak perlu diletakkan pada posisi hukum yang jelas.93

Praktik perdagangan perempuan dan anak di pandang sebagai sesuatu yang melawan hukum sehingga para aparat penegak hukum harus memberlakukan aturan-aturan hukum yang ada pada saat itu.

Secara teoritis, hal-hal yang terjadinya perdagangan perempuan dan anak adalah aktivitas migrasi. Aktivitas ini didasari oleh keinginan tiap penduduk untuk memperoleh keuntungan di daerah-daerah yang baru diluar wilayah daerah temtpat tinggal mereka. Aktivitas migrasi inilah yang merupakan awal berkembangnya sejarah perbudakan, dimana yang sering sekali menjadi korban dari aktivitas tersebut adalah anak.

Perdagangan anak terlihat tampak jelas saat terjadi krisis ekonomi dan marjinalisasi perempuan dipendidikan dan ketenagakerjaan. Terlihat dari beberapa kasus yang menyebabkan terjadinya perdagangan anak, seperti ketika suatu keluarga di timpa sebuah musibah akibat gagal panen ataupun angota keluarga laki-laki/kepala keluarga, anak-anak (khususnya anak perempuan) akan berada dibarisan terdepan untuk menyelamatkan ekonomi keluarga.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, perdagangan orang telah ada sejak masa-masa kerajan-kerajan di Jawa yaitu menjadi perempuan sebagai bagian pelengkap dari sistem pemerintahan feodal.

93

(4)

Koentjoro mengidentifikasikan ada 11 kabupaten di Jawa yang dalam sejarah terkenal sebagai pemasok perempuan untuk kerajaan sampai sekarang daerah tersebut masih terkenal sebagai pemasok perempuan untuk diperdagangkan, daerah tersebut adalah Jawa Barat (Indramayu, Karawang, Kuningan), Jawa Tengah (Pati, Wonogiri), Jawa Timur (Blitar, Malang, Banyuwangi, Lamongan).94

Sistem feodal tidak sepenuhnya menunjukan keberadaan perdagangan orang seperti yang di kenal dalam masyarakat modern saat ini, tetapi apa yang dilakukan pada masa itu telah membentuk landasan bagi perkembangan pedagangan orang yang ada pada saat ini.

Sejak tahun 1929 masalah perdagangan orang khususnya perdagangan perempuan dan anak telah dibahas. Hal ini muncul ketika ada peristiwa yang banyak di bicarakan dan menjadi pembahasan dalam masyarakat tentang beberapa anak dari desa Pringsut di Magelang yang diculik pada saat darmawisata ke Semarang. Penculikan dilakukan dengan membius terlebih dahulu anak-anak tersebut kemudian dibawa ke Singapura. Kasus ini mendorong terbentuknya Pekumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak-Anak (P4A). Lembaga ini menjadi cikal bakal terbentuknya Badan Pemberantasan Perempuan dan Anak-Anak (BPPPA) yang merupakan hasil keputusan kongres perikatan Perkumpulan Istri di

94

(5)

Indonesia di Surabaya pada tanggal 13-18 Desember 1930. Kasus-kasus yang banyak ditangani adalah kasus pembayaran utang.95

Jaringan perdagangan orang tidak bisa dipisahkan dari batas-batas negara yang semakin mudah dilintasi. Mereka mempunyai jaringan lintasan negara yang terstruktur rapi dan sangat rahasia keberadaanya. Seperti negara-negara yang dulunya tidak mengenal perdagangan orang, malah menjadi negara tujuan pelakumencari anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki untuk dijadikan sebagai korban.

Hal ini juga dapat dilihat dari sejarah perdagangan orang di Thailand yang telah berlangsung pada masa Ayutthaya antara tahun 1351 sampai dengan 1767. Pada masa itu perempuan-perempuan dianggap tidak lebih dari sekedar hadiah yang diberikan kepada tentara atas prestasi yang telah mereka raih atau dijadikan simpanan wanita para elit. Pesetubuhan hubungan seksual merupakan hal biasa yang dilakukan oleh kaum aristokrat. Pada umumnya mereka memiliki tiga istri dimana istri ketiga secara khusus dijadikan sebagai budak yang diperoleh dengan cara membeli dan mereka berhak menjual bahkan menghukum badan istri ketiga mereka.96

Ketika Thailand membuka diri dan mengadakan hubungan dengan dunia Barat, pemerintahan waktu itu memulai untuk mengambil suatu kebijakan yaitu dengan modifikasi aturan-aturan hukum negara sesuai dengan yang berkembang di Barat terutama yang berhubungan dengan perbudakan,

95

Farhana, Ibid hal. 2-3. 96

(6)

poligami, dan prostitusi. Puncaknya adalah pada tahun 1905 ketika Raja Rama V melarang/meniadakan perbudakan.97

Dalam perkembangannya, perkembangan perdagangan orang mencangkup berbagai tujuan. Setelah Indonesia merdeka, hal tersebut dinyatakan sebagai tindakan melawan hukum. Di era globalisasi perbudakan marak kembali dengan wujudnya yang ilegal dan terselubung berupa redagangan orang melalui bujukan, ancaman, penipuan, dan rayuan untuk direkrut dan dibawa ke daerah lain bahkan ke luar negeri untuk diperkerjakan dan diperjualbelikan di luar kemaunya sebagai perkerja seks komersial, kerja paksa atau bentuk-bentuk ekploitas lainya.

Berbagai penyebab yang mendorong terjadinya hal tersebut, diantaranya yang dominan adalah faktor kemiskinan, ketidaktersediaan lapangan kerja, perubahan orientasi pembangunan dari pertanian ke industri secara krisis ekonomi yang tidak bersudahan.98

Perdagangan orang sangat berkaitan dengan kriminalitas transnasional yang merendahkan martabat bangsa dan negara memperlakukan semata sebagai komoditi yang dibeli, dijual, dikirim, atau dijual kembali. Dalam pemberitahuan saat ini sudah di nyatakan sebagai bisnis global yang telah memberikan keutungan bagi pelaku dimana para korban mayoritasnya adalah anak-anak dan perempuan. Setiap tahun di perkirakan 2 (dua) juta manusia diperdagangkan dan sebagian besarnya adalah perempuan dan anak.99 Kenyataan bahwa yang lebih dominan adalah perempuan dan anak-anak

97

Ibid, hal. .6. 98

Farhana, Op.cit, hal. 6-7. 99

(7)

karena merekalah kelompok yang sering menjadi sasaran dan dianggap paling rentan. Para korban diperlukan secara tidak menuasiawi, ditipu dan diekpolitasi. Bentuk-bentuk eksploitasi tersebut antara lain yakni dengan cara eksploitasi seksual, perbudakan modern atau bahkan pembuatan transplantasi organ tubuh untuk tujuan komersial, sampai penjualan bayi untuk tujuan dan kepentingan mendapatkan keuntungan yang besar bagi para pelaku perdagangan orang.

Adapun Economy and Social Commision on Asia Pasific (ESCAP) melaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga atau terendah dalam upaya penanggulangan masalah perdagangan orang. Kondisi semacam ini menmpatkan Indonesia masuk ke dalam peringkat ketiga yang merupakan peringkat terburuk, sehingga diasumsikan Indonesia merupakan negara yang tidak sungguh-sungguh menangani masalah ini, tidak memiliki perangkat peraturan perundang-undangan yang dapat mencegah, melindungi dan menolong korban, serta tidak memiliki peraturan perundang-undangan untuk melakukan penghukuman bagi para pelaku perdagangan orang.100

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana hanya memiliki satu pasal saja, yakni pasal 297 KUHP yang mengatur secara eksplisit tentang perdagangan perempuan dan anak laki-laki, tetapi ancaman hukumannya masih ringan.

Perdagangan anak juga belum diantisipasikan oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejetaraan Anak, yang dimaksud untuk memberikan perlindungan hukum kepada anak. Hal ini dikatakan demikian

100

(8)

karena Indonesia sebagai negara sumber dan transit perdagangan orang Internasional, khususnya untuk tujuan seks komersial dan buruh di dunia. Hal ini mengakibatkan Indonesia terancam dihentikan seluruh bantuan kemanusiaan dari dunia Internasional.

Sejak awal indonesia telah mengkriminalisasikan perdagangan orang yang diatur dalam Pasal 297 KUHP. Akan tetapi, perdagangan orang telah menjadi kejahatan yang terorganisir, maka diperlukan adanya pembaharuan komitmen untuk memerangi sebagaimana tertuang dalam Keppres Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perempuan dan Anak dan gugus tugas yang berangotakan lintas sektoral untuk implementasinya.101

Upaya untuk menanggulangi perdagangan orang juga memerlukan sumber daya yang besar dan waktu yang cukup lama. Diperlukan juga kerjasama yang baik antara penyelenggara negara dengan negara-negara lain agar upaya-upaya tersebut dapat bejalan dengan efektif.

Perdagangan orang juga telah dikriminalisasikan dalam hukum Indonesia. Perdagangan disebut secara eksplisit dalam KUHPidana dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia sebagai berikut : Pasal 65 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa :

“Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan

eksploitasi dan pelecehan sesual, penculikan, perdagangan anak, serta dari

101

(9)

berbagai bentuk penyalangunaan narkotik, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya”.

Pasal 65 di atas tidak mencantumkan sanksi bagi si pelaku tindak pidana tersebut, sehinggah dalam praktiknya pasal-pasal ini sulit untuk digunakan. Di samping itu, pasal ini tidak memberikan perlindungan bagi korban dan saksi-saksi, serta konpensasiunruk korban. Untuk mendapatkan perlindungan hukum yang lebih pasti, maka lahirlah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

B. Pengaturan Hukum Perlindungan Anak

a. Perlindungan Anak Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Didalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdapat beberapa pasal yang berkaitan dengan kejahatan dan berkaitan dengan Perlindungan Anak, yakni sebagai berikut :

1. Pasal 289 KUHP

Barangsiap a dengan kekerasan atau ancaman kekerasa memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum karena merusakan kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.

(10)

perbuatan cabul tetapi juga memaksa orang untuk membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul.102

2. Pasal 290 KUHP

Dengan hukuman selama-lamanya penjara 7 (tujuh) tahun dihukum :

1e. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul kepada seseorang, sedang diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya.

2e. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedangkan diketahuinya atau patut harus disangkanya,bahwa umur orang itu belum cuku 15 (lima belas) tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa orang itu belum masanya buat dikawin.

3e. Barangsiapa membujuk (menggoda) seseorang, yang diketahuinya atau patut harus disangkanya,bahwa umur orang itu belum cukup 15 (lima belas) tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa ia belum masanya buat kawin, ana melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya pebuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan orang lain dengan tiada kawin.

Isinya hampir sama dengan Pasal 289 KUHP, tetapi dalam pasal ini menghukum juga seseorang yang mengoda atau membujuk seseorang yang umurnya belum cukup 15 (lima belas) tahun atau belum masanya untuk menikah untuk dilakukan atau membiarkan pada dirinya perbuatan cabul. 3. Pasal 292 KUHP

Orang dewasa yang melakukan pebuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya patut harus disangkanya hal ini belum dewasa itu, dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun.

Kata”jenis kelamin yang sama” diartikan sebagai laki-laki dengan laki-laki

dan perempuan dengan perempuan dimana hal ini tersebut merupakan

penyimpangan seksual.Kata”oarang dewasa” dalam hal ini diartikan sebagai

seseorang yang telah mencapai umur 21 tahun atau belum mencapai umur 21

tahun tetapi sudah pernah kawin. Sedangkan kata “perbuatan cabul” yang

102

(11)

dimaksud pada pasal ini mengandung arti bahwa perbuatan cabul tersebut dihukum apabila seseorang yang telah dewasa atau cukup umur melakukan perbuatan cabul tehadap seseorang yang belum cukup umur. Dan apabila perbuatan cabul tersebut dilakukan oleh seseorang yang telah dewasa dengan orang dewasa maka tidak dapat dihukum.

4. Pasal 295 KUHP Dihukum :

1e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun, barang siapa yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul yang dikerjakan oleh anaknya, anak tirinya atau anak angkatnya yang belum dewasa, oleh anak yang dibawah pengawasannya,orang yang belum dewasa yang diserahkan kepadanya,supaya dipeliharanya, di didiknya atau dijaganya atau bujangnya yang dibawah umur atau orang yang dibawahnya dengan orang lain.

2e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun, barang siapa dengan sengaja, diluar hal tersebut pada 1e, menyebabkan tau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lainyang dikerjakan oleh orang sebelum dewasa yang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa ia belum dewasa.

Tentang “perbuatan menyebabkan”ialah memiliki makna bahwa segala

perbuatanyang menimbulkan akibat terjadinya suatu perbuatan artinya bahwa semula si pembuat belum memiliki kehendak unuk bebuat cabul.

Sedanngkan yang dimaksud dengan “memudahkan perbuatan cabul” adalah

segala perbuatan dengan bentuk apapun yang sifatnya mempermudah, menolong atau memperlancarnya dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya dan lain-lain dengan orang lain.

5. Pasal 296 KUHP

(12)

penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000,-

Yang dimaksud dengan “pencaharian” dalampasal ini ialah orang yang

menjadikan kejahatan tersebut sebagai perkerjaan atau sering disebut sebagai germo.

6. Pasal 297 KUHP

Memperniagakan perempuan dan memperniagakan laki-laki yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya enam tahun.

Kata “perniagaan” dalam pasal ini berarti melakukan perbuatan-perbuatan

dengan maksud untuk menyerahkan perempuan untuk tujuan pelacuran.103 7. Pasal 298 KUHP

1. Pada waktu menjatuhkan hukuman karena salah satu kejahatan yang di terangkan pada pasal 281, 284-292, 297, maka dapat dijatuhkan hukuman pencabutan hak yang tersebut dalam pasal 35 No. 1-5.

2. Kalau sitersalah melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 292-297 dalam perkerjaannya, dapat ia di pecat dari perkerjaanya itu. Kejahatan yang dimaksud dalam pasal ini akan mengakibatkan hak perwalian pelaku penjualan anak atas anak tersebut dapat dicabut, juga hak untuk melakukan pencarian dibidang tersebut.

8. Pasal 330 KUHP

1. Barangsiapa dengan sengaja mencabut orang yang belum dewasa dari kuasa yang sah atasnya atau dari penjagaan orang yang dengan sah menjalankan penjagaan itu, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun. 2. Dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun, jika

perbuatan itu dilakukan memakai tipu daya, kekerasan, atau kalau orang yang belum dewasa umurnya dibawah dua belas tahun.

“Mencabut hak orang lain” maksudnya adalah bahwa si pelaku melarikan

seseorang yang belum dewasa dari kekuasaan orang yang berhak misalnya orang tua atau walinya”.

103

(13)

9. Pasal 332 KUHP

1. Dihukum karena melarikan perempuan :

1e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun, barang siapa yang melarikan perempuan yang belum dewasa tidak dengan kemauan orang tuanya atau walinya, tetapi dengan kemauan perempuan itu sendiri dengan maksud akan mempunyai perempuan itu baik dengan nikah ataupun tidak dengan nikah.

Unsur-unsurnya : Objektif :

a. melarikan perempuan dibawah umur.

b.tanpa persetujuan orang tuanya atau walinya. c.dengan seizin perempuan itu sendiri.

Subjektif : dengan maksud memiliki perempuan itu. a.dengan perkawinan atau

b.tanpa perkawinan

Penjelasan unsur-unsur dalam pasal 332 ayat (1e) KUHP adalah sebagai berikut :

- Melarikan Perempuan

(14)

dari tempat, kemana perempuan itu pergi untuk memungkinkannya perbuatan itu.104

- Dengan maksud meliki dengan atau tanpa perkawinan

Maksud tidak ditujukan pada memiliki secara terus menerus, tetapi termasuk juga apabila sipelaku hanya sekali melakukan persetubuhan. Meskipun sebelumnya telah melakukannya dengan perempuan dengan atau perkawinan. Jadi pelaku menghendaki hasil dari perbuatan itu, yakni persetubuhan dengan perempuan itu.

Menyerahkan perempuan itu pada orang lain, hingga menurut pasal ini pelaku hanya dapat dikenakan turut serta melarikan perempuan. Tetapi meskipun belum sampai dilakukan persetubuhan oleh pelaku dengan perempuan itu, pelaku dapat dikenakan pasal ini dengan melakukan perbuatan-perbuatan melarikan perempuan itu.105

b. Perlindungan Anak Berdasaekan di Luar KUHP

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Seorang anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan berdasarkan kasih sayang, pelayanan untuk berkembang, pemeliaharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan atau setelah dilahirkan, perlindungan hidup yang menghambat perkembangan.106

Negara memiliki komitmen memberikan untuk memberikan perlindungan sosial kepada warga negara yang kurang mampu. Oleh karena itu, negara

104

H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Alumni, Bandung, 1980), hal. 125.

105

Ibid, hal.. 126. 106

(15)

mewujudkan perlindungan hukum bagi anak dengan membentuk Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak adalah :

a. Pasal 2 ayat (4) Kesejahteraan Anak

“Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang

membahayakan atu menghambat pertumbuhan dan perkembangannya

dengan wajar.”

Kata “lingkungan hidup” yang dimaksud dalam pasal ini adalah lingkungan

hidup fisik maupun sosial.107

b. Pasal 3 UU Kesejahteraan Anak

“Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama, berhak mendapat pertolongan, bantuan, dan perlidungan.”

Kata “keadaan yang membahayakan” didalam pasal ini artinya adalah

suatu keadaaan yang sudah mengancam jiwa, baik karena alam maupun perbuatan manusia.

c. Pasal 8 UU Kesejahteraan Anak

“Bantuan dan pelayanan, yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak

menjadi hak setiap anak tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama,

pendirian politik dan kedudukan sosial.”

Kesejahteraan anak, maka makna yang terkandung dalam pasal ini bahwa pemerintah memiliki kewajiban ungguk memberikan bantuan dan pelayanan terhadap anak tanpa adanya diskriminasi.

2. Undang-Undang nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

107

(16)

Perdagangan anak merupakan permasalahan hak asasi manusia. Oleh karena itu, perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak yang terdapat didalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999.

Dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia, sesungguhnya pasal-pasal yang ada didalamnya merupakan bentuk perlindungan terhadap anak karena anak adalah manusia.

Pasal-pasal yang mengatur secara khusus tentang hak-hak anak yakni sebgai berikut :

a. Pasal 52 UU HAM

1. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakan dan negara.

2. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungannya.

Kata “perlindungan” berarti bahwa memberikan bantuan kepada anak

apabila anak tersebut sedang mengalami masalah ataupun sedang berada dalam keadaan darurat.

b. Pasal 53 HAM

1. Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.

2. Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.

Kata “suatu nama” adalah nama sendiri, dan nama orang tua kandung, dan

atau nama keluarga, dan atau nama marga.108

c. Pasal 54 UU HAM

108

(17)

Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, peningkatan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kata “kata bantuan khusus atas biaya negara” artinya adalah pelaksanaan hak

terhadap anak yang cacat fisik dan mental atas biaya negara lebih di utamakan bagi kalangan masyarakat yang kurang mampu.

d. Pasal 58 UU HAM

1. Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik dan mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tuanya atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak terebut.

2. Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk penganiayaan fisik ataupun mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual termasuk pemerkosaan dan atau pembunuhan terhadap anak yang seharusnya dilindungi, maka harus dikenakan pemberatan hukuman.

Menurut yurisprudensi, yang dimaksud denganpenganiayaan adalah sengaja merusak kesehatan orang. Perbuatan tersebut harus dilakukan dengan sengaja dan tidak dengan maksud yang patut atau melewati batas yang di izinkan. Tetapi apabila perbuatan itu dilakukan masih dalam tahap yang wajar, maka perbuatab itu bukan merupakan penganiayaan. Misalnya, seorang dokter mencabut gigi pasiennya. Hal tersebut dasarnya dilakukan dengan sengaja menimbulkan rasa sakit tetapi petbutan tersebut mempunyai maksudbaik yakni mengobati pasien tersebut.109

109

(18)

e. Pasal 64 UU HAM

“setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi

ekonomi dan setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial, dan mental

spritualnya.”

Kata “ekspoitasi ekonomi” artinya adalah suatu tindakan atau perbuatan

yang secara melawan hukum memanfaatkan seseorang untuk dikerjakan untuk dikerjakan secra paksa dengan tujuan memperoleh keuntungan baik secra materil maupun immateriul.

f. Pasal 65 UU HAM

“Setiap anak berkak untuk memperoleh perlidungan dari kegiatan eksploitasi

dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan nasrkotika, psikotropika dan at adiktif lainnya.”

Bentuk penyalah gunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif yang dimaksud dalam pasal ini adalah mencangkup kegiatan produksi, peredaran, dan perdagangan sampai dengan penggunaannya yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Pasal 66 UU HAM

1. Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

2. Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana yang masih anak.

3. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.

4. Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesui dengan hukuman yang berlakudan hanya dapat dilaksanakan sebgai upaya akhir.

(19)

6. Seriap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

7. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan memperoleh keadilan didepan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memiliki dalam sidang yang tertutup untuk umum.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yang dimaksud delam pasal 66 ayat (7) bahwa pengadilan anak meliputi segala aktifitas pemerikasaan dan memutus perkara yang menyangkut kepentingan anak. Dan keterlibatan pengadilan dalam kehidupan anak dan keluarganya senantiasa ditujukan pada upaya penanggulangan keadaan buruk, sehubungan dengan prilaku yang menyimpang dan pelanggalan hukum yang dilakukan oleh anak-anak.110

3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Latar belakang dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang PerlindunganAnak perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, karena negara Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan Hak Asasi Manusia seperti yang termuat dalam Undang-Undang 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak.

Didalm undang-udnang ini menegaskan bahwa pertanggung jawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak anak. Rangkaiian kegitaan ini harus berkelanjutan dan

110

(20)

terarah dengan tujian untuk mewukidkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan nantinya sebagai penerus bangsa.

Bertitik tolak pada konsep perlidungan anak yang utuh, menyeluruh dan kemprehensif maka undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas, antara lain sebagai berikut : 1. Asas Nondiskriminasi

Asas nondiskriminasi adalah asas yang tidak membedakan, atau mengucilkan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung berdasarkkan agama, ras, status sosial, status ekonomi, budaya ataupun jenis kelamin yang dapat memengaruhi pemenuhan dan perlindungan anak.111

2. Asas Kepentingan yang Terbaik bagi Anak

Asas demi kepentingan yang terbaik bagi anak adalah asas yang menekankan bahwa dalam semua tindakan yang berkaitan dengan anak yang dilakukan pemerintah, masyarakat atau badan legislatif dan yudikatif kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.112 3. Asas Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan perkembangan

Asas yang mendasarkan pada hak untuk hidup, dan perkembanganadalah asas yang menekankan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk hidup dengan aman, tentram, damai, bahagia dan sejahterah lahir dan bantin, serta berhak atau pemenuhan kebutuhan dasarnay untuk tumbuh dan berkembang secara layak, dan hak unntuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental spritual, moral dan sosial anak yang harus di

111

Ibid, hal. 25. 112

(21)

penuhi oleh pihak-pihak yang disebutkan oleh undang-undang Perlindungan Anak memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk itu, yaitu orang tua, masyarakat dan pemerintah.113

4. Asa Penghargaan terhadap Perdagangan/Pendapat Anak

Asas penghargaan terhadap perdagangan/pendapatan anak adalah yang memberikan hak kepada anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak, meliputi:

a. Hak untuk berpendapat dan memperoleh pertimbangan atas pendapatnya. b. Hak untuk menapat dan mengetahui informasi serta untuk

mengekspresikan.

c. Hak untuk berserikat menjalin untuk berhubungan dan

d. Hak untuk memperoleh informasi yang layak dan terlindungi dari informasi yang tidak sehat.114

Undang-Undang Perlindungan Anak ini memberikan payung hukum yang sangat bermanfaat untuk memberikan perlindungan kepada kelompok anak-anak yang sangat rentan/rawan. Salah satu dari kekuatan undang-undang ini adalah menberi sanksi yang tegas terhadap setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap anak.

Pelanggaran hak anak dapat menjadi penghalang sangat besar bagi kelangsungan hidup dan perkembangan anak karena anak yang mengalami kekerasan, eksploitasi, pengabaian, dan petrlakuan salah lainnya akan

113

Ibid,. 114

(22)

mengalami resiko seperti hidup yang lebih pendek, beban mental dan kondisi fisik yang buruk, dan mengalami masalah-masalah dalm pendidikan.

Oleh kerena Undang-Undang Perlindungan Anak ini, memberikan sanksi pidana sebagai berikut:

a. Pasal 59 Perlindungan Anak

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak.

(2) Perlindungan Khusus kepada Anak sebgaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada :

a. Anak dalam stuasi darurat;

b. Anak yang berhadapan dengan hukum; c. Anak dari kelompok miniritas dan terisolasi;

d. Anak yang di ekspoitasi secara ekonomi dan/ atau seksual;

e. Anak yang menjadi korban penyalah gunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan at adiktif lainnya;

f. Anak yang menjadi korban pornografi; g. Anak dengan HIV/AIDS;

h. Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan; i. Anak korban kekerasan fisik dan/ psikis;

j. Anak korban kejahatan seksual; k. Anak korban jaringan terorisme; l. Anak penyandang disabilitas;

m. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran; n. Anak dengan prilaku sosial yang menyimpang; dan

o. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi orang tuanya.

b. Pasal 78 UU Perlindungan Anak

(23)

Yang dimaksud dengan “keadaan terburuk” dalam pasal ini adalah dalam

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana di sebut dalam Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana di sebut pada ayat (1) berlaku pula bagi Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu mislihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannnya atau dengan orang lain.

(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang Tua, Wali, Pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga pendidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

d. Pasal 82 UU Perlindungan Anak

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebgaimana di maksud dalam pasal 76E dipidana denga pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.5000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik atau tenaga pendidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebgaimana dimaksud pada ayat (1).

e. Pasal 83 UU Perlindungan Anak

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.60.000.000,00 (enam

115

(24)

puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Kata “menculik” pada Pasal 76F dalam pasal ini berarti pada waktu

penjahat itu melarikan seorang anak, harus mempunyai maksud anak membawa anak itu dengan melawan hak dibawah kekuasaan sendiri atau kekuasaan orang lain seperti orang tua atau walinya.

f. Pasal 84 UU Perlindungan Anak

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan transplantasi organ dan/ataujaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Sifat melawan hukum dapat dibagi menjadi 2 (dua) bentuk yakni :

1. Melawan hukum Formil

Melawan hukum formil adalah perbuatan yang melanggar hukum tertulis atau ketentuan undang-undang yang disertai dengan ancaman sanksi. 2. Malawan Hukum Materil

Sekalipun suatu perbuatan telah sesuai dengan uraian dalam undang-undang tetapi masih harus diteliti tentang penilaian masyarakat terhadap perbuatan tersebut, apakah tercela atau patut dipidana atau tidak. Jika perbuatan tersebut terlampau kurang celaannya sehingga tidak perlu dipidana, maka cukup dikenakan sanksi kaidah-kaidah hukum lain atau kaidah sosial hukum lainnya.

(25)

perbutan tersebut dihukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga bertentangan dengan kebiasaan masyarakat.

g. Pasal 85 UU Perlindungan Anak

1. Setiap orang yang melakukan jual beli organ tubuh dan/atau anak dipidana dengan pidana dipenjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan pengambikan organ tubuh dan/atau jaringan tubuh anak tanpa memerhatikan kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitian tanpa seizin orang tua atau tidak mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau dendan paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Kata “anak sebagai objek penelitian” berati menjadikan seorang anak

untuk suatu percobaan dari sebuah penelitian. Percobaan penelitian terhadap seorang anak yang dimaksud didalam pasal ini yaitu dengan tidak memperhatikan apakah anak tersebut dalam keadaan sehat atau tidak sehat.

h. Pasal 88 UU Perlindungan Anak

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebgaimana dimaksud dalam Pasal 76I, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepulu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Kata “mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak” pada pasal 76I dalam

pasal ini berarti memanfaatkan seorang anak untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi si pelaku maupun orang lain.

(26)

sanksi atas tindakan perdagangan anak. Undang-Undang ini di bentuk dengan tujuan dapat mewakili peranan pemerintah dalam menjamin terpenuhinya dan terselenggaranya hak anak.

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 ini bertujuan untuk mencegah dan melindungi korban dan menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Dimana salah satu korban merupakan seorang anak.

Undang-undang ini mengatur tentang pencegahan dan perlindungan serta pemulihan terhadap korban. Undang-undang ini berbeda dengan pengaturan hukum yang berkaitan dengan perlindungan anak sebelumnya, karena undang-undang ini mengatur secra spesifik kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga.116

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang KDRT, yang dimaksud denga spesifik kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yakni sebagai berikut :

a. Kekerasan Fisik

Merupakan perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.

116

(27)

b. Kekerasan Psikis

Merupakan perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderita psikis berat terhadap seseorang.

c. Kekerasan Seksual

Merupakan pemaksaan hubungan seksual terhadap orang yang menetap dalam ruang lingkup rumah tangga tersebut baik untuk tujuan komersial maupun tujuan tertentu.

d. Penelantaran Rumah Tangga

Penelantaran rumah tangga yang dimaksud menurut UU KDRT adalah berupa penelantaran orang dalam ruang lingkup rumah tangga, padhal menurut hukum yang berlaku baginya, orang tersebut diwajibkan untuk memberikan kehidupan, perawatan dan pemeliarahan terhadapnya.

Hal-hal yang diatur dalam undang-undang KDRT ini terdapat didalam Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa :

1) Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini meliputi : a. Suami, isteri, anak

(28)

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.

5. Undang-Undang Nomir 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Pidana Perdagangan Orang

Mengingat korban dalam tindak pidana perdagangan orang ini bisa laki-laki atau perempuan, dewasa ataupun anak-anak, maka Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 ini hanya menyebutkan orang dan tidak secara khusus menyebutkan anak. Meskipun demikian, dalam Bab I tentang ketentuan umum Pasal 1 butir 5 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan : “anak adalah seorang yang belun berusia 18 9delapan belas) tahun, termasuk anak yang

masih didalam kandungan.”

Beberapa pasal dalam Undang-Undang Pemberantasan Tidank Pidana Perdagangan Orang yang berkaitan dengan Perlindungan Anak adalah sebagai berikut :

a. Pasal 5

Setiap orang yang melakukan pengangkayan anak dengan menjanjikan sesuatu atau membetikan sesuatu dengan maksud untuk dieksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dab paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

b. Pasal 6

(29)

dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Kata “pengiriman keluar negeri” didalam ketentuan pasal ini anak pengiriman

anak antar daerah dan wilayah negara Republik Indonesia.117

c. Pasal 7

1) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), pasal 3, pasal 4, pasal 5, dan pasal 6 mengakibatkan korban menderita luka berat, gangguan jiwa berat, penyakit menular lainnya yang membahayakan jiwanya, kehamilan atau terganggu atau hilangnya fungsi produksi maka ancvaman pidananaya di tambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana dalam pasal 2 ayat (2), pasal 3, pasal 4, pasal 5, dan pasal 6.

2) Jika tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), pasal 3, pasal 4, pasal 5, dan pasal 6, mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama penjara seumur hidup dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

d. Pasal 8

1) Setiap penyelenggara negara yang menyalah gunakan kekuasaan yang mengakibatkn terjadinya pidana orang sebgaimana dimaksud dalam pasal 2, pasal 3, pasal 4, pasal 5, dan pasal 6 maka pidana ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana dalam pasal 2, pasal 3,pasal 4, palal 5, dan pasal 6.

2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenkan pidana tambahan berupa pemberhentin secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

Yang di maksud dengan “penyelenggara negara” dalam ketentuan pasal ini

adalah penyabat pemerintah, amggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Republik Indonesia, aparat keamanan, penegak hukum atau pejabat publik yang menyalah gunakan kekuasanny untuk melakukan atau mempermudah tindak pidana perdagangan orang. Sedangkan yang dimaksud

117

(30)

dengan “menyalahgunakan kekuasaan” dalam pasal inis dimaksud adalah

menjalakan kekuasaan yang ada padanya secara tidak sesuai tujuan pemberian kekuasaan tersebut atau menjalankannya secra tidak sesuai ketentuan peraturan.118

C. Akibat Bagi Anak yang Dipekerjakan Sebagai Pekerja Seks Komersial

Diberbegai komunitas, disadari bahwa pelacuran adalah sebuah masalah sosial yang sulit dihilangkan begitu saja, dan dalam beberapa kasus bahkan ditoleransi. Namun, khusus untuk anak-anak perempuan yang karena berbagai sebeb kemudian terpaksa dilacurkan, dengan alasan apapun keberadaannya tidak bisa diterima, dan kerena itu harus dihapuskan. Seperti diamatkan dalam Konvensi ILO No. 182 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia tanggal 8 Maret 2000 lalu, bahwa pelacuran anak dibawah umur adalah salah satu pekerjaan yang sama sekali tidak dapat ditoleransi dan kerena itu harus dihapuskan dari bumi Indonesia. Dalam hal ini, paling tidak ada akibat kemungkinan besar akan menimpa PSK anak-anak jika dibiarkan larut dalam sebuah pekerjaan yang sesungguhnya tidak pernah mereka sadari resiko dan bahanyanya itu. Pertama, karena PSK-PSK anak-anak itu masih berusia belia dan apalagi tidak memiliki akses yang cukup terhadap informasi-informasi

tentang “reproduksi sehat”, maka dari sudut pisikologis sesunguhnya

kematangan seksual mereka belum dewasa. Mereka be lum cukup mengetahui resiko yang pasti dari hubungan seksual yang dilakukan secara bebas,

118

(31)

sehingga kehamilan dini dan penularan PMS (Penyakit Menular Seksual) dengan seluruh implikasihnya dengan mudah akan menimpah anak-anak perempuan yang dilacurkan. Kedua, anak-anak yang dilacurkan karena menjadi korban dan terjerumus dalam dunia prostitusi, sering kali harus menanggung beban psikologis yang berat berupa stugma dari masyarakat dan profesi yang mereka tekuni karena dinilai terkutuk, memalukan dan sebagainya. Ketiga, dalam berbagai kasus PSK anak-anak, tak jarang mereka harus mengalami kekerasan seksual.119

119

(32)

BAB IV

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG YANG DILAKUKAN TERHADAP ANAK SECARA BERLANJUT

(STUDI PUTUSAN NOMOR 101/Pid.B/2014/PN Rap) A.Kasus Posisi

1. Kronologis

Bahwa saksi korban Siti Rahmadani als Rahma berusia 14 (empat belas) tahun pada saat kejadian yang lalu pada tanggal 10 Januari 1999 (sesuai photo copy Ijaah Nomor : kep-666/pb-aw/XVII/VI/2000 Tanggal 17 Juni 2000 yang dikeluarkan oleh Majelis Pendidikan Pengurus besar AL JAMIYATUL WASLIYAH);

(33)

Jum Hadirsyah Surbakti dan ketika saksi korban berada di rumah saksi Andel datang terdakwa Dewi dan bertemu dengan saksi korban dan terdakwa berbicara dengan saksi korban.

Kemudian hari Jumat tanggal 27 September 2013 sekitar pukul 15.00 WIB terdakwa Dewi mengajak saksi korban Siti Ramhmadani als Rahma menginap di Hotel Safari Aek Kanopan, lalu pada keesokan harinya pada hari Sabtu tanggal 28 Sseptember 2013 sekira pukul 11.00 WIB Dewi mengajak saksi korban Siti Rahmadani ke Aek Kanopan Hotel untuk menginap di hotel tersebut karena terdakwa belum mendapat kontrakan, dan ketikan di perjalanan bertemu dengan Kiki als Kajol (DPO). Lalu untuk pertama kalinya Siti Rahmadani di setubuhi oleh Kiki Kajol, akan tetapi saksi korban tidak diberikan uang.

Kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 sekitar pukul 09.00 WIB Aek Kanopan Hotel, Siti Rahmadani dipaksa dan disuruh oleh terdakwa Dewi untuk bersetubuh dengan orang lain dengan cara terdakwa Dewi memanggil laki-laki yang tidak saksi korban Siti Rahmadani kenal, lalu setelah Siti Rahmadani bersetubuh saksi korban diberi uang Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah).

(34)

Lalu pada hari dan tanggal yang tidak ingat lagi awal bulan Oktober 2013 sekitar pukul 13.00 WIB di Aek Kanopan Hotel terdakwa Dewi kembali mencarikan laki-laki untuk bersetubuh dengan saksi korban Siti Rahmadani, lalu setelah bersetubuh dengan laki-laki tersebut Siti Rahmadani diberi uang sebersar Rp.200.000;- (dua ratus ribu rupiah).

Selanjutnya pada hari dan tanggal yang tidak ingat lagi awal bulan Oktober 2013 sekira pukul 02.00 WIB di perumahan H. Bejo Jl.Wonosari Lorong 1 Aek Kanopan, terdakwa Wedi menyuruh seorang laki-laki keperumahan H. Bejo dan sedangkan saksi korban Siti Rahmadani ditinggal dikabar bersama dengan laki-laki tersebut setelah saksi korban di setubuhi dengan laki-laki-laki-laki tersebut saksi korban diberikan uang sebesar Rp.150.000;- (seratus lima puluh ribu rupiah).

Kemudian pada hari yang dan tanggal pertengahan bulan Oktober 2013 sekira pukul 20.00 WIB di perumahan H. Bejo Jl. Wonosari Lorong 1 Aek Kanopan terdakwa dewi kembali mencarikan lagi laki-laki lain untuk bersetubuh lagi dengan saksi korban Siti Rahmadani lalu laki-laki tersebut datang, setelah bersetubuh dengan laki-laki tersebut saksi korban diberi uang sebersar Rp.200.000;- (dua ratus ribu rupiah).

(35)

mencarikan seorang laki-laki untuk di layani oleh saksi korban, namun saksi korban pada saat itu tidak disetubuhi karena menagis sakit gigi. Saat itu saksi korban hanya di cium, di pegang payudaranya dan dipegang alat kelaminnya. Setelah itu saksi korban diberikan uang sebesar Rp.200.000;- (dua ratus ribu).

Kemudian pada hari senin tanggal 14 Oktober 2013 sekitar pukul 18.30 WIB saksi korban mendengar suara takbiran di Mesjid lalu hati saksi korban Siti Rahmadani merasakan kesedihan sehingga menangis dan ingin berkumpul dengan keluarga, lalu terdakwa Dewi mendapat telpon dan disuruh datang ke Cafe Surbakti, lalu terdakwa dan saksi korban datang untuk menemani karokean.lalu tidak berapa lama masuk keruang karokean saksi korban permisi dengan terdakwa mau ke kamarmandi dulu, lalu saksi korban pergi kerumah pemilik Cafe Surbakti tersebut jaraknya ± 50 meter dan setibah di rumah tersebut saksi korban pergi berjalan kaki dan berlari menuju jalan-jalan kecil sehingga saksi korban menemukan jalan lintas Sumatera Utara sehingga sampai di Galon Pertamina/SPBU Leidong Barat, lalu saksi korban menghubungi orang tua saksi korban sehingga saksi korban dijemput orang tuanya dan pulang kerumah dengan mengunakan Sepeda Motor.

Bahwa saksi korban mau mengikuti terdakwa karena terdakwa berjanji kepada saksi korban agar bisa rebonding, membeli emas dan uang.

(36)

Bahwa berdasarkan VISUM ET REFERTUM No: 445/365/RM-RSUD/2013 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. H. Ainal Syah Putra, SpOG tanggal 23 Oktober 2013 atas permintaan Kepala Kepolisian Resor Labuhanbatu No. Pol. B/772/X/2013/SPK-A tanggal 22 Oktober 2013 Atas Nama : Siti Rahmadani, Umur : 14 tahun, Agama : Islam, Kewarganegaraan : Indonesia, Alamat : Lingkungan Panjang Bidang Gunting Saga Kec. Kualuh Kab. Labuhanbatu Utara, Jenis Kelamin : Perempuan, Pekerjaan : Pelajar dengan hasil pemeriksaan Kedapatan bahwa Kemaluan : pada selaput dara dijumpai luka robek lama di posisi pukul 02.00, 05.00, 06.00, 07.00, 08.00 dan 09.00, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dengan kesimpulan Selaput Dara tidak utuh lagi.

2. Dakwaan

Bahwa terdakwa telah didakwa Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk Alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum memilih langsung dakwaan Alternatif Pertama sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang;

(37)

memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Republik Indonesia;

3. Yang mengakibatkan orang lain tereksploitasi; 4. Yang dilakukan terhadap anak;

5. Dipandang sebgai perbuatan yang diteruskan; 3. Tuntutan Pidana

Setelah mendengar pembacaan surat tuntutan pidana yang diajuan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebgai berikut :

1. Menyatakan terdakwa Dewi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Perdagangan orang yang

dilakukan terhadap anak dan dilakukan secara berlanjut”,

sebgaimana dimaksud dalam Dakwaan Pertama Pasal 2 ayat (2) UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 17 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana. 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 7

(tujuh) tahun dikurangi selama terdakwa ditahan dalam tahanan sementara dengan perintah agar terdakwa tetap dalam tahanan dan denda sebersar Rp.120.000.000;- (seratus dua puluh juta rupiah), Subsidair 3 (tiga) bulan kurungan.

(38)

4. Fakta Hukum

- Bahwa benar pada hari Selasa tanggal 24 September 2013 sekira pukul 14.30 Wib, saksi korban dimarahi oleh orang tua saksi korban karena tidak masuk sekolah selama satu minggu,lalu saksi korban pergi dari rumah pada pukul 12.00 Wib ke Pamingke setelah 3 (tiga) hari di Pamingke saksi korban pergi ke Aek Kanopan.

- Bahwa benar pada waktu itu saksi korban bertemu dengan Andel dan Andel mengajak saksi korban ke Cafe Surbakti yang merupakan rumah Andel. - Bahwa benar pada hari Jumat tanggal 27 September 2013 sekira pukul 15.00

Wib, terdakwa mengajak saksi korban untuk menginap di Hotel Safari, lalu keesokan harinya yaitu hari Sabtu tanggal 28 September 2013 sekira pukul 11.00 terdakwa mengajak saksi korban ke Aek Kanopan Hotel dengan adik ipar terdakwa. Lalu sekira pukul 23.00 Wib Kiki als Kajol menyetubuhi saksi korban.

- Bahwa benar Kiki als Kajol tidak memberikan uang kepada saksi korban. - Bahwa benar pada hari Minggu tangal 29 September 2013 saksi korban

disuruh terdakwa bersetubuh dengan orang lain.

(39)

tersebut tidak jadi menyetubuhi karena saksi menangis karena sakit gigi, dan sat itu hanya dicium, dipegang payudara dan dipegang alat kelamin saksi. - Bahwa benar oada hari Senin tanggl 14 Oktober 2013 saksi menghubungi

dengan dikatakan mau dijemput di glon Pertamina Ledong Barat, laku bapak saksi menjemput saksi.

- Bahwa saksi korban mau mengikuti perkataan terdakwa karena diiming-imingi oleh terdakwa.

- Bahwa benar terdakwa juga mengatakan “kau kerja dulu yang rajin, nanti kalu dada uangmu sepuluh juta, ku bisa pulang, jadi orang tuamu gak sepele

lagi’’, dan saksi korban pernah melawan dengan mengatakan “aku mau

kerja, tapi aku gak mau kerja kek gitu” (melayani laki-laki hidung belang).

- Bahwa benar selama saksi bekerja ada menerima uang dari laki-laki yang dicarikan oleh terdakwa sebesar Rp.200.000,- s/d Rp.300.000,-, namun uang tersebut diambil oleh terdakwa semuanya.

- Bahwa benar terdakwa ada menggadaikan Hp milik saksi korban dan menggunakan uangnya.

(40)

06.00, 07.00, 08.00 dan 09.00, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dengan kesimpulan Selaput Dara tidak utuh lagi.

5. Pertimbangan Hakim.

Menimbang bahwa terdakwa telah didakwa Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk Alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum memilih langsung dakwaan Alternatif Pertama sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang;

2. Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Republik Indonesia; 3. Yang mengakibatkan orang lain tereksploitasi;

4. Yang dilakukan terhadap anak;

(41)

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut :

(1) Setiap Orang

Bahwa unsur Setiap Orang sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tidak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana pada dasarnya merujuk pada subjek hukum yaitu setiap orang yang secara juridis yang dapat di mintakan pertanggung jawabannya atas suatu perbuatan yang dituduhkan kepadanya. Dalam hal ini, baik semasa penyidikan maupun setelah diajukan kepersidangan ini, Terdakwa Dewi telah mengakui kebenaran identitas dirinya sebagimana tercantum dalam Berita Acara Penyidikan maupun dalam surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Demikian pula Terdakwa tidak ada mengajukan upaya eksepsi atau keberatan tentang kebenaran identitas dirinya tersebut. Oleh karena itu, unsur Setiap Orang ini telah terpenuhi.

(42)

Pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 saksi korban disuruh terdakwa bersetubuh dengan orang lain, yaitu laki-laki yang dipanggil terdakwa, dan setelah selesai saksi korban diberikan uang sebesar Rp.150.000;- (seratus limah puluh ribu rupiah) lalu terdakwa dimintai uang tersebut dari saksi korban dengan alasan meminjam uang untuk berobat.

Dan pada pertengahan bulan Oktober 2013 sekira pukul 00.00 Wib saksi diantarkan oleh tukang ojek yaitu Hermansyah Lubis ke Hotel Safari Aek Kanopn atas suruhan terdakwa melalui Nina, lalu Nina mencarikab laki-laki yang saksi tidak kenal untuk bersetubuh dengan saksi yang mana pada saat itu laki-laki tersebut sudah berada dalam kamar yang saat itu laki-laki tersebut tidak jadi menyetubuhi saksi karena saksi menangis karena sakit gigi dan saat itu hanya diciumnya, dipegang payudara saksi, dan di pegang alat kelamin saksi, lalu saat laki-laki tersebut melihat saksi menangis lalu laki-laki tersebut memberikan uang kepada saksi sebesar Rp.200.000;- kemudian saksi meminta tolong kepada tukang ojek Hermansyah Lubis untuk mengantarkan saksi ke Aek Kanopan, kemudian keesokan harinya terdakwa meminta uang tersebut dengan alasan untuk menebus HP milik saksi yang sebelumnya digadaikan kepada Kiki als Kajol namun setelah uang dirterima terdakwa, HP tersebut tidak ditebus melaikan terdakwa belikan Shabu-Shabu.

Kemudian saksi korban mau mengikuti perkatan terdakwa karena

diiming-imingi oleh terdakwa dengan mengatakan “kerjalah kau dulu, malam ini cari

uang biar bisa rebonding kau besok, biar cantik, nanti kalau ada lagi

(43)

Dan terdakwa juga mengatakan “kau kerja dulu yang rajin nanti kalu ada

uangmu sepuluh juta, kau bisa pulang, jadi orang tuamu gak sepele lagi” dan

saksi pernah melawan dengan mengatakan “aku mukerja, tapi aku nggak mau

kerja kek gitu (melayani laki-laki hidung belang)”, mendengar ucapan saksi

terdakwa emosi dan berkata “kau kalau nggak kerja kek mana kita mau

makan, tidur dijalanlah kau ya, sampai mau kerja’’. Lalu saksi korban

menjawab “iyalah kak’’.

Berdasarkan Visum Et Repertum No. 445/365/RM-RSUD/2013, yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. H. Ainal Syahputra, SpOG tanggal 23 Oktober 2013 atas permintaan Kepala Polisian Resor Labuhanbatu An. Siti Rahmadani dengan hasil pemeriksaan didapati bahwa kemaluan : pada selaput dara dijumpai luka robek lama di posisi pukul 02.00, 05.00, 06.00, 07.00, 08.00 dan 09.00 tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dengan kesimpulan selaput dara tidak utuh lagi. Oleh karena itu unsur “Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan penyalah gunaan kekuasaan atau posisi

rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain,

untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Republik Indonesia’’

(44)

(3) Yang mengakibatkan orang lain tereksploitasi

Pada hari Jumat tanggal 27 September 2013 sekira pukul 15.00Wib, terdakwa mengajak saksi korban untuk menginap di Hotel Safari, lalu keesokan harinya yaitu pada hari Sabtu tanggal 28 September 2013 sekira pukul 11.00 Wib, terdakwa mengajak saksi ke Aek Kanopan Hotel bersama denga Adik Ipar terdawa, lalu sekira pukul 23.00 Wib Kiki als Kajol menyetubuhi saksi korban dan terdakwa bersama suaminya sedang keluar pada waktu itu, kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013

sekira pukul 09.00 Wib, terdakwa mengatakan kepada saksi korban “kan kau

udah gak perawan lagi ya udah mulai ini kau kerjalah, kalu tinggal disini payah, kalau gak mau kerja kek gitu (bersetubuh dengan laki-laki), gak makan lah’’.

Kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 saksi korban disuruh terdakwa bersetubuh dengan orang lain, yaitu laki-laki yang dipanggil terdakwa, dan setelah selesai saksi korban diberikan uang sebesar Rp.150.000;- (seratus limah puluh ribu rupiah) lalu terdakwa dimintai uang tersebut dari saksi korban dengan alasan meminjam uang untuk berobat.

(45)

07.00, 08.00 dan 09.00 tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dengan kesimpulan selaput dara tidak utuh lagi.

Dan akibat kejadian tersebut saksi korban menjadi truma dan merasa malu bertemu dengan teman-temannya, dan menjadi pemarah. Oleh karena itu

unsur “Yang mengakibatkan orang lain tereksploitasi telah terpenuhi dan

terbukti oleh perbuatan terdakwa”.

(4) Yang dilakukan terhadap anak

Terdakwa melakukan hal tersebut kepada anak yang masih berusia 14

Tahun. Oleh karena itu unsur “Yang dilakukan terhadap anak” telah terpenuhi

dan terbukti oleh perbuatan terdakwa.

(5) Dipandang sebagai perbuatan yang diteruskan

Pada hari Jumat tanggal 27 September 2013 sekira pukul 15.00Wib, terdakwa mengajak saksi korban untuk menginap di Hotel Safari, lalu keesokan harinya yaitu pada hari Sabtu tanggal 28 September 2013 sekira pukul 11.00 Wib, terdakwa mengajak saksi ke Aek Kanopan Hotel bersama denga Adik Ipar terdawa, lalu sekira pukul 23.00 Wib Kiki als Kajol menyetubuhi saksi korban dan terdakwa bersama suaminya sedang keluar pada waktu itu, kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013

sekira pukul 09.00 Wib, terdakwa mengatakan kepada saksi korban “kan kau

(46)

Dan pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 saksi korban disuruh terdakwa bersetubuh dengan orang lain, yaitu laki-laki yang dipanggil terdakwa, dan setelah selesai saksi korban diberikan uang sebesar Rp.150.000;- (seratus limah puluh ribu rupiah) lalu terdakwa dimintai uang tersebut dari saksi korban dengan alasan meminjam uang untuk berobat.

Kemudian pada pertengahan bulan Oktober 2013 sekira pukul 00.00 Wib saksi diantarkan oleh tukang ojek yaitu Hermansyah Lubis ke Hotel Safari Aek Kanopn atas suruhan terdakwa melalui Nina, lalu Nina mencarikab laki-laki yang saksi tidak kenal untuk bersetubuh dengan saksi yang mana pada saat itu laki-laki tersebut sudah berada dalam kamar yang saat itu laki-laki tersebut tidak jadi menyetubuhi saksi karena saksi menangis karena sakit gigi dan saat itu hanya diciumnya, dipegang payudara saksi, dan di pegang alat kelamin saksi, lalu saat laki-laki tersebut melihat saksi menangis lalu laki-laki tersebut memberikan uang kepada saksi sebesar Rp.200.000;-

Dan benar terdakwa melakukan hal tersebut kepada anak yang masih berusia 14 Tahun dan terdakwa melakukan hal tesebut lebih dari satu kali secara berulang-ulang. Oleh karena itu unsur “Dipandang sebagai perbuatan

yang diteruskan’’ telah terpenuhi dan terbukti oleh perbuatan terdakwa.

(47)

meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif pertama tersebut.

Menimbang, bwahwa terdakwa maupun Penasehat Hukum menyatakan tidak ada mengajukan keberatan.

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangi seluruhnya dari pidana yang di jatuhkan.

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa ditahan dan penahanan terhadap terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan dipersidangan untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut : NIHIL

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, maka perlu mempertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa.

Keadaan yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa membuat saksi korban trauma dan malu untuk bersekolah.

- Perbutan terdakwa membuat keluarga/orang tua korban merasa malu. - Terdakwa tidak mengakui perbuatannya.

Keadaan yang meringankan : - Terdakwa belum pernah dihukum.

(48)

6. Putusan

Majelis Hakim memutuskan :

1. Menyatakan terdakwa Dewi, telah terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan Perdagangan Terhadap

Anak yang Dilakukan Secara Berlanjut”.

2. Menjatuhan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6 (enam) Tahun dan denda sebesar Rp.120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah).

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurang seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.

5. Membebeankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah).

B. Analisis Yuridis Terhadap Putusan No 101/Pid.B/2014/PN Rap

Hukum pidana dalam arti luas terdiri dari hukum pidana materiil dan hukum acara pidana (hukm pidana formil). Penerapan hukum pidana pada kasus ini akan ditelaah dari segi hukum pidana materiil.

Menurut Satochid Kartanegara hukum pidana materiil berisikan peraturan-peraturan tentang :120

1. Perbuatan yang dapat diancam pidana dengan hukuman (strafbarefeiten). 2. Siapa-siapa yang dapat dihukum atau dengan perkataan lain mengatur

pertanggung jawaban terhadap hukum pidana.

120

(49)

3. Hukuman apa yang dijatuhkan terhadap orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang.

Pertama-tama akan ditinjau atau dilihat dari dakwaan penuntut umum. Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam dakwaan, hakin akan memeriksa dakwaan tersebut. Untuk dapat diajukan kepengadilan, suatu surat dakwaan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.

syarat sahnya suatu surat dakwaan minimal harus memuat:121

1. Syarat formil, yaitu identitas lengkap terdakwa, diberi tanggal pengajuan surat dakwaan dan ditandatangani oleh Jaksa Penuntut Umum.

2. Syarat Materil yang meliputi :

a. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan.

b. Waktu tindak pidana dilakukan (tempus delicti) c. Tempat tindak pidana dilakukan (locus delicti)

Surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum menggunakan surat dakwaan alternatif yang berarti bahwa hakim harus memilih salah satu pasal yang didakwakan untuk menentukan dakwaan yang terbukti dilakukan oleh terdakwa dengan melihat fakta-fakta dalam proses persidangan.

Terdakwa dalam kasus ini dikenakan dakwaan pertama yaitu melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU RI No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 17 UU No. 21 Tahun 2007

121

(50)

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.

Adapun isi pasal tersebut adalah : Pasal 2 ayat (2) :

“Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang

tereksploitasi, maka pelaku pidana dengan pidana yang sama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).”

Bunyi Pasal 2 ayat (1) :

“Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekepan, pemalsuan, penipuan, penyalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat walupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, di pidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit RP.120.000.000,00;- (seratus dua puluh juta rupiah) danpaling banyak Rp.600.000.000,00;- (enam ratus jutah rupiah).”

Kemudian pada Pasal 17 UUTPPO mengatakan :

“Jika tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 2, pasal 3, dan pasal 4

dilakukan terhadap anak maka ancaman pidanyanya 1/3 (sepertiga).”

Dan Pasal 64 ayat (1) KUHPidana mengatakan:

“Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan

kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan satu aturan pidana; jika berbeda-beda yang diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang

paling berat.”

(51)

1. Setiap orang;

2. Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekepan, pemalsuan, penipuan, penyalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat walupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia. 3. Yang mengakibatkan orang lain tereksploitasi;

4. Yang dilakukan terhadap anak;

5. Dipandang sebagai perbutan yang diteruskan; Adapun unsur-unsur tersebut :

1. Setiap Orang

Referensi

Dokumen terkait

berkepentingan terhadap suatu perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi

Peneltian ini bertujuan untuk menduga kandungan karbon hutan mangrove hasil restorasi pada bekas lahan tambak di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli

1) Visi, misi, tujuan, dan sasaran masih perlu disosialisasikan agar dapat dipahami oleh segenap komunitas Program studi. 2) Total weighed score dari EFE Matrix sebesar

Untuk membuatnya menjadi vidio ppt maka kita klik > Menu File > Export > Create a Vidio > Creat Vidio > Pilih di mana kita akan menyimpannya

RIZKA AMELIA: Potensi Karbon Hutan Mangrove Hasil Restorasi pada Lahan Bekas Tambak di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, di bumbing

Berdasarkan hasil analisis faktor dapat diketahui yang menjadi masalah utama pada keunggulan komparatif UKM pengrajin batu barmer di Kabupaten Tulungagung adalah upah buruh

1. M Quraish Shihab berpendapat kata jahiliyah terambil dari kata jahl yang digunakan Alquran untuk menggambarkan suatu kondisi dimana masyarakatnya

Thomas Engel has taught chemistry for more than 20 years at the University of Washington, where he is currently Professor of Chemistry and Associate Chair for the Undergraduate