• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.2. Mikrokontroler STM32F4

2.2.1. Analog to Digital (ADC) STM32F4

ADC merupakan pengubah besaran analog yang berupa tegangan analog menjadi besaran digital supaya dapat diproses secara digital. Mikrokontroler STM32F4xx memiliki 3 ADC dengan masing-masing ADC memiliki 19 kanal.

Sembilan belas kanal ADC ini terbagi menjadi 16 kanal ADC eksternal dan 3 kanal ADC internal. Tipe ADC yang digunakan pada mikrokontroler ini adalah tipe Successive-approximation-register (SAR) ADC, tipe ini banyak digunakan di pasaran dikarenakan kemampuannya dalam memproses ADC dengan sampling rate tinggi bernilai hingga 5 Megasamples (Msps) dengan resolusi dari 8 ke 18 bits, selain itu penggunaan daya pada ADC ini juga rendah dengan bentuk yang relatif kecil.

Pada intinya tipe ADC ini mengimplementasi algoritma binary search. Maka dari itu, ketika sirkuit internal mungkin beroperasi pada kecepatan beberapa megahertz (MHz), sample rate pada ADC hanya sebagian dari angka tersebut dikarenakan algoritma successive-approximation.

Gambar 2.8 Arsitektur N-bit SAR ADC yang disederhanakan

Gambar 2.8 disini menunjukkan arsitektur ADC tipe SAR, tegangan input analog (VIN) disini ditahan. Untuk implementasi algoritma binary search, register N-bit awalnya diset ke skala tengah (yaitu, 100.. .00, dimana Most Significant Bits (MSB) diset menjadi 1). Hal ini memaksa output DAC (VDAC) menjadi VREF/2, dimana VREF adalah referensi tegangan yang disediakan kepada ADC.

Proses pembandingan disini terjadi untuk menentukan nilai VIN memiliki nilai yang lebih besar dari VDAC atau tidak. Jika VIN nilainya lebih tinggi, output dari komparator akan menjadi 1 dan MSB dari register N-bit tetap pada 1. Sebaliknya jika

VIN lebih kecil dari VDAC, komparator akan memberi nilai output 0 dan MSB pada register menjadi 0. Kontrol logika SAR lalu menggerakkan ke bit selanjutnya, memaksa nilai bitnya menjadi 1, lalu melakukan komparasi kembali. Urutan ini berjalan secara terus menerus sampai nilai Least Significant Bits (LSB). Setelah selesai, proses konversi berakhir dan output digital dengan bit sebanyak N sudah tersedia di register.

Gambar 2.9. Contoh ADC 4-bit operasi SAR

Selanjutnya pada gambar 2.9 ditunjukkan contoh konversi ADC 4 bit. Axis Y (dan garis tebal pada gambar) menunjukkan tegangan output DAC. Pada contoh diatas komparasi pertama menunjukkan bahwa VIN lebih kecil dari VDAC, maka bit 3 diset menjadi 0 dan nilai DAC diset menjadi 0100 lalu komparasi kedua dilakukan.

Saat VIN lebih besar dari VDAC, bit 2 tetap bernilai 1 lalu nilai DAC diset kembali menjadi 0110, komparasi ketiga selanjutnya dilakukan, bit 1 diset menjadi 0 dan nilai DAC diset menjadi 0101 untuk komparasi terakhir. Akhirnya nilai bit 0 tetap 1 karena VIN lebih besar dari VDAC.

Dapat dilihat bahwa 4 periode komparasi dibutuhkan untuk ADC 4 bit. Maka dari itu SAR ADC N-bit akan membutuhkan komparasi sebanyak N periode dan tidak akan siap untuk komparasi berikutnya sampai komparasi yang sedang dijalankan selesai. Hal ini menjelaskan kenapa SAR ADC memiliki konsumsi daya yang rendah, tetapi kecepatan yang dilakukan tidak bisa lebih dari sampling pada frekuensi lebih dari MHz pada resolusi 14 ke 16 bits.

Pada mikrokontroler STM32F4 terdapat 16 kanal ADC yang dapat digunakan, dengan konfigurasi port seperti yang ditunjukkan pada tabal 2.1.

Tabel 2.1 Kanal ADC pada STM32F4

2.2.2. Timer STM32F4

Timer merupakan fitur untuk pewaktuan. STM32F4 sebagai mikrokontroler juga memiliki timer sebagai pewaktuannya. STM32F4 memiliki sampai 14 timer. Timer juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan sinyal kotak PWM.

Tabel 2.2 Macam-macam timer, resolusi, dan clock timer STM32F4

2.3. Motor Servo

Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang dirancang dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga dapat di set-up atau di atur untuk menentukan dan memastikan posisi sudut dari poros output motor. Motor servo merupakan perangkat yang terdiri dari motor DC, serangkaian gear, rangkaian kontrol dan potensiometer. Serangkaian gear yang melekat pada poros motor DC akan memperlambat putaran poros dan meningkatkan torsi motor servo, sedangkan potensiometer dengan perubahan resistansinya saat motor berputar berfungsi sebagai penentu batas posisi putaran poros motor servo.

Gambar 2.10. Motor Servo

Penggunaan sistem kontrol loop tertutup pada motor servo berguna untuk mengontrol gerakan dan posisi akhir dari poros motor servo. Penjelasan sederhananya begini, posisi poros output akan di sensor untuk mengetahui posisi poros sudah tepat seperti yang di inginkan atau belum, dan jika belum, maka kontrol input akan mengirim sinyal kendali untuk membuat posisi poros tersebut tepat pada posisi yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya mengenai sistem kontrol loop tertutup, perhatikan contoh sederhana beberapa aplikasi lain dari sistem kontrol loop tertutup, seperti penyetelan suhu pada AC, kulkas, setrika dan lain sebagainya. Motor servo biasa digunakan dalam aplikasi-aplikasi di industri, selain itu juga digunakan dalam berbagai aplikasi lain seperti pada mobil mainan radio kontrol, robot, pesawat, dan lain sebagainya.

2.3.1. Prinsip kerja motor servo

Motor servo dikendalikan dengan memberikan sinyal modulasi lebar pulsa (Pulse Wide Modulation / PWM) melalui kabel kontrol. Hanya saja motor ini dapat bekerja searah maupun berlawanan jarum jam. Derajat putaran dari motor servo juga dapat dikontrol dengan mengatur pulsa yang masuk ke dalam motor tersebut. Lebar

pulsa sinyal kontrol yang diberikan akan menentukan posisi sudut putaran dari poros motor servo. Sebagai contoh, lebar pulsa dengan waktu 1,5 ms (mili detik) akan memutar poros motor servo ke posisi sudut 90⁰. Bila pulsa lebih pendek dari 1,5 ms maka akan berputar ke arah posisi 0⁰ atau ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam), sedangkan bila pulsa yang diberikan lebih lama dari 1,5 ms maka poros motor servo akan berputar ke arah posisi 180⁰ atau ke kanan (searah jarum jam). Lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 2.11. Putaran pulsa motor servo

Ketika lebar pulsa kendali telah diberikan, maka poros motor servo akan bergerak atau berputar ke posisi yang telah diperintahkan, dan berhenti pada posisi tersebut dan akan tetap bertahan pada posisi tersebut. Jika ada kekuatan eksternal yang mencoba memutar atau mengubah posisi tersebut, maka motor servo akan mencoba menahan atau melawan dengan besarnya kekuatan torsi yang dimilikinya (rating torsi servo). Namun motor servo tidak akan mempertahankan posisinya untuk selamanya, sinyal lebar pulsa kendali harus diulang setiap 20 ms (mili detik) untuk menginstruksikan agar posisi poros motor servo tetap bertahan pada posisinya.

2.4. Relay

Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup.

Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk menjalankan perangkat listrik yang memiliki arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4

ampere AC 220 volt) dengan memakai arus/tegangan yang kecil ( misalnya 0.1 ampere 12 volt DC ). Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik.

Secara sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :

 Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau membuka) kontak saklar.

 Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.

Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus dc dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbaik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.

Konfigurasi dari kontak-kontak relay ada tiga jenis, yaitu:

1. Normally Open (NO), apabila kontak-kontak tertutup saat relay dicatu.

2. Normally Closed (NC), apabila kontak-kontak terbuka saat relay dicatu.

3. Change Over (CO), relay mempunyai kontak tengah yang normal tertutup, tetapi ketika relay dicatu kontak tengah tersebut akan membuat hubungan dengan kontak-kontak yang lain.

Baterai Li-Po tidak menggunakan cairan sebagai elektrolit melainkan menggunakanelektrolit polimer kering yang berbentuk seperti lapisan plastik film tipis. Lapisan film ini disusun berlapis-lapis diantara anoda dan katoda yang mengakibatkan pertukaran ion. Dengan metode ini baterai Li-Po dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Diluar dari kelebihan arsitektur baterai Li-Po, terdapat juga kekurangan yaitu lemahnya aliran pertukaran ion yang terjadi melalui elektrolit polimer kering. Halini menyebabkan penurunan pada charging dan discharging rate.

Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan memanaskan baterai sehingga menyebabkan pertukaran ion menjadi lebih cepat, namun metode ini dianggap tidak dapat untuk diaplikasikan pada keadaan sehari-hari. Seandainya para ilmuwan dapat memecahkan masalah ini maka risiko keamanan pada batera jenis lithium akan sangat berkurang. Pada Discharge Rate, Simbol discharge rate ditandai dengan huruf "C". Discharge rate adalah notasi yang menyatakan seberapa cepat energi sebuah baterai dapat dikosongkan (discharge). Misalnya sebuah baterai Li-Po dengan

discharge rate 30C artinya discharge baterai dapat dilakukan sebesar 30 kali dari kapasitas baterai.

2.5. LED (Light Emitting Diode)

LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Bentuk LED mirip dengan sebuah bola lampu yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.

Gambar 2.14. LED (Light Emitting Diode)

Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada

semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Tipe material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Tipe material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan foton dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna). LED yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.

2.6. Piezoelectric Buzzer

Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang merupakan sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling, Alarm pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan perangkat peringatan bahaya lainnya. Jenis Buzzer yang sering ditemukan dan digunakan adalah Buzzer yang berjenis Piezoelectric, hal ini dikarenakan Buzzer Piezoelectric memiliki berbagai kelebihan seperti lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah dalam menggabungkannya ke Rangkaian Elektronika lainnya. Buzzer yang termasuk dalam keluarga Transduser ini juga sering disebut dengan Beeper.

Efek Piezoelectric (Piezoelectric Effect) pertama kali ditemukan oleh dua orang fisikawan Perancis yang bernama Pierre Curie dan Jacques Curie pada tahun 1880. Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang menjadi Piezo Electric Buzzer dan mulai populer digunakan sejak 1970-an.

2.6.1. Cara Kerja Piezoelectric Buzzer

Seperti namanya, Piezoelectric Buzzer adalah jenis Buzzer yang menggunakan efek Piezoelectric untuk menghasilkan suara atau bunyinya. Tegangan listrik yang diberikan ke bahan Piezoelectric akan menyebabkan gerakan mekanis, gerakan tersebut kemudian diubah menjadi suara atau bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan menggunakan diafragma dan resonator.

Berikut ini adalah gambar bentuk dan struktur dasar dari sebuah Piezoelectric Buzzer.

Gambar 2.15. Piezoelectric Buzzer

Jika dibandingkan dengan Speaker, Piezo Buzzer relatif lebih mudah untuk digerakan. Sebagai contoh, Piezo Buzzer dapat digerakan hanya dengan menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda dengan Speaker yang harus menggunakan penguat khusus untuk menggerakan Speaker agar mendapatkan intensitas suara yang dapat didengar oleh manusia.

Piezo Buzzer dapat bekerja dengan baik dalam menghasilkan frekuensi di kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi Ultrasound. Tegangan Operasional Piezoelectric Buzzer yang umum biasanya berkisar diantara 3Volt hingga 12 Volt.

2.7. Bahasa C

Bahasa C dikembangkan pada Lab Bell pada tahun 1978, oleh Dennis Ritchi dan Brian W. Kernighan. Pada tahun 1983 dibuat standar C yaitu stnadar ANSI ( American National Standards Institute ), yang digunakan sebagai referensi dari berbagai versi C yang beredar dewasa ini termasuk Turbo C. Dalam beberapa literature, bahasa C digolongkan bahasa level menengah karena bahasa C mengkombinasikan elemen bahasa tinggi dan elemen bahasa rendah. Kemudahan dalam level rendah merupakan tujuan diwujudkanya bahasa C. pada tahun 1985 lahirlah pengembangan ANSI C yang dikenal dengan C++ (diciptakan oleh Bjarne Struostrup dari AT % TLab). Bahasa C++ adalah pengembangan dari bahasa C.

bahasa C++ mendukung konsep pemrograman berorientasi objek dan pemrograman berbasis windows. Sampai sekarang bahasa C++ terus brkembang dan hasil perkembangannya muncul bahasa baru pada tahun 1995 (merupakan keluarga C dan C++ yang dinamakan java). Istilah prosedur dan fungsi dianggap sama dan disebut

dengan fungsi saja. Hal ini karena di C++ sebuah prosedur pada dasanya adalah sebuah fungsi yang tidak memiliki tipe data kembalian (void). Hingga kini bahasa ni masih popular dan penggunaannya tersebar di berbagai platform dari windows samapi linux dan dari PC hingga main frame. Ada pun kekurangan dan Kelebihan Bahasa C sebagai berikut :

 Kelebihan Bahasa C:

- Bahasa C tersedia hampir di semua jenis computer.

- Kode bahasa C sifatnya adalah portable dan fleksibel untuk semua jenis computer.

- Bahasa C hanya menyediakan sedikit kata-kata kunci. Hanya terdapat 32 kata kunci.

- roses executable program bahasa C lebih cepat - Dukungan pustaka yang banyak.

- Bahasa C adalah bahasa yang terstruktur - Bahasa C termasuk bahasa tingkat menengah

Penempatan ini hanya menegaskan bahwa c bukan bahasa pemrograman yang berorientasi pada mesin. yang merupakan ciri bahasa tingkat rendah. Melainkan berorientasi pada obyek tetapi dapat dinterprestasikan oleh mesin dengan cepat secepat bahasa mesin. Inilah salah satu kelebihan c yaitu memiliki kemudahan dalam menyusun programnya semudah bahasa tingkat tinggi namun dalam mengesekusi program secepat bahasa tingkat rendah.

 Kekurangan Bahasa C:

- Banyaknya operator serta fleksibilitas penulisan program kadangkadang membingungkan pemakai.

- Bagi pemula pada umumnya akan kesulitan menggunakan pointer.

2.5.1. Struktur Bahasa C

a. Program bahasa C tersusun atas sejumlah blok fungsi.

b. Setiap fungsi terdiri dari satu atau beberapa pernyataan untuk melakukan suatu proses tertentu.

c. Tidak ada perbedaan antara prosedur dan fungsi.

d. Setiap program bahasa C mempunyai suatu fungsi dengan nama “main”

(Program Utama).

e. Fungsi bisa diletakkan diatas atau dibawah fungsin “main”.

f. Setiap statemen diakhiri dengan semicolon (titik koma).

. pemesanan kapling memori yang berlebihan. Seorang programmer yang handal harus dapat memilih dan menentukan tipe data apa yang seharusnya digunakan dalam pembuatan sebuah program. Secara garis besar tipe data pada bahasa C dibagi menjadi beberapa bagian antara lain sebagai berikut:

Macam-Macam Tipe Data Pada Bahasa C : 1. Tipe Data Karakter

Sebuah karakter, baik itu berupa huruf atau angka dapat disimpan pada sebuah variabel yang memiliki tipe data char dan unsigned char. Besarnya data yang dapat disimpan pada variabel yang bertipe data char adalah -127 sampai 127. Sedangkan untuk tipe data unsigned char adalah dari 0 sampai 255. Pada dasarnya setiap karakter memiliki nilai ASCII, nilai inilah yang sebetulnya disimpan pada variabel yang bertipe data karakter ini.

2. Tipe Data Bilangan Bulat

Tipe data bilangan bulat atau dapat disebut juga bilangan desimal merupakan sebuah bilangan yang tidak berkoma. Pada bahasa C terdapat bermacam-macam tipe data yang dapat kita gunakan untuk menampung bilangan bulat. Kita dapat menyesuaikan penggunaan tipe data dengan terlebih dahulu memperhitungkan seberapa besar nilai yang akan kita simpan.

3. Tipe Data Bilangan Berkoma

Pada bahasa C terdapat dua buah tipe data yang berfungsi untuk menampung data yang berkoma. Tipe data tersebut adalah float dan double. Double lebih memiliki panjang data yang lebih banyak dibandingkan float.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem

Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini :

STM32 keluaran. Semua data yang masukakan diprogram oleh pemogram utama yaitu Mikrokontroller Stm32, yang bertugas sebagai pengkonversi dan pengendali utama dari semua masukan, kemudian akan diolah dan dieksekusi oleh keluaran.

Pada bagian masukan terdiri dari sistem smart keyless yaitu Transmitter sebagai pemberi dan Recevier sebgai penerima, dan pada sistem ini ada modul RF 433 yang akan dimanfaatkan sebagai smart keyless.

Sedangkan pada bagian keluaran terdiri dari motor servo yang berfungsi sebagai penggerak pintu, dan jika adanya paksaan maka buzzer akan berbunyi. Ada juga driver LED 139 dimana berfungsi sebagai saklar elektronik dimana apabila pencahayaan tidak cukup maka saat pintu dibuka LED akan menyala.

3.1.1. Fungsi Tiap Blok

1. Blok STM 32 : Pengkonversi dan pengendali utama dari semua data masukan.

2. Blok RF433 Transmitter : Modul sebagai pemancar gelombang 3. Blok RF433 Recevier : Modul sebagai penerima gelombang 4. Blok Push Button : Untuk membuka dan menutup pintu dari

luar.

5. Blok Motor Servo : Sebagai penggerak untuk membuka dan menutup pintu.

6. Blok Driver LED BD139 : Sebagai saklar elektronik 7. Blok LED : Sebagai cahaya tambahan.

8. Blok Buzzer : Sebagai Alarm jika ada paksaan dari luar.

9. Blok Magnetik switch : Mendeteksi terbuka atau tertutupnya pintu

3.2. Rangkaian Supply atau Regulator

Untuk mempermudah perancangan alat, Rangkaian ini berfungsi untuk memberikan supply tegangan ke seluruh rangkaian yang di rancang. Pada rangkaian ini menggunakan power supply 12 volt yang telah ada dipasaran. Tetapi mikrokontroler hanya membutuhkan tegangan 5 volt .Jadi untuk menstabilkan tegangan yaitu menggunakan modul LM2560 yang berfungsi untuk menjaga tegangan 5 volt. Modul LM2560 dapat di adjustable sesuai keinginan. Ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut ini:

Gambar 3.2 Rangkaian Regulator

3.3. Rangkaian STM32

STM32 adalah mikrokontroler berbasis inti prosesor 32 bit RISC ARM Cortex-M7, Cortex-M4F, Cortex-M3, Cortex-M0+, dan Cortex-M0 dari STMicroelectronics. Mikrokontroler ini mempunyai frekuensi clock tinggi, umumnya berada pada kisaran 72MHz atau lebih. Fungsi stm32 di sini sama seperti mikorkontroller yaitu sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Semua program diisikan pada memori sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut ini:

Gambar 3.3 Rangkaian STM32

3.4. Rangkaian Recevier RF 433Mhz

Rangkaian receiver ini adalah rangkaian penerima yang menerima sinyal gelombang dari Transmitter, komunikasi receiver ini adalah UART, dengan frekuensi 433 Mhz.

Rangkaian Recevier terhubung ke pin digital pada STM32 PA2 dan PA3.

Ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut ini:

Gambar 3.4 Rangkaian Recevier RF 433Mhz

3.5. Rangkaian Transmitter RF 433Mhz

Komunikasi nirkabel yaitu komunikasi yang dimana antara transmitter dan reciever tidak perlu kabel sebagai sarana komunikasinya. Sehingga transmitter dapat mengirimkan data ke receiver tanpa kabel. Rangkaian dibawah ini adalah rangkaian transmitter yang akan mengirimkan data ke receiver, sebagai indikasi bahwa pemilik lemari yang membuka lemari tersebut. Ditunjukkan pada gambar 3.5 berikut ini:

Gambar 3.5 Rangkaian Transmitter RF 344Mhz

3.6. Rangkaian PushButton

Push button merupakan komponen elektronika jenis saklar, dimana ketika push button ditekan maka akan menghubungkan arus listrik. Pada rangkaian push button terhubung ke pin digital pada STM32 PB12. Ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut ini:

Gambar 3.6 Rangkaian Push button

3.7. Rangkaian switch pintu

Rangkaian switch pintu adalah rangkaian sensor yang dapat mendeteksi pintu terbuka atau tertutup. Cara kerja sensor ini yaitu dengan magnet. Ketika sensor terdeteksi magnet maka switch akan tertuka. Sensor pintu ini terhubung ke pin PB1 pada STM32 yaitu pin input output. Ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut ini:

Gambar 3.7 Rangkaian switch pintu

3.8. Rangkaian Motor Servo

Motor servo pada alat ini digunakan sebagai penggerak palang pintu, rangkaian ini dibutuhkan untuk dapat mengontrol motor servo sesuai program yang telah ditetapkan agar dapat bergerak sejauh sesuai yang diinginkan untuk membuka pintu lemari. Motor servo ini merupakan perintah dari mikrokontroller melalui intruksi dari sensor. Pada rangkaian servo dihubungkan ke pin PB7 pada STM32, ditunjukkan pada gambar 3.8 berikut ini:

Gambar 3.8 Rangkaian Motor Servo

3.9. Rangkaian buzzer

Rangkaian buzzer ini berfungsi sebagai indikator dengan mengeluarkan bunyi suara sebagai pertanda Sensor mendeteksi adanya pembukaan pintu secara paksa.

Rangkaian buzzer dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut:

Gambar 3.9 Rangkaian Buzzer

Dokumen terkait