• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. LANDASAN TEORI

2.5. LED (Light Emitting Diode)

LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Bentuk LED mirip dengan sebuah bola lampu yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.

Gambar 2.14. LED (Light Emitting Diode)

Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada

semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Tipe material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Tipe material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan foton dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna). LED yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.

2.6. Piezoelectric Buzzer

Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang merupakan sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling, Alarm pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan perangkat peringatan bahaya lainnya. Jenis Buzzer yang sering ditemukan dan digunakan adalah Buzzer yang berjenis Piezoelectric, hal ini dikarenakan Buzzer Piezoelectric memiliki berbagai kelebihan seperti lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah dalam menggabungkannya ke Rangkaian Elektronika lainnya. Buzzer yang termasuk dalam keluarga Transduser ini juga sering disebut dengan Beeper.

Efek Piezoelectric (Piezoelectric Effect) pertama kali ditemukan oleh dua orang fisikawan Perancis yang bernama Pierre Curie dan Jacques Curie pada tahun 1880. Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang menjadi Piezo Electric Buzzer dan mulai populer digunakan sejak 1970-an.

2.6.1. Cara Kerja Piezoelectric Buzzer

Seperti namanya, Piezoelectric Buzzer adalah jenis Buzzer yang menggunakan efek Piezoelectric untuk menghasilkan suara atau bunyinya. Tegangan listrik yang diberikan ke bahan Piezoelectric akan menyebabkan gerakan mekanis, gerakan tersebut kemudian diubah menjadi suara atau bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia dengan menggunakan diafragma dan resonator.

Berikut ini adalah gambar bentuk dan struktur dasar dari sebuah Piezoelectric Buzzer.

Gambar 2.15. Piezoelectric Buzzer

Jika dibandingkan dengan Speaker, Piezo Buzzer relatif lebih mudah untuk digerakan. Sebagai contoh, Piezo Buzzer dapat digerakan hanya dengan menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda dengan Speaker yang harus menggunakan penguat khusus untuk menggerakan Speaker agar mendapatkan intensitas suara yang dapat didengar oleh manusia.

Piezo Buzzer dapat bekerja dengan baik dalam menghasilkan frekuensi di kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi Ultrasound. Tegangan Operasional Piezoelectric Buzzer yang umum biasanya berkisar diantara 3Volt hingga 12 Volt.

2.7. Bahasa C

Bahasa C dikembangkan pada Lab Bell pada tahun 1978, oleh Dennis Ritchi dan Brian W. Kernighan. Pada tahun 1983 dibuat standar C yaitu stnadar ANSI ( American National Standards Institute ), yang digunakan sebagai referensi dari berbagai versi C yang beredar dewasa ini termasuk Turbo C. Dalam beberapa literature, bahasa C digolongkan bahasa level menengah karena bahasa C mengkombinasikan elemen bahasa tinggi dan elemen bahasa rendah. Kemudahan dalam level rendah merupakan tujuan diwujudkanya bahasa C. pada tahun 1985 lahirlah pengembangan ANSI C yang dikenal dengan C++ (diciptakan oleh Bjarne Struostrup dari AT % TLab). Bahasa C++ adalah pengembangan dari bahasa C.

bahasa C++ mendukung konsep pemrograman berorientasi objek dan pemrograman berbasis windows. Sampai sekarang bahasa C++ terus brkembang dan hasil perkembangannya muncul bahasa baru pada tahun 1995 (merupakan keluarga C dan C++ yang dinamakan java). Istilah prosedur dan fungsi dianggap sama dan disebut

dengan fungsi saja. Hal ini karena di C++ sebuah prosedur pada dasanya adalah sebuah fungsi yang tidak memiliki tipe data kembalian (void). Hingga kini bahasa ni masih popular dan penggunaannya tersebar di berbagai platform dari windows samapi linux dan dari PC hingga main frame. Ada pun kekurangan dan Kelebihan Bahasa C sebagai berikut :

 Kelebihan Bahasa C:

- Bahasa C tersedia hampir di semua jenis computer.

- Kode bahasa C sifatnya adalah portable dan fleksibel untuk semua jenis computer.

- Bahasa C hanya menyediakan sedikit kata-kata kunci. Hanya terdapat 32 kata kunci.

- roses executable program bahasa C lebih cepat - Dukungan pustaka yang banyak.

- Bahasa C adalah bahasa yang terstruktur - Bahasa C termasuk bahasa tingkat menengah

Penempatan ini hanya menegaskan bahwa c bukan bahasa pemrograman yang berorientasi pada mesin. yang merupakan ciri bahasa tingkat rendah. Melainkan berorientasi pada obyek tetapi dapat dinterprestasikan oleh mesin dengan cepat secepat bahasa mesin. Inilah salah satu kelebihan c yaitu memiliki kemudahan dalam menyusun programnya semudah bahasa tingkat tinggi namun dalam mengesekusi program secepat bahasa tingkat rendah.

 Kekurangan Bahasa C:

- Banyaknya operator serta fleksibilitas penulisan program kadangkadang membingungkan pemakai.

- Bagi pemula pada umumnya akan kesulitan menggunakan pointer.

2.5.1. Struktur Bahasa C

a. Program bahasa C tersusun atas sejumlah blok fungsi.

b. Setiap fungsi terdiri dari satu atau beberapa pernyataan untuk melakukan suatu proses tertentu.

c. Tidak ada perbedaan antara prosedur dan fungsi.

d. Setiap program bahasa C mempunyai suatu fungsi dengan nama “main”

(Program Utama).

e. Fungsi bisa diletakkan diatas atau dibawah fungsin “main”.

f. Setiap statemen diakhiri dengan semicolon (titik koma).

. pemesanan kapling memori yang berlebihan. Seorang programmer yang handal harus dapat memilih dan menentukan tipe data apa yang seharusnya digunakan dalam pembuatan sebuah program. Secara garis besar tipe data pada bahasa C dibagi menjadi beberapa bagian antara lain sebagai berikut:

Macam-Macam Tipe Data Pada Bahasa C : 1. Tipe Data Karakter

Sebuah karakter, baik itu berupa huruf atau angka dapat disimpan pada sebuah variabel yang memiliki tipe data char dan unsigned char. Besarnya data yang dapat disimpan pada variabel yang bertipe data char adalah -127 sampai 127. Sedangkan untuk tipe data unsigned char adalah dari 0 sampai 255. Pada dasarnya setiap karakter memiliki nilai ASCII, nilai inilah yang sebetulnya disimpan pada variabel yang bertipe data karakter ini.

2. Tipe Data Bilangan Bulat

Tipe data bilangan bulat atau dapat disebut juga bilangan desimal merupakan sebuah bilangan yang tidak berkoma. Pada bahasa C terdapat bermacam-macam tipe data yang dapat kita gunakan untuk menampung bilangan bulat. Kita dapat menyesuaikan penggunaan tipe data dengan terlebih dahulu memperhitungkan seberapa besar nilai yang akan kita simpan.

3. Tipe Data Bilangan Berkoma

Pada bahasa C terdapat dua buah tipe data yang berfungsi untuk menampung data yang berkoma. Tipe data tersebut adalah float dan double. Double lebih memiliki panjang data yang lebih banyak dibandingkan float.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem

Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini :

STM32 keluaran. Semua data yang masukakan diprogram oleh pemogram utama yaitu Mikrokontroller Stm32, yang bertugas sebagai pengkonversi dan pengendali utama dari semua masukan, kemudian akan diolah dan dieksekusi oleh keluaran.

Pada bagian masukan terdiri dari sistem smart keyless yaitu Transmitter sebagai pemberi dan Recevier sebgai penerima, dan pada sistem ini ada modul RF 433 yang akan dimanfaatkan sebagai smart keyless.

Sedangkan pada bagian keluaran terdiri dari motor servo yang berfungsi sebagai penggerak pintu, dan jika adanya paksaan maka buzzer akan berbunyi. Ada juga driver LED 139 dimana berfungsi sebagai saklar elektronik dimana apabila pencahayaan tidak cukup maka saat pintu dibuka LED akan menyala.

3.1.1. Fungsi Tiap Blok

1. Blok STM 32 : Pengkonversi dan pengendali utama dari semua data masukan.

2. Blok RF433 Transmitter : Modul sebagai pemancar gelombang 3. Blok RF433 Recevier : Modul sebagai penerima gelombang 4. Blok Push Button : Untuk membuka dan menutup pintu dari

luar.

5. Blok Motor Servo : Sebagai penggerak untuk membuka dan menutup pintu.

6. Blok Driver LED BD139 : Sebagai saklar elektronik 7. Blok LED : Sebagai cahaya tambahan.

8. Blok Buzzer : Sebagai Alarm jika ada paksaan dari luar.

9. Blok Magnetik switch : Mendeteksi terbuka atau tertutupnya pintu

3.2. Rangkaian Supply atau Regulator

Untuk mempermudah perancangan alat, Rangkaian ini berfungsi untuk memberikan supply tegangan ke seluruh rangkaian yang di rancang. Pada rangkaian ini menggunakan power supply 12 volt yang telah ada dipasaran. Tetapi mikrokontroler hanya membutuhkan tegangan 5 volt .Jadi untuk menstabilkan tegangan yaitu menggunakan modul LM2560 yang berfungsi untuk menjaga tegangan 5 volt. Modul LM2560 dapat di adjustable sesuai keinginan. Ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut ini:

Gambar 3.2 Rangkaian Regulator

3.3. Rangkaian STM32

STM32 adalah mikrokontroler berbasis inti prosesor 32 bit RISC ARM Cortex-M7, Cortex-M4F, Cortex-M3, Cortex-M0+, dan Cortex-M0 dari STMicroelectronics. Mikrokontroler ini mempunyai frekuensi clock tinggi, umumnya berada pada kisaran 72MHz atau lebih. Fungsi stm32 di sini sama seperti mikorkontroller yaitu sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Semua program diisikan pada memori sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut ini:

Gambar 3.3 Rangkaian STM32

3.4. Rangkaian Recevier RF 433Mhz

Rangkaian receiver ini adalah rangkaian penerima yang menerima sinyal gelombang dari Transmitter, komunikasi receiver ini adalah UART, dengan frekuensi 433 Mhz.

Rangkaian Recevier terhubung ke pin digital pada STM32 PA2 dan PA3.

Ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut ini:

Gambar 3.4 Rangkaian Recevier RF 433Mhz

3.5. Rangkaian Transmitter RF 433Mhz

Komunikasi nirkabel yaitu komunikasi yang dimana antara transmitter dan reciever tidak perlu kabel sebagai sarana komunikasinya. Sehingga transmitter dapat mengirimkan data ke receiver tanpa kabel. Rangkaian dibawah ini adalah rangkaian transmitter yang akan mengirimkan data ke receiver, sebagai indikasi bahwa pemilik lemari yang membuka lemari tersebut. Ditunjukkan pada gambar 3.5 berikut ini:

Gambar 3.5 Rangkaian Transmitter RF 344Mhz

3.6. Rangkaian PushButton

Push button merupakan komponen elektronika jenis saklar, dimana ketika push button ditekan maka akan menghubungkan arus listrik. Pada rangkaian push button terhubung ke pin digital pada STM32 PB12. Ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut ini:

Gambar 3.6 Rangkaian Push button

3.7. Rangkaian switch pintu

Rangkaian switch pintu adalah rangkaian sensor yang dapat mendeteksi pintu terbuka atau tertutup. Cara kerja sensor ini yaitu dengan magnet. Ketika sensor terdeteksi magnet maka switch akan tertuka. Sensor pintu ini terhubung ke pin PB1 pada STM32 yaitu pin input output. Ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut ini:

Gambar 3.7 Rangkaian switch pintu

3.8. Rangkaian Motor Servo

Motor servo pada alat ini digunakan sebagai penggerak palang pintu, rangkaian ini dibutuhkan untuk dapat mengontrol motor servo sesuai program yang telah ditetapkan agar dapat bergerak sejauh sesuai yang diinginkan untuk membuka pintu lemari. Motor servo ini merupakan perintah dari mikrokontroller melalui intruksi dari sensor. Pada rangkaian servo dihubungkan ke pin PB7 pada STM32, ditunjukkan pada gambar 3.8 berikut ini:

Gambar 3.8 Rangkaian Motor Servo

3.9. Rangkaian buzzer

Rangkaian buzzer ini berfungsi sebagai indikator dengan mengeluarkan bunyi suara sebagai pertanda Sensor mendeteksi adanya pembukaan pintu secara paksa.

Rangkaian buzzer dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut:

Gambar 3.9 Rangkaian Buzzer

Pada gambar diatas kaki negative pada buzzer dihubungkan ke ground dan kaki positif buzzer dihubungkan ke pin PB10 pada STM32. Maka untuk menghidupkan buzzer, port yang terhubung ke mikrokontroller cukup mengeluarkan logika 1 (high) dan buzzer akan mati ketika port yang terhubung ke mikrokontroller mengeluarkan logika 0 atau (low).

3.10. Rangkaian LED

Rangkaian LED ini untuk memberikan penerangan pada lemari. Jika pintu terdeteksi terbuka maka LED akan hidup. Untuk menghidupkan LED ini butuh bantuan satu transistor BD139 sebagai driver.

Gambar 3.10. Rangkaian LED

Dari gambar diatas, Rangkaian LED tehubung ke STM32 pada PD6 dan rangkaian LED ini juga ini menggunakan transistor sebagai driver LED, jika basis diberi sinyal High maka LED akan hidup, jika basis diberi sinyal Low maka LED akan mati.

3.11. Rangkaian Keseluruhan

Gambar 3.11 Rangkaian Keseluruhan

Komponen utama pada rangkaian diatas adalah Mikrokontroler jenis STM32 yang berfungsi sebagai pusat kendali seluruh sistem. Semua program diisikan pada memori sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki.

3.12. Flowchart Sistem

Gambar 3.12 Flowchart Sistem

Y Y

Y Y

Y T

T

T T

T

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller STM32

Pengujian pada sistem dilakukan pengecekan operasional terhadap fungsi bagian-bagian sistem. Karena pemrograman menggunakan mode ISP (In System Programming) mikrokontroler dapat diprogram langsung pada papan rangkaian dan rangkaian mikrokontroler dapat dikenali oleh program downloader. Pada pengujian ini berhasil dilakukan dengan dikenalinya jenis mikrokontroler oleh program downloader yaitu USBISP.

Gambar 4.1 Informasi signature Mikrokontroler

Apabila Chip Signature sudah dikenali dengan baik dan dalam waktu singkat, bisa dikatakan rangkaian mikrokontroler bekerja dengan baik dengan mode ISP-nya.

Secara elektronis rangkaian system minimum sudah bekerja dengan baik, system minimum dari mikrokontroller dapat direspon / dikenali oleh programmer downloader dan tegangan input pada kaki vcc berkisar 5 Volt.

4.2. Pengujian Rangkaian regulator

Voltage regulator IC adalah IC yang digunakan untuk mengatur tegangan.

LM2560 adalah Regulator adjustable, Voltage yang membatasi output tegangan sesuai yang di inginkan. Pengujian rangkaian regulator ini biasanya menggunakan volt meter, rangkaian LM2560 ini akan mengeluarkan tegangan adjustable sesuai

yang di inginkan tetapi pada penelitian ini penulis menggunakan tegangan 5V dengan inputan diatas 6 volt sampai dengan 35 Volt.

Gambar 4.2 Pengujian rangkaian Regulator

Dari pengujian diatas dan juga hasil pengukuran dengan volt meter maka didapat tabel seperti dibawah ini

Tabel 4.1 Hasil data pengujian Regulator Input (Volt) Output (Volt)

12.36 4.98

4.3. Pengujian Rangkaian transmitter

Rangkaian transmitter ini adalah sebagai kunci pada lemari yang akan mengirimkan karakter ke receiver. Jika receiver tidak menerima data maka lemari tidak akan membuka pintunya. Untuk pengujian rangkaian ini yaitu dengan memprogram dengan program seperti dibawah ini.

#include <VirtualWire.h>

const int led_pin = 11;

const int transmit_pin = 12;

const int receive_pin = 2;

const int transmit_en_pin = 3;

void setup() {

Serial.begin(9600);

vw_set_tx_pin(transmit_pin);

vw_set_rx_pin(receive_pin);

vw_set_ptt_pin(transmit_en_pin);

vw_set_ptt_inverted(true);

vw_setup(2000);

pinMode(led_pin, OUTPUT);

}

byte count = 1;

void loop() {

char msg[7] = {'h', 'e', 'l', 'l', 'o','#'};

Serial.print("mengirim ");

Serial.println(msg);

msg[6] = count;

digitalWrite(led_pin, HIGH);

vw_send((uint8_t *)msg, 7);

vw_wait_tx();

digitalWrite(led_pin, LOW);

delay(1000);

count = count + 1;

}

Transmitter akan mengirimkan karakter “hello#” ke recevier seperti gambar dibawah ini

Gambar 4.3 Karakter yang dikirim oleh Transmitter

4.4. Pengujian Rangkaian Receiver

Receiver adalah rangkaian yang akan menerima data dari transmitter yang terletak pada lemari, pengujian receiver ini yaitu untuk memastikan data dari transmitter akan di terima oleh receiver. Pengujian receiver ini yaitu dengan memprogram alat sebagai berikut.

#include <VirtualWire.h>

const int led_pin = 13;

const int transmit_pin = 12;

const int receive_pin = 11;

const int transmit_en_pin = 3;

void setup() {

delay(1000);

Serial.begin(9600);

Serial.println("setup");

vw_set_tx_pin(transmit_pin);

vw_set_rx_pin(receive_pin);

vw_set_ptt_pin(transmit_en_pin);

vw_set_ptt_inverted(true);

vw_setup(2000);

uint8_t buflen = VW_MAX_MESSAGE_LEN;

if (vw_get_message(buf, &buflen)){

int i;

digitalWrite(led_pin, HIGH);

Serial.print("Got: ");

for (i = 0; i < buflen; i++){

Serial.print(buf[i], HEX);

Serial.print(' ');

}

Serial.println();

digitalWrite(led_pin, LOW);

} }

Carakter yang diterima berupa karakter dalam bilangan heksa. Dibawah ini adalah gambar karakter yang di terima oleh receiver. Dengan demikian transmitter dan receiver telah berjalan dengan baik.

Gambar 4.4 Karakter yang diterima Recevier 4.5. Pengujian Rangkaian pushbutton

Pengujian push button bertujuan untuk mengetahui fungsi tombol aktif dan tidak pada alat. Pengujian dilakukan dengan memprogram STM32 dengan program seperti dibawah ini.

int Pushbutton = 8;

void setup() {

Serial.begin(9600);

pinMode(pushButton, INPUT_PULLUP);

}

void loop() {

int buttonState = digitalRead(pushButton);

Serial.println(buttonState);

delay(1);

}

Dari program di atas didapat data seperti dibawah ini. Program akan membaca kondisi tombol, pada saat tombol di tekan maka port pada stm32 akan terhubung ke gnd dan di deteksi oleh mikrokontroller logika low. Ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Hasil data keluaran pushbutton

No Kondisi Output

1 Tidak Di Tekan 1

2 Di Tekan 0

Gambar 4.5 Pengujian Pushbutton 4.6. Pengujian magnetik Swith pintu

Pengujian rangkaian magnetik switch bertujuan untuk mengetahui sensor aktif atau tidak. Sensor akan mendeteksi pintu terbuka dan tertutup untuk keamanan pada lemari. Pengujian sensor pintu ini yaitu dengan program seperti di bawah ini.

int Pushbutton = PB1;

void setup() {

Serial.begin(9600);

pinMode(pushButton, INPUT_PULLUP);

}

void loop() {

int buttonState = digitalRead(pushButton);

Serial.println(buttonState);

delay(1);

}

Dari program diatas dan juga hasil pengukuran dengan volt meter maka didapat tabel seperti dibawah ini

Tabel 4.3 Hasil pengukuran Switch Pintu

No Kondisi Output (Volt) Nilai Digital

1 Terbuka 4.99 1

2 Tertutup 0.00 0

4.7. Pengujian Rangkaian servo

Pada pengujian motor servo ini ada dua posisi utama, maka dibuat secara khusus untuk mengatur motor servo tersebut, dengan cara memberikan pulsa digital dengan lebar yang berbeda-beda. Dua posisi utama tersebut adalah

delay(15); berada pada posisi 15° dan 95° selama lima detik. Ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil data pengujian Motor servo

No Sudut Setting Sudut Servo

1 30° 30°

2 60° 60°

3 90° 90°

4 120° 120°

4.8. Pengujian Rangkaian buzzer

Buzzer digunakan sebagai indikator atau pemberitahuan alarm. Pengujian buzzer unutk mengetahui keadan buzzer yaitu dengan memprogram mikrokontroller dengan program seperti dibawah ini.

void setup() {

Program di atas akan menghidupkan buzzer dan mematikan dengan interval 1 detik. Tabel dibawah ini adalah hasil pengukuran dari pin output yang terhubung ke buzzer.

Tabel 4.5 Hasil pengukuran Buzzer

No Output (volt) Status

1 0.012 Buzzer Non Aktif

2 4.354 Buzzer Aktif

4.9. Pengujian rangkaian LED

Pengujian LED ini untuk mengetahui apakah LED dalam keadaan baik dan telah di rancang dengan benar sehingga dapat beroperasi dengan baik. Pada alat ini LED berfungsi sebagai penerangan pada lemari.

void setup() {

pinMode(A7, OUTPUT);

}

void loop() {

digitalWrite(A7, HIGH) ;

delay(1000);

digitalWrite(A7, LOW);

delay(1000);

}

Pengujian LED sama seperti buzzer yaitu program di atas akan menghidupkan LED dan mematikan led dengan interval satu detik. Dengan demikian LED beroperasi dengan baik sehingga alat ini dapat bekerja dengan sempurna dan sesuai yang di inginkan. Untuk kondisi LED dapat di lihat pada table di bawah ini.

Tabel 4.6 Hasil data pengujian LED

No Vout Transistor (Volt) Kondisi LED

1 2.15 Non Aktif

2 12.11 Aktif

4.10. Pengujian keseluruhan

Berikut hasil data dari pengujian keseluruhan:

Tabel 4.7 Tabel data keseluruhan

No Jarak (cm) Percobaan ke Status indikator Status Koneksi

1 10

Data pengujian ini adalah data untuk membuktikan terkoneksinya dan terputusnya antara Receiver dan Transmiter. Dari data di atas maka dapat dikatakan semakin jauh jarak antara Transmitter dengan Recevier kemungkinan terkoneksinya semakin kecil. Pada saat koneksi terputus maka indikator akan mati dan pintu lemari tidak akan bisa terbuka. Begitu sebaliknya jika indikator hidup maka koneksi akan terhubung dengan demikian lemari akan terbuka jika tombol di tekan. Pada sistem ini juga dilengkapi dengan sensor magnetik yang berfungsi untuk mendeteksi pintu lemari terbuka saat tidak terkoneksi, jika terjadi demikian maka buzzer akan aktif sebagai tanda ancaman.

Adapun Program lengkap dari keseluruhan alat ini (TERLAMPIR).

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Berdasakan pengujian dari Sistem Smart Keyless, Modul RF 433 Mhz dapat digunakan sebagai Smart Keyless dengan memanfaatkan pengiriman data yang digunakan untuk autentikasi dari Transmitter ke Recevier. Jika Recevier menerima data dari Transmitter maka pintu lemari akan bisa dibuka dan sebaliknya jika Recevier tidak menerima data dari Transmitter maka pintu lemari tidak dapat dibuka.

2. Proses waktu pengiriman data dari Transmitter ke Recevier membutuhkan waktu 1 detik, jadi dalam waktu 1 detik data akan terus dikirim Transmitter berupa suatu kerakter yang hanya bisa diterima oleh Recevier sehingga statusnya terkoneksi.

3. Jarak optimum antara Modul Keyless (Transmitter) dengan Lemari (Recevier) agar tetap mengirim data/terkoneksi adalah 10 cm.

5.2. Saran

1. Sistem pembuka dan penutup pintu dengan menggunakan Radio Frekuensi 433Mhz ini diharapkan bisa menyimpan barang dengan aman dan menjadi lebih efisien.

2. Untuk dapat mengaplikasikannya ke lemari penyimpanan yang lebih besar dibutuhkan motor DC yang lebih besar pula.

3. Untuk mengembangkan prototype ini kedepannya bisa diperbaiki dari apa yang kurang agar dapat ditambahkan dan diperkaya dengan sistem keamanan

3. Untuk mengembangkan prototype ini kedepannya bisa diperbaiki dari apa yang kurang agar dapat ditambahkan dan diperkaya dengan sistem keamanan

Dokumen terkait