• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dalam dokumen BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA (Halaman 29-45)

Metode AHP digunakan dalam perusahaan untuk melakukan perencanaan strategi maintenance dalam jangka waktu secara berkelanjutan dan berguna untuk menambah referensi strategi perusahaan, karena selama ini perusahaan hanya menggunakan preventive maintenance dan corrective maintenance. Selain itu ahp digunakan untuk memberikan kejelasan strategi maintenance sesuai yang dibutuhkan perusahaan, karena selama ini, perusahaan hanya menerapkan preventive maintenance, namun tidak diketahui secara pasti kapan akan terjadi corrective maintenance sehingga corrective maintenance dilakukan secara mendadak. Dalam penelitian Arunraj dan Maiti (2010) menjelaskan bahwa jika sebuah perusahaan tidak memiliki strategi maintenance yang tepat, akan mengakibatkan terjadinya kerugian dalam aspek biaya, waktu, dan tenaga. Maka dalam penelitiannya menggunakan AHP untuk memberikan strategi maintenance yang dibutuhkan perusahaan.

Dalam memproses data AHP, terdapat objek yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data komponen kritis yang mengalami kerusakan yang tidak diprioritaskan untuk segera dilakukan maintenance.

β€’ Penilaian Kriteria dan Alternatif Pada Hopper Dryer Berikut Langkah-langkah dalam AHP:

1. Pembuatan Susunan Hierarki

Susunan Hierarki dalam strategi pemilihan sistem pemeliharaan disusun berdasarkan kriteria. Dalam menentukan kriteria pemilihan sistem pemeliharaan yang tepat maka harus mengidentifikasi kriteria apa saja yang dianggap penting oleh perusahaan. Berdasarkan brainstorming dengan pihak perusahaan dimana peneliti juga mengajukan kriteria dari studi literatur kepada perusahaan mengacu pada penelitian Wang dkk (2007). Hasil penyusunan hierarki kriteria dapat dilihat pada gambar 4.4

Pemilihan strategi Maintenance

Risiko Biaya

Nilai Tambah Keandalan

Preventive Maintenance (PM) Corretive

Maintenance (CM) Conditional Based

Maintenance (CBM) Predictive

Maintenance (PdM)

Gambar 4.4 Susunan Hierarki Pemilihan Strategi Maintenance

2. Menetapkan Prioritas

Selanjutnya membuat matriks perbandingan berpasangan yang telah didapatkan dari hasil pengisian kuesioner yang telah dilakukan oleh manajer teknik. Berikut tabel perbandingan kriteria:

Tabel 4.22 Matriks Perbandingan Kriteria

R B N K

R 1 1/4 1/5 1/7

B 4 1 4 1

N 5 1/4 1 1/3

K 7 1 3 1 Jumlah 17,00 2,50 8,20 2,48

Secara keseluruhan perbandingan pada bagian diagonal diberi nilai 1, yaitu sama pentingnya. Hanya pada bagian atas diagonal yang akan diisi karena dibawah diagonal merupakan kebalikan dari bagian atas.

3. Sintesis Komponen

Tahap selanjutnya yaitu sintesis, atau dapat dikatakan suatu proses normalisasi dari matriks perbandingan berpasangan. Dari hasil normalisasi tersebut dibagi dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata sehingga akan diperoleh bobot prioritas.

Tabel 4.23 Matriks Sintesis krtiteria

R B N K Bobot Kriteria

R 0,06 0,10 0,02 0,06 0,06

B 0,24 0,40 0,49 0,40 0,38

N 0,29 0,10 0,12 0,13 0,16

K 0,41 0,40 0,37 0,40 0,40

Jumlah 1 1 1 1 1

Contoh perhitungan pada baris pertama kriteria risiko (R) didapat dari rata-rata perbaris:

Menormalisasi Matriks = π‘Ž11

βˆ‘π‘›π‘˜ =1

17=0,06

Sintesis atau bobot kriteria risiko (R) = jumlah

𝑛 = 0,06+0,1+0,02+0,06

4 = 0,06 Selanjutnya dilakukan sintesis Setelah tiap kriteria, kemudian menghitung nilai eigen value (Ξ» max) yaitu dengan menjumlahkan hasil dari perkalian jumlah nilai kolom tiap kriteria

4. Menghitung Consistency ratio (CR)

Pada tahap ini melakukan perhitungan CR. Dari perhitungan ini dapat diketahui apakah AHP yang dibuat diterima atau tidak. Langkah selanjutnya dengan menentukan Eigen Vektor

Tabel 4.24 Eigen Vector Kriteria

R B N K Eigen Vector

R 0,06 0,10 0,03 0,06 0,24

B 0,24 0,38 0,65 0,40 1,67

N 0,30 0,10 0,16 0,13 0,69

K 0,42 0,38 0,49 0,40 1,69

Contoh perhitungan

Eigen Vector π‘Ž11 = 1 x 0,06 = 0,06 Eigen Vector π‘Ž21 = 4 x 0,06 = 0,24

Eigen Vector R = 0,06 + 0,1 + 0,03 + 0, 06 = 0,24 Menghitung Ξ» maks

Tabel 4.25 Perhitungan Nilai Ξ» Eigen Vector Bobot Kriteria Ξ»

0,24 0,06 4,06

1,67 0,38 4,37

0,69 0,16 4,25

1,69 0,40 4,27

Contoh perhitungan Ξ» = Eigen Vektor

Bobot Kriteria = 0,24

0,06 =4,06 Ξ» maks = 4,06+4,37+4,25+4,27

4 = 4,24

Menghitung Indeks Konsistensi dengan rumus:

Indeks Konsistensi 𝐢𝐼 =πœ† π‘šπ‘Žπ‘₯ – 𝑛

π‘›βˆ’1 = 4,24 – 4

4βˆ’1 = 0,081

Kemudian nilai RI (Random Indexs) untuk n = 4 adalah 0,9 seperti terdapat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.26 Random Indeks

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 sehingga dapat dihitung nilai CR seperti dibawah ini:

𝐢𝑅 =𝐢𝐼

𝐼𝑅 = 0,079

0,9 = 0,09

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai CR dapat diterima, karena nilai CR 0,09 < 0,1 maka pengambil keputusan dalam matriks perbandingan berpasangan diatas dapat diterima.

Setelah diketahui nilai dari tiap kriteria pada pembahasan sebelumnya Selanjutnya menghitung nilai alternatif untuk tiap kriteria. Sama dengan menghitung kriteria, pertama kali yang dilakukan ialah menghitung skor untuk tiap alternatif untuk tiap kriteria dengan menggunakan pairwise comparisson didapat tabel perbandingan sebagai berikut

1. Perbandingan Alternatif terhadap kriteria R (Risiko) a. Menetapkan Prioritas

Tabel 4.27 Perbandingan Alternatif terhadap kriteria R

CM PM CBM PdM

CM 1 1/5 1/6 1/3

PM 5 1 1/3 5

CBM 6 3 1 5

PdM 3 1/5 1/5 1

Jumlah 15,00 4,40 1,70 11,33

b. Sintesis Komponen

Tabel 4.28 Matriks Sintesis Alternatif terhadap kriteria R CM PM CBM PdM Bobot Kriteria

CM 0,07 0,05 0,10 0,03 0,06

PM 0,33 0,23 0,20 0,44 0,30

CBM 0,40 0,68 0,59 0,44 0,53

PdM 0,20 0,05 0,12 0,09 0,11

Jumlah 1 1 1 1 1

c. Menghitung Consistency ratio (CR)

Tabel 4.29 Eigen Vector Alternatif terhadap kriteria R

CM PM CBM PdM Eigen

CM 0,06 0,06 0,09 0,04 0,25

PM 0,30 0,30 0,18 0,56 1,34

CBM 0,36 0,90 0,53 0,56 2,35

PdM 0,18 0,06 0,11 0,11 0,46

d. Menghitung Ξ» maks

Tabel 4.30 Perhitungan Ξ» kriteria R Eigen Vector Bobot Kriteria Ξ»

0,25 0,06 4,10

1,34 0,30 4,47

2,35 0,53 4,45

0,46 0,11 4,06

Ξ» maks = 4,1+4,47+4,45+4,06

4 = 4,27

e. Menghitung Indeks Konsistensi dengan rumus:

Indeks Konsistensi 𝐢𝐼 =πœ† π‘šπ‘Žπ‘₯ – 𝑛

π‘›βˆ’1 = 4,27 – 4

4βˆ’1 = 0,089

Kemudian nilai RI (Random Indexs) untuk n = 4 adalah 0,9 sehingga dapat dihitung nilai CR seperti dibawah ini:

𝐢𝑅 =𝐢𝐼

𝐼𝑅 = 0,089

0,9 = 0,099

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai CR dapat diterima, karena nilai CR 0,099 < 0,1 maka pengambil keputusan dalam matriks perbandingan berpasangan diatas dapat diterima.

2. Perbandingan Alternatif terhadap kriteria B (Biaya) a. Menetapkan Prioritas

Tabel 4.31 Perbandingan Alternatif terhadap kriteria B

CM PM CBM PdM

CM 1 1/4 1/3 1/5

PM 4 1 5 1

CBM 3 1/5 1 1/3

PdM 5 1 3 1

Jumlah 13,00 2,45 9,33 2,53

b. Sintesis Komponen

Tabel 4.32 Matriks Sintesis Alternatif terhadap kriteria B CM PM CBM PdM Bobot Kriteria

CM 0,08 0,10 0,04 0,08 0,07

PM 0,31 0,41 0,54 0,39 0,41

CBM 0,23 0,08 0,11 0,13 0,14

PdM 0,38 0,41 0,32 0,39 0,38

Jumlah 1 1 1 1 1

c. Menghitung Consistency ratio (CR)

Tabel 4.33 Eigen Vector Alternatif terhadap kriteria B

CM PM CBM PdM Eigen Vector

CM 0,07 0,10 0,05 0,08 0,30

PM 0,29 0,41 0,69 0,38 1,77

CBM 0,22 0,08 0,14 0,13 0,57

PdM 0,37 0,41 0,41 0,38 1,57

d. Menghitung Ξ» maks

Tabel 4.34 Perhitungan Ξ» kriteria B Eigen Vector Bobot Kriteria Ξ»

0,30 0,07 4,06

1,77 0,41 4,30

0,57 0,14 4,11

1,57 0,38 4,16

Ξ» maks = 4,06+4,3+4,11+4,16

4 = 4,16

e. Menghitung Indeks Konsistensi dengan rumus Indeks Konsistensi 𝐢𝐼 =πœ† π‘šπ‘Žπ‘₯ – 𝑛

π‘›βˆ’1 = 4,16 – 4

4βˆ’1 = 0,05 Kemudian nilai RI (Random Indexs) untuk n = 4 adalah 0,9 sehingga dapat dihitung nilai CR seperti dibawah ini:

𝐢𝑅 =𝐢𝐼

𝐼𝑅 = 0,05

0,9 = 0,06

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai CR dapat diterima, karena nilai CR 0,06 < 0,1 maka pengambil keputusan dalam matriks perbandingan berpasangan diatas dapat diterima.

3. Perbandingan Alternatif terhadap kriteria N (Nilai Tambah) a. Menetapkan Prioritas

Tabel 4.35 Perbandingan Alternatif terhadap kriteria N

CM PM CBM PdM

CM 1 1/5 1/3 1/5

PM 5 1 3 1/3

CBM 3 1/3 1 1/4

PdM 5 3 4 1

Jumlah 14,00 4,53 8,33 1,78

b. Sintesis Komponen

Tabel 4.36 Matriks Sintesis Alternatif terhadap kriteria N

CM PM CBM PdM Bobot

Kriteria CM 0,07 0,04 0,04 0,11 0,07 PM 0,36 0,22 0,36 0,19 0,28 CBM 0,21 0,07 0,12 0,14 0,14 PdM 0,36 0,66 0,48 0,56 0,51

Jumlah 1 1 1 1 1

c. Menghitung Consistency ratio (CR)

Tabel 4.37 Eigen Vector Alternatif terhadap kriteria N

CM PM CBM PdM Eigen Vector

CM 0,07 0,06 0,05 0,10 0,27

PM 0,33 0,28 0,41 0,17 1,20

CBM 0,20 0,09 0,14 0,13 0,56

PdM 0,33 0,84 0,55 0,51 2,24

d. Menghitung Ξ» maks

Tabel 4.38 Perhitungan Ξ» kriteria N Eigen

Vector

Bobot

Kriteria Ξ»

0,27 0,07 4,06

1,20 0,28 4,26

0,56 0,14 4,09

2,24 0,51 4,35

Ξ» maks = 4,06 +4,26+4,09+4,35

4 = 4,19

e. Menghitung Indeks Konsistensi dengan rumus:

Indeks Konsistensi 𝐢𝐼 = πœ† π‘šπ‘Žπ‘₯ – 𝑛

π‘›βˆ’1 = 4,19 – 4

4βˆ’1 = 0,064 Kemudian nilai RI (Random Indexs) untuk n = 4 adalah 0,9 sehingga dapat dihitung nilai CR seperti dibawah ini:

𝐢𝑅 =𝐢𝐼

𝐼𝑅 = 0,064

0,9 = 0,071

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai CR dapat diterima, karena nilai CR 0,071 < 0,1 maka pengambil keputusan dalam matriks perbandingan berpasangan diatas dapat diterima.

4. Perbandingan Alternatif terhadap kriteria K (Keandalan) a. Menetapkan Prioritas

Tabel 4.39 Tabel Perbandingan Alternatif terhadap kriteria K

CM PM CBM PdM

CM 1 3 5 5

PM 1/3 1 3 3

CBM 1/5 1/3 1 1/2

PdM 1/5 1/3 2 1

Jumlah 1,73 4,67 11,00 9,50

b. Sintesis Komponen

Tabel 4.40 Matriks Sintesis Alternatif terhadap kriteria K

CM PM CBM PdM Bobot

Kriteria CM 0,58 0,64 0,45 0,53 0,55 PM 0,19 0,21 0,27 0,32 0,25 CBM 0,12 0,07 0,09 0,05 0,08 PdM 0,12 0,07 0,18 0,11 0,12

Jumlah 1 1 1 1 1

c. Menghitung Consistency ratio (CR)

Tabel 4.41 Eigen Vector Alternatif terhadap kriteria K

CM PM CBM PdM Eigen

Vector CM 0,55 0,75 0,41 0,59 2,30 PM 0,18 0,25 0,25 0,36 1,04 CBM 0,11 0,08 0,08 0,06 0,33 PdM 0,11 0,08 0,17 0,12 0,48 d. Menghitung Ξ» maks

Tabel 4.42 Perhitungan Ξ» kriteria K Eigen

Vector

Bobot

Kriteria Ξ»

2,30 0,55 4,18

1,04 0,25 4,16

0,33 0,08 4,05

0,48 0,12 4,02

Ξ» maks = 4,18+4,16+4,05+4,02

4 = 4,11

e. Menghitung Indeks Konsistensi dengan rumus:

Indeks Konsistensi 𝐢𝐼 =πœ† π‘šπ‘Žπ‘₯ – 𝑛

π‘›βˆ’1 = 4,11 – 4

4βˆ’1 = 0,035

Kemudian nilai RI (Random Indexs) untuk n = 4 adalah 0,9 sehingga dapat dihitung nilai CR seperti dibawah ini:

𝐢𝑅 =𝐢𝐼

𝐼𝑅 = 0,035

0,9 = 0,04

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai CR dapat diterima, karena nilai CR 0,04 < 0,1 maka pengambil keputusan dalam matriks perbandingan berpasangan diatas dapat diterima.

Selanjutnya adalah menghitung bobot prioritas keseluruhan Injector.

Gambar berikut menunjukkan hierarki lengkap dengan bobot prioritas yang telah dihitung sebelumnya.

Gambar 4.5 Bobot Prioritas Hopper Dryer

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar 4.6 matriks algebra komponen Hopper Dryer

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,26

β€’ PM: 0,32

β€’ CBM: 0,14

β€’ PdM: 0,28

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen Hopper Dryer yang

terbaik adalah Preventive Maintenance (PM) dengan bobot prioritas 0,32, dilanjutkan dengan PdM 0,281, CM 0,26; dan CBM 0,14.

Selanjutnya pengolahan data AHP dari menetapkan prioritas, menghitung bobot kriteria, menghitung CR, hingga menghitung bobot prioritas keseluruhan pada komponen Hot Runner 1210, Mould 1210, extruder, Injector, Handling for clamping, Hydraulic motor, Crusher, Chiller terdapat pada tabel lampiran

β€’ Penilaian Kriteria Pada komponen Hot Runner 1210

Dengan mengolah data yang didapat dengan cara yang sama pada perhitungan sebelumnya maka didapat hasil sebagai berikut:

Pemilihan strategi Maintenance Handling for clamping

Gambar 4.7 Bobot Prioritas Hot Runner 1210

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar 4.8 matriks algebra komponen Hot Runner 1210

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,236

β€’ PM: 0,235

β€’ CBM: 0,142

β€’ PdM: 0,387

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen Hot Runner 1210 yang terbaik adalah Predictive Maintenance (PdM) dengan bobot prioritas 0,387, dilanjutkan dengan CM 0,236; PM 0,235; dan CBM 0,142.

β€’ Penilaian Kriteria Pada komponen Mould 1210

Dengan mengolah data yang didapat dengan cara yang sama pada perhitungan sebelumnya maka didapat hasil sebagai berikut:

Pemilihan strategi Maintenance Handling for clamping

Gambar 4.9 Bobot Prioritas Mould 1210

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar 4.10 matriks algebra komponen Mould 1210

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,41

β€’ PM: 0,21

β€’ CBM: 0,11

β€’ PdM: 0,27

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen Mould 1210 yang terbaik adalah Corrective Maintenance (CM) dengan bobot prioritas 0,41, dilanjutkan dengan PdM 0,27; PM 0,21; dan CBM 0,11.

β€’ Penilaian Kriteria Pada komponen Extruder

Dengan mengolah data yang didapat dengan cara yang sama pada perhitungan sebelumnya maka didapat hasil sebagai berikut:

Pemilihan strategi Maintenance Handling for clamping

Gambar 4.11 Bobot Prioritas Extruder

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar 4.12 matriks algebra komponen Extruder

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,223

β€’ PM: 0,227

β€’ CBM: 0,453

β€’ PdM: 0,098

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen Extruder yang terbaik adalah Condition Based Maintenance (CBM) dengan bobot prioritas 0,453, dilanjutkan dengan PM 0,227; CM 0,223; dan PdM 0,098.

β€’ Penilaian Kriteria Pada komponen Injector

Dengan mengolah data yang didapat dengan cara yang sama pada perhitungan sebelumnya maka didapat hasil sebagai berikut:

Pemilihan strategi

Gambar 4.13 Bobot Prioritas Injector

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar 4.14 matriks algebra komponen Injector

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,097

β€’ PM: 0,3

β€’ CBM: 0,201

β€’ PdM: 0,403

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen injector yang terbaik adalah Predictive Maintenance (PdM) dengan bobot prioritas 0,403, dilanjutkan dengan PM 0,3, CBM 0,201; dan CM 0,097.

β€’ Penilaian Kriteria Pada komponen Handling for clamping

Dengan mengolah data yang didapat dengan cara yang sama pada perhitungan sebelumnya maka didapat hasil sebagai berikut:

Pemilihan strategi Maintenance Handling for clamping

Gambar 4.15 Bobot Prioritas Handling for clamping

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar 4.16 matriks algebra komponen Handling for clamping

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,268

β€’ PM: 0,166

β€’ CBM: 0,14

β€’ PdM: 0,426

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen injector yang terbaik adalah Predictive Maintenance (PdM) dengan bobot prioritas 0,426, dilanjutkan dengan CM 0,268; PM 0,166; dan CBM 0,14.

β€’ Penilaian Kriteria Pada komponen Hydraulic motor

Dengan mengolah data yang didapat dengan cara yang sama pada perhitungan sebelumnya maka didapat hasil sebagai berikut:

Pemilihan strategi

Gambar 4.17 Bobot Prioritas Hydraulic motor

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar 4.18 matriks algebra komponen Hydraulic motor

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,088

β€’ PM: 0,337

β€’ CBM: 0,133

β€’ PdM: 0,442

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen injector yang terbaik adalah Predictive Maintenance (PdM) dengan bobot prioritas 0,442, dilanjutkan dengan PM 0,337; dan CBM 0,133; dan CM 0,088.

β€’ Penilaian Kriteria Pada komponen Crusher

Dengan mengolah data yang didapat dengan cara yang sama akan didapat hasil sebagai berikut:

Pemilihan strategi

Gambar 4.19 Bobot Prioritas Crusher

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut: Gambar 4.20 matriks algebra komponen Crusher

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,107

β€’ PM: 0,229

β€’ CBM: 0,526

β€’ PdM: 0,138

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen injector yang terbaik adalah Conditional Based Maintenance (CBM) dengan bobot prioritas 0,526, dilanjutkan dengan PM 0,229; dan PdM 0,138; dan CM 0,107.

β€’ Penilaian Kriteria Pada komponen Chiller

Dengan mengolah data yang didapat dengan cara yang sama didapat hasil sebagai berikut:

Gambar 4.21 Bobot Prioritas Chiller

Dengan menggunakan perhitungan matriks algebra maka dapat diselesaikan sebagai berikut:

Gambar 4.22 matriks algebra komponen Chiller

Sehingga didapat bobot alternatif yaitu:

β€’ CM: 0,086

β€’ PM: 0,229

β€’ CBM: 0,48

β€’ PdM: 0,205

Dari hasil perhitungan keseluruhan bobot alternatif diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan maintenance pada komponen injector yang terbaik adalah Conditional Based Maintenance (CBM) dengan bobot prioritas 0,48, dilanjutkan dengan PM 0,229; dan PdM 0,205; dan CM 0,086.

Dalam dokumen BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA (Halaman 29-45)

Dokumen terkait