• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun, masih terdapat penyebab lainnya seperti banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada, dengan beragamnya kriteria pemilihan dan jika pembuatan keputusan yang lebih dari satu merupakan suatu bentuk penyelesaian masalah yang sangat kompleks. Adapun metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalah multikriteria

tersebut dikenal dengan metode proses hirarki analitik (Analytical Hierarchy Process-AHP). Untuk pertama kali metode AHP diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada periode tahun 1971 – 1975 di Wharton School. (Kosasi, 2002).

Dalam perkembangannya, metode AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan–pilihan dengan banyaknya kriteria (multikriteria), tetapi penerapannya telah meluas sebagai sebuah metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam–macam masalah, seperti memilih portofolio yang menguntungkan, analisis manfaat biaya, dan membuat peramalan. Hal ini dimungkinkan karena metode AHP dapat digunakan dengan hanya cukup mengandalkan pada intuisi sebagai masukan utamanya, namun intuisi tersebut harus datang dari seorang pembuat keputusan yang memiliki cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi.

Selanjutnya Mulyono (1996), menjelaskan bahwa pada dasarnya metode AHP merupakan suatu teori umum tentang suatu konsep pengukuran. Metode ini digunakan untuk menemukan suatu skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan – perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan perefensi relatif.

Metode AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran, dan unsur kebergantungan di dalam dan diantara kelompok elemen strukturnya. Kemudian Permadi (1996), menjelaskan peralatan utama metode AHP merupakan sebuah bentuk hirarki yang bersifat fungsional dengan masukan (input) utamanya menggunakan persepsi manusia. Melalui sistem hirarki ini suatu

masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dapat didekomposisikan atau diformulasikan ke dalam kelompok-kelompok atau bagian-bagian yang lebih sempit. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

Suatu tujuan yang bersifat umum dapat dijabarkan ke dalam beberapa sub tujuan yang lebih terperinci dan dapat menjelaskan maksud tujuan umum. Penjabaran ini dapat dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh tujuan yang bersifat operasional. Pada hirarki terendah inilah dilakukan proses evaluasi atas alternatif-alternatif yang merupakan ukuran dari pencapaian tujuan utama dan pada hirarki terendah ini dapat ditetapkan dalam satuan apa suatu kriteria diukur.

Dalam melakukan penjabaran atau dekomposisi hirarki sebuah tujuan tidak ada suatu pedoman yang pasti mengenai seberapa jauh pembuat keputusan menjelaskan atau mendekomposisikan tujuan menjadi sub-sub tujuan yang lebih rendah atau yang lebih rinci. Dalam hal ini seorang pembuat keputusan harus menentukan saat penjabaran tujuan ini berhenti yang dapat dilakukan dengan cara memperhatikan keuntungan atau kekurangan yang diperoleh bila tujuan tersebut diperinci lebih lanjut dan lebih rinci. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan di dalam melakukan proses penjabaran hirarki tujuan yaitu (Suryadi dan Ramdhani, 1998):

1. Penjabaran tujuan ke dalam sub tujuan yang lebih rinci harus selalu memperhatikan apakah setiap tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub tujuan tersebut.

2. Meskipun hal tersebut dapat dipenuhi, juga perlu menghindari terjadinya pembagian yang terlampau banyak, baik dalam arah horizontal maupun vertikal.

3. Sebelum menetapkan tujuan harus dapat menjabarkan hirarki tersebut sampai dengan tujuan yang lebih rendah dengan cara melakukan tes kepentingan.

Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dapat memecahkan masalah yang kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering disertai dengan variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin dapat dicatat secara numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu berdasarkan pada persepsi, preferensi, pengalaman, dan intuisi. Adapun yang menjadi kelebihan dengan menggunakan metode AHP adalah (Suryadi & Ramdhani, 1998):

1. Struktur yang berbentuk hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.

2. Mempertimbangkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas

Selain itu, metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi metode AHP merupakan suatu bentuk pemodelan pembuatan keputusan yang sangat komprehensif. Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode AHP, antara lain (Suryadi & Ramdhani, 1998):

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya data skala penilaian pada Tabel 2.1. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh nilai judgement seluruhnya yaitu sebanyak n x | (n-1)/2 | buah dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% (persen) atau 0,1 maka penilaian data harus diperbaiki.

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas

Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

5

Elemen yang satu lebih

penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

7

Satu elemen jelas lebih

mutlak penting daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlibat dalam praktek

9

Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8

Nilai – nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

2.4.1 Prinsip Pokok Metode AHP

Metode AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif, pengukuran performance, dan pemecahan masalah. Metode AHP mempunyai 4 prinsip pokok yaitu (Mulyono, 1996):

1. Decomposition

Tahapan yang perlu dilakukan setelah permasalahan diidentifikasi adalah decomposition. Decomposition adalah memecahkan permasalahan yang utuh ke dalam unsur-unsurnya. Proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki yaitu hirarki lengkap dan tidak lengkap (Latifah, 2005). Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian dinamakan hirarki tidak lengkap.

2. Comparative Judgement

Prinsip ini berarti bahwa membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh di dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks. Matriks ini biasa disebut matriks pairwise comparisons. Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh

tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari (Latifah, 2005). Pertanyaan yang biasa diajukan dalam menyusun skala kepentingan adalah (Kosasih, 2002): a. Elemen mana yang lebih (penting / disukai / mungkin / ...)? dan b. Berapa kali lebih (penting / disukai / mungkin / ...)?

3. Synthesis of Priority

Setelah matriks pairwise comparisons tersaji, maka dicari eigen vector untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparisons terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority

setting. Bobot kriteria dan skor alternatif disebut dengan local priority,

yang disebut sebagai elemen pengambilan keputusan pada langkah kedua dalam proses pengambilan keputusan. Pengambil keputusan membuat preferensi mereka dengan menggunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons), sesuai dengan bobot dan skor. Nilai bobot vi dan skor rij didapat dari perbandingan dan dari tabel. Langkah terakhir dari penghitungan AHP adalah menjumlahkan semua bobot dari semua tipe keputusan. Dengan formulasi sebagai berikut:

ij i i

j V xR

4. Logical Consistency

Konsistensi di sini mempunyai dua makna. Pertama, obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua, menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Konsistensi data didapat dari rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil bagi antara indeks konsistensi (CI) dan indeks random (RI). Adapun nilai indeks random dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Nilai Indeks Random

Ukuran Matriks Indeks Random (Inkonsistensi)

1,2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 14 1.57 15 1.59 Sumber: Kosasih, 2002

2.4.2 Review Hasil Penelitian

Penelitian atau research dengan menggunakan metode AHP sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Perçin(2006) menyebutkan bahwa metode AHP dapat

digunakan untuk menganalisis kriteria kuantitatif dan kualitatif untuk memilih best

supplier. Empat kriteria dan 20 sub kriteria diidentifikasi oleh para pengambil

keputusan di perusahaan yang memproduksi alat-alat pengaman berkendaraan seperti

seatbelt dan steering wheels. Empat kriteria yang diidentifikasi adalah kriteria

manufaktur, teknologi, bisnis, dan service. Kriteria manufaktur merupakan kriteria prioritas yang dipertimbangkan oleh perusahaan, dengan bobot 0,573. Diikuti oleh kriteria teknologi, bisnis, dan service masing-masing 0,272; 0,110; 0,045. Dari enam

supplier yang diteliti, disimpulkan bahwa supplier 2 menjadi best supplier dengan

nilai prioritas global 0,253.

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Yang dan Chen (2005) di China. Penelitian dilakukan pada sebuah pabrik komputer notebook, terhadap supplier

printed circuit boards (PCBs). Sesuai dengan proses supplier selection, setiap supplier yang potensial harus diaudit oleh departemen purchasing, departemen quality assurance, dan departemen engineering. Supplier-supplier tersebut harus

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan, yaitu antara lain: a. Supplier yang utama di pasar (mempunyai annual turn over perusahaan

yang tinggi).

b. Pemasok produk berkualitas tinggi. c. Penawaran harga per unit rendah.

d. Kerja sama jangka panjang dengan perusahaan sebagai buyer.

Setelah perusahaan sebagai buyer mengaudit supplier, maka terpilih tiga

ini. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa supplier c sebagai best supplier, dengan cost per unit $ 19.88 atau waktu pengiriman (delivery time) 10.5 hari. Menurut penelitian Yang dan Chen (2005), metode AHP memungkinkan penilai (evaluator) dari perusahaan sebagai buyer untuk mempertimbangkan tingkat kepentingan dan interaksi bermacam kriteria pada proses supplier selection. Perusahaan juga dapat mengganti prosedur pairwise comparisons jika terdapat perubahan pada kondisi lingkungan bisnis dan atau perubahan permintaan konsumen. Metode AHP disebut sebagai metode yang efektif dan merupakan pendekatan praktis untuk menyelesaikan masalah supplier selection pada perusahaan komputer notebook. Sebagai batasannya, peneliti hanya meneliti pemasok untuk produk hardware. Produk

hardware yang akan dibahas dalam hal ini adalah produk harddisk.

2.5. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Dokumen terkait