• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Anatomi dan Mekanisme Ereksi Penis

Secara fisiologis ereksi penis adalah hasil dari relaksasi otot polos meliputi dilatasi arteri, relaksasi sinusoidal dan kompresi vena, ketika aliran darah ke penis melebihi aliran darah dari penis (Lowe, 2005).

Penis memiliki jaringan erektil berupa dua corpus cavernosum (tersusun dari dua silinder paralel jaringan erektil) dan satu corpus spongiosum (silinder tunggal terletak dibagian ventral, mengelilingi urethra, sedangkan bagian ujungnya membentuk glans penis). Jaringan erektil berupa jaringan berongga (sinusoid-sinusoid) yang tersusun dari sel-sel otot polos. Kontraksi dan relaksasi sel-sel otot polos ini bersifat involunter atau tidak disadari. Sinusoid dibatasi oleh tunica albuginea yaitu jaringan ikat yang kuat. Tunica albuginea pada corpus cavernosum lebih tebal daripada di corpus spongiosum. Tunica albuginea ini merupakan pembatas sebesar apa jaringan erektil penis bisa terisi darah dan membesar saat ereksi. Pada glans penis tidak terdapat tunica albuginea. Radix penis bulbospongiosum diliputi oleh otot bulbokavernosus sedangkan corpus cavernosum diliputi oleh otot Ischiocavernosus (El-Sakka and Lue, 2004; Kirby, 2005).

Penis dipersarafi oleh sistem persarafan otonom (parasimpatik S2-S4 dan simpatik T10-L2) serta persarafan somatik S2-S4 (sensoris dan motoris). Dari neuron di sumsum tulang belakang dan ganglia perifer, saraf simpatis dan parasimpatis bergabung dan membentuk saraf cavernosa, yang memasuki corpus cavernosum dan corpus spongiosum untuk mempengaruhi peristiwa neurovaskular saat ereksi dan detumescence. Saraf somatik bertanggung jawab untuk sensasi dan kontraksi otot-otot bulbocavernosus dan ischiocavernosus (Dean and Lue, 2005; Kirby, 2005).

Sumber perdarahan penis berasal dari arteri iliaka interna cabang dari arteri iliaka komunis yang kemudian menjadi arteri pudenda interna yang selanjutnya menjadi arteri penis komunis dan kemudian bercabang tiga menjadi arteri cavernosa (arteri penis profundus), arteri dorsalis penis dan arteri bulbouretralis. Arteri cavernosa memasuki corpus cavernosum dan membagi diri menjadi arteriol-arteriol helisin yang bentuknya seperti spiral bila penis dalam keadaan flaksid. Dalam keadaan tersebut arteriol helisin pada corpora berkontraksi dan menahan aliran darah arteri ke dalam rongga lakunar. Sebaliknya dalam keadaan ereksi, arteriol helisin tersebut berelaksasi sehingga aliran darah arteri bertambah cepat dan mengisi rongga-rongga lakunar. Keadaan relaksasi atau kontraksi dari otot-otot polos trabekel dan arteriol menentukan penis dalam keadaan ereksi atau flaksid (Kirby, 2005).

Peran Vaskuler (Pembuluh Darah)

Ereksi sebenarnya sangat terkait dengan darah dan pembuluh darah. Tingkat ereksi tergantung pada keseimbangan antara aliran darah arteri menuju penis dan aliran darah vena keluar dari penis. Ketika aliran darah arteri rendah atau sedikit maka penis dalam kondisi flaksid, sedangkan bila aliran arteri meningkat dan aliran darah vena keluar rendah, maka terjadilah ereksi.

Peran Otot Polos

Otot polos terdapat pada dinding pembuluh darah dan jaringan erektil. Apabila otot polos pembuluh darah berkontraksi, maka pembuluh darah menyempit (vasokontriksi) yang menyebabkan aliran darah berkurang. Sebaliknya bila otot polos pembuluh darah melebar (vasodilatasi) maka aliran darah akan bertambah.

Begitu pula dengan otot polos jaringan erektil. Bila kontriksi maka akan susah mengembang terisi darah sehingga penis flaksid. Bila relaksasi, tahanan jaringan erektil berkurang sehingga mudah terisi darah dan mengembang (ereksi). Otot polos ini bersifat tidak disadari, dan di bawah pengaruh saraf otonom.

Peran Saraf

Ereksi adalah proses yang otonom atau tidak bisa dikontrol karena melibatkan otot polos pembuluh darah dan jaringan erektil. Pada saat kondisi flaksid, saraf otonom yang dominan adalah saraf simpatis. Hal ini menyebabkan vasokonstriksi arteri dan kontraksi otot polos jaringan erektil (corpus cavernosum dan spongiosa) akibatnya aliran ke penis akan rendah. Sebaliknya pada saat kondisi ereksi, stimulasi parasimpatis dominan. Parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arteri dan relaksasi otot polos jaringan erektil sehingga aliran darah ke penis meningkat.

Secara ringkas, struktur diatas bertanggung jawab atas tiga jenis ereksi:

1. Ereksi psikogenik diawali secara sentral sebagai respon terhadap rangsang audiovisual atau imajinasi. Impuls dari otak memodulasi pusat ereksi di tulang belakang (T10-L2 dan S2-S4) untuk mengaktifkan proses ereksi.

2. Ereksi reflexogenik terjadi akibat pacuan pada reseptor sensoris pada penis, yang dengan interaksi spinal, menyebabkan aksi saraf somatis dan parasimpatis.

3. Ereksi nokturnal sebagian besar terjadi selama rapid-eye-gerakan tidur (REM). Mekanisme ini belum diketahui (EI-Sakka and Lue, 2004).

Gambar 2.2. Anatomi Penis

Pada corpus cavernosum ditemukan adanya neurotransmiter yang bukan adrenergik dan bukan pula kolinergik (non-adrenergic non-cholinergic = NANC) yang ternyata adalah

Nitric Oxide (NO). NO (merupakan mediator neural) akan menyebabkan serangkaian

perubahan enzimatis yang menyebabkan relaksasi otot polos corpus cavernosum sehingga terjadi proses ereksi (Taylor et al, 2008; Gacci et al, 2011).

Secara lebih rinci, Setelah rangsangan seksual, terjadi aktivitas serat parasimpatis yang mensyarafi otot polos corpus cavernosum dan sel endotel sinusoidal melepaskan asetilkolin, yang mengaktifkan produksi endothelial Nitric Oxide Synthase (eNOS), yang kemudian mensintesis Nitric Oxide (NO). NO yang merupakan neurotransmiter mengaktifkan enzim Guanylate Cyclase yang akan mengkonversikan Guanosine Triphosphate (GTP) menjadi Cyclic Guanosine Monophosphate (cGMP) sehingga kadar cGMP meningkat. Mekanisme vasodilator kedua melibatkan produksi Cyclic Adenosine Monophosphate

(cAMP) dari Adenosine Triphosphate (ATP) oleh Adenylate Cyclase (AC). Vasoactive Intestinal Polypeptide (VIP) dan Prostaglandin E1 (PGE1) mengaktifkan AC. Baik cGMP dan cAMP merangsang kalsium keluar (kadar kalsium intrasel menurun) dari otot polos corpus cavernosum, sehingga terjadi relaksasi otot polos penis (corpus cavernosum) dan pembuluh darah penis, sehingga aliran darah meningkat ke jaringan trabecular dan ruang sinusoidal. Meningkatkan aliran darah penis, menyebabkan ereksi. Kompresi venula subtunical mengurangi aliran vena dari corpus cavernosum dan memelihara tumescence. NO dilepaskan bila ada rangsangan seksual. cGMP ini tidak terus menerus ada karena selanjutnya akan dipecah oleh enzim Phosphodiesterase 5 (PDE5) yang akan mengakhiri / menurunkan kadar cGMP sehingga ereksi akan berakhir (Traish et al, 2000; Lowe, 2005; Kirby, 2005; Muneer et al, 2007; Taylor et al, 2008; Gacci et al, 2011).

Stimulasi seksual

Impuls parasimpatis

Pelepasan Nitric Oxide (NO)

(dinding pembuluh darah penis)

Mengaktifkan enzim Guanylate Cyclase

Menyebabkan peningkatan senyawa Cyclic Guanosine Monophosphate (cGMP)

Menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah penis dan relaksasi otot polos trabecular

EREKSI

Arteri cavernosa dan arteri helisin vasodilatasi → darah mengalir ke dalam jaringan cavernosa.

Relaksasi otot polos dinding trabecular → si osoid dilatasi → e beri rua g akibat kenaikan aliran darah.

Penis membesar

Antara dinding trabecular bagian luar jaringan cavernosa dan tunika albugenia menyempit.

Akibatnya vena yang keluar dari sinosoid melalui dinding trabecula dan tunika albugenia (plexus venosus subtunica) menjadi tertekan.

Mengurangi aliran darah vena keluar dari sinosoid → ve oklusi (penutupan venosa terjadi secara pasif, sementara itu kontraksi otot Ischiocavernosus mengerutkan bagian proksimal corpus cavernosus → menimbulkan penutupan vena).

Bila didegradasi oleh enzim phosphodiesterase-5 (PDE-5)

→ menurunkan kadar cGMP

FLACCID

Terjadi akibat kontraksi arteri (mengurangi aliran darah menuju sinosoid) dan kontraksi trabecula (menyebabkan pengosongan sinosoid dan menarik dinding trabecular bagian luar menjauhi tunika albugenia).

Membuka aliran vena Diperantai

syaraf simpatis

Menghidrolisis Guanine Triphosphate (GTP) menjadi cGMP.

Dokumen terkait