• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKALA KECIL DI KABUPATEN SIMEULUE

ANCAMAN (T) 1 Pencurian ikan oleh

nelayan asing 2. IUU fishing nelayan

pendatang

3. Penentuan harga ikan berfluktuatif Strategi ST: 1. Penegakan hukum dengan melaksanakan sistem MCS (monitoring, controlling dan suvailance) secara terpadu (S1,S4,T1,T2) 2. Peningkatan sistem informasi untuk nelayan (S1,S2,S4,S6,T3) Strategi WT: 1. Peningkatan pengetahuan nelayan dan pelaku usaha perikanan

(W1,W2,W3,W4,T1,T 2,T3)

Internal

52

Berdasarkan hasil analisis strategi matrik SWOT, menghasilkan tujuh kemungkinan alternatif strategi pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue. Strategi yang telah di rumuskan menggambarkan relasi diantara faktor-faktor yang ada. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dikelompokkan dalam 4 strategi utama, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.

Pembahasan

Alalisis SWOT menghasilkan kombinasi strategi. Hasil analisis terhadap pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue menghasilkan 7 (tujuh) alternatif strategi. Kombinasi strategi SO menghasilkan sasaran strategi yaitu penerapan Ko-manajemen berbasis kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Hal ini dilakukan pembagian wewenang dan tanggung jawab antara pemerintah daerah, lembaga hukum adat laut dan kelompok pengguna dalam suatu sistem pengelolaan sumberdaya alam. Pengelolaan sumberdaya dilaksanakan dalam bentuk usaha yang memiliki keuntungan atas pemanfaatan sumberdaya ikan. Ukuran armada yang digunakan untuk kegiatan ekploitasi sumberdaya yang ada belum mampu memberikan manfaat yang sesungguhnya kepada nelayan dan pemerintah daerah. Besarnya potensi yang tersedia dan dukungan pemerintah yang terus meningkat setiap tahunnya memberi harapkan pengembangan usaha skala yang lebih besar. Restrukturisasi armada penangkapan ikan, merupakan salah satu solusi dalam pengembangan usaha dengan memanfaatan potensi di ZEE Samudera Hindia. Dengan demikian efek dari pengembangan usaha ini dapat menekan tingkat degradasi lingkungan perairan pesisir dalam jangka panjang.

Strategi ST menghasilkan sasaran strategi penegakan hukum dengan melaksanakan sistem MCS (monitoring, controlling dan survailance) secara terpadu, dan peningkatan sistem informasi untuk nelayan. Penegakan hukum sebagai stategi ST pertama diperlukan untuk menjaga wilayah perikanan Indonesia khususnya perairan Kabupaten Simeulue untuk mengurangi IUU fishing,

pemanfaatan wilayah secara sepihak, mengurangi kelebihan armada penangkapan ikan, konflik pemanfaatan dan praktek penggunaan alat penangkapan ikan destruktif. Strategi kedua peningkatan sistem informasi untuk nelayan. Hal ini perlu dilakukan agar nelayan memiliki kemampuan adopsi terhadap teknologi, menjamin kelancaran lalu lintas barang-barang produksi, perlindungan konsumen, perlindungan produsen (nelayan) terhadap harga dan standar penanganan dan prosesing hasil tangkapan.

Strategi WO menghasilkan sasaran strategis berupa pembuatan sistem data dan informasi perikanan tangkap terpadu dan standarisasi terhadap armada perikanan skala kecil untuk peningkatan produktivitas unit penangkapan dan mutu ikan. Pembuatan sistem data dan informasi bertujuan memberikan informasi kepada pelaku usaha akan potensi yang sumberdaya yang tersedia dan produk hasil perikanan unggulan dan tingkat harga. Informasi ini akan memberikan manfaat kepada nelayan yang akan memasarkan hasil tangkapannya. Sehingga efek informasi tersebut dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan para pekerja di sektor perikanan umumnya. Sedangkan standarisasi terhadap armada perikanan

53 skala kecil untuk peningkatan produktivitas unit penangkapan dan mutu dimaksudkan pengembangan teknologi perikanan tangkap berkelanjutan.

Strategi WT menghasilkan sasaran strategis berupa peningkatan SDM nelayan dan pelaku usaha perikanan. Peningkatkan pemahaman kepada stakeholder

utamanya nelayan yang rata-rata tingkat pendidikannya masih rendah perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengertian mengenai dampak pengrusakan sumberdaya ikan. Dapat berakibat pada perekonomian dan sosial di masa yang akan datang. Selain itu, peningkatan pengetahuan dan keterampilan akan membantu nelayan memahami kemampuan adopsi teknologi dan pentingnya menjaga kualitas ikan agar hasil tangkapan. Guna mendapatkan harga terjual yang pantas diterima oleh nelayan.

Kesimpulan

Terdapat enam belas faktor lingkungan internal dan eksternal yang dominan berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue. Dari enam belas faktor-faktor tersebut untuk lingkungan internal yang menjadi kekuatan dominan yaitu kenanekaragaman ikan hasil tangkapan masih baik, sedangkan kelemahan yang dominan adalah Ukuran armada/kapal penangkap ikan skala kecil dengan teknologi sederhana. Lingkungan eksternal yang menjadi peluang dominan adalah permintaan pasar terhadap ikan-ikan unggulan baik pasar lokal, regional maupun internasional. Sedangkan ancaman yang dominan yaitu penentuan harga ikan yang fluktuatif dan margin pemasaran dikuasai oleh pedagang bermodal besar mengakibatkan posisi tawar lemah terhadap harga ikan di tingkat nelayan.

Untuk alternatif strategi pengembangan pengelolaan, matriks SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi yaitu:

(1) Penerapan Ko-manajemen berbasis kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut;

(2) Pengembangan usaha melalui restrukturisasi armada perikanan tangkap; (3) Penegakan hukum dengan melaksanakan sistem MCS (monitoring, controlling

dan suvailance) secara terpadu;

(4) Peningkatan sistem informasi untuk nelayan;

(5) Pembuatan sistem data dan informasi perikanan tangkap terpadu;

(6) Standarisasi terhadap armada perikanan tangkap skala kecil untuk peningkatan produktivitas alat tangkap dan mutu ikan;

(7) Peningkatan pengetahuan nelayan dan pelaku usaha perikanan.

6

PEMBAHASAN UMUM

Potensi sumberdaya ikan yang terdapat di wilayah pengelolaan yang menjadi yurisdiksi Kabupaten Simeulue masih memiliki peluang untuk diusahakan. Disamping potensi yang terdapat di luar wilayah kewenangan yaitu perairan Samudera Hindia. Potensi yang terdapat di Perairan laut Kabupaten Simeulue mengalami tingkat eksploitasi sumberdaya yang terus meningkat terutama

54

perikanan pelagis dan perikanan karang. Hal ini terlihat dari tingkat produksi perikanan laut yang mengalami trend cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan produksi diikuti dengan meningkatnya produktivitas hasil tangkapan pada unit penangkapan. Namun hasil pengamatan terhadap unit penangkapan masih terdapat penggunaan alat penangkapan yang destruktif dalam ekploitasi sumberdaya perikanan di Kabupaten Simeulue. Dikawatirkan efek dari penggunaan alat yang tidak ramah lingkungan ini akan menjadi salah satu pemicu menurunnya kualitas lingkungan sumberdaya ikan ke depan. Untuk itu penegakan hukum yang efektif harus terus dilakukan untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan. Disisi lain, peningkatan produktifitas juga tidak di tunjang dengan penataan sistem pengelolaan yang baik. Apalagi perikanan di Kabupaten Simeulue masih didominasi perikanan tangkap skala kecil. Ini terlihat minimnya modal usaha, rendahnya teknologi, tingkat sumberdaya nelayan masih rendah. Sehingga tidaklah mudah bagi pemerintah daerah dalam mengelola perikanan skala kecil ini. Pengelolaan perikanan tangkap skala kecil menjadi suatu hal yang penting karena melibatkan berbagai pihak yaitu nelayan, pemerintah, dan stakeholder lainnya.

Stakeholder perikananan tangkap harus memiliki peran penting dalam pengelolaan

perikanan bertanggung jawab. Ini diperlukan untuk menjamin agar sektor perikanan tangkap di Kabupaten Simeulue dapat memberikan manfaat yang optimal bagi para

stakeholder baik sekarang atau pada masa yang akan datang.

Pengelolaan perikanan bertanggung jawab membutuhkan bukti-bukti ilmiah sebelum melakukan perencanaan pengelolaan. Bukti ilmiah yang dianalisis meliputi komponen-komponen sistem pengelolaan yang memadai. Ini dilakukan untuk memudahkan pemerintah daerah guna pengambilan keputusan yang tepat dalam menentukan arah dan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap. Ini dilakukan agar setiap program pemerintah daerah tersebut dapat diimplementasikan dengan baik dan diterima oleh semua stakeholder. Untuk itu analisis sistem perikanan tangkap merupakan suatu pendekatan alternatif yang dapat dilakukan.

Hasil analisis berdasarkan pendekatan sub sistem sumberdaya ikan menunjukkan kondisi keanekaragaman jenis spesies hasil tangkapan dari kelompok habitat pelagis berdasarkan daerah penangkapan bagan perahu dan kelompok habitat demersal diperoleh daerah penangkapan pukat pantai berada pada keanekaragaman sedang atau kondisi keanekaragaman ikan hasil tangkapan relatif baik. Kemerataan antar spesies hasil tangkapan nelayan relatif merata dan hampir tidak ada spesies yang mendominansi spesies lainnya. Hal ini terlihat dari indeks keanekaragaman ikan (H’) yang tertangkap oleh bagan perahu sebesar 1,72, indeks kemerataan (E) sebesar 0,83 dan indeks dominansi jenis (C) sebesar 0,22. Sementara indeks keanekaragaman ikan (H’) pada alat tangkap pukat pantai sebesar 1,40, indeks kemerataan (E) sebesar 0,58 dan indeks dominansi jenis (C) sebesar 0,32. Mustaruddin (2012) menyebutkan keanekaragaman jenis sumberdaya ikan merupakan syarat utama berlangsungnya kegiatan perikanan tangkap. Selanjutnya tingkat produktivitas unit penangkapan ikan -- yang menjadi karakteristik SDI di perairan Kabupaten Simeulue -- tertinggi terdapat pada bagan perahu sebesar 603,3 kg/trip, diikuti oleh pukat pantai 414,7 kg/trip, rawai 301,4 kg/trip dan alat pengumpul 81,8 kg/trip.

Kajian sosial ekonomi dilakukan terhadap demografi penduduk, teknologi penangkapan ikan, kebijakan pemerintah daerah, distribusi dan pemasaran hasil tangkapan dan kelembagaan pengelolaan. Hasil kajian mendapatkan teknologi

55 penangkapan ikan tepat guna yaitu unit-unit usaha perikanan tangkap yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi, usaha perikanan bagan perahu sebagai skala prioritas pertama, lalu berturut-turut rawai, pukat pantai dan alat pengumpul sebagai alat tangkap yang layak untuk dikembangkan. Sementara hasil analisis terhadap terhadap distribusi dan pamasaran ikan laut segar mendapatkan fluktuasi harga ikan yang tidak terkontrol. Hal ini menyebabkan keuntungan antar lembaga pemasaran tidak menyebar merata. Walaupun biaya pemasaran pada semua lembaga pemasaran berada pada kondisi efisien. Namun melihat kondisi ini diperlukan sistem transportasi yang baik pada setiap daerah distribusi hasil tangkapan. Agar biaya dan keuntungan setiap lembaga pemasaran lebih stabil kemerataanya. Secara keseluruhan pengembangan usaha perikanan tangkap skala besar masih dapat dilakukan. Hal ini terlihat, teknologi perikanan tangkap di Kabupaten Simeulue saat ini masih sederhana. Disamping peningkatan produksi setiap tahunnya. Selanjutnya hasil analisis manajemen kelembagaan pengelolaan perikanan skala kecil di wilayah penelitian menunjukkan bahwa kehadiran dan dinamika kewenangan memegang peran penting untuk menjamin keberhasilan program sektor perikanan tangkap. Agar pengelolaan dapat dilaksanakan secara optimal, koordinasi dan komunikasi lintas sektor secara arif dan bijaksana harus terus dilakukan. Terutama dalam hal penyusunan perencanaan program dan penerima manfaatnya (beneficieries) dari program dimaksud. Sehingga sistem pengelolaan perikanan tangkap berjalan sesuai rencana pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah itu sendiri.

Keberhasilan pelaksanaan program perikanan tangkap dilihat dari efektifnya sistem pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue. Hasil kajian atas keseluruhan sistem menunjukkan bahwa sistem tersebut sudah terbangun. Namun belum menjadi suatu kesatuan sistem yang utuh. Agar pengelolaan menjadi suatu kesatuan yang utuh diperlukan alternatif strategi pengelolaan yang tepat berdasarkan karakteristik kewilayahan. Hasil analisis terhadap sub sistem sumberdaya ikan, sub sistem sosial ekonomi dan manajemen yang menjadi acuan dalam pengelolaan perikanan tangkap skala kecil berkelanjutan di Kabupaten Simeulue mendapatkan alternatif strategi pengelolaan yang dapat diterapkan yaitu penerapan Ko-manajemen berbasis kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut, pengembangan usaha melalui restrukturisasi armada perikanan tangkap, penegakan hukum dengan melaksanakan sistem MCS (monitoring, controlling dan suvailance) secara terpadu, peningkatan sistem informasi untuk nelayan, pembuatan sistem data dan informasi perikanan tangkap terpadu, standarisasi armada perikanan tangkap skala kecil untuk peningkatan produktivitas alat tangkap dan mutu ikan dan peningkatan pengetahuan nelayan dan pelaku usaha perikanan.

56

7

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat keanekaragaman jenis ikan hasil tangkapan dari kelompok habitat pelagis dan demersal berdasarkan daerah penangkapan bagan perahu dan pukat pantai berada pada keanekaragaman sedang atau kondisi struktur komunitas sumberdaya ikan relatif terjaga, kemerataan antar spesies relatif merata dan hampir tidak ada spesies yang mendominansi spesies lainnya. Tingkat produktivitas (CPUE) alat penangkapan ikan tertinggi terdapat pada bagan perahu sebesar 603,3 kg/trip;

2. Perkembangan jumlah unit penangkapan dan produksi perikanan laut di Kabupaten Simeulue selama enam tahun memiliki kecenderungan meningkat, mayoritas masyarakat pesisir menggunakan teknologi penangkapan ikan sederhana. Pada lembaga pemasaran terjadi fluktuasi harga ikan menyebabkan keuntungan antar lembaga pemasaran tidak menyebar merata;

3. Tugas dan wewenang Dinas Keluatan dan Perikanan sebagai lembaga teratas

(top) dapat menjalankan kewenangan dari pemerintah pusat dan peranan

Panglima laot sebagai bentuk kearifan lokal (down) berperan erat dengan masyarakat lokal untuk keberhasilan pengelolaan perikanan tangkap skala kecil Kabupaten Simeulue;

4. Unit usaha perikanan tangkap yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi yaitu usaha bagan perahu sebagai skala prioritas pertama; dan

5. Pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue dapat dilakukan dengan penerapan strategi antara lain: [1] penerapan Ko-manajemen berbasis kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut, [2] pengembangan usaha melalui restrukturisasi armada perikanan tangkap [3], penegakan hukum dengan melaksanakan sistem MCS (monitoring, controlling

dan suvailance) secara terpadu, [4] peningkatan sistem informasi untuk

nelayan, [5] pembuatan sistem data dan informasi perikanan tangkap terpadu, [6] standarisasi terhadap armada perikanan skala kecil untuk peningkatan produktivitas alat tangkap dan mutu ikan dan [7] peningkatan pengetahuan nelayan dan pelaku usaha perikanan.

Saran

Saran yang dapat disampaikan terkait dengan pengelolaan perikanan tangkap skala kecil berkelanjutan di Kabupaten Simeulue adalah:

1. Kajian stok sumberdaya ikan di perairan pantai Kabupaten Simeulue;

2. Penelitian tentang alokasi unit penangkapan ikan di perairan pantai Kabupaten Simeulue; dan

57

Dokumen terkait